Paidagogeo Vol.2 No.4 – September 2017 [ISSN 2527-9696] Hlm 68 – 75
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR INDUKTIF
(INDUCTIVE THINKING MODEL)
TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMA
Halimatus Sakdiah
Dosen Pendidikan Fisika di STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh Jambi
Abstract
This research is a type of Quasi Experimental rese-arch. Dependent variable is Inductive Thinking Mo-del, while the independent variable is student learni-ng activity. This study uses observation sheets to ob-serve student learning activities. Before performing statistical tests, the research data tested the norma-lity and homogeneity. The statistical test is perfor-med by conducting a two-t test. The conclusions ob-tained from the inductive thinking learning model give influence to the student's learning activity, wh-ere each student learning activity for each indicator is higher value when compared with the class by us-ing conventional model.
Keywords: Inductive Thinking, Activity
Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Ek-sperimen. Variabel terikat Model Pembelajaran Berfikir Induktif (Inductive Thinking Model) seda-ngkan variabel bebasnya adalah aktivitas belajar si-swa. Penelitian ini menggunakan Instrumen berupa lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa. Sebelum melakukan uji statistika, data pene-litian diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji sta-tistika dilakukan dengan melakukan uji t dua pihak. Kesimpulan yang didapatkan model pembelajaran berfikir induktif memberikan pengaruh pada akti-vitas belajar siswa, dimana setiap aktifitas belajar siswa untuk setiap indikator bernilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model konvensional.
Kata Kunci : Berfikir Induktif, Aktivitas
PENDAHULUAN
Pada umumnya pembelajaran fisika di sekolah guru masih jarang sekali mengguna-kan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam belajar, ini terlihat masih rendah-nya partisipasi siswa. Siswa harendah-nya menerima informasi dari penjelasan guru dan buku peg-angan (tidak berdiskusi dengan teman tentang materi pelajaran). Peningkatan aktivitas siswa masih terbatas pada pemberian tugas atau lati-han yang ada didalam buku pegangan siswa, sehingga siswa merasa bosan mengikuti kegia-tan belajar mengajar.
Seperti halnya disampaikan oleh Sanjaya
(2006:1) bahwa: “Salah satu masalah yang di -hadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan men-imbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi untuk memahami infor-masi yang didapatnya itu untuk menghubung-kannya dengan kehidupan sehari - hari.”
69 Hasil observasi didapatkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi umum digunakan adalah Teacher Learning Center yaitu proses pembelajaran yang berfokus pada guru, mana siswa di anggap sebagai objek. Siswa di-berikan perintah-perintah seperti “lihat”, “de
-ngar”, “catat”, “hapal”, “pahami”, “kerjakan”
dan lainnya, sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativi-tasnya. Dengan matinya kretivitas siswa maka akan menutup karakter-karakter yang di ha-rapkan dari siswa.
Model pembelajaran berpikir induktif ada-lah model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing). Model ini dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba dengan tujuan untuk mendorong para siswa menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat sis-wa lebih terampil dalam menyingkap dan me-ngorganisasikan informasi, dan dalam melaku-kan pengetesan hipotesis yang melukismelaku-kan hu-bungan antar hal.
Menurut Taba dalam buku Joice (Joyce,-2009:79) mengindentifikasi tiga tugas berpikir induktif dan kemudian mengembangkan tiga strategi mengajar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses berpikir induktif. Pertama adalah pem-bentukan konsep (strategi pengajaran dasar), kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah penerapan prinsip-prinsip. Tahap ini mencakup (1) mengidentifikasi dan menyebut-kan satu persatu data yang relevandengan mas-alah, (2) mengelompokkan item berdasarkan kesamaan, dan (3) mengembangkan kategori dan label untuk kelompok. Untuk melibatkan para siswa dalamkegiatan ini, Taba mencipta-kan pembelajaran bergerak dalam bentuk per-tanyaan.Tujuandari strategi ini adalah untuk mendorong siswa memperluas sistem konsep-tual dengan caramemproses informasi.
