• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM DALAM INFORMASI. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASPEK HUKUM DALAM INFORMASI. pdf"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM DALAM INFORMASI

Ayat 1 UU Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta menyebutkan sebagai berikut

“Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan ijin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku”. Hak cipta bersifat deklaratif yakni pencipta atau penerima hak mendapatkan perlindungan hukum seketika setelah suatu ciptaan di

lahirkan, dengan hal ini hak cipta tidak perlu di daftarkan ke Direktorat Jendral

Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HaKI), namun ciptaan dapat di daftarkan dan di

catat dalam daftar umum ciptaan di Ditjen HaKI guna memperkuat status

hukumnya.

Dalam memahami hak cipta dan Haki terdapat perbedaan karena dalam

hak cipta memang terbatas dalam kegiatan penggandaan suatu karya agar dapat di

nikmati lebih banyak orang. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan

intelektual, namun hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup

ciptaan yang merupakan perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup

(2)

terwakili dalam suatu ciptaan tersebut. Menurut UU Nomor 19 Tahun 2002

tentang hak cipta, ciptaan yang di lindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni dan juga sastra berupa buku- buku, program komputer, pamflet,

tata letak karya tulis yang di terbitkan dan semua hasil karya tulis lain seperti

ceramah, kuliah, pidato, dan lain sebagainya.1

Penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta sangat penting,

mengingat perkembangan perlindungan Hak Cipta dan perlindungan hukum

terhadap Hak Cipta bagi pencipta masih kurang, dimana masih banyak terdapat

hambatan-hambatan yang timbul dalam penegakan hukum ini, meskipun telah

dilakukan upaya-upaya hukum oleh para pihak, serta dengan menerapkan

sanksi-sanksi hukum terhadap pelanggar Hak Cipta berdasarkan Undang-Undang Hak

Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Demikianlah diperlukan peran serta semua pihak

bukan hanya pemerintah dan pencipta atau pemegang Hak Cipta saja tetapi juga

masyarakat pada umumnya dalam penegakan hukum ini.

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu pelanggaran Hak Cipta dan apa saja contoh kasus pelanggaran

Hak Cipta di Indonesia?

b. Bagaimana upaya penegakkan hukum Hak Cipta di Indonesia?

(3)

B. PEMBAHASAN

1. Pelanggaran Hak Cipta

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak

cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti

paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta

bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk

mencegah orang lain yang melakukannya.

Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya berhak cipta yang

melanggar hak eksklusif pemegang hak cipta, seperti hak untuk mereproduksi,

mendistribusikan, menampilkan atau memamerkan karya berhak cipta, atau

membuat karya turunan, tanpa izin dari pemegang hak cipta, yang biasanya

penerbit atau usaha lain yang mewakili atau ditugaskan oleh pencipta karya

tersebut.2

Undang-undang mengatur mengenai pelanggaran atas Hak Cipta. Di

dalam UU No. 19 Tahun 2002 ditegaskan bahwa suatu perbuatan dianggap

pelanggaran hak cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang

merupakan hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya.

Sehingga berdasarkan ketentuan undang- undang ini, maka pihak yang melanggar

dapat digugat secara keperdataan ke pengadilan niaga. Hal ini sebagaimana

dibunyikan pada ketentuan Pasal 56 ayat (1), (2), dan (3) sebagai berikut:

1. Secara Perdata

a. Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada

Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta

penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan

Ciptaan itu.

2

(4)

b. Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga

agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan

yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah,

pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran

Hak Cipta.

c. Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian

yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat

memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan Pengumuman

dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil

pelanggaran Hak Cipta.

2. Secara Pidana

a. Sementara itu dari sisi pidana pihak yang melakukan pelanggaran hak

cipta dapat dikenai sanksi pidana berupa pidana penjara dan/atau

pidana denda. Maksimal pidana penjara selama 7 tahun dan minimal 2

tahun, sedangkan pidana dendanya maksimal Rp. 5 miliar dan

minimal Rp. 150 juta.

