• Tidak ada hasil yang ditemukan

POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU Sonn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU Sonn"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

13

POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU (

Sonneratia alba

J. Smith)

DI HUTAN MANGROVE KALIMANTAN BARAT

Adi Bejo Suwardi 1)dan Zidni Ilman Navia2)

1) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Samudra

Kampus UNSAM Meurandeh, Provinsi Aceh 24116

2) Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura

Kampus UNTAN Jl. Ahmad Yani Pontianak, Kalimantan Barat 78214

email: adi.bsw@gmail.com

Abstrak

Suatu eksplorasi tentang kedabu (Sonneratia alba) telah dilakukan di kawasan hutan mangrove di Kecamatan Sukadana, Kalimantan Barat dari bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji populasi dan pola distribusi kedabu serta faktor fisika -kimia yang mempengaruhinya. Eksplorasi dilakukan tiga Dusun yaitu Nirmala, Tambak Rawang, dan Sebadal, Desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana. Metode yang dilakukan kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Hasil penelitian ini didapatkan total individu kedabu 139 individu, tingkat pohon 28 individu, pancang 41 individu, dan semai 70 individu. Kepadatan populasi kedabu pada lokasi penelitian tingkat pohon berkisar 60-300 ind/Ha, pancang 480-2080 ind/Ha, dan semai 1500-33.500 ind/Ha. Kedabu memiliki pola distribusi mengelompok.

Kata kunci: Kedabu, mangrove, Sonneratia alba, pola distribusi, populasi

PENDAHULUAN

Kedabu (Sonneratia alba) tergolong jenis tumbuhan mangrove yang umumnya ditemui hidup di daerah lempung berpasir yang menghadap laut. Kedabu dapat juga ditemui hidup di daerah berlumpur dalam disepanjang tepian sungai atau rawa-rawa yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kedabu sebagai salah satu komponen penyusun hutan mangrove memberikan manfaat tidak langsung bagi manusia. Antara lain penjaga kestabilan garis pantai atau tebing sungai dari abrasi atau erosi, menahan tiupan angin laut, sebagai tempat penghasil oksigen dan penyerap karbondioksida. Serta sebagai tempat untuk tinggal, mencari makan dan berkembang biak bagi hewan. Manfaat langsung kedabu bagi manusia adalah

buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan, batangnya digunakan sebagai kayu bakar, peralatan rumah tangga, dan kertas. Tumbuhan hutan mangrove termasuk kedabu memiliki nilai ekonomi tinggi, antara lain sebagai sumber kayu bakar, bahan bangunan, bahan makanan dan bahan obat-obatan (Setyawan, 2005).

(2)

14 mendatang. Oleh sebab itu, perlu

dilakukan penelitian tentang populasi dan pola distribusi kedabu di kawasan hutan mangrove desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan pola distribusi kedabu di kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan pada bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011 di kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pada pendekatan konseptual dengan melihat rona biologis

dan interaksinya dengan kedabu menggunakan metode Purposive Sampling. Berdasarkan kondisi tersebut

ditetapkan 3 lokasi pengamatan kedabu yaitu di Dusun Nirmala (lokasi I), Dusun Tambak Rawang (lokasi II), dan Dusun Sebadal (lokasi III).

Masing-masing lokasi dibuat transek tegak lurus garis pantai dengan ukuran 10x50 m. Setiap transek diambil data vegetasi dengan metode garis berpetak sebanyak 5 petak pengamatan (plot) dengan ukuran plot disesuaikan tingkat stratifikasi tumbuhan kedabu, yaitu pohon berdiameter >10 cm berukuran 10x10 m2, pancang berdiameter 2-10 cm berukuran 5x5 m2, dan tingkat semai berukuran 2x2 m2. Kedabu yang diperoleh pada setiap lokasi dicatat jenis dan jumlahnya.

(3)

15

Analisis Data

Perhitungan kepadatan kedabu menggunakan rumus berikut (Onrizal dan Kusmana. 2005):

Kepadatan (K) = a a

a a

Penghitungan pola distribusi pada kedabu menggunakan metode varians kuadrat berpasangan atau Paried Quadrat Variance Methode (PQV) (Ludwig and

Reynolds. 1998):

Var (X)1 = [1/(N-1)] {[1/2 (x1-x2)2] +

[1/2(x2- x3)3] + … + [1/2(xN-1-xN)2]} Dimana: Var (X)1 = Varian ke-1

N = Jumlah Varians

xN = Nilai atau jumlah kedabu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Sonneratia alba