Guna memahami konsep model mengajar berpikir induktif dapat diuraikan dengan me-memperhatikan sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung bagi keterlaksanana-nya, dan keterlaksanaan model tersebut dalam mengajar. Model tersebut meggunakan tiga st-rategi yang satu sama lain berurutan dan saling berketergantungan satu sama lainnya. Dampak instruksional dari model pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajar-kan konsep-konsep. Sedangmengajar-kan, dampak pe-ngiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, men-urut Marbun, J. mahasiswa jurusan fisika Uni-versitas Negeri Medan, meneliti perbedaan ha-sil belajar siswa dengan model induktif dan konvensional di SMP N 2 Percut Sei Tuan TP 2007/2008. Dari hasil penelitiannya disimpul-kan bahwa tidak ada perbadaan yang signifi-kan antara hasil belajar siswa dengan dua per-lakuan tersebut. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang menjadi kendala-kendala dalam pelaksanannya yakni; keterbatasan alat-alat untuk percobaan di sekolah, tidak dilaksana-kan percobaan maupun demonstrasi pada ma-teri pelajaran yang mengharuskan untuk dilak-sanakan percobaan dan demonstrasi, siswa le-bih tertarik dengan metode ceramah, minim-nya waktu yang tersedia dan kurang efektif da-lam membagi kelompok sehingga suasana kel-as kurang kondusif.
70 Aktivitas belajar peserta didik adalah akti-vitas yang bersifat fisik ataupun mental (Sar-diman, 2005:96). Aktivitas belajar merupakan rangkaian antara kegiatan fisik (jasmani) mau-pun mental (rohani) agar bisa melakasanakan proses belajar pembelajarann yang maksimal. Keaktifan peserta didik haruslah mampu men-dominasi dibandingkan aktivitas guru sehingga selama mengikuti proses pembelajaran mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Menurut Nasution (1997:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembe-lajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir se-lama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas
Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana (2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities),
yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pame-ran dan mengamati opame-rang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), ya-itu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengaju-kan pertanyaan, memberi saran, mengemu-kakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau dis-kusi kelompok, atau mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis (writing ac-tivities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar ( draw-ing activities), yaitu menggambar, me-mbuat grafik, diagram, peta dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan motorik (motor
acti-vities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pame-ran, membuat model, menyelenggara-kan permainan, serta menari dan berke-bun.
7. Kegiatan-kegiatan mental (mental acti-vities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa fa-ktor-faktor, melihat hubungan-hubung-an, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional ( emotio-nal activities), yaitu minat, membeda-kan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Model, metode dan pendekatan belajar di-harapkan mampu meningkatkan aktivitas bela-jar siswa, sehingga siswa mendapatkan peng-alaman belajar yang bermanfaat dalam meng-konstruk pengetahuan yang diharapkan. Setiap model pembelajaran akan memberikan dam-pak pada aktivitas yang berbeda pula. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo & Widayanti, L (2013) menyimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap pertemuan ketika menggunakan metode pem-belajaran problem based learning. Hal ini akan menjadi perbandingan dengan menggunakan model pembelajaran berfikir induktif.
71 (1) Menulis, yaitu aktivitas siswa dalam
mencatat secara mandiri penjelasan dan keterangan yang disampaikan selama proses pembelajaran berlang-sung maupun selama proses diskusi berlangsung
(2) Bertanya pada guru, yaitu aktifitas sis-wa menanyakan kepada guru ketika menemukan materi atau penjelasan ya-ng tidak dipahami.
(3) Mengerjakan LKS, yaitu aktifitas sis-wa menyelesaikan Lembar Kerja Sis-wa yang telah dirancang sesuai dengan model pembelajaran berfikir induktif, sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
(4) Bertanya pada Teman, yaitu aktifitas bertanya kepada siswa selama proses tanya jawab dalam diskusi kelompok. (5) Kegiatan tidak Relevan, yaitu aktifitas
-aktifitas yang dilakukan siswa yang tidak menunjang proses pembelajaran, seperti bermain maupun mengganggu teman belajar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
Quasi eksperimen, yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari
“sesuatu” yang dikenakan pada “subyek” yaitu
siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas sa-mpel yang diberi perlakuan yang berbeda. Va-riabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Berfikir Induktif (Inductive Thi-nking Model) dengan Menggunakan Peta Kon-sep sedangkan variabel terikat nya adalah akti-vitas belajar siswa. Pengambilan sampel pene-litian dilakukan secara cluster random sampli-ng. Instrumen penelitian ini menggunakan le-mbar observasi. Adapun manfaat observasi da-lam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang keseluruhan objek yaitu
memperoleh informasi balikan guru di dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi yang di-lakukan bersifat langsung dan didi-lakukan oleh 2 orang pengamat yang dilengkapi dengan lem-bar pedoman observasi aktivitas belajar siswa Prosedur penelitian dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian. a. Melakukan konsultasi
b. Menyiapkan instrumen pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian.
c. Mengurus surat perizinan untuk penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Melaksanakan pretes pada kelas eks-perimen dan kelas kontrol untuk men-getahui hasil belajar siswa sebelum di-beri perlakuan.