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hak cipta

apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang

hak cipta. Perbuatan yang “tidak” dianggap sebagai pelanggaran hak cipta hal-hal

sebagai berikut:

1. Pengumuman dan/atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu

Kebangsaan menurut sifatnya yang asli,

2. Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan

dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak

cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan

perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika

(5)

3. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor

berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan

ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap,

4. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan:

1) Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pencipta,

2) Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian,

guna keperluan:

a. pembelaan di dalam atau di luar pengadilan,

b. ceramah yang semata2 untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan,

c. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran

dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar

dari pencipta.

5. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika

perbanyakan tersebut bersifat komersial,

6. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas

dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan

umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi

yang bersifat non komersial semata-mata untuk keperluan aktifitasnya,

7. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis

atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan,

8. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik

program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.3

3

(6)

2. Contoh Kasus Hak Cipta di Indonesia

1. Kasus Lukisan Sultan Mahmud Badaruddin II pada Mata Uang

Pecahan Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah)

Eden Nur Arifin, pelukis pahlawan nasional Sultan Mahmud Badaruddin

II resmi melaporkan BI ke Mabes Polri soal pelanggaran hak cipta. Demikian

disampaikan Suyud Margono, kuasa hukum Eden, dalam jumpa pers di Jakarta

(14/12). Lima pihak yang diajukan sebagai terlapor adalah Gubernur Bank

Indonesia, Deputi Gubernur BI, Dirjen Pengedaran Uang BI, PERURI dan Kepala

Museum Artha Suaka Bank Indonesia.

Merdeka.com mengungkapkan, gugatan atas pelanggaran hak cipta itu

didaftarkan oleh kuasa hukum Eden, Suyud Margono ke Pengadilan Niaga Jakarta

Pusat, Selasa, dan diterima oleh Panitera Muda Perdata Jakarta Pusat Qoriana J.

Saragih. Selain menggugat BI, Eden juga menggugat Perum Peruri dan Kepala

Museum Artha Suaka BI sebagai pihak yang memproduksi, memperbanyak dan

mengedarkan uang pecahan Rp10 ribu yang diterbitkan BI pada 20 Oktober 2005

yang memuat karya cipta yang dibuat dengan kreasi dan imajinasi Eden.

Pengajuan gugatan itu didasarkan pada undang-undang nomor 19 tahun

2002 tentang hak cipta yang menyebutkan bahwa sebagai pencipta dan pemegang

hak cipta lukisan maka Eden memiliki hak eksklusif terhadap karyanya. Suyud

sebagai kuasa hukum Eden Nur Arifin mengatakan, bahwa tindak pidana

pelanggaran hak cipta yang menjadi dasar laporan ke kepolisian ini adalah

penggunaan lukisan Sultan Mahmud Badaruddin II yang diterbitkan (publication)

dan diperbanyak (reproduction) sebagai gambar utama bagian depan mata uang

pecahan Rp10.000,-

Pasal 1 butir 6 UU No.19/2002 tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa

perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan

maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang

sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau

temporer. Adapun pasal yang dipakai untuk menjerat lima terlapor tersebut adalah

(7)

“Kita minta pengakuan di media cetak dan elektronik. Lagi pula seniman

itu kan mendapatkan uang dari hasil karya ciptanya, seperti pencipta lagu yang

mendapatkan royalti dari tiap perbanyakan karyanya”, tukas Suyud.

Ditambahkannya, meskipun hasil karya Eden telah diserahkan pada

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, namun Suyud menilai Eden tetap memiliki

hak cipta atas lukisan tersebut. Oleh karena itu, nama Eden berhak dilekatkan

dalam tiap pecahan mata uang Rp10ribu. Hal ini sesuai dengan Pasal 55, Pasal 56,

Pasal 65 dan Pasal 66 UU No.19/2002.

