• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (3)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trichinella spiralis atau disebut juga Cacing Otot adalah hewan dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nematoda. Cacing ini menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia, babi, atau tikus. Parasit masuk ke tubuh manusia melalui daging babi yang dimasak kurang matang. Di dalam usus manusia, larva berkembang menjadi cacing muda. Cacing muda bergerak ke otot melalui pembuluh limfa atau darah dan selanjutnya menjadi cacing dewasa. Untuk mencegah terinfeksi oleh cacing ini, daging harus dimasak sampai matang untuk mematikan cacing muda. Di Amerika Serikat wabah Trichinella spiralis sudah cukup besar frekuensinya di era tahun 1960-an, kasus terus terjadi, kadang-kadang mengakibatkan kematian tetapi lebih sering ditemukan kondisi klinis berupa tanda dan gejala yang tidak khas, dengan demikian biasanya tidak terdiagnosis. Satu-satunya cara parasit dapat masuk ke host adalah tertelan bersama dengan daging mentah atau setengah matang, dimana jaringan ototnya terinfeksi. Sumber yang paling ditemukan dimana menyebabkan infeksi oleh spesies dari Trichinella adalah mengkonsumsi daging mentah atau daging yang terinfeksi dari babi atau tikus. Dilihat dari daur kehidupan, babi dan tikus memelihara infeksi di alam. Infeksi pada babi terjadi karena babi tersebut makan tikus yang mengandung larva infektif dalam ototnya, atau babi makan sampah dapur atau sisa daging babi yang mengandung larva infektif. Sebaliknya, tikus mendapat infeksi karena makan sisa daging babi di rumah pemotongan hewan atau di rumah dan juga karena makan bangkai tikus.

1.2 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas parasitologi. Selain itu juga agar para pembaca makalah ini dapat lebih memahami dan mengerti mengenai Trichinella spiralis yang berkaitan dengan infeksi penyakit, penularan kepada tubuh manusia, pengobatan dan pencegahannya.

1.3 Manfaat

(2)

1. Dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa pada umumnya untuk bisa dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Trichinella spiralis dan yang berkaitan.

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk lebih memahami proses dan kehidupan Trichinella spiralis.

3. Memberi pemahaman kepada pembaca khususnya mahasiswa terhadap adanya hubungan infeksi penyakit dengan siklus hidup Trichinella spiralis

4. Mengeksplorasikan proses penularan dari Trichinella spiralis sehingga terjadinya atau timbulnya sebuah penyakit.

(3)

BAB 11 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah

Trichinosis atau biasa disebut trichinellosis atau trichiniasis merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh infeksi parasit Trichinella.Trichinosis pada manusia dapat terjadi karena memakan daging mentah atau yang dimasak kurang matang (uncooked) yang telah terinfeksi oleh larva cacing Trichinella. Hampir diseluruh dunia pernah dilaporkan adanya penyakit yang disebabkan Trichinella spiralis. Parasit ini pertama kali ditemukan dalam jaringan manusia sewaktu otopsi pada permulaan tahun 1800-an, baru pada tahun 1860 Freidrich von Zenker menyimpulkan bahwa infeksi disebabkan karena memakan sosis mentah. Beberapa tahun kemudian, dibuktikan secara pasti bahwa penyakit ini merupakan penyakit zoonosis (food born disease).Sekitar 11 juta orang terinfeksi Trichinella. Kejadian trichinosis di AS telah menurun secara dramatis dalam satu abad terakhir. Sejak 1997 sampai 2001, dilaporkan rata-rata terjadi 12 kasus per tahun di Amerika Serikat. Saat ini jumlah kasus telah menurun karena adanya undang-undang yang melarang pemberian makanan sampah daging mentah untuk babi, meningkatnya pembekuan komersial, dan kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi produk daging babi mentah atau setengah matang. Oleh karena itu, perlu diupayakan peningkatan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat terhadap kemungkinan serangan trichinellosis baik pada ternak maupun kemungkinan penularannya pada manusia. Di daerah endemik, pengendalian tikus menjadi penting untuk mencegah trichinosis, dengan meminimalkan kontak langsung dan menjaga kebersihan pakan ternak. Pemantauan ternak dapat dilakukan dengan melalui penyidikan epidemiologi dengan teknik diagnosa dini yang akurat, sehingga teknik pengendalian trichinosis secara strategis dan berkelanjutan di kawasan endemik dapat diterapkan.

2.2 Etimologi

o Kejadian pada hewan Umum terdapat pada usus dan jaringan otot babi, tikus, anjing, kucing, hewan liar dan mamalia.

(4)

o Induk semang utama adalah babi, manusia dan tikus. o Predileksinya bervariasi tergantung spesies induk semang.

2.3 Dekripsi

Disebabkan oleh cacing nematoda, Trichinella spiralis (dan beberapa spesies lain Trichinella) tidak menimbulkan efek klinis pada babi tapi merupakan bahaya zoonosis besar kepada orang-orang mengkonsumsi daging babi kurang matang atau produk sembuh sempurna. Infeksi terjadi di negara dengan babi hutan lebar atau terinfeksi, populasi karnivora. Larva dimakan sebagai kista dalam daging, excyst di usus kecil, pasangan dan betina bersembunyi ke dalam dinding usus menimbulkan larva yang encyst dalam otot. Encysted larva dapat tetap bertahan selama 10 tahun dan menimbulkan trichinosis dalam manusia bila dimakan Trichinosis (juga dikenal sebagai trichinellosis) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Trichinella. Trichinosis berbeda dengan parasit Trichomonas, yang menyebabkan infeksi vagina pada wanita. Tricchinella ditemukan di hampir semua mamalia pemakan daging. Seseorang bisa terinfeksi ketika mereka mengkonsumsi makanan kurang matang atau daging mentah terutama daging babi.Larva ditemukan dalam kista, atau kapsul kecil, di dalam daging. Cacing betina menghasilkan lebih banyak larva, yang pergi dari usus ke dalam darah seseorang. Larva kemudian pergi dari pembuluh darah ke otot dan membentuk kista baru.

