• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan PEN"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RENCANA PENGEMBANGAN

(3)
(4)
(5)

Ami Fitri Utami

Mandra Lazuardi Kitri

(6)

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasihat

Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah

Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf

I Gde Pitana, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab

Raseno Arya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif

Tim Studi

Ami Fitri Utami Mandra Lazuardi Kitri

ISBN

978-602-72367-8-3

Desainer

RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Farly Putra Pratama

Penerbit

PT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

(7)

Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)

Prakoso Bhairawa Putera Aldrin Herwany Warsito P.Taruno Kristanto Santosa Mohammad Faisal R. Adjie Wicaksana Ari Juliano Gema Ratna Ariyanti Ronaldiaz Hartantyo Diah Setiari Husodo Siti Dloyana Kusumah Budiana Setiawan Dhani Agung Darmawan Dudi Iskandar

(8)

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. 

Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup. 

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial. 

Penelitian dan pengembangan sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengkonirmasi dan atau merancang dan atau mengembangkan suatu hal (objek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan manfaat ekonomi. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri penelitian dan pengembangan di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentiikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna. 

(9)

Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data dan informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas kuliner secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai penelitian dan pengembangan sebagai industri yang dapat mendatangkan nilai ekonomi, serta perencanaan terkait kegiatan penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif.

Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri penelitian dan pengembangan selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, serta mencapai kegiatan penelitian dan pengembangan terkait industri kreatif yang berbudaya inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu

(10)

Daftar Isi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Gambar...xii

Daftar Tabel... xiii

Ringkasan Eksekutif... xiv

BAB 1 PERKEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI INDONESIA 1 1.1 Deinisi dan Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan 2 1.1.1 Deinisi Penelitian dan Pengembangan 2 1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 4 1.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan 7 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Dunia 7 1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Indonesia 13 BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDONESIA... 19

2.1 Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 20

2.1.1 Deinisi Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 20

2.2 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 23

2.3 Peta dan Ruang lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan 39 2.3.1 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan 39 2.3.2 Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan 42 2.3.3 Model Bisnis Industri Penelitian dan Pengembangan 45

BAB 3 KONDISI UMUM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI INDONESIA 49

3.1 Kontribusi Ekonomi Penelitian dan Pengembangan 50

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) 51

3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan 52

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 54

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 55

3.2 Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 57 3.2.1 Kebijakan Terkait Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu

(11)

3.2.2 Kebijakan Terkait Hak Kekayaan Intelektual 59

3.3 Struktur Pasar Penelitian dan Pengembangan 60

3.4 Daya Saing Penelitian dan Pengembangan 61

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 64

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF INDONESIA 71

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 72 4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif 73 4.2.1 Visi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 75

4.2.2 Misi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 76 4.2.3 Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif 76 4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

Industri Kreatif 78

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 82 4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Bidang Penelitian

dan Pengembangan Yang Memiliki Inovasi Serta Daya Saing. 82 4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya

Budaya Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia

Secara Berkelanjutan 83

4.4.3 Arah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Yang Inovatif, Berdaya Saing, dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan 83 4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan Bagi Kegiatan Penelitian dan

Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai, Mudah Diakses

dan Kompetitif 83

4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 83 4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif yang Mendukung

Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang

dalam Industri Kreatif di Indonesia 84

4.4.7 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi Yang Tepat Guna Serta Mudah Diakses untuk Mendukung Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang

dalam Industri Kreatif 84

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri

Kreatif 84

(12)

4.5.2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait

Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 86

4.5.3 Penciptaan Pusat Pengetahuan Sumber Daya Alam Dan Budaya Lokal Yang Akurat Dan Terpercaya Serta Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat. 86 4.5.4 Peningkatan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Dalam

Industri Kreatif yang Inovatif, Berdaya Saing dan Terintegrasi

Secara Berkelanjutan...87 4.5.5 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait

dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 87

4.5.6 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang Kreatif (Peneliti & Perekayasa) dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia Baik di dalam dan Luar

Negeri 88

4.5.7 Peningkatan Ketersediaan Pembiayaan Bagi Seluruh Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif yang Aksesibel, Transparan dan Memiliki Skema Pembiayaan yang Baik (Besaran yang

Sesuai, Sistem Tidak Rumit) 89

4.5.8 Peningkatan Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 89 4.5.9 Penciptaan Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi

Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang

Bidang dalam Industri Kreatif Indonesia 90

4.5.10 Peningkatan Partisipasi Aktif dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif Secara Berkualitas dan Berkelanjutan 90 4.5.11 Peningkatan Ketersediaan Teknologi Tepat Guna yang Mudah Diakses oleh Para

Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang

dalam Industri Kreatif. 91

4.5.12 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur yang Memadai yang Dibutuhkan Oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang

dalam Industri Kreatif 91

BAB 5 PENUTUP 93

5.1 Kesimpulan 94

5.2 Saran 96

(13)

Daftar Gambar

Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019 7

Gambar 1‑2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 16

Gambar 2‑1 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 21

Gambar 2‑2 Peta Kreasi 24

Gambar 2‑3 Peta Implementasi Rancangan 29

Gambar 2‑4 Potret Paten di Indonesia 32

Gambar 2‑5 Peta Diseminasi 33

Gambar 2‑6 Peta Pasar (Market) 36

Gambar 2‑7 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan 40

Gambar 2‑8 Peta Model Bisnis Penelitian dan Pengembangan 45

Gambar 3‑1 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Produk Domestik

Bruto 51

Gambar 3‑2 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Tenaga Kerja 53

Gambar 3‑3 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Aktivitas Perusahaan 54 Gambar 3‑4 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Konsumsi Rumah

Tangga 56

(14)

Daftar Tabel

Tabel 2‑1 Skema Ruang Lingkup Industri Subsektor Penelitian dan Pengembangan 44

Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penelitian dan Pengembangan 2010-2013 50

Tabel 3‑2 Potensi dan Permasalahan Penelitian dan Pengembangan Indonesia 65

Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

(15)

Ringkasan Eksekutif

Penelitian dan pengembangan seringkali dipahami secara luas sebagai bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab suatu pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri di dalamnya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor dalam industri kreatif. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini tentu akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam bagian ini penting untuk dijelaskan mengenai apa sebetulnya yang berbeda dari kegiatan penelitian dan pengembangan, baik dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (undang-undang dan deinisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor dalam industrinya.

Maka, berdasarkan pemahaman tersebut diperlukan sebuah kesepakatan deinisi dari subsektor penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan konsep ekonomi kreatif. Untuk mencapai pemahaman tersebut maka dilakukan beberapa metode dimulai dari pemetaan atas kondisi ideal, serta pemahaman mengenai kondisi aktual di Indonesia. Dari hasil pemetaan inilah kemudian akan didapatkan suatu gambaran mengenai kebutuhan dari untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan baik sebagai subsektor industri maupun sebagai kegiatan yang dapat menunjang perkembangan industri kreatif, hal ini tentu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek potensi (kekuatan dan peluang) serta permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman dan hambatan) yang ada. Berbicara mengenai pemetaan, maka yang dihasilkan adalah suatu ekosistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.

Lebih lanjut lagi, peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunya potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk usaha-usaha yang ada dalam subsektor penelitian dan pengembangan.Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

(16)
(17)
(18)

BAB 1

Perkembangan Penelitian

dan Pengembangan di

(19)

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan

Pemahaman mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan seringkali bersifat luas dan menjadi bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini berperan untuk untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, hal ini sedikit berbeda jika mempertimbangkan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam konteks ekonomi kreatif. Di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan. Oleh sebab itu, penting untuk dijelaskan mengenai perbedaan deinisi kegiatan penelitian dan pengembangan dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (berdasarkan undang-undang dan deinisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor.