Penelitian telah dilakukan pada tiga lokasi penelitian di kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Nilai kepadatan kedabu tertinggi untuk masing-masing stratifikasi pertumbuhan

pohon, pancang, dan semai terdapat pada lokasi 2 dengan nilai masing-masing yaitu 300 individu/ha, 2080 individu/ha, dan 33.500 individu/ha. Sementara itu, nilai kepadatan kedabu terendah yaitu di lokasi 3 dengan nilai untuk stratifikasi pohon 60 individu/ha dan pancang 480 individu/ha, namun pada lokasi 3 tidak ditemukan adanya tingkat stratifikasi semai (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa kedabu memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap kondisi habitat di hutan mangrove tersebut. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) banyaknya jenis dan jumlah individu pada suatu lokasi sangat tergantung pada keadaan habitat tumbuhnya. Lokasi 2 terletak di muara sungai yang berbatasan langsung dengan laut sehingga daerah ini memiliki tekstur tanah lempung berpasir serta mendapat masukan air tawar yang cukup yang menyebabkan kedabu tumbuh dengan baik di lokasi in

Tabel 1. Analisis Populasi Kedabu pada Lokasi Penelitian Tingkat Stratifikasi

Kepadatan Kedabu (ind/Ha)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pohon 200 300 60

Pancang 720 2080 480

(4)

16 .

Setyawan, dkk (2003) menyatakan bahwa hutan mangrove terbentuk karena adanya masukan air tawar, sedimentasi, aliran air pasang surut, dan suhu yang hangat. Hal ini sama dengan penelitian dari Pramudji (2003) di Pesisir Teluk Mandar, tepatnya di Pulau Panampeang yang terletak di teluk bagian luar hanya ditemukan jenis Sonneratia alba yang mampu tumbuh pada kondisi lingkungan dengan pukulan ombak yang relatif besar. Rendahnya nilai kepadatan kedabu pada lokasi 3, dapat disebabkan besarnya pengaruh antropogenik yang mengubah habitat mangrove untuk kepentingan lain, sehingga luasan ekosistem ini terbatas, dimana lokasi tersebut telah dikonversi menjadi sawah dan perkebunan penduduk. Sebagian hutan mangrove di lokasi 3 mengalami penebangan dan perluasan perkebunan. Menurut Nursal, dkk. (2005) adanya keterbukan lahan juga diindikasikan dari berkurangnya kepadatan vegetasi, terutama pada strata pohon dan pancang. Selain itu, tidak ditemukannya tingkat semai (anakan) dari kedabu pada lokasi 3 menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut tingkat regenarasi kedabu tergolong rendah, hal ini dapat disebabkan oleh sifat buahnya yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia maupun hewan pemakan buah. Sehingga biji kedabu tidak dapat berkembang biak.

Kedabu di lokasi 2 ditemukan berupa pohon yang tinggi dan besar yang berada di barisan depan menghadap laut terbuka. Sonneratia alba lebih banyak ditemukan pada daerah pantai yang berbatasan langsung dengan perairan laut terbuka (Nursal, dkk. 2005). Jenis ini dapat ditemukan sebagai tegakan pohon yang berukuran besar di tepi pantai. Sedangkan tingkat pancang dan semai ditemukan tumbuh mengelompok dekat dengan daratan. Perkembangbiakan kedabu dengan menggunakan biji yang mudah bergerak mengikuti arus pasang surut air laut menjadi penyebab perbedaan tempat tumbuh. Setiap individu kedabu dapat ditemukan tumbuh di dekat daratan atau menjauhi daratan. Tingginya nilai kepadatan dari tingkat pancang dan semai menunjukkan bahwa tingkat regenerasi kedabu pada lokasi 2 sangat tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa lokasi 2 merupakan kawasan hutan mangrove yang masih alami dan jauh dari adanya aktivitas manusia dalam mengkorversi lahan.

(5)

17 Berdasarkan kriteria yang ditetapkan

dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.201 Tahun 2004 dalam Nursal, dkk. (2005) tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan dapat dikategorikan sebagai kawasan hutan mangrove yang sudah rusak. Kemampuan regenerasi vegetasi pada tiga lokasi yang diteliti dianggap masih baik, ditunjukkan dengan kepadatan anakan (semai) lebih dari 1000 individu/ha dan kepadatan pancang lebih dari 240 individu/ha, kecuali pada lokasi 3 dimana strata semai tidak ditemukan.

Pola Distribusi Sonneratia alba

Setiap individu yang ada di dalam suatu populasi mengalami penyebaran (distribusi) di dalam habitatnya. Pola distribusi kedabu yang terdapat di kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan, dapat diketahui dengan menggunakan metode varians terhadap jumlah kedabu yang ditemukan pada lokasi penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan analisis varian kedabu di lokasi penelitian dapat diketahui pola distribusi kedabu pada ketiga lokasi menunjukkan pola berbeda (Gambar 4.1).

