• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN DAN BATIK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN DAN BATIK DI INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

DIGITAL ART

TERHADAP

PERKEMBANGAN

FINE ART

DIDUNIA SENI

RUPA INDONESIA

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa

Indonesia yang diampu oleh

Bapak Moch. Whilky Rizkyanfi, S.Pd., M.Pd.

A. Sobi Mutohary (112130001)

Abiyyu Prishdian V. (112130002)

Ade Keumala Febrina (112130003)

Alfath Dwi Isnanto (112130025)

Desain Komunikasi Visual

STISI Telkom

Bandung

(2)

2

Kata Pengantar

Puji syukur ke-hadiran Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca_dalam_proses_kemajuan_seni_rupa_di_Indonesia.

Harapan kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah_ini_sehingga_kedepannya_dapat_lebih_baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 27 November 2012

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1

Kata Pengantar ... 2

Daftar Isi ... 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan ... 6

1.5 Manfaat ... 6

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Merosotnya Fine Art ... 7

2.2 Pengaruh Digital Art ke Fine Art ... 8

2.3 Perkembangan Seni Rupa di Indonesia ... 9

2.3.1. Perkembangan Seni Kontemporer di Indonesia ... 9

2.3.2. Sejarah Seni Lukis ... 10

2.3.3. Seni Rupa Indonesia Modern ... 11

2.4 Dampak Positif dan Negatif ... 12

BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan ... 14

3.2 Saran ... 14

(4)

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa terbagi atas dua jenis yaitu seni tradisional dan seni modern.

Seni tradisional unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada didaerah lain, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan. Untuk lebih memahami seni rupa, berikut akan dipaparkan beberapa definisinya. Fine art is defined as: Art (as painting, sculpture, or music) concerned primarily with the creation of beautiful objects. Jadi, seni rupa didefinisikan sebagai: Seni (seperti lukisan, patung, atau musik) terutama terkait dengan penciptaan benda yang indah. Seni modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, tetapi tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Sebagaimana definisi seni digital,

The Columbia Electronic Encyclopedia explains that digital art is a contemporary art form

where computer technology is manipulated to create distinctive works, bahwa seni digital adalah bentuk seni rupa kontemporer di mana teknologi komputer yang dimanipulasi untuk membuat karya yang berbeda.

Pengaruh digital art ke fine art sudah marak terjadi di mana-mana. Perkembangan

fine art merosot karena dipengaruhi oleh adanya digital art yang lebih sering digunakan oleh masyarakat umum.

(5)

5 mudah dalam pengerjaannya. Digital art juga berpengaruh positif pada penghasilan seorang seniman dengan kemudahan transaksi maupun advertising. Adapun dampak negatif yang terjadi mungkin tidak terlalu terlihat, namun sangat berpengaruh terhadap kemajuan seni murni di Indonesia. Dengan adanya digital art para seniman lebih terpaku pada penggunaan digital sehingga meninggalkan seni rupa murni. Ketika kita berhadapan dengan seni murni kita juga akan merasakan emosi pelukis lewat sapuan kuas, paduan warna, tekstur, lekukan, tebal tipis dan lain-lain. Bila memiliki pengalaman estetis atau tingkat apresiasi tertentu, kita akan dengan mudah merasakan berbagai perasaan emosi dan sensasi pada lukisan tersebut, hal-hal seperti ini sangat sulit didapatkan pada seni digital.

Dengan berbagai dampak di atas dapat kita simpulkan bahwa digital art sangat berpengaruh terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan pencampuran atau kolaborasi antara digital art dan seni murni. Contohnya, seperti photorealism yang dibuat oleh arsitek rendering untuk menunjukkan kepada klien bagaimana sebuah bangunan akan terlihat saat selesai dalam pengerjaannya. Boleh jadi kita berhadapan dengan penggabungan beberapa gambar, transisi, audio (suara), dan video (suara dan gambar), bahkan karya seni digital dapat berubah berdasarkan tindakan atau gerakan gerakan kita secara interaktif, misalnya dengan menggunakan teknologi layar sentuh, sensor gerak dan lain-lain. Apakah kemudian kita juga akan merasakan sensasi dan emosi pada karya demikian, tentu saja sangat_bisa_bahkan_bisa_lebih_fantastis_bukan?

Atas dasar latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang pengaruh

digital art terhadap perkembangan fine art di dunia seni rupa Indonesia, dan bagaimana perkiraan kemajuan digital art maupun tradisional art di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dampak positif dan negatif tradisoional art yang dipengaruhi oleh digital art. 2. Merosotnya seni tradisonal di jaman sekarang

(6)

6 1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa penyebab merosotnya perkembangan fine art di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh digital art ke fine art ?