1.1.1 Definisi Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan penelitian dan pengembangan telah memiliki deinisi tersendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 mengenai Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK. Namun, perlu dikaji kembali deinisi kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, deinisi dari kata penelitian dan pengembangan, yaitu:

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut

kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk

memperoleh informasi, data, dan keterangan yang

berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian

kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan atau

hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori

ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya

untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau

menghasilkan teknologi baru.

(20)

Deinisi tersebut hanya menjelaskan suatu kegiatan sistematis pemanfaatan ilmu pengetahuan tanpa memperjelas status proitatau nirlabanya. Oleh karena itu, harus dibuat suatu deinisi dan ruang lingkup tersendiri untuk membedakan subsektor penelitian dan pengembangan di dalam ekonomi kreatif dengan kegiatan penelitian dan pengembangan secara umum.

Pada buku Pengembangan Industri Kreatif yang disusun pada 2008 oleh Departemen Perdagangan, dinyatakan bahwa subsektor penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif merupakan:

Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif

yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan

penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk

perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,

material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru

yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Berdasarkan deinisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif memiliki dua poin utama yang membedakannya dengan kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya. Dua poin utama tersebut adalah inovasi dan penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kedua poin utama ini juga muncul sebagai inti dari kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif berdasarkan forum diskusi grup yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Usaha melakukan inovasi yang didasari dengan penelitian dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan bertujuan mendatangkan proitatau keuntungan bagi si peneliti atau perekayasa. Dalam konteks ini, jenis-jenis kegiatan penelitian dan pengembangan yang termasuk dalam ekonomi kreatif adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan, artinya hasil penelitian tidak hanya didiseminasikan secara cuma-cuma tetapi juga secara komersial. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jenis penelitian yang sifatnya nirlaba, seperti jenis penelitian yang murni untuk keilmuan, kebijakan, investasi, atau penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian nirlaba milik pemerintah maupun nonpemerintah tidak termasuk dalam konteks penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif adalah

Kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan

serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan

untuk mengkonfirmasi dan/atau merancang dan/atau

mengembangkan suatu hal (obyek penelitian) menjadi hal

baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi

kebutuhan pasar dan memberikan keuntungan

(21)

Frasa ‘kegiatan sistematis’ merupakan salah satu kata kunci atau karakteristik dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Makna frasa ini adalah kegiatan yang dilakukan dengan proses yang teratur dan menggunakan metode yang runtut untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Selain itu, frasa ‘hal baru yang lebih baik dan inovatif ’ juga menjadi karakteristik di dalam penelitian dan pengembangan, yang berartimenghasilkan suatu inovasi berupa perbaikan, peningkatan kualitas, peningkatan atau penambahan fungsi dan hal baik lainnya yang meningkatkan nilai suatu produk. Pada akhirnya, kegiatan sistematis dalam membentuk hal baru yang lebih baik dan inovatif tersebut diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah bagi peneliti atau perekayasa yang dijelaskan dalam frasa ‘memberikan manfaat ekonomi’.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

Berdasarkan laporan National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat tahun 2010, kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya terbagi ke dalam tiga bagian besar yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan kegiatan pengembangan . Sejalan dengan hal ini, John Howkins— pakar ekonomi kreatif, menyatakan bahwa secara garis besar memang terdapat tiga jenis kegiatan penelitian, yaitu penelitian dasar (basic ‘blue sky’ research), penelitian terapan (applied research), dan pengembangan (development).

Penelitian dasar merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan pemahaman lebih mendalam mengenai suatu hal tanpa adanya rencana penerapan spesiik atas hasil penelitian. Penelitian terapan merupakan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan untuk kemudian digunakan pada kebutuhan tertentu yang spesiik. Pengembangan (development) merupakan penggunaan sistematis atas pengetahuan yang didapatkan dari penelitian untuk kemudian menghasilkan hal yang lebih berguna (termasuk sistem, metode, perancangan, pengembangan purwarupa, dan proses).

Penelitian dan pengembangan meliputi

cakupan aktivitas yang luas, mulai dari

penelitian fundamental pada ranah

fisik, kehidupan, serta ilmu sosial;

penelitian yang mengemukakan isu-isu

kritis seperti perubahan iklim, efesiensi

energi, dan kesehatan; hingga kegiatan

pengembangan atas teknologi serbaguna

dan barang jasa yang baru

(22)

The National Science Foundation Sumber: nsf.gov

The National Science Foundation

he National Science Foundation (NSF) merupakan lembaga federal yang dibentuk oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1950 dengan tujuan untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan demi keunggulan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan pertahanan nasional Amerika Serikat.

Lembaga ini kemudian menjadi lembaga pembiayaan untuk lebih dari 24% penelitian dasar yang dilakukan oleh universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Amerika Serikat. Uniknya, tidak seperti lembaga penelitian lain yang merekrut peneliti dan menjalankan kegiatan laboratoriumnya secara mandiri, NSF justru mencoba mencapai tujuannya dengan memberikan dukungan berupa pembiayaan pada para ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar melalui institusi asal mereka sendiri.

Sejalan dengan perkembangan waktu, setiap tahunnya NSF memberikan dukungan terhadap 200.000 ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar di berbagai universitas, hingga laboratorium di seluruh wilayah di Amerika Serikat dan dunia.

Sumber: www.nsf.gov

Dari ketiga jenis kegiatan penelitian ini, sebagian besar penelitian terapan dan kegiatan pengembangan berorientasi pada bisnis atau berorientasi pada perolehan manfaat ekonomi, sementara kegiatan penelitian dasar biasanya lebih banyak berfokus pada kontribusi terhadap bidang keilmuan dan bebas dari sisi komersial1. Inilah sebabnya dunia bisnis akan lebih tertarik untuk menyoroti

penelitian terapan dan pengembangan. Selain berdasarkan jenis kegiatannya, ruang lingkup penelitian dan pengembangan juga mempertimbangkan sisi bidang keilmuannya yang dapat dibedakan menjadi bidang keilmuan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Teknologi Rekayasa,

Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora.2Wujud hasil penelitian dan pengembangan yang

(23)

berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa biasanya bersifat tangible (berwujud), sementara hasil penelitian yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial dan humaniora biasanya berbentuk intangible (tak berwujud).

Menurut LIPI, penelitian berdasarkan bidang keilmuan dapat diperinci menjadi bidang-bidang keilmuan lainnya yang lebih detil:

1. Ilmu pengetahuan alam dan ilmu teknologi rekayasa, dapat dibedakan menjadi:

a. Bidang keilmuan ilmu pengetahuan alam, di antaranya adalah matematika, ilmu alam, astronomi, geologi, dan lain-lain.

b. Bidang keilmuan teknologi rekayasa, di antaranya adalah ilmu teknik dan teknologi hingga ilmu medis atau kesehatan, bioteknologi, dan cabang ilmu lainnya. Bidang keilmuan pengetahuan alam dan teknologi ini beririsan dengan industri-industri yang berbasis teknologi secara luas, misalnya industri farmasi, bahan kimia, teknologi informasi, otomotif, pertanian, dan industri lainnya.

2. Ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, terdiri dari:

a. Bidang keilmuan sosial, di antaranya adalah ekonomi, psikologi, ilsafat, sejarah, sosiologi, ilmu hukum, dan lain-lain;

b. Bidang keilmuan humaniora, di antaranya adalah sastra, bahasa, dan seni. Pada kegiatan penelitian dan pengembangan sosial dan humaniora terdapat beberapa industri yang terkait, misalnya industri seni, literatur, riset pasar, dan periklanan. Selain itu, banyak juga industri yang terkait dengan bidang teknologi yang didukung oleh kegiatan penelitian dan pengembangan bidang keilmuan sosial dan humaniora. Salah satu contohnya adalah perusahaan manufaktur makanan olahan (Fast Moving Consumer Goods–FMCG) di Indonesia yang sering kali menggunakan jasa penelitian pasar dan merupakan kegiatan penelitian sosial untuk melihat preferensi pasar.

Kegiatan penelitian dan pengembangan juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk kegiatannya: 1. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang bebasis desain penelitian dan

pengembangan, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan yang murni kreasi dari

peneliti atau perekayasa tanpa adanya permintaan pihak lain untuk melakukan kegiatan tersebut;

2. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan, yaitu kegiatan yang dilakukan atas permintaan dari pihak lain diluar peneliti atau perekayasa.

Dalam konteks ini, walaupun kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan permintaan pihak lain, peneliti atau perekayasa tetap memiliki kewajiban dan tanggung jawab penuh dalam menjaga kemandirian metode dan hasil. Adanya dua bentuk kegiatan ini akan memengaruhi cara peneliti dan perekayasa mendapatkan pemasukan inansial.

(24)

yang berpotensi mendapatkan keuntungan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar, misalnya kegiatan menginovasi produk berdasarkan permintaan pasar serta kegiatan penelitian yang hasilnya dapat dijual kepada konsumen perorangan maupun perusahaan.

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019

1.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Dunia

Kegiatan penelitian dan pengembangan tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan secara luas. Kegiatan ini dimulai pada masa sebelum masehi dan terlihat pada berbagai macam karya atau penemuan. Jika ditelusuri, karya-karya tersebut merupakan contoh hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, meskipun pada masa itu belum dikenal istilah penelitian dan pengembangan.

(25)

(Kiri) Phytagoras, (Kanan) Patung Phytagoras di pelabuhan Phytagrio Sumber: (kiri) agazsantiago.blogspot.com, (kanan) samos-beaches.com

Phytagoras

Phytagoras (570 – 495 SM) adalah salah seorang ilsuf Yunani serta ilmuwan matematika pada masa sebelum masehi. Phytagoras sering disebut-sebut sebagai ilmuwan matematika yang hebat dengan “Teori Phytagoras” atau “Phytagorean heorem“.

Pada abad pertengahan, selain untuk menemukan inovasi, kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan untuk mendapatkan metode keilmuan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditandai dengan dunia penelitian dan pengembangan yang diwarnai oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan melalui metode eksperimental induktif. Metode ini merupakan suatu pergeseran karena penelitian pada masa kuno kebanyakan dilakukan melalui metode empiris.

Salah seorang ilmuwan yang mengkombinasikan berbagai metode penelitian dan pengembangan adalah Ibn al-Haytham. Ibn al-Haytham menulis sebuah buku berjudul Book of Optics tentang usahanya dalam mengombinasikan metode observasi, eksperimen, dan argumen. Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan metode yang lebih objektif, metodologis, dan rasional, Ibn al-Haytham kemudian dapat membuktikan bahwa teori yang ditemukan oleh Aristotle di mana suatu objek memancarkan partikel pada mata adalah salah. Selain itu, pada 1619, Rene Descrates mulai menulis suatu risalah terkait dengan cara berpikir ilosois dan ilmiah yang kemudian diselesaikan pada 1637 dengan judul Discourse on Method dan Meditationspada 1641

(26)

“Liber ethicorum des Henricus de Alemannia, single sheet. Scena: Henricus de Alemannia con i suoi studenti”— Suasana Perkuliahan di Abad ke-14.

Sumber: upload.wikimedia.org

Lukisan: Laurentius de Voltolina

Middle Ages

Menurut sejarah Eropa, masa abad pertengahan jatuh pada abad ke-5 hingga ke-15 yang ditandai oleh runtuhnya Kerajaan Roma pada masa itu. Salah satu tonggak dalam masa ini adalah perkembangan teknologi serta peningkatan aktivitas intelektual. Hal ini mulai terjadi di tengah masa abad pertengahan yang ditandai dengan peningkatan inovasi dalam bidang pertanian, munculnya scholasticism yang merupakan metode dalam berpikir kritis, dan mulai dibentuknya universitas.

(27)
(28)

Pekerja di Masa Revolusi Industri. (Foto: Huington-post)

Sumber: thefederalist.com

Masa industrialisasi merupakan masa revolusi dengan proses manufaktur yang mulai berubah akibat dorongan dari berbagai inovasi yang ditemukan pada periode tersebut. Pada masa ini, perubahan proses produksi ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia yang digantikan oleh mesin sehingga kapasitas produksi meningkat secara tajam. Pada masa industrialisasi terdapat tiga tonggak perkembangan teknologi, yaitu perkembangan teknologi tekstil (contohnya mekanisasi alat pintal), teknologi tenaga uap (seperti mesin uap), serta teknologi pembuatan besi dan baja (penggunaan batubara sebagai substitusi penggunaan arang) yang ketiganya dapat mendorong produktivitas manufaktur saat itu.

(29)

James Watt

James Watt (1736-1819) adalah seorang inventor dan insinyur dalam bidang permesinan yang hasil penemuannya (mesin uap yang lebih eisien) telah mengantarkan dunia pada era revolusi industri. Watt mulai tertarik untuk meneliti mesin uap pada tahun 1764 saat ia sedang membetulkan mesin uap ciptaan homas Newcomen. Terdapat berbagai penyempurnaan yang Watt lakukan pada mesin uap versi sebelumnya, diantaranya penambahan ruang terpisah yang diperkokoh pada mesin uap di tahun 1769 serta pembuatan isolasi pemisah pada tahun 1782. Penyempurnaan inilah yang kemudian membuat hasil temuan Watt dapat mencuri perhatian industri.

Seiring dengan berjalannya waktu, mulai muncul kesadaran dari perusahaan besar bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan yang melahirkan inovasi dapat memberikan pengetahuan bagi perusahaan serta membantu keadaan bisnis dan masyarakat menjadi lebih baik3. Pada 1890-an,

GE (General Electric) membentuk suatu departemen resmi bernama Calculating Department yang kemudian disupervisi oleh ilmuwan dalam bidang matematika bernama Charles Steinmetz untuk melaksanakan analisis eisiensi atas gejala yang ditemukan di lapangan.

Sejalan dengan perkembangan industri penelitian dan pengembangan, pada abad ke-19 banyak muncul institusi publik di Amerika Serikat yang mengedepankan kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pembentukan USDA (he United States Department of Agriculture) pada 1862 awalnya didasari oleh kesadaran pemerintah untuk mengatur sumber ekonomi utama saat itu, yaitu agrikultur. Pembentukan USDA merupakan suatu bentuk institusionalisasi program-program penelitian dan pengembangan bidang agrikultur yang meliputi teknik, pengembangan varietas baru, dan pemberantasan hama. Saat itu, USDA tidak hanya melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan universitas milik pemerintah dalam bidang agrikultur. Selain USDA, fokus Pemerintah Amerika Serikat pada masa itu juga berlanjut ke kegiatan penelitian dan pengembangan sektor pertambangan. Tanggung jawab penelitian dan pengembangan serta pengelolaan sektor ini diserahkan kepada United States Geological Survey dan he Bureau of Mines.

Demi menjawab kebutuhan akan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi sektor bisnis dan pemerintahan, kegiatan penelitian dan pengembangan mulai tumbuh sebagai industri tersendiri. Sebagai contoh, pada akhir abad ke-19, salah satu perusahaan di Boston bernama he Arthur D. Little Company of Boston sudah menyediakan jasa analisis kimia kepada perusahaan yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan laboratoriumnya sendiri. Selain itu, pada 1923, AC Nielsen (kini Nielsen Holdings N.V.) berdiri sebagai perusahaan riset pasar pertama di dunia.

Berbeda dengan Amerika Serikat, pada 1900-an Republik Rakyat Tiongkok justru belum memiliki teknologi dan ilmu modern. Akhirnya, pada awal abad ke-21 Republik Rakyat Tiongkok dapat mengejar ketertinggalannya di bidang teknologi.4 Hal ini juga ditandai dengan menduduki posisi

kedua sebagai negara yang berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan tertinggi pada 2011, dibawah Amerika Serikat.5

(3) Usselman, W. S, Research and development in the United States since 1900: an interpretive history (New Haven: Yale University, 2013)

(4) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25.

(30)

Jika Amerika Serikat mengawali lembaga penelitian milik pemerintahnya dengan pembentukan USDA hingga NSF, Republik Rakyat Tiongkok pertama kali membentuk he Chinese Academy of Sciences (CAS) pada 1949. Setelah menghadapi goncangan atas revolusi budaya, politik, ekonomi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selama 10 tahun, Republik Rakyat Tiongkok mengalami masa perbaikan. Pada masa perbaikan inilah pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mengatur kembali agenda pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi negaranya. Pada 2001, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok memutuskan untuk memfokuskan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk memperkuat industri tradisional, mendorong penelitian berteknologi tinggi, memperkuat penelitian dasar, memperdalam sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, dan membentuk suatu sistem inovasi. Keseriusan pemerintah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang membuat Republik Rakyat Tiongkok saat ini memiliki hasil-hasil penelitian kelas dunia.6

Kegiatan penelitian dan pengembangan saat ini dianggap sebagai keharusan untuk meningkatkan kemajuan dan kesinambungan bisnis perusahaan. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan global terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pada 2012 Volkswagen mengeluarkan dana hingga lebih dari sembilan miliar Euro dan Samsung Electronics menghabiskan lebih dari delapan miliar Euro untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, kegiatan penelitian dan pengembangan semakin tidak berbatas dari segi jangka waktu, biaya, hingga ruang lingkup keilmuannya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan pergeseran nilai-nilai sosial yang terjadi di masyarakat. Banyaknya media diseminasi penelitian seperti konferensi, jurnal, dan komunitas memberikan kesempatan bagi peneliti dan perekayasa untuk mengembangkan topik penelitian dan menyebarkan hasil penelitiannya. Cepatnya proses pertukaran informasi inilah yang kemudian merangsang ragam penelitian baru yang lebih inovatif dan lebih unik.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Indonesia

Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius yang mempelajari lora7.

Namun, sejarah perkembangan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia ditunjukkan oleh hadirnya lembaga-lembaga penelitian milik negara yang kemudian mendominasi kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia hingga saat ini.

Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan pemerintah diawali dengan pembentukan OPIPA (Organisasi untuk Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam) pada 1948. Pada masa ini, ketertarikan pemerintah akan kegiatan penelitian dan pengembangan diawali dengan mengeksplorasi kekayaan alam. Ketertarikan ini kemudian berkembang ke bidang penelitian radioaktif pada 1954 dengan pembentukan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) untuk memanfaatkan tenaga atom dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, OPIPA diubah namanya menjadi Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) pada 1956 dan kemudian diubah kembali namanya menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1967. Fungsi dari LIPI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25.

(31)

Lembaga pemerintahan lain yang terbentuk pada periode 1948—1967 adalah LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). LAPAN dibentuk pada 1963 untuk melembagakan penyelenggaraan program-program kedirgantaraan nasional. Pembentukan LAPAN menunjukan bahwa pada 1960-an Indonesia mulai berkonsentrasi pada kegiatan penelitian dan pengembangan bidang penerbangan. Hal ini juga ditandai dengan munculnya peneliti terkemuka Indonesia yaitu B.J. Habibie. B.J. Habibie memfokuskan kegiatan penelitiannya dalam bidang teknologi pesawat terbang hingga tahun 1990-an. Kemunculan B.J. Habibie kemudian semakin memengaruhi kemajuan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia dengan pengangkatannya sebagai Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dibentuk pada 1974.

B.J. Habibie

Sumber: penangmonthly.com

Dunia penelitian dan pengembangan Indonesia secara perlahan mulai berkembang dan tidak hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh akademisi, individu mandiri, hingga usaha-usaha penelitian nonpemerintah, baik yang beriorientasi proit maupun nirlaba. Sebagai contoh, pada 1971 terbentuk Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) serta AKATIGA. Keduanya merupakan lembaga penelitian nirlaba nonpemerintah. Di sisi lain, perusahaan penelitian yang bersifat proit pun mulai muncul pada era ini seperti perusahaan riset pasar, baik yang bersifat lokal maupun multinasional.

Pada era 2000-an, perkembangan dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa peneliti nasional yang kayanya memengaruhi dunia. Salah satunya adalah Warsito P. Taruno yang menemukan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), serta Khoirul Anwar yang menemukan dan memiliki paten teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Selain itu, tokoh lain dari Indonesia adalah Nelson Tansu yang pada usia muda sudah mendapatkan gelar profesor di Amerika Serikat dan hingga 2011 tercatat memiliki lebih dari 220 publikasi. Kemunculan para peneliti dan perekayasa individu ini menunjukan bahwa para peneliti Indonesia mulai bisa diperhitungkan karyanya secara global.

Habibie

(32)

Warsito P. Taruno Sumber : c-techlabs.com

Warsito P. Taruno

Dr. Warsito P. Taruno, direktur perusahaan riset dan pengembangan CTECH Labs Edwar Technology, lahir di Karanganyar, 15 Mei 1967. Warsito lebih banyak dikenal sebagai peneliti dalam bidang teknologi tomograi yang merupakan suatu teknologi untuk memindai berbagai macam objek, mulai dari tubuh manusia hingga perut bumi. Salah satu temuan besarnya adalah tomograi volumetric 4D berbasiskan ECVT. Tidak tanggung-tanggung, hasil temuannya yang berkaitan dengan teknologi tersebut tidak hanya dapat menghiasi berbagai macam konferensi ternama di dunia, tetapi juga telah dipatenkan di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional di tahun 2006. Teknologi ini juga telah digunakan oleh lembaga sekelas NASA dan banyak perusahaan asing dalam bidang perminyakan seperti Shell dan Conoco Phillips. Saat ini Warsito mengembangkan suatu perusahaan dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi dengan nama Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang dibentuk bersama rekannya semasa mengenyam jenjang doktoral di Jepang.

(33)
(34)
(35)
(36)

BAB 2

Ekosistem dan Ruang

Lingkup Industri Penelitian

dan Pengembangan

(37)

Untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai subsektor penelitian dan pengembangan, diperlukan suatu pemetaan yang merupakan hasil elaborasi antara kondisi ideal yang diharapkan untuk terjadi–berdasarkan best practices yang telah berjalan di negara yang memiliki keunggulan dalam penelitian dan pengembangan–dengan kondisi aktual dari subsektor penelitian dan pengembangan di Indonesia. Untuk menjawab hal ini, disusunlah suatu pemetaan ekosistem yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarperan di dalam proses penciptaan nilai kreatif setiap kegiatan di dalam subsektor penelitian dan pengembangan.