Gambar 2. Pola Distribusi Kedabu a). Lokasi 1; b). Lokasi 2; c). Lokasi 3

Kedabu di lokasi penelitian 1 Dusun Nirmala, lokasi 2 Dusun Tambak

Rawang, dan lokasi 3 Dusun Sebadal secara umum memiliki pola distribusi

1000 1100 1200 1300 1400

varian 1 varian 2 varian 3 varian 4

0 2 4 6 8 10

varian 1 varian 2 varian 3 varian 4 0

2 4 6 8 10 12

varian 1 varian 2 varian 3 varian 4

a) b)

(6)

18 cenderung mengelompok (Gambar 2.a-c).

Pola distribusi mengelompok pada kedabu menunjukkan bahwa kondisi habitat tersebut cenderung heterogen dan sebagai akibat dari proses reproduksi kedabu pada lokasi tersebut. Hal ini relevan dengan kesimpulan Barbour, dkk (1987) dalam Djufri (2002) bahwa pola distribusi

spesies tumbuhan cenderung

mengelompok, sebab tumbuhan

bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang yang menghasilkan anakan vegetatif masih dekat dengan induknya.

Pola distribusi dari kedabu yang mengelompok dipengaruhi oleh pola reproduksi dari kedabu. Kedabu bereproduksi secara generatif dengan menggunakan biji (Santoso, dkk., 2005). Tipe biji kedabu berbentuk bundar dengan diameter 3,4-4,5 cm, dalam satu buah berisi benih 150-200 biji. Biji kedabu akan jatuh berkumpul dekat dengan induknya atau hanyut terbawa arus dan berkelompok pada suatu tempat di dekat daratan yang mengakibatkan kedabu tumbuh berkelompok. Pola distribusi mengelompok menandakan terjadinya interaksi positif antara individu tanaman tersebut atau sistem regenerasinya cenderung dilakukan secara vegetatif atau kemampuan penyebaran bijinya terbatas (Djufri, 2005).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan hutan mangrove Desa Gunung Sembilan Kecamatan Sukadana dapat disimpulkan nilai kepadatan kedabu tertinggi untuk masing-masing stratifikasi pertumbuhan pohon, pancang, dan semai terdapat di lokasi 2 dengan nilai masing-masing yaitu 300 ind/ha, 2080 ind/ha, dan 33.500 ind/ha dan pola distribusi kedabu pada lokasi penelitian cenderung mengelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Djufri. 2002. Penentuan pola distribusi, asosiasi, dan interaksi spesies tumbuhan khususnya padang rumput di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Biodiversitas 3(1). 181-188

Djufri. 2005. Pola distribusi dan asosiasi tumbuhan bawah pada tegakan akasia (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del. di Savana Kramat Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Enviro 5(1). 48-54

Kusuma, C., Onrizal, dan Sudarmaji. 2003. Jenis-Jenis Pohon Mangrove di Teluk Bintuni, Papua. Diterbitkan atas kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan PT. Bintuni Utama Murni. Bogor: Wood Industries

(7)

19 Nursal, Fauziah. Y., dan Ismiati. 2005.

Struktur dan komposisi vegetasi mangrove Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau. Biogenesis 2(1). 1-7

Onrizal dan Kusmana C. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Pramudji. 2003. Keanekaragaman flora di hutan mangrove kawasan pesisir Teluk Mandar, Polewali, Propinsi Sulawesi Selatan: Kajian pendahuluan. Biota 8(3). 135-142

Santoso. N., Bayu C. N., Ahmad F. S., dan Ida F. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove

Setyawan, A. D. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah. Tesis. Surakarta:

Program Studi Ilmu

Lingkungan Universitas Sebelas Maret

Soerianegara. I dan Indrawan A. 1978. Ekologi Hutan. Bogor: Pusat

Pendididikan Lembaga

Gambar

Gambar 1. Skema pengambilan sampel
Tabel 1. Analisis Populasi Kedabu pada Lokasi Penelitian Kepadatan Kedabu (ind/Ha)
Gambar 2. Pola Distribusi Kedabu a). Lokasi 1; b). Lokasi 2; c). Lokasi 3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat pengguna Jamkesmas

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Analisis, Anava, dan DMRT Kadar Protein Non Flaky Crackers dengan Substitusi Tepung Sukun dan Tepung Ikan Teri Nasi. Tabel

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kombinasi crospovidone dan manitol terhadap sifat fisik tablet dan disolusi fast disintegrating tablet piroksikam

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan guru SD di kecamatan sekongkang dalam merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran yang mampu

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 11 November 2014 – 5 Desember 2014 dengan Ni Ketut Sucita selaku manajer Koperasi Pasar Srinadi

Java bukan turunan langsung dari bahasa pemrograman manapun, juga sama sekali tidak kompetibel dengan semuanya.. Java memiliki keseimbangan menyediakan mekanisme