• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH OTORITATIF DALAM PEMBENTUKAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA ASUH OTORITATIF DALAM PEMBENTUKAN K"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH OTORITATIF DALAM PEMBENTUKAN KEMAMPUAN LITERASI

ANAK USIA DINI

Murni Maulina, Santika

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI, Bandung

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI, Bandung

murni.maulina@yahoo.co.uk

Abstrak

Kemampuan literasi atau disebut melek huruf/aksara merupakan hal penting yang bisa menentukan bagaimana kemampuan memproduksi informasi (menulis) atau mengonsumsi informasi (membaca) yang merupakan dua hal asasi bagi kehidupan seseorang. Melihat fakta minat baca di Indonesia sendiri, berdasarkan keterangan dari Suyoto (2010), rendahnya minat baca dibuktikan dari indeks membaca masyarakat Indonesia yang baru sekitar 0,001; artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Maka dalam penelitian pendahuluan ini akan diungkapkan salah satu faktor eksternal yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan literasi anak usia dini yakni peran orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. Pola pengasuhan menjadi suatu hal yang disoroti dalam hal ini karena pola asuh yang digunakan orang tua terhadap anak akan sangat menentukan dan menjadi penyumbang terbesar terhadap perilaku dan kebiasaan anak, bahkan hingga ia dewasa. Setelah dilakukan pengkajian, pola asuh Otoritatif merupakan pola yang dirasa akan memberikan pengaruh tinggi terhadap kemampuan literasi anak. Pola asuh Otoritatif merupakan pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Orang tua yang menerapkan pola asuh Otoritatif mampu meningkatkan keterampilan literasi anak, khususnya dalam hal kebiasaan membaca. Pengkajian dalam penelitian pendahuluan ini memakai pendekatan teoretis dengan metodologis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian pendahuluan ini diungkap beberapa hal berikut: (1) peran orang tua dalam membentuk kemampuan literasi, khususnya kebiasaan membaca, pada anak usia dini; (2) pola asuh otoritatif yang dapat memengaruhi kebiasaan membaca pada anak usia dini; (3) pola asuh otoritatif dalam membantu meningkatkan kebiasaan membaca pada anak usia dini.

Kata kunci: pola asuh, Otoritatif, kemampuan literasi, kebiasaan membaca, anak usia dini.

Pendahuluan

Dewasa ini, literasi informasi menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan manusia di berbagai bidang. Literasi informasi juga dikenal dengan istilah melek informasi. Dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki, seseorang tidak akan menemukan kesulitan dalam menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Karena informasi sering divisualisasikan dan didokumentasikan melalui huruf, literasi juga disebut melek huruf atau melek aksara yang secara langsung berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis. Bila kegiatannya adalah memproduksi informasi, literasi berkaitan dengan kemampuan menulis; bila kegiatannya adalah mengonsumsi informasi, literasi berkaitan dengan kemampuan membaca. Dalam konteks pembangunan masyarakat, aspek literasi yang kedua lebih memiliki daya jangkau yang lebih luas karena berkaitan langsung dengan hak asasi warga negara dalam memperoleh informasi. Oleh karena itu, kemampuan membaca menjadi faktor penting yang harus dilibatkan dalam pembangunan literasi masyarakat.

Membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf) ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Kata-kata tersebut disusun sehingga kita dapat belajar memahaminya dan kita dapat membaca catatan (Lee Tze Peng, 1844 dalam Masitoh, 2003). Memulai membaca sejak usia dini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak usia prasekolah karena usia satu sampai lima tahun dikenal sebagai masa yang paling penting dalam perkembangan anak.

(2)

Ketertarikan atau minat terhadap kegiatan membaca ternyata memiliki faktor pemengaruh, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal ketertarikan membaca di antaranya adalah motivasi, tingkat kecerdasan intelegensi, serta kemampuan yang di dalamnya mencakup kemampuan visual dan kemampuan kognitif. Sementara itu, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri pembaca, seperti pendidik atau guru, orang tua, teman sebaya, lingkungan, perpustakaan, serta keadaan sosial dan ekonomi keluarga.

Di antara faktor eksternal yang ada, orang tua menjadi salah satu faktor utama yang akan sangat menentukan minat dan kebiasaan membaca pada anak. Untuk menjadikan anak menjadi sosok pembaca yang aktif pada masa depannya, lingkungan berperan penting untuk menumbuhkan literasinya. Orang tua adalah pemegang tombak terpenting untuk memberikan stimulasi-stimulasi yang penting bagi pertumbuhan literasi anak. Hal itu terjadi karena orang tua adalah sosok yang paling dekat dengan anak. Orang tua sebagai partner primer bagi anak karena orang tualah yang selalu ada di dekat anak dan berasal dari kelompok sosial pertama, yaitu keluarga. Orang tua juga sebagai orang yang mengasuh anak, mengajarkan hal-hal baru, mengenalkan alam sekitar sehingga dari peran yang disandang inilah, orang tua yang membentuk karakter dan kepribadian anak, termasuk di dalamnya kebiasaan membaca. Orang tua yang akan menanamkan dan mengembangkan tingkat literasi pada anak sehingga wajar jika dikatakan bahwa orang tua menjadi stakeholder yang menanamkan literasi dini pada anak.