3. Bagaimana perkiraan perkembangan seni rupa di Indonesia? 4. Apa dampak positif dan negatif digital art ke fine art?

1.4 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menginformasikan pembaca tentang pengaruh digital art ke fine art di Indonesia, merosotnya seni tradisional karena dipengaruhi oleh digital art dan agar pembaca mengetahui bagaimana masa depan seni rupa di Indonesia.

1.5 Manfaat

a. Bagi penulis :

Untuk menambah wawasan setelah menulis makalah ini. b. Bagi pembaca :

Agar pembaca mengetahui lebih jauh tentang pengaruh digital art ke fine art di Indonesia.

c. Bagi khalayak umum :

(7)

7

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Merosotnya Fine Art

Fine art di Indonesia semakin merosot, merosotnya fine art disebabkan oleh bertemunya bidang seni dengan teknologi. Namun, jangan salah, ini bukanlah pertemuan pertama antara seni dan teknologi. Pertemuan yang pertama terjadi pada awal abad ke-20 dengan ditandai gerakan futurisme di Italia. Pada tahun 1910 Luigi Rusolo mementaskan teater musik dengan memanfaatkan bunyi-bunyian yang

terpengaruh dari teknologi. Pada tahun yang sama Ia juga menulis buku “The art of Noise

Sekarang, kita sudah berada persis 100 tahun setelah buku Luigi Rusolo tersebut terbit , revolusi seni sudah dimulai , bedanya revolusi ini dimulai dari orang Asia. Seniman Korea, Nam Jun Park, membuat video art dari Sony Portapak, Ia membuat aliran baru dalam seni, yaitu video art.

Merosotnya seni rupa murni di Indonesia dibuktikan dengan maestro-maestro seni Indonesia hanya datang dari masa lalu, misalnya Widayat yang dijuluki sebagai

picasso Indonesia berkarya pada tahun 1953-1980-an, lalu Affandi yang beraliran romantisme dan ekspresionis berkarya pada tahun 1950-1980-an, dan Soedibjo yang berkarya sekitar tahun 1930-1970-an .

(8)

8 2.2 Pengaruh Digital Art ke Fine Art

Saat ini digital art atau bisa juga disebut seni modern sudah sangat memengaruhi seni murni di Indonesia. Buktinya sekarang banyak seniman-seniman yang membuat seni murni menggunakan proses digital. Bukti lainnya adalah film-film anak-anak yang sudah mulai dibuat menggunakan animasi-animasi komputer. Hasilnya memang lebih bagus dan realistis, tetapi anak-anak akan melupakan film-film kartun yang diproduksi pada tahun 80-an seperti film Tom and Jerry, Woody Woodpecker, Lucky Luck, dll yang diproduksi dengan proses yang lebih tradisional. Selain itu, karena sekarang banyak seniman yang menggunakan seni digital, hasil karya-karya seni murni pun semakin menipis.

Bila karya seni konvensional dapat ditampilkan di dinding, rak buku, tiang, atau sudut tertentu sehingga orang dapat menikmatinya, seni digital membutuhkan

penampilan elektronik seperti pada karya-karya seni multimedia yang membutuhkan seperangkat komputer, audio video atau tv panel. Namun, bukan berarti seni digital tak bisa tampil sebagaimana seni rupa konvensional. Dengan teknologi pencetakan hal itu bisa dilakukan, misalnya mencetak lukisan digital di atas kanvas dengan resolusi yang tinggi.

Jadi, kembali kita bertanya apakah seni rupa digital masih dalam kategori seni yang tak nyata atau bahkan bukan seni murni? Untuk menjawab pertanyaan itu, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ketika melihat sebuah karya seni

(9)

9 2.3 Perkembangan Seni rupa di Indonesia

2.3.1 Perkembangan Seni Kontemporer Indonesia

Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran seni patung pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang.

Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang tari dan seni lukis. Seni tari tradisional mulai tersisih dari acara-acara televisi dan hanya ada di acara yang bersifat upacara atau seremonial saja. Seperti diungkapkan Humas Pasar Tari Kontemporer di Pusat Latihan Tari (PLT) Sanggar Laksamana Pekanbaru yang tidak hanya diminati para koreografer tari dalam negeri tetapi juga koreografer tari asing yang berasal dari luar negeri. Sebanyak 18 koreografer tari baik dari dalam maupun luar negeri menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari kontemporer tersebut.