Pada dasarnya peta ekosistem subsektor penelitian dan pengembangan akan terbagi ke dalam empat komponen utama yang akan menggambarkan siapa saja pihak yang terlibat dan kegiatan apa saja yang terjadi di dalamnya. Keempat komponen tersebut adalah:

1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain);

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment); 3. Pasar –Konsumen, Khalayak, dan Customer (Market); 4. Pengarsipan (Archiving).

A. RANTAI NILAI KREATIF (CREATIVE VALUE CHAIN)

Rantai nilai kreatif merupakan suatu rangkaian proses penciptaan nilai kreatif, yang di dalamnya terdapat suatu transaksi sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam rantai nilai kreatif akan ditunjukkan bagaimana suatu kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan –dimulai dari pencarian ide penelitian, penyusunan kerangka rencana penelitian, proses penelitian lapangan, hingga tahap penyampaian seperti diseminasi dan produksi secara komersial. Oleh karena itu, rantai nilai kreatif subsektor penelitian dan pengembangan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: tahap kreasi; tahap implementasi rancangan; tahap diseminasi; dan tahap produksi komersial.

Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2009-2015 (2008), tahap kreasi merupakan tahap penciptaanya itu meng-input daya kreasi input dalam industri kreatif dengan melibatkan segala hal yang berhubungan dengan cara-cara mendapatkan input, menyimpannya, dan mengolahnya. Dalam subsektor penelitian dan pengembangan, tahap kreasi merupakan tahap di mana ide, latar belakang, tujuan, hingga perencanaan atas kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan tercipta. Tahap kreasi ini bisa saja hanya melibatkan aktor utama –peneliti atau perekayasa– maupun melibatkan para pengguna hasil penelitian dan pengembangan –klien.

Proses implementasi rancangan merupakan suatu proses tempat hasil kreasi–rancangan sistematis kegiatan penelitian dan pengembangan –diimplementasikan untuk mencapai tujuan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Proses ini akan melibatkan banyak pihak, mulai dari peneliti atau perekayasa itu sendiri, target sampel (masyarakat umum maupun sampel khusus), hingga jasa-jasa pihak ketiga seperti penyedia peralatan laboratorium hingga jasa analis. Lama waktu dan kompleksitas proses implementasi akan sangat tergantung terhadap rancangan yang dibuat dalam proses kreasi.

2.1 Ekosistem Penelitian dan Pengembangan

(38)

Kebijakan Beban Penelitian dalam Pendidikan Tinggi

DISEMINASI

Kebijakan Insentif bagi Profesi Peneliti dan Perekayasa

Pendidikan Berbasis Penelitian dan aplikasi pada setiap bidang keilmuan (sosial, humaniora,

sains, teknologi & rekayasa)

Award, Akses Peningkatan

Kualitas Penelitian dan (Contoh: Institusi Pendidikan, Asosiasi Peneliti, Asosiasi Terkait Bidang Penelitian, Lembaga Pemerintah, dan Bisnis/Perusahaan)

PENDIDIKAN APRESIASI Dengan Hasil Penelitian dan

Pengembangan Kritikus/Ahli dalam Setiap Bidang Keilmuan

Jurnal Akademik Online, Non-online

Contoh kanal diseminasi hasil penelitian dan pengembangan

Konferensi, Seminar Nasional, Internasional

Pameran & Kompetisi Hasil Inovasi

Program Diseminasi Khusus Berkaitan dengan Hasil Litbang

Media Cetak (Majalah,

Koran, Flyer, Poster)

Media Elektronik (TV, Radio, Internet, Media Sosial, Website)

Toko Buku, Perpustakaan

Sesi Presentasi Klien

Proses penyebaran hasil penelitian dan pengembangan yang dihasilkan dari proses implementasi rancangan, biasanya berbentuk publikasi yang

mencakup promosi temuan penelitian dan pengembangan

PUBLISHER, PENELITI, Penelitian & Pengembangan Melakukan Survey/

Latar Belakang (Fenomena yang Mendasari Kegiatan, Teoretis PENELITIAN & PENGEMBANGAN

Penghargaan

Bersifat Intangible berupa Konsep, Rancangan Sistem, Hingga Metode

Hasil Temuan Penelitian & Pengembangan (segala hal yang ingin

dicapai pada tujuan penelitian: jawaban pertanyaan penelitian pada proses perancangan):

Penelitian Sosial & Bersifatt Tangible berupa Produk

Baru, Formula Baru, Sistem, dll

Formula Baru, Metode Baru, Konsep Baru, Produk Baru,

Rancangan Baru, Sistem Baru, dll yang Biasanya Dikemas dalam Bentuk Laporan dan Prototipe

Pelaksanaan Penelitian kepada calon Pembeli maupun Lembaga intermediator

KONSUMEN

Preservasi

PUBLISHER, PERPUSTAKAAN, PENELITI, PEREKAYASA

Penyimpanan Pengumpulan

Restorasi KREASI

(39)

Diseminasi dalam konteks subsektor penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan untuk menyebarkan informasi mengenai hasil penelitian. Kegiatan diseminasi tidak hanya dibutuhkan untuk mempublikasikan hasil penelitian, namun juga sebagai suatu tahap promosi, terutama untuk hasil penelitian tangible yang membutuhkan investor untuk merealisasikan produksi komersial hasil penelitian dan pengembangan.

Proses produksi komersial merupakan proses penyerapan hasil penelitian yang telah ditemukan oleh pelaku industri untuk diproduksi sehingga menghasilkan nilai tambah ekonomi baik bagi peneliti atau perekayasa serta bagi pelaku industri yang memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan. Proses ini biasanya ditempuh oleh kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan suatu hasil penelitian yang berwujud atau tangible.

B. LINGKUNGAN PENGEMBANGAN (NURTURANCE ENVIRONMENT)

Lingkungan pengembangan merupakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan proses penciptaan nilai kreatif. Dua komponen di dalam lingkungan pengembangan ini adalah pendidikan dan apresiasi. Dalam subsektor penelitian dan pengembangan, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap penciptaan para peneliti dan perekayasa. Beberapa proses di dalamnya menyangkut kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, hingga sikap dan perilaku. Lingkungan pendidikan dibagi kedalam tiga komponen, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.

Selain pendidikan, apresiasi menjadi suatu komponen penting yang dapat meningkatkan penciptaan nilai kreatif. Dalam hal ini, apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya kreatif yang dapat menstimulasi peningkatan karya dari orang kreatif. Apresiasi tentu tidak hanya dijalankan dalam bentuk pemberian penghargaan. Hingga saat ini, apresiasi yang berupa literasi atas karya justru sangat dibutuhkan dalam industri kreatif.

C. PASAR, KONSUMEN, KHALAYAK DAN CUSTOMER (MARKET)

Pasar merupakan pihak yang mengapresiasi dan/atau memanfaatkan karya kreatif. Pada dasarnya, setiap industri akan memiliki istilah pasar yang berbeda-beda. Terkait dengan subsektor penelitian dan pengembangan, beberapa istilah pasar yang dimaksud adalah:

1. Khalayak, merupakan pihak yang mengamati hasil karya kreatif penelitian dan

pengembangan yang terbagi menjadi khalayak umum dan khalayak ahli. Khalayak umum adalah pihak yang hanya mengamati karya kreatif berdasarkan panca inderanya saja, sementara khalayak ahli adalah pihak yang mengamati karya kreatif tetapi memiliki peran vital bagi pengembangan subsektor tersebut atau memiliki pengetahuan khusus atas karya kreatif yang dipamerkan.

2. Customer, merupakan pihak yang membeli barang atau menggunakan jasa dari sebuah

usaha kreatif penelitian dan pengembangan.