Pola pengasuhan menjadi suatu hal yang disoroti dalam hal ini karena pola asuh yang digunakan orang tua terhadap anak menjadi penyumbang terbesar terhadap perilaku dan kebiasaan anak, bahkan hingga ia dewasa. Pola pengasuhan yang baik akan membentuk karakter anak yang ideal sesuai dengan harapan setiap orang tua. Akan tetapi, pada umumnya masih sedikit kesadaran atau pengetahuan orang tua terkait dengan pola asuh yang tepat untuk membantu mengembangkan keterampilan literasi dini pada anak. Tidak sedikit orang tua yang cenderung menggunakan pola asuh alakadarnya, bahkan cenderung sembarangan, bila berkaitan dengan keterampilan literasi.

Dalam konteks pola asuh, pola asuh otoritatif merupakan pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Menurut Braumrid dalam Sugito (2008), dalam pola asuh ini orang tua cenderung mengarahkan anak secara rasional, berorientasi pada tindakan atau perbuatan, mendorong komunikasi lisan, memberi penjelasan atas keinginan dan tuntutan yang diberikan pada anak, tetapi juga menggunakan kekuasaan jika diperlukan. Orang tua mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tetapi juga mendorong anak untuk mandiri, menetapkan standar perilaku secara fleksibel. Poola asuh otoritatia menghasilkan perkembangan anak yang cenderung memiliki kemandirian dan tanggung jawab yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dalam tulisan ini akan dikupas beberapa pokok masalah berikut: (1) peran orang tua dalam membentuk kemampuan literasi, khususnya kebiasaan membaca, pada anak usia dini; (2) pola asuh otoritatif yang dapat memengaruhi kebiasaan membaca pada anak usia dini; (3) pola asuh otoritatif dalam membantu meningkatkan kebiasaan membaca pada anak usia dini.

Secara teoretis, tulisan ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang literasi serta memberikan sumbangan pemikiran mengenai peran orang tua dan pola pengasuhan yang dapat memengaruhi kebiasaan membaca pada anak usia dini. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang literasi dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi generasi bangsa. Untuk orang tua, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam menumbuhkembangkan kebiasaan membaca pada anak usia dini.

Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh penulis merupakan masalah yang bersifat sosial. Oleh karena itu, penulis menggunakan model penelitian pendahuluan kualitatif dengan metode deskriptif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data.

Hasil dan Pembahasan

1. Peran Orang Tua dalam Membentuk Kemampuan Literasi, Khususnya Kebiasaan Membaca, Pada Anak Usia Dini

(3)

memberi bimbingan pada anak agar memiliki kemampuan literasi sejak dini. Kemampuan membaca atau minimal mengenal apa itu huruf-huruf menjadi hal yang diutamakan daripada kemampuan menulis.

Poeran orang tua dalam keluarga selain lebih banyak bersiaat memberikan dukungan belajar yang kondusia juga memberikan pengaruh pada pembentukan karakter anak, seperti pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenis. Orang tua menjadi modelling of behavior atau pemodelan perilaku bagi anak sebagai orang-orang yang senang membaca dan menulis. Poembentukan sikap dan kebiasaan membaca pada anak juga dapat dibangun dengan penyediaan sarana atau aasilitas yang memadai untuk anak dalam mengeksplorasi berbagai bahan bacaan. Beberapa aasilitas yang bisa disediakan oleh orang tua seperti buku bacaan anak-anak, permainan yang berbentuk hurua, lagu dan video tentang belajar mengenal hurua.

Poeran orang tua pada masa emas anak ini harus diperhatikan dan disadari betul begitu berarti, tidak bisa disepelekan atau tanpa perencanaan. Karena orang tua pasti memiliki harapan akan anak-anaknya ke depannya ingin dibentuk seperti apa. Hal itu penting dilakukan untuk mengembangkan literasi awal agar permasalahan kurangnya minat dan kebiasaan membaca dan menulis anak dapat diatasi. Poeran orang tua ini selanjutnya akan terwujud dalam pola asuh yang diterapkan kepada anak.