Menurut Pasal 55 yang berisi:

Pasal 55

Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak

mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa

persetujuannya :

1) Meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu,

2) Mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya,

3) Mengganti atau mengubah judul Ciptaan,

4) Mengubah isi Ciptaan.

Pihak Eden berhak untuk melayangkan gugatan yang didasarkan pada

hal-hal yang tercantum dalam butir-butir pada pasal 55 tersebut. Berdasarkan pasal 56

Ayat (1) , maka pihak Eden dapat meminta ganti rugi kepada Pengadilan niaga

atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan pada ayat (2) dijelaskan bahwa Eden juga

berhak memohon kepada pengadilan niaga agar memerintahkan penyerahan

seluruh atau sebagian yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta tersebut.

Pasal 56

(1) Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada

Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta

penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan

(8)

(2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga

agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang

diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan

atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

Pelanggar terjerat UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Pasal 72 ayat (1) dan

(2) dengan ketentuan pidana sebagai berikut:

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan

ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1

(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta

rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil

pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 2

Ayat (1)

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara

otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada

dasarnya pendaftaran Hak Cipta bukanlah sebuah keharusan, karena secara

(9)

Akan tetapi, pendaftaran Hak Cipta akan mempermudah apabila terjadi sengketa

atau pengambil alihan kepemilikan.4

Upaya penegakkan terhadap kasus tersebut:

Pada kasus ini sebenarnya Eden telah menyerahkan hasil karyanya kepada

pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, akan tetapi Eden melayangkan

gugatan atas dasar Pasal 55 Undang-Undang Hak Cipta No.19 tahun 2002, yang menjelaskan bahwa “Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang

tanpa persetujuannya: Meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan

itu, mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya, mengganti atau mengubah

judul Ciptaan, atau mengubah isi Ciptaan”.

3. Film Horor "Toilet 105" Comot Lagu GIGI Tanpa Izin

Pelanggaran hak cipta kembali terjadi. Kali ini single lagu “Ya Ya Ya”

Dani mengaku kecewa begitu mengetahui film garapan rumah produksi

Multivision tersebut yang memakai single “Ya Ya Ya” tanpa izin. “Saya dari

label menyatakan kalau lagu tersebut dipakai tanpa izin.” tegasnya. Tak hanya

Dani yang mengaku kecewa. Grup band yang digawangi Armand (vokal), Dewa

Budjana (gitar), Thomas Ramadhan (bas), dan Hendy (drum) juga ikut menyayangkan hal tersebut. Mereka menyesalkan saja ini bisa terjadi. “Tadinya konflik itu ada di kami karena awalnya dikira saya yang mengizinkan. Padahal

4

(10)

setiap penggunaan lagu, saya sangat hati-hati dan saya kembalikan ke mereka

(GIGI) karena mereka yang punya karya.” ujar Dani.

Karena itu, tanpa membuang waktu, Pos Manajemen GIGI langsung menunjuk kuasa hukum untuk menyelesaikan kasus tersebut. “Kami dari manajemen menguasakan penuh kepada Mada R Mardanus, SH, untuk masalah itu.” imbuh Dani. Dani berharap, kuasa hukum mereka bisa menempuh jalur hukum yang semestinya. “Saya belum mengetahui aturannya, tapi saya bilang ke Mada untuk

menyelesaikannya sesuai dengan aturan yang ada tanpa mengada-ada.”

ungkapnya. “Kalau Mada sih akan sesuai aturan yang ada saja. Kalau enggak ada

suatu kesalahan, ya enggak usah (menuntut) yang aneh-aneh. Yang semestinya saja.” tandasnya.