D. PENGARSIPAN (ARCHIVING)

(40)

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses apa saja yang terjadi di dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan, aktor mana saja yang terlibat, hingga output apa saja yang dihasilkan dari setiap proses dengan tujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai subsektor penelitian dan pengembangan. Peta ekosistem ini difokuskan untuk kegiatan penelitian terapan dan pengembangan secara umum tanpa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan spesiik dari setiap kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal ini dilakukan karena bila mempertimbangkan kebutuhan spesiik, maka setiap kegiatan penelitian dan pengembangan tentu akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda bergantung pada bidang keilmuan dan tujuan penelitian dan pengembangannya. Inilah sebabnya pada peta ekosistem ini hanya akan diperlihatkan bagaimana pada umumnya proses penelitian dan pengembangan dilakukan oleh para aktor utama, yakni peneliti dan/ atau perekayasa.

Pada peta ekosistem subsektor penelitian dan pengembangan, bagian aktivitas utama digambarkan dengan empat aktivitas, yaitu kreasi, implementasi rancangan, hingga diseminasi dan komersialisasi. Disisi lain, terdapat juga bagian lingkungan pengembangan atau nurturance environment yang menunjukkan aspek lingkungan yang dapat mendukung tumbuhnya perkembangan subsektor penelitian dan pengembangan. Pada bagian ini, aspek nurturance environment dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu pengarsipan, apresiasi dan pendidikan.

A. RANTAI NILAI KREATIF (CREATIVE VALUE CHAIN)

A.1. PROSES KREASI

Proses kreasi adalah proses pencarian ide penelitian dan pengembangan hingga akhirnya menghasilkan rancangan sistematis atas kegiatan penelitian yang dilakukan. Rancangan ini berisi berbagai macam konten, dimulai dari latar belakang atau fenomena yang mendasari penelitian baik bersifat teoretis dan nonteoretis, tujuan, metode, hingga rencana alokasi sumber daya yang lazim dikemas dalam bentuk proposal penelitian, poster, hingga jurnal pribadi. Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, pencarian ide penelitian tentu dilakukan secara sistematis dan runtut sehingga penelitian yang dijalankan memiliki latar belakang penelitian yang kuat.

Dalam proses kreasi subsektor penelitian dan pengembangan terdapat beberapa aktivitas utama, di antaranya diskusi, studi penelitian terdahulu, observasi, serta inalisasi konsep. Keempat konsep ini pada dasarnya memiliki urutan yang dinamis karena setiap peneliti dan perekayasa dapat memiliki tahap awal aktivitas utama yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Inilah sebabnya pada Gambar 2.2 yang menunjukkan aktivitas utama kreasi (kotak abu), arah panah antara setiap aktivitas di dalamnya saling berhubungan tanpa urutan yang runtut. Berikut adalah penjelasan lebih detail berkaitan dengan setiap aktivitas utama dalam kreasi:

1. Diskusi, merupakan aktivitas pencarian ide dan konsep penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau perekayasa melalui penggalian informasi secara langsung pada para narasumber ahli. Diskusi dapat dilakukan sebagai proses awal, tengah, maupun akhir. Jika dilakukan sebagai proses awal, diskusi biasanya bertujuan untuk mendeteksi permasalahan yang ada untuk mendapatkan latar belakang penelitian sesuai dengan kondisi lapangan. 2. Studi penelitian terdahulu, merupakan suatu kegiatan mengkaji hasil-hasil penelitian

yang telah ada sebelumnya. Aktivitas ini, dapat juga dijadikan sebagai aktivitas awalan untuk mendapatkan latar belakang penelitian secara teoretis. Biasanya, yang menjadikan

(41)

aktivitas studi penelitian terdahulu sebagai aktivitas awalan pada kreasi adalah para akademisi yang harus memberikan alasan kuat secara teori atas ide penelitiannya. Disisi lain, studi penelitian terdahulu juga bisa dijadikan sebagai aktivitas tengah atau akhir, bahkan menjadi aktivitas pendamping setiap kali peneliti menemukan fakta baru melalui diskusi maupun observasi lapangan.

3. Observasi, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti dan perekayasa untuk mengamati dan menganalisis gejala-gejala yang ada pada suatu objek penelitian. Dari kegiatan observasi ini diharapkan peneliti mendapatkan pandangan atas realita yang terjadi di lapangan.

4. Finalisasi konsep, merupakan proses akhir dalam aktivitas utama kreasi. Kegiatan inalisasi ini yang kemudian menghasilkan rancangan untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan diimplementasikan pada tahapan berikutnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, konten-konten dalam tahap kreasi seperti latar belakang, tujuan, hingga rencana alokasi sarana dan prasarana biasanya dikemas dalam bentuk jurnal, poster, hingga proposal penelitian.

Gambar 2 - 2 Peta Kreasi

(42)

suatu lembaga penelitian tertentu. Di Indonesia terdapat berbagai contoh peneliti dan perekayasa dalam kategori individu maupun yang tergabung dalam kelembagaan serta perusahaan. Dari kategori individu terdapat beberapa ilmuwan di Indonesia seperti Dr. Soetanto yang memiliki 29 paten di Jepang dan dua paten di Amerika Serikat8, Dr. Warsito, hingga Arief Budiman yang

merupakan ahli genetika. Selain itu, akademisi seringkali melakukan penelitian secara individu, seperti Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati yang telah mendapatkan anugerah IPTEK dari KEMENRISTEK serta memenangkan program hibah dana penelitian yang diselenggarakan oleh L’oreal dalam L’oreal-UNESCO For Women in Science 2008.

Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati

Sumber: thejakartapost.com

DR. Made Tri Ari Penia Kresowati

Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati merupakan salah satu peneliti wanita di Indonesia yang mencapai prestasi tinggi di kancah internasional. Pada tahun 2008 ia berhasil meraih fellowship dari L’oreal dan UNESCO senilai 40.000 Dolar AS dalam program L’oreal UNESCO for Woman in Science melalui penelitiannya yang berjudul Teknologi Bioproses: Konsepsi Prototipe Bioreaktor untuk Pengembangan Stem Cell. Penia merupakan peneliti Indonesia ketiga yang berhasil menerima anugerah penghargaan prestisius ini setelah Dr. Ines Atmosukarto dan Dr. Fenny Dwifany pada tahun 2004 dan 2007. Penelitiannya merupakan penelitian yang memiliki kesulitan tinggi serta memakan waktu yang cukup lama. Dinyatakan bahwa diperlukan waktu hingga dua tahun untuk membuat konsep model peralatan saja.

Sumber :

www.inspirasi-insinyur.com www.netsains.net

(43)

Dari sisi peneliti yang tergabung secara kelembagaan maupun dalam bentuk perusahaan, beberapa lembaga penelitian dan pengembangan seperti AKATIGA, BIGS, dan LP3ES memfokuskan diri di bidang keilmuan sosial. Perusahaan penelitian dan pengembangan asing seperti McKinsey, Boston Consulting Group, Price Waterhouse Cooper dan perusahaan penelitian dan pengembangan dalam bidang pemasaran seperti Markplus&Co, DEKA Marketing Consultant, Kadence, hingga Nielsen Indonesia juga mendirikan kantor cabangnya di Indonesia.

