• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memfasilitasi Pengarsipan di Bidang Televisi dan Radio yang Dapat Memperkaya Proses Pengembangan Konten Acara Kreatif

Dalam dokumen EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEL (Halaman 111-121)

Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio

4.5.24 Memfasilitasi Pengarsipan di Bidang Televisi dan Radio yang Dapat Memperkaya Proses Pengembangan Konten Acara Kreatif

BAB 5

5.1 Kesimpulan

Dalam penyusunan Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019, televisi dideinisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secaraberkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”, sedangkan radio di deinisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”. Deinisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.

Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak dikelompokkan menjadi current afair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human

interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan

kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik.

Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun 1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai mengudara.Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas. Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward

linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio

diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio, manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,

komisi penyiaran, dan lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor televisi dan radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentiikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio Nasional dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi Independen,

dan Internet Protocol Based Provider.

Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%.

Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019 adalah “Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.”

Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.

5.2 Saran

Pengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:

• Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.

• Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.

• Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.

• Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.

• Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.

• Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.

• Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.

• Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.

• Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.

• Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.

• Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.

• Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.

• Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.

• Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.

• Mulai meningkatkan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisi dan radio.

• Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.

• Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik.

• Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio.

• Mulai memberikan fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.

• Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa. Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.

102 Ek onomi Kr eatif: R enc ana P engembangan T

elevisi dan Radio Nasional 2015-2019

Dalam dokumen EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEL (Halaman 111-121)