2.4 Morfologi dan Siklus Hidup Cacing Trichinella Spiralis

(5)

keluar dari usus kecil. Fase parental dimulai saat infeksi larva yang baru, baru lahir lewat dan masuk kedalam jaringan, masuk ke jaringan limfatik dan kemudian memasuki sirkulasi darah pada duktus toraksikus. Larva ini tersebar luas di jaringan melalui sirkulasi dan akhir nya membuat jalan mereka sendiri melalui kapiler darah (pembuluh darah kecil) ke dalam otot, yang merupakan awal fase infeksi otot. Setelah berada di otot, mereka berkembang, menjadi infektif dalam waktu 15 hari dan tetap infektif selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun . Di daerah endemik, tikus dapat menyebabkan risiko trichinosis untuk hewan dalam lingkungan sekitarnya karena mence-mari pakan mereka dan hewan-hewan (seperti babi) mengais atau berburu hama (tikus) yang telah terinfeksi. Pada suhu musim panas, setelah 4 minggu, larva infektif masih ditemukan dalam pakan fermentasi. Di daerah endemik, pengendalian tikus menjadi penting untuk mencegah trichinosis, dengan meminimalkan kontak langsung dan menjaga kebersihan pakan.

2.5 Gejala

Sebagian besar waktu, trichinosis terjadi tanpa gejala. Beberapa orang mungkin mengalami sakit perut, sakit sendi, dan nyeri otot. Jika ada banyak larva, orang mungkin memiliki gejala yang lebih parah, seperti: abdomen tertekan, diare, mual, muntah. Ketika cacing meninggalkan usus dan bermigrasi melalui jaringan, gejala dapat mencakup sebagai berikut: • mata bengkak • demam • nyeri otot • ruam • perdarahan mata kecil

2.6 Diagnosa

Untuk mendiagnosis terjadinya infeksi oleh Trichinella Spiralis, tidak cukup hanya dengan melihat tanda dan gejala klinis yang terjadi pada pasien.

(6)

• Pemeriksaan lainnya adalah berupa reaksi imunologi seperti tes ikat komplemen, dan tes presipitin. • Diagnosis pasti karena infeksi cacing ini juga dapat ditegakkan dengan mencari larva yang ada di dalam darah dan cairan otak yang dapat dilakukan pada hari ke 8-14 sesudah infeksi. • Diagnosisi pasti juga dapat ditegakkan dengan melakukan biopsi otot, larva Trichinella dapat ditemukan pada minggu ke-3 atau ke-4 sesudah infeksi

2.7 Pengobatan

Tidak ada terapi anthelmentik yang spesifik, bahkan setelah diagnosa definitif. Pengobatan khusus untuk menghilangkan parasit dapat menggunakan berbagai jenis benzimidazoles (mebendazole atau albendazole). Pemberian mebendazole pada awal infeksi mungkin dapat mengurangi jumlah larva. Sebagaimana telah disebutkan, pasien mungkin menyembunyikan cacing dewasa yang akan menghasilkan bayi larva sela-ma beberapa minggu selama infeksi fase akut tanpa terdeteksi. Mebendazole (200 mg/hari selama 5 hari) atau albendazole (400 mg/hari selama 3 hari) harus diberikan untuk orang dewasa (kecuali ibu ha-mil), dan juga untuk anak-anak (5 mg per kg [berat badan] per hari selama 4 hari) (Capo ́ dan Despommier, 1996). Prednisolon dengan dosis 40-60 mg/hari untuk mengurangi demam dan peradang-an yang disebabkan adanya kerusakan sel yang dihasilkan oleh penetrasi larva ke dalam jaringan. Gejala tersebut biasanya menghilang dalam hitungan hari setelah dosis awal diberikan. Pengobatan dengan steroid berkepanjangan tidak dianjurkan, meskipun gejala mungkin terjadi kembali ketika perawatan telah mereda. Gejala sisa efek jangka panjang harus diobati secara simptomatik ketika muncul kembali.

2.8 Pencegahan

(7)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat

Terjadinya apendisitis akut dan adanya perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya jumlah leukosit darah.. Temuan ini

diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai obyek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan

1 tes pemahaman geometri tentang jarak antara dua titik pada kubus ABCD.EFGH, AK dapat memenuhi semua indikator pemahaman yaitu AK dapat menyatakan ulang sebuah

Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ”Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dua arah untuk total pertumbuhan dari tujuh jenis Montipora yang tergabung dalam kelompok bentuk pertumbuhan koloni encrusting,

Mengetahui besarnya angka kejadian DRPs kategori dosis berlebih dan subdosis pada peresepan obat antihipertensi pasien geriatrik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

tekanan darah dengan mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, produk susu rendah lemak, membatasi asupan garam (<6 gram per hari) dan alkohol (tidak lebih dari 2 minuman