Upaya penegakkan terhadap kasus tersebut:

Lagu “ya..ya..ya..” yang diciptakan serta di populerkan oleh band “GIGI” merupakan sebuah karya seni dalam sebuah lagu yang telah memiliki hak cipta

(Pasal 12 ayat 1, UUHC Tahun 2002). Pemegang hak cipta lagu tersebut pastilah di pegang oleh “GIGI” beserta managementnya yang telah di beri hak cipta oleh si pencipta lagu (sesuai dengan UUHC tahun 2002, Pasal 1). Film “Toilet 105” jelas

telah melanggar hak cipta,karena menggunakan lagu “ya..ya..ya..” secara

komersial sebagai theme song tanpa izin penggunaan dari pemegang hak cipta.

(sesuai dengan UUHC tahun 2002, Pasal 2 ,point 2). Oleh Karena hal tersebut

hendaknya selaku pihak multivision harus lah meminta maaf kepada pihak

management “GIGI”,serta mengurus izin penggunaan lagu tersebut kepada

pemegang hak cipta. Jika tidak ada niat baik dari pihak multivision, pastilah pihak “GIGI” melalui label rekaman nya akan menuntut hukuman pidana,sesuai dengan

undang- undang yang berlaku.5

5

(11)

4. Kasus Pembajakan Software (CD) di Jakarta

Jakarta – Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

bersama BSA (Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan

Penindakan Pelanggaran Hak Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu

Mall Ambasador dan Ratu Plasa pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall

Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR. Johno Supriyanto, M.Hum

dan Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI. Penindakan ini

dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business Software Association)

pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang dijual bebas di

Mall Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD

Software sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.

CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall

Ambasador dan Ratu Plasa seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli

software ini bisa mencapai Rp.1.000.000 per softwarenya. Selain itu,

Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan secara rutin tetapi pelaksanaan untuk

penindakan dibuat secara acak/random untuk wilayah di seluruh Indonesia.

Upaya penegakkan terhadap kasus tersebut:

Salmon pardede, SH., M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan,

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa “Dalam

penindakan ini para pelaku pembajakan CD Software ini dikenakan Pasal 72 ayat

2 yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja

menyiarkan,memamerkan,mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan

atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dipidana dengan pidana paling lama penjara 5 tahun dan denda

paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) dan tidak menutup

kemungkinan dikenakan pasal 72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui bahwa tersangka juga sebagai pabrikan”.

Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk

(12)

software bajakan karena produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada

negara dibidang pajak disamping itu untuk menghindari kecaman dari United

States Trade Representative (USTR) agar Indonesia tidak dicap sebagai negara

pembajak.6

a. Upaya Penegakkan Hukum

1. Pencegahan Pelanggaran Hak Cipta

Jika ada suatu pelanggaran tentang hak cipta, maka pencipta atau

pemegang hak cipta harus:

1) Mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga

dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan

bukti adanya pelanggaran Penetapan Sementara ditujukan untuk:

a. mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya

mencegah masuknya barang yang diduga melanggar hak

cipta atau hak terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk

tindakan importasi,

b. menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak

cipta atau hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya

penghilangan barang bukti.

2) Mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas pelanggaran

hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan

atau hasil perbanyakannya. Untuk mencegah kerugian yang lebih

besar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan

kegiatan pengumuman dan/atau perbanyakan ciptaan atau barang yang

merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela).

3) Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI

dan/atau PPNS DJHKI. Selain penyidik pejabat Polisi Negara RI juga

(13)

pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan departemen yang

lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak cipta

(Departemen Kehakiman) diberi wewenang khusus sebagai penyidik,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak

pidana di bidang hak cipta.

2. Penegakkan Hukum atas Hak Cipta

Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak

cipta dalam hukum perdata, namun ada pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana

secara umum dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun kini

semakin lazim pada perkara-perkara lain.

Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara umum

diancam hukuman penjara paling singkat satu bulan dan paling lama tujuh tahun

yang dapat disertai maupun tidak disertai denda sejumlah paling sedikit satu juta

rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah, sementara ciptaan atau barang yang

merupakan hasil tindak pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk

melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan (UU

19/2002 bab XIII).