Kemunculan lembaga dan perusahaan penelitian dan pengembangan nonpemerintah dalam bidang sosial dan pemasaran didasari oleh kecenderungan inovasi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Diketahui bahwa 85.41% dari kegiatan inovasi yang dilakukan oleh pelaku bisnis di Indonesia bergerak pada ranah pemasaran, misalnya pengenalan produk hasil inovasi ke pasar serta analisis kegiatan pascapenjualan.9

Markplus Insight – Perusahaan Penelitian Pemasaran dan Sosial

Berdiri pada tahun 1995, Markplus Insight merupakan perusahaan milik swasta di Indonesia yang bergerak dalam bidang penelitian sosial dan pemasaran. Walaupun belum 15 tahun berdiri, Markplus Insight terhitung sebagai perusahaan terkemuka di Asia Tenggara. Hingga saat ini, Markplus Insight diperkuat oleh 17 kantor cabang diluar Jakarta. Markplus Insight merupakan salah satu contoh perusahaan yang murni bergerak dalam bidang penelitian, dimana jasa penelitian merupakan komoditas bagi perusahaan dalam menghasilkan nilai ekonomi.

Disisi lain, walaupun sedikit, perusahaan yang berkecimpung dalam penelitian di bidang sains, teknologi, dan rekayasa juga tidak bisa dilupakan. Di Indonesia, perusahaan seperti ini dapat menjual hasil inovasinya dalam bentuk rancangan maupun dalam bentuk produk. Sebut saja CTECH Laboratories EdWar Technology, CV Ideas Indonesia, PT Multidaya Teknologi Nusantara (CYBREED), hingga CV Piksel Indonesia.

CTECH Laboratories EdWar Technology – Lembaga Penelitian Swasta bidang Teknologi

CTECH Laboratories EdWar Technology merupakan lembaga penelitian swasta yang bergerak di bidang pengembangan teknologi khususnya pemindaian untuk aplikasi di bidang industri dan kedokteran. CTECH Labs mengelola berbagai grup penelitian di dalamnya seperti Center for Electronic Science and Technology, Center for Non-Destructive Testing and Process Imaging, Center for High Performance Computing, hingga Center for Medical Physics and Cancer Research.

Sumber : www.miti.or.id

Beralih dari pembahasan mengenai proses dan pelaku utama, terdapat juga aktivitas pendukung pada tahap kreasi, yaitu pencarian dana penelitian dan pengembangan. Aktivitas ini kemudian dijadikan aktivitas pendukung karena tidak semua peneliti perlu melakukan aktivitas pencarian dana mandiri dalam membuat rencana penelitian dan pengembangannya. Misalnya, untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan permintaan konsumen,

(44)

seluruh biaya penelitian tentu akan ditanggung oleh pelanggan sehingga peneliti hanya cukup menjalankan fungsi utamanya dalam mempersiapkan rancangan sistematis kegiatan penelitian dan pengembangan. Kondisi di atas berbeda dengan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dijalankan bukan berdasarkan permintaan. Aktivitas pencarian dana akan menjadi sangat penting karena seluruh biaya penelitian harus ditanggung oleh peneliti dan perekayasa itu sendiri. Hingga kini banyak sekali hibah dana penelitian yang dikucurkan, baik dari pemerintah dalam negeri hingga organisasi nirlaba internasional (DIKTI, UN, dan lain-lain). Selain itu, saat ini perusahaan swasta sudah mulai banyak menyisihkan dana pengabdian masyarakatnya (Corporate Social Responsibility—CSR) dalam bentuk kegiatan penelitian ilmiah, seperti yang diakukan oleh L’oreal dengan program L’oreal For Women in Science. Proses yang ditempuh dalam pencarian dana ini pun sudah bermacam-macam bentuknya, dimulai dari pencarian dana hibah melalui pengajuan proposal penelitian, partisipasi kompetisi, hingga crowd funding.

(45)

L’oreal merupakan salah satu perusahaan yang peduli pada pemberdayaan wanita dalam kemajuan dunia ilmu pengetahuan. Hingga kini, di dalam payung program bertajuk Women And Scientiic Excellence, L’oreal memiliki tiga program utama yakni he for Women in Science Program, L’oreal-UNESCO Award for Women in Science, serta L’oreal International Fellowship. L’oreal-UNESCO Award for Women in Science merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan posisi wanita di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan memberikan penghargaan bagi para peneliti wanita yang berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Penghargaan ini merupakan hasil dari kerjasama L’oreal bersama UNESCO (United Nations Educational, Scientiic and Culturan Organization) dengan nilai dana hingga 100.000 Dolar AS bagi setiap penerima penghargaan. Disisi lain, L’oreal International Fellowship merupakan suatu kerjasama penelitian yang diberikan bagi para wanita muda yang memiliki proposal proyek penelitian yang menjanjikan dan memiliki potensi kontribusi yang tinggi bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Sumber : www.loreal.com

Kelancaran suatu kegiatan tidak dapat lepas dari kebijakan yang berlaku. Pada proses kreasi, kebijakan mengenai akses terhadap penelitian terdahulu menjadi perhatian utama. Akses ini menjadi penting karena para peneliti akan membutuhkan banyak sekali kajian dari penelitian terdahulu yang kemudian dapat memperkuat maupun melemahkan rancangan penelitian mereka. Disisi lain, kebijakan HKI yang terkait dengan plagiarisme juga sudah perlu diinisiasi. Para peneliti yang menemukan suatu produk baru tidak jarang mengklaim bahwa produk sejenisnya belum ada di Indonesia. Hal ini seringkali menjadi bumerang karena terkadang klaim tersebut tidak berdasarkan observasi yang mendalam. Namun, untuk mengetahui apakah rencana penelitiannya sudah pernah dilakukan atau belum, diperlukan kajian terhadap penelitian terdahulu sehingga akses terhadap penelitian-penelitian di masa lampau menjadi sangat penting.

Berbicara mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan, kesulitan dalam mengukur hasil-hasil kreasi terjadi karena pengukuran secara statistik hanya dilakukan terhadap inovasi yang sudah dimanfaatkan oleh industri lain atau industri pengguna hasil penelitian dan pengembangan. Inilah sebabnya mengapa kontribusi dari subsektor penelitian dan pengembangan agak sulit untuk diukur karena hasil penelitian dan pengembangan yang sudah dikomersialisasi tentu akan diperhitungkan sebagai nilai tambah dari industri lainnya.

Berdasarkan data BPS, hingga tahun 2013, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada subsektor penelitian dan pengembangan sudah mencapai angka 15.373 pekerja. Jumlah unit usaha yang berkecimpung di dalam bidang penelitian dan pengembangan sudah mencapai 2.130 unit usaha.10 Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat ketertarikan yang cukup besar dari para

pelaku bisnis dalam memandang kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai kegiatan yang dapat memberikan nilai ekonomi, meskipun bila dilihat dari data LIPI dinyatakan bahwa 42,8% kegiatan penelitian masih dilakukan oleh pemerintah, yang 38,5% nya dilakukan oleh perguruan tinggi, dan 18,7% nya baru dilakukan oleh industri.11

(10) Hasil olahan data dari Badan Pusat Statistik per tahun 2013

(46)

A.2. PROSES IMPLEMENTASI RANCANGAN

Proses implementasi rancangan merupakan proses menjalankan hasil rencana dan rancangan penelitian dari proses kreasi sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang ingin dihasilkan. Beberapa contoh hasil dari implementasi rancangan pada kegiatan penelitian dan pengembangan adalah formula baru, metode baru, konsep baru, produk baru, rancangan baru, hingga sistem baru yang biasanya dikemas dalam bentuk laporan dan atau prototipe.

(47)

Hasil penelitian dan pengembangan memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada keterkaitan bidang keilmuan yang melingkupi kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut. Sebagai contoh, penelitian yang terkait dengan ilmu sosial dan humaniora biasanya bersifat intangible sehingga dikemas dalam bentuk teks, sementara penelitian yang terkait ilmu sains, teknologi, dan rekayasa biasanya lebih banyak bersifat tangible sehingga dapat dikemas dalam bentuk teks yang disertai prototipe.