2. Pola Asuh Otoritatif dapat Memengaruhi Kebiasaan Membaca Pada Anak Usia Dini

Pola asuh Otoritatif memberi pengaruh pada kebiasaan membaca anak, karena pada pola asuh ini cenderung mendorong orang tua untuk tidak memaksakan kehendaknya kepada anak, tetapi mendorong anak untuk melakukan suatu hal yang diharapkan orang tua dengan memberi pertimbangan yang rasional pada anak. Dalam hal ini, orang tua mendorong anak untuk belajar mengenal huruf dengan orang tua langsung yang mengajarkan. Orang tua juga menyampaikan asyiknya belajar mengenal huruf sehingga anak tertarik untuk melakukannya. Selain itu, orang tua juga memberi kesempatan pada anak untuk melakukan hal diinginkan anak. Misalnya ketika anak ingin mengenal huruf melalui permainan daripada video, orang tua bersedia melakukannya. Berbeda halnya dengan orang tua yang tidak menerapkan pola asuh Otoritatif, orang tua tersebut bisa jadi bersikap mengekang, atau bahkan menelantarkan anak tanpa memperhatikan perkembangan keterampilan literasi anak secara detail. Poola asuh Otoritatia yang diterapkan orang tua nantinya dapat menentukan apakah orang tua mampu menumbuhkan potensi anak, pembinaan minat baca sejak dini. Kebiasaan apa saja yang didapat anak akan berpengaruh pada prestasinya di masa yang akan datang. Jika sejak usia dini anak-anak dikenalkan dengan bahan bacaan dan kebiasaan membaca, maka kebiasaan membaca di masa anak-anak ini akan terus terbawa hingga anak tumbuh dewasa. Berkaitan dengan hal itu, orang tua menekankan kepada anak bahwa membaca buku dan bermain terkait literasi perlu lebih dimanaaatkan sebagai aktivitas literasi yang memberi pengalaman menyenangkan. Adapun jika orang tua tidak berupaya mengenalkan bahan bacaan pada anak, bisa jadi anak akan memiliki kebiasaan dan minat baca yang rendah.

3. Pola Asuh Otoritatif dalam Membantu Meningkatkan Kebiasaan Membaca Pada Anak Usia Dini

(4)

saat anak melakukan hal tersebut. Maka akan terbentuk anak dengan keterampilan literasi yang baik. Anak akan memiliki keterampilan literasi khususnya membaca atau mengenal hurua yang lebih unggul dibanding dengan anak yang tidak mendapat perlakuan terencana dan pola asuh yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan literasinya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maccoby. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang tua dengan pola asuh otoritatia memiliki anak yang kompeten, perilakunya lebih baik dari anak yang diasuh dengan pola asuh lain. Orang tua cenderung membentuk dan melakukan pengendalian diri yang lebih baik terhadap anak. Orang tua memberi penjelasan dan mendengarkan, serta memberi dukungan secara emosional pada anak.

Kesimpulan

Pola asuh yang digunakan orang tua terhadap anak menjadi penyumbang terbesar terhadap perilaku dan kebiasaan anak, oleh sebab itu penting untuk mengkaji pola asuh seperti apa yang tepat guna meningkatkan kemampuan literasi anak. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pola asuh Otoritatif merupakan pola asuh yang tepat untuk digunakan orangtua berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan tersebut. Pertama, Orang tua berperan sebagai pendidik, pembentuk karakter anak, pendamping paling pertama yang memberikan banyak perlakuan awal kepada anak. Orang tua dapat membentuk kemampuan literasi yang baik dengan membiasakan atau mengondisikan anak berada dekat dengan sumber bacaan. Kedua, pola asuh Otoritatif memberi pengaruh pada kebiasaan membaca anak karena pada pola asuh ini cenderung mendorong orang tua untuk tidak memaksakan kehendaknya kepada anak, tetapi mendorong anak untuk melakukan suatu hal yang diharapkan orang tua dengan memberi pertimbangan yang rasional pada anak. Terakhir, dengan penerapan pola asuh otoritatia orang tua dapat menumbuhkan kebiasaan membaca sedari dini pada anak. Maka anak akan memiliki keterampilan literasi khususnya membaca atau mengenal hurua yang lebih unggul dibanding dengan anak yang tidak mendapat perlakuan terencana dan pola asuh yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan literasinya. Stimulasi pencapaian kemampuan literasi awal sejak anak usia prasekolah penting dilakukan, karena membaca merupakan satu keterampilan terpenting dalam budaya modern saat ini.

Daftar Pustaka

Masitoh. (2003). “Model Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Pendekatan Bahasa Menyeluruh (Whole Language Approach) di TK”. Bandung: Tesis UPI: PPS.

Sugito (2008). Model Pembelajaran TransformatifBagi Pengembangan Pola Asuh Orang Tua. Disertasi PLS Pasca Sarjana UPI : Bandung : Tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Topik yang diangkat dalam peelitian ini adalah pengaruh iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja karyawan terhadap motivasi kerja karyawan di PT PLN (PERSERO) WILAYAH

Merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara citra merek, kualitas produk dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian sepeda motor matic Yamaha

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi bakteri yang bersimbiosis dengan spons dan menentukan karakteristik morfologi serta sifat Gram dari isolat

Seperti pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia yang mengalami penurunan penjualan pada Januari 2014 yang disebabkan curah hujan yang tinggi dan banjir

Fungsi dari aplikasi ini adalah untuk memasukan data barang masuk dan data barang keluar , pada aplikasi ini proses penginputan data barang dilakukan dengan cara memasukan

Dalam melakukan ‘reportase’ tersebut, sang penutur sama sekali tidak memberikan informasi mengenai segala yang dipikirkan para tokoh maupun komentar akan semua yang

kepada siswa tentang materi yang telah lalu. Cara guru menutup pelajaran dengan mengutarakan apa yang akan dipelajari pada minggu depan dan mengingatkan peralatan apa saja