b. Melakukan analisis data pretes yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
c. Memberikan perlakuan pada proses pe-mbelajaran dengan menggunakan mo-del pembelajaran Berfikir Induktif den-gan Menggunakan Peta Konsep pada kelas eksperimen dan pemberian perla-kuan dengan menggunakan Model Pe-mbelajaran Konvensional pada kelas kontrol.
d. Melaksanakan postes untuk mengetah-ui kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Melakukan analisis data postes dengan menggunakan uji t pada kelas eksperi-men dan kelas kontrol. Dari uji hipote-sis diketahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Berfikir Induktif dengan Menggunakan Peta Konsep ter-hadap hasil belajar siswa.
f. Menarik kesimpulan.
72 penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data aktivitas siswa selama pembelajaran diamati oleh pengamat dan dianalisis dengan meng-gunakan skor. Presentase setiap kategori dihi-tung dengan menggunakan rumus sebagai be-rikut
% 100
x maksimal
skor
siswa diperoleh yang
skor PPN
Dengan Persentase Perolehan Nilai (PPN) dengan kriteria yang digunakan sebagai berikut :
100 – 80 : Sangat baik 79 – 60 : Aktif
59 – 40 : Cukup Aktif < 40 : Kurang Aktif
Selanjutnya untuk melakukan perhitungan matematis, data diuji normalitas dan homoge-nitas data. Pengujian awal ini ditujukan untuk mengetahui data berdistribusi normal dan ber-asal dari populasi yang sama. Setelah dilaku-kan pengujian dasar statistika selanjutnya data diuji menggunakan uji t dua pihak uintuk me-ngetahui ada atau tidaknya perbedaan aktifitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran berfikir induktif dengan model pembelajaran konvensional. Guna me-mpermudah perhitungan, penelitian ini mem-anfaatkan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian dan penga-mbilan data, maka didapatkan data hasil dari lembar observasi yang diamati oleh peneliti. Data penelitian ini dibuat dalam persentase de-ngan menggunakan persamaan (1) di atas. Se-lanjutnya persentase kelima indikator aktivitas belajar siswa yang diamati pada kelas eksperi-men dan kelas kontrol dapat dilihat pada gam-bar 1 berikut ini.
Gambar 1 Persentase Indikator Aktivitas Belajar Siswa Kelas Berfikir Induktif dengan
Kelas Konvensionel
Dari gambar 1 dapat dilihat aktivitas Me-nulis pada kelas berfikir induktif 11% lebih ti-nggi jika dibandingkan dengan kelas konven-sional. Aktivitas Bertanya pada Guru untuk kelas berfikir induktif 7% lebih tinggi jika di-bandingkan dengan kelas konvensional. Akti-vitas siswa Mengerjakan LKS untuk kelas ber-fikir induktif 19 % lebih tinggi jika dibandi-ngkan kelas konvensional. Aktivitas siswa Bertanya pada Teman untuk kelas berfikir ind-uktif 23% lebih tinggi jika dibandingkan deng-an kelas konvensional. Kegiatdeng-an Siswa ydeng-ang Tidak Relevan pada proses pembelajaran un-tuk kelas berfikir induktif 12% lebih rendah ji-ka dibandingji-kan dengan kelas konvensional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas sis-wa dalam hal menunjang proses pembelajaran bernilai lebih tinggi pada kelas yang menggu-nakan model pembelajaran berfikir indukti da-ri pada kelas konvensional.
85% 78%
66% 56%
98%
96% 85% 85%
79% 86%
Indikator Aktivitas Siswa
73 Berdasarkan persentasi data di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa untuk setiap indika-tor aktifitas siswa yang merupakan aktifitas positif (menulis, bertanya pada guru, bertanya pada teman dan mengerjakan LKS) bernilai le-bih tinggi pada kelas eksperimen jika dibandi-ngkan kelas kontrol. Sedadibandi-ngkan pada indikator aktifitas negatif (kegiatan yang tidak relevan) bernilai lebih rendah pada kelas eksperimen ji-ka dibandingji-kan kelas kontrol. Ini menunjuji-kan model pembelajaran berfikir induktif mengha-silkan aktifitas belajar lebih tinggi jika diban-dingkan dengan model pembelajaran konven-sional.
Untuk membuktikan pernyataan diatas, maka selanjutnya data penelitian dilakukan pe-ngujian statistika untuk mendapatkan nilai uji hipotesis. Adapun hasil pengujian statistika ad-alah sebagai berikut:
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk popu-lasi darimana sampel berasal. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data ked-ua sampel berdistribusi normal atau tidak. Ha-sil output uji normalitas dengan bantuan SPSS dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Pada tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan data tersebut adalah 0,565 nilai ini lebih besar dari pada 0,05. Artinya data tersebut berdistri-busi normal.