(10)

10 lukisannya di museum pribadinya. Karya-karya besar dari Affandi, Basuki Abdullah, Lee Man Fong, Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Widayat terpampang di sana bersama karya-karya pelukis muda. Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB, melihat bahwa seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu posmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), yang menyulut perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di media massa pada waktu itu.

2.3.2 Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktikkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negara Eropa. Namun, seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana sehingga melahirkan abstraksi.

(11)

11 yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan“Performance Art”, yang

pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian

muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula, seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

2.3.3 Seni Rupa Indonesia Modern

Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu bentuk dan perwujudan seni yang terjadiakibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Masa Perintis dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di Eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938), ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat, yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah,Wakidi dan Wahid Somantri. Masa PERSAGI (1938 – 1942), PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945), pada zaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan

(12)

12 (HBS) dll. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal, pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarang pada tingkat SLTA. Masa Seni Rupa Baru Indonesia, pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.

2.4 Dampak Positif dan Negatif

Pengaruh digital art pada fine art pun menghasilkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti hasil yang diciptakan akan lebih halus dan rapi karena sudah dibuat menggunakan software-software komputer, bisa memperbaiki kesalahan pada karya, karya yang telah dibuat bisa di back-up dalam bentuk data, lebih praktis dan akan memakan waktu yang lebih sedikit. Dampak negatifnya adalah kurangnya perasaan dalam membuat karya seni tersebut.

Lukisan cat minyak yang indah dianggap seni rupa yang nyata karena ia dapat disentuh secara fisik berbagai unsur rupanya seperti tekstur (rasa permukaan) di bidang kanvas, sapuan kuas dan lain-lain. Demikian juga kita dapat meraba berbagai lekukan pada karya seni patung. Kendati secara visual kita juga bisa mendapati hal itu pada seni digital, hal itu dianggap tidak nyata karena memang muncul di permukaan monitor komputer atau layar video. Dengan demikian, pertanyaan yang sering muncul adalah sejauh mana legitimasi seni digital dapat dikategori sebagai bentuk karya seni rupa_murni.

(13)

13 diproduksi secara terbatas (edisi terbatas) sebagaimana karya grafis murni ataukah sebaliknya.

(14)

14

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Simpulan yang bisa didapat dari makalah ini bahwa seni asli di negara kita itu sudah semakin berpengaruh oleh digital art dan adanya pengaruh tersebut dapat merosotnya nilai seni kita di mata dunia.

Efek dari adanya digital art dapat mendatangkan positif dan negatif tetapi lebih bagus lagi kalau seni di negara kita itu asli dan tidak terlalu terpengaruhi oleh adanya

digital art.

3.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis sebagai berikut:

1.

Diharapkan pembaca makalah ini dapat lebih mengenal dan memahami isi makalah ini.

2.

Sebaiknya kita dapat mengambil manfaatnya dari isi makalah ini bahwa fine art

sekarang sudah terpengaruhi oleh adanya digital art.

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Be4rt (2011, 27 Agustus). Seni Rupa Digital. http://be4rt.com/seni/seni-rupa-digital [27 November 2012]

Lahdji, Abdullah (2010, 9 Mei). Seni Rupa Konvensional, Seni Rupa Digital. http://edoabdullah.blogspot.com/2010/05/menangkap-perbedaan-seni-rupa.html [27 November 2012]

Utami, Tikah Nur (2011, 25 Juli). Seni Rupa Modern Indonesia. http://www.scribd.com/doc/60832329/Seni-Rupa-Modern-Indonesia [27 November 2012]

Visual Arts Magazine (2010, 10 Desember). Memposisikan Indonesia di Era Seni Digital. http://www.visualartsmagazine.info/index.php/in/videoart [27 November 2012]

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota dengan

Berdasarkan penelitian ini, maka representasi perempuan pekerja migran menurut laki-laki di Kota Palembang dapat dilihat dari enam kategori, yaitu persepsi, peran perempuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mereview dan mengaktualisasikan konsep pendidikan pravokasional , sebuah konsep pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup dalam

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan sharpening stone dengan bahan dasar abu batu limbah stone crusher dan

R Square, adalah R square yang telah disesuaikan, nilai sebesar 0,680, ini menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, artinya persentase

Antara Waktu Yang Tertutupi :

Jika hal ini terjadi maka penggunaarl statistika klasik untuk analisis data tidak akan rlsrnfoerikan suatu hasil yang tidak bias,.. bahkan galat (error) ymg

Penelitian ini menghasilkan dua simpulan utama yaitu pertama, terdapat pengaruh antara penggunaan metode Hypnoteaching terhadap hasil belajar mata kuliah evaluasi