Proses implementasi rancangan terbagi menjadi tiga aktivitas utama, yaitu:

1. Persiapan, aktivitas ini meliputi persiapan sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan seperti akses data, peralatan, dana, hingga sumber daya manusia. Jika pada tahap rancangan yang dihasilkan adalah ramalan kebutuhan akan sarana dan prasarana, maka pada tahap persiapan ini idealnya seluruh kebutuhan tersebut harus sudah tersedia atau bisa diakses kapan pun. Kondisi ideal ini biasanya sudah disadari oleh para peneliti dan perekayasa di Indonesia, namun pada praktiknya seringkali bersifat dinamis yang berarti sarana dan prasarana belum dipenuhi sepenuhnya oleh para peneliti dan perekayasa sebelum melakukan pelaksanaan rencana atau banyak perubahan terhadap komposisi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perubahan yang terjadi di lapangan. Aktivitas persiapan ini dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, di perusahaan penelitian pasar yang besar seperti Nielsen Indonesia, sistem informasi digunakan untuk menetapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam merampungkan satu kegiatan penelitian. Kebutuhan sampelyang tinggi dalam satu penelitian menyebabkan peneliti harus dapat melakukan kalkulasi beban dan harga yang sesuai bagi setiap kuesioner yang harus diisi.

2. Pelaksanaan, aktivitas ini merupakan tahap dijalankannya metode penelitian dan

(48)

E‑ishery dan Dinamika Implementasi Rancangannya

PT Multidaya Teknologi Nusantara merupakan perusahaan start-up yang memproduksi produk bernama e-Fishery –alat pemberi makan ikan otomatis untuk segala jenis ikan dan udang. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pendirinya, M. Ihsan Akhirulsyah, diketahui bahwa jalan yang ditempuh untuk mencapai pembentukan prototipe yang sesuai dengan spesiikasi sebagai proses implementasi rancangan tidaklah mudah. Menurutnya, diperlukan proses yang lama dan berulang-ulang hingga akhirnya ia dan timnya mendapatkan prototipe dari e-Fisherry yang pantas untuk ditawarkan pada investor dan dipasarkan kepada calon pembeli. Terjadinya proses berulang pada implementasi rancangan merupakan hal yang biasa terjadi. Adanya sedikit saja ketidaktepatan perhitungan seperti yang terjadi pada proses perancangan e-Fisherry dapat mempengaruhi hasil prototipe yang dirancang.

3. Pelaporan, aktivitas ini merupakan aktivitas akhir pada proses implementasi rancangan yaitu menyusunlaporan penelitian baik berdasarkan tujuan diseminasi, pertanggungjawaban, maupun pengarsipan bagi peneliti itu sendiri.

Dalam proses implementasi rancangan, peneliti dan perekayasa masih menjadi aktor utama yang menjalankan keseluruhan koordinasi dalam aktivitas. Untuk kasus penelitian yang dijalankan oleh individu, biasanya seluruh aktivitas dalam implementasi rancangan dilaksanakan sendiri. Disisi lain, untuk kasus penelitian yang dijalankan dalam perusahaan, pembagian tugas yang terstruktur dalam menjalankan suatu proyek penelitian dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, aktivitas persiapan serta koordinasi lapangan biasanya dilaksanakan oleh manajer proyek yang biasa disebut sebagai research project management, ieldwork facilitator, atau project developer. Aktivitas pengambilan data lapangan biasanya dilakukan oleh para interviewer atau surveyor yang umumnya bekerja paruh waktu dan dibayar sesuai dengan kuantitas sampel yang didapat. Jika sampel yang dibutuhkan sangat banyak dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kertas (pen and paper process),maka akan terjadi proses input data yang biasanya dijalankan oleh puncher—sumber daya manusia yang khusus dialokasikan untuk melakukan input data dari kertas ke dalam komputer. Walaupun biasanya istilah yang digunakan berbeda-beda, namun biasanya posisi-posisi tersebutlah yang ada pada perusahaan penelitian besar.

(49)

Sumber: Indikator IPTEK Indonesia 2011 PAPPITEK-LIPI

Potret Paten di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini, paten dapat dianggap sebagai salah satu bentuk keluaran kegiatan penelitian dan pengembangan. Berdasarkan graik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah paten yang dihasilkan di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah paten yang dihasilkan di luar negeri.

(50)

A.3. PROSES DISEMINASI

Proses diseminasi adalah proses menyebarluaskan hasil penelitian d a n pengemba ng a n ya ng tela h dihasilkan dari proses implementasi rancangan. Kegiatan diseminasi ini dapat bersifat komersial maupun nonkomersial. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh organisasi nirlaba seringkali didiseminasikan secara nonkomersial karena tujuan penelitian dan pengembangan yang dilakukan biasanya adalah untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap hal tertentu. Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang dinaungi oleh perusahaan pada umumnya, proses diseminasi biasanya juga bertujuan untuk mela kukan promosi atau komersialisasi atas hasil penelitian yang dilakukan. Tidak jarang para peneliti juga mencari investor yang mungkin tertarik akan hasil temuan penelitian mereka.

Da la m kegiata n penelitia n da n pengembangan, secara umum proses diseminasi dapat memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tahap akhir dalam penelitian dan pengembangan atau sebagai tahap yang menjembatani hasil penelitian yang ada dengan calon pembeli yang kemudian akan memproduksi hasil penelitian dan pengembangan secara komersial. Tahap diseminasi akan menjadi tahap akhir dalam penelitian jika memang tidak perlu ada proses produksi massal atau komersial atas hasil penelitian untuk mendapatkan nilai ekonomi. Sebagai contoh, suatu perusahaan penelitian dalam bidang sosial biasanya menjadikan tahap diseminasi sebagai tahap akhir ketika mereka menyampaikan hasil penelitiannya kepada klien atau pasar tertentu yang ditargetkan dan sudah bisa mendapatkan nilai ekonomi dari proses ini. Dilain pihak, perusahaan penelitian dan pengembangan yang memang berniat menjual hasil implementasi rancangannya akan memanfaatkan tahap diseminasi sebagai jembatan antara hasil penelitian yang ada dengan calon pembeli (pelaku industri yang relevan dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan) sehingga hasil penelitiannya dapat membawa nilai tambah ekonomi bagi perusahaan penelitian dan pengembangan.

Gambar

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan
Gambar 1 - 2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
Gambar  2 - 1 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
Gambar  2 - 2 Peta Kreasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah disebutkan diatas, bahwa faktor pertumbuhan ada dua yakni faktor internal meliputi gen, sel, atom, kromosom atau gizi. Kemudia yang kedua adalah faktor

Per nyat aan Ruang l i ngkup di dokument asi kan unt uk menye di akan dasar pr oyek masa depan dan unt uk membuat keput us an dan mengkonfir mas i kan at au

- benda tersebut muncul dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang, (3) Makna yang demikian ini diperlakukan dan dimodifikasikan melalui proses

• Identify the risk factors for prostate cancer.. • Classify a recorded phoneme based on

Selain pendidikan faktor penyebab kemiskinan lainnya berdasarkan hasil observasi, yaitu (1) Secara ekonomi kemiskinan yang terjadi pada pemulung miskin TPA Supit

Melihat Tetuka dapat mengalahkan Prabu Kala Praceka, Batara Narada sangat senang seraya berkata,”Tetuka, engkau berhasil melenyapkan pembuat kerusuhan.Aku akan membawamu

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian

Sebelum agama Islam datang di pulau jawa kebudayaan jawa dipengaruhi oleh budaya animisme, dinamisme, hindu dan budha, setelah Islam datang terjadi asimilasi antara Islam dengan