(2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas berfungsi untuk men-getahui apakah kedua sampel berasal dari pop-ulasi yang homogen. Hasil output uji homo-genitas dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.543 3 30 .657
Pada tabel 2 di atas terlihat data tersebut berada pada taraf signifikan 0,657. Dimana taraf signifikan ini lebih besar dari pada 0,05, artinya data tersebut adalah homogen.
(3) Uji t dua pihak
Uji t dua pihak digunakan untuk menge-tahui pengaruh dari suatu perlakuan yaitu model pembelajaran berfikir induktif terhadap aktivitas siswa. Hipotesis yang diuji berbentuk :
HO : X1 X2 Ha : X1 X2
Keterangan :
HO : Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, berarti tidak ada pengaruh model pembelajaran berfikir induktif terhadap aktivitas belajar siswa.
Ha : Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar kelas kontrol sama, berarti ada sama, berarti ada pengaruh model pembelajaran berfikir induktif terhadap aktivitas belajar siswa.
Table 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 8.37533495 Most Extreme
Differences
Absolute .131
Positive .131
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z .788 Asymp. Sig. (2-tailed) .565 a. Test distribution is Normal.
74 Untuk mempermudah perhitungan, ma-ka menggunama-kan aplima-kasi SPSS sehing-ga menghasilkan output seperti berikut ini.
Tabel 3 Hasil output uji t
Paired Differences
Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa taraf signifikan sebesar 0,048. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan 0,05, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berfikir induktif terhadap aktivitas belajar siswa. Wa-laupun model berfikir induktif memiliki kele-bihan-kelebihan yang menghasilkan peningka-tan hasi belajar siswa tapi peneliti masih men-galami kendala – kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu: 1) Siswa kurang terbiasa dal-am berkelompok terbukti dengan kurangnya motivasi siswa ketika peneliti akan membuat kelompok dan pemberian tugas kelompok 2) Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti masih kurang dalam pengendalian kelas, dika-renakan siswa kurang terbiasa dengan model pembelajaran berfikir induktif. 3) Alokasi wa-ktu yang sangat sulit diatur karena model ber-fikir induktif memiliki 9 fase yang berbeda- beda, khususnya ketika siswa berdiskusi, siswa memerlukan waktu lebih dari yang telah dial-kasikan oleh peneliti 4) Dalam proses belajar mengajar siswa belum begitu percaya diri den-gan pengetahuan yang ditemukannya sendiri, sehingga siswa cenderung bertanya pada guru.
Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa den-gan pembelajaran konvensional, dimana guru merupakan sumber utama dari pengetahuan yang didapat siswa
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan strategi Model Pembelajaran Berpikir Induktif (Inductive Thinking Model) telah dila-ksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan sesuai dengan materi pembelajaran yang digunakan, tetapi peneliti menemukan perma-salahan, kesulitan dalam membagi alokasi wa-ktu yang ada. Hal ini dikarenakan fase dalam model pembelajaran berfikir induktif memiliki sembilan fase yang berbeda, khususnya ketika siswa berdiskusi. Ketika siswa berdiskusi sis-wa memerlukan sis-waktu lebih lama dari sis-waktu yang telah dialokasikan oleh peneliti.
Belum lagi dalam proses belajar mengajar siswa belum begitu percaya diri dengan penge-tahuan yang ditemukannya sendiri, sehingga siswa cenderung bertanya pada guru dan men-gakibatkan jalannya fase - fase pembelajaran terkadang mengalami keterundaan. Hal ini di-sebabkan siswa sudah terbiasa dan lebih akrab dengan pembelajaran konvensional, dimana guru merupakan sumber utama dari pengeta-huan yang didapat siswa. Maka diharapkan pe-neliti atau pengguna model Model Pembelaja-ran Berpikir Induktif (Inductive Thinking Mo-del) dengan menggunakan peta konsep selanj-utnya mampu mengelola kelas dengan baik, dengan cara memotivasi dan mengarahkan la-ngsung siswa agar seluruh siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
KESIMPULAN
le-75 bih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010.
Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edi-si kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelaj-ar
Marbun, Jumiati.(2009) Perbedaan Hasil Bel-ajar Siswa Dengan Model Induktif dan Konvensional di SMP N 2 Percut Sei Tuan TP 2007/2008. Skripsi FMIPA. UNIMED Nasution, S. 1997. Berbagai Pendekatan dal-am Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Bela-jar MengaBela-jar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.