Tindak pidana bidang hak cipta dikategorikan sebagai tindak kejahatan

dan ancaman pidananya diatur dalam Pasal 72 yang bunyinya:

1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)

dan ayat (2) dipidana dengan pidana dengan pidana penjara

masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00

(lima milyar rupiah),

2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang

(14)

pada ayat (1) dipidana dengan pidanan penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah),

3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak

penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),

4) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 17

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah),

5) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 19 atau

Pasal 49 ayat (3) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah),

6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau

Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh

(15)

denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta

rupiah).7

7

(16)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya berhak cipta yang

melanggar hak eksklusif pemegang hak cipta, seperti hak untuk mereproduksi,

mendistribusikan, menampilkan atau memamerkan karya berhak cipta, atau

membuat karya turunan, tanpa izin dari pemegang hak cipta, yang biasanya

penerbit atau usaha lain yang mewakili atau ditugaskan oleh pencipta karya

tersebut.

Undang- undang mengatur mengenai pelanggaran atas Hak Cipta. Di

dalam UU No. 19 Tahun 2002 ditegaskan bahwa suatu perbuatan dianggap

pelanggaran hak cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang

merupakan hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya.

Sehingga berdasarkan ketentuan undang- undang ini, maka pihak yang melanggar

dapat digugat secara keperdataan ke pengadilan niaga.

B. Saran

Sekian pembahasan makalah singkat dari kami, yaitu tentang Pelanggaran

dan Penegakkan Hak Cipta di Indonesia. Semoga makalah ini bisa bermanfaat

bagi teman-teman semuanya khususnya bagi Mahasiswa jurusan Ilmu

Perpustakaan dan Komunikasi. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih banyak

kepada Dosen Pengasuh dan juga teman-teman semuanya karena sudah

memunculkan minat untuk membaca atau mendengarkan hasil karya kerja keras

kami, walaupun hasilnya belum semaksimal yang kami harapkan. Kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman agar

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Basri dan Lukman Maulana, 2010. Tatanan Hukum Indonesia,

(Jogjakarta: Andioffset)

Nasution Djoni dan Haikal Simaguntung, 2004. Hukum-hukum Dalam

Pandangan Kehidupan, (Jakarta: Bumi Aksara)

Internet:

https://meilabalwell.wordpress.com/pelanggaran-hukum-terhadap-hak- cipta/, (diakses 04 November 2016, pukul 00:26 WIB)

Hukum, Online. 2005.”Pelukis Sultan Mahmud Badarudin II Laporkan BI

ke Mabes Polri”.Tersedia:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol14054/pelukis-sultan- mahmud-badarudin--ii-laporkan-bi-ke-mabs-polri, (diakses 04 November 2016, pukul 11:07 WIB)

http://lawazco.blogspot.com/2016/02/hak-kekayaan-intelektual-hak-cipta- hak.html, (diakses 06 November 2016 Pukul, 15:29 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Utami dkk (2013) yang berjudul “ Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di Sman 1 Kahu

Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang

nuclei CCN on the development of precipitation in mixed-phase convective clouds. The results show that the strongest effects of introducing giant CCN occur when the

36 Perencanaan : proses perbuatan atau cara merencanakan sesuatu, merupakan suatu penyusunan kerangka kerja/gambaran dari apa yang dikerjakan. b) Perancangan

Berdasarkan hasil penelitian, pada bagian contoh soal di buku teks sudah memuat soal-soal dengan jawaban yang dijelaskan secara rinci pada buku tersebut. Dalam

Selain itu, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya komposisi dewan komisaris dengan aspek keahlian akuntansi maupun perpajakan yang memadai untuk

issue memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan kurs rupiah terhadap harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Ramya & Right issue Event study, t Right issue Bhuvaneshwari dan Harga

Tujuan dari penelitian yaitu untuk menganalisis, mengevaluasi sistem informasi akuntansi persediaan CV Liem San pada siklus pengeluaran, penyimpanan, pemesanan