GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH MARITAING KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Dede Iim Setiawan, Andri Eko Ari Wibowo, Dudi Hermawan Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi
S A R I
Aktivitas tektonik pada Kala Pliosen-Plistosen di Daerah Maritaing yang ditandai dengan terbentuknya Depresi Maritaing pada batuan gunungapi tua disertai dengan pembentukan beberapa kubah lava di sekitar zona depresi. Aktivitas tektonik tersebut pada bagian awal Plistosen bersamaan dengan aktivitas magmatisme yang menghasilkan retas-retas andesit di Bukit Karitemang berumur Plistosen (1,5 + 0,2 juta tahun) yang menerobos produk vulkanik Bukit Karitemang. Batuan magmatik generasi paling muda (retas andesit) inilah yang diharapkan sebagai sumber panas (heat sources) dalam sistem panas bumi Maritaing. Pencenanggaan yang terjadi pada Plistosen Akhir bahkan sampai sekarang, di daerah penyelidikan diduga mengakibatkan teraktifkannya kembali sesar-sesar sebelumnya yang kemudian mengontrol kehadiran manifestasi panas bumi di permukaan.
Manifestasi panas bumi permukaan berupa mata air panas Kura dengan temperatur 58-81°C dan batuan ubahan di Kawah Karitemang pada bagian tengah daerah penyelidikan diindikasikan berada pada zona upflow dari sistem panas bumi Maritaing dengan aliran outflow
berupa beberapa mata air hangat bertemperatur 37-39°C di bagian timur dan selatan daerah penyelidikan. Manifestasi panas bumi di Kawah Karitemang merupakan representasi dari kondisi reservoir panas bumi di bawahnya yang pada saat ini diperkirakan memiliki temperatur sebesar 200°C. Total energi panas yang hilang secara alamiah (natural heat loss) adalah sebesar 0,59 MWth
Sebaran area prospek panas bumi Maritaing terdapat di bagian tengah daerah penyelidikan, tepatnya di dalam Kawah Karitemang, meliputi areal seluas 4 km2. Dengan
temperatur reservoir sebesar 200°C, temperatur cut off 150°C potensi sumber daya hipotetik dari sistem panas bumi daerah Maritaing adalah sebesar 17 MWe. Mengingat temperatur reservoirnya yang termasuk entalpi menengah serta kemungkinan reservoirnya didominasi oleh air, maka potensi panas bumi ini cukup baik untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi berteknologi binary cycle atau dimanfaatkan langsung (direct use) untuk media pengeringan hasil pertanian.
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Maritaing termasuk ke dalam Wilayah Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sekitar 84 km sebelah timur Kota Kalabahi (Gambar 1). Daerah ini merupakan bagian dari gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur Pulau Flores yang tersusun oleh beberapa perbukitan vulkanik berumur Tersier hingga Kuarter.
METODOLOGI
Penyelidikan panas bumi di Daerah Maritaing terdiri dari 2 metode, yaitu
metode geologi dan geokimia. Metode penyelidikan geologi digunakan untuk mengenali gejala tektonik, mengetahui karakteristik serta sebaran batuan, dan karakteristik fisik manifestasi panas bumi di permukaan melalui kegiatan pemetaan morfologi, satuan batuan, struktur geologi, zonasi hidrogeologi, dan manifestasi panas
bumi, sehingga dapat mengetahui
dan memperkirakan kondisi reservoir
panas buminya melalui kegiatan
penyelidikan jenis manifestasi, konsentrasi senyawa kimia terlarut dan terabsorpsi dalam fluida panas bumi yang meliputi analisis sifat fisika dan kimia manifestasi panas bumi, analisis kimia anion dan kation air, serta untuk mengetahui indikasi keterdapatan sumber daya panas bumi melalui penyelidikan tanah dan udara tanah yang meliputi analisis kandungan Hg tanah dan CO2 udara tanah pada kedalaman satu
meter.
Kompilasi kedua metode tersebut di atas diharapkan dapat menghasilkan model tentatif sistem panas bumi berikut sebaran daerah prospek dan potensi panas buminya.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Daerah Maritaing memiliki
manifestasi panas bumi berupa mata air panas, mata air hangat, dan batuan ubahan (alterasi).
Terdapat lebih dari 30 titik pemunculan mata air panas di Sungai Kura pada aliran sepanjang 1,3 km, yaitu berlokasi di Desa Maritaing. Temperatur air panas berkisar antara 50 oC hingga 80 oC
dan mengakibatkan aliran air Sungai Kura menjadi hangat. Beberapa conto air panas yang diambil, yaitu air panas 1, Kura-2, kura-3, Kura-4, dan air panas Kura-5, aluvium, memiliki endapan oksida besi
berwarna coklat serta beberapa
diantaranya terdapat undak sinter
karbonat.
Mata air hangat terdapat di 4 lokasi terpisah, yaitu mata air hangat Alakalela, Mabata, Karangle, dan mata air hangat Sawarana.
Mata air hangat Alakalela berada di pinggir Pantai Maritaing pada koordinat 734659 mT dan 9084197 mU. Temperatur air terukur 36,8 oC pada temperatur udara
29,1 oC, pH 6,91 dengan daya hantar
listrik sebesar 3.010 µS/cm, dan debit 0,2 liter/detik. Air hangatnya jernih, tidak berasa, tidak berbau dan muncul dari endapan pantai.
Mata air hangat Mabata berada di pinggir Pantai Maritaing pada koordinat 734842 mT dan 9081033 mU. Temperatur air hangat yang terukur sebesar 39,4 oC
pada temperatur udara 34,1 oC, pH 6,82
dengan daya hantar listrik sebesar 6.070 µS/cm dan debit 0,2 liter/detik. Air hangatnya jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan muncul pada endapan pantai.
Mata air hangat Karangle berada di Kampung Karangle, Desa Elok, pada koordinat 730164 mT dan 9077134 mU. Temperatur air hangat terukur sebesar 37,3
oC pada temperatur udara 31,3 oC, pH
6,85 dengan daya hantar listrik 1.970 µS/cm dan debit 1 liter/detik. Air hangatnya jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan muncul dari endapan aluvium Sungai Karangle.
Mata air hangat Sawarana berada di pinggir Sungai Sawarana, Kampung Sawarana, Desa Elok pada koordinat 724911 mT dan 9077980 mU. Temperatur air hangat sebesar 38,6 oC pada
temperatur udara 31,3 oC, pH 7,28 dengan
daya hantar listrik 580 µS/cm dan debit 2,5 liter/detik. Air hangatnya jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan muncul dari celah bongkahan batuan di Sungai Sawarana.
Besarnya energi panas yang hilang secara alamiah (natural heat loss) dari manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan mata air hangat di Daerah Maritaing adalah sebesar 0,59 MWtermal.
GEOLOGI
sedimen, batuan vulkanik, dan endapan
permukaan. Batuan sedimen yang
tersingkap di lapangan berupa konglomerat
dan batugamping terumbu. Batuan
vulkanik merupakan batuan penyusun yang paling dominan di daerah ini, meliputi lava dan piroklastik. Endapan permukaan berupa aluvium, dan endapan danau. Berdasarkan urutan stratigrafinya dari satuan batuan berumur tertua sampai ke paling muda adalah Satuan Lava Andesit
Katuwusi (Tmaa), Piroklastik
Katuwusi(Tmpa), Lava Andesit Worakena (Tmaw), Lava Andesit Koya-Koya (Tmak), Aliran Piroklastik Koya-Koya (Tmpk), Lava Andesit Inukumang (Tmai), Lava Andesit Pakmana (Tmap), Lava Andesit Meriaka (Tmam), Aliran Piroklastik Kunatena (Tppk), Lava Andesit Bulamaka (Tpab), Lava Dasit Karitemang (Tpdk), Endapan
Danau (TQd), Aliran Piroklastik
Karitemang-1 (Qppk1), Aliran Piroklastik Karitemang-2 (Qppk2), Konglomerat (Qk), Batugamping (Qg), dan Aluvium (Qa). Jenis batuan, penyebaran, serta urutan stratigrafi batuan tersebut disajikan dalam peta geologi daerah panas bumi Maritaing (Gambar 2).
Satuan batuan vulkanik tertua yang berumur Miosen terdiri atas lava dan piroklastik. Satuan Lava Andesit Katuwusi bersama Satuan Lava Andesit Worakena, Lava Andesit Koya-Koya, Lava Andesit Inukumang, dan Satuan Lava Andesit Pakmana merupakan lava berjenis andesit piroksen, sedangkan Satuan Lava Andesit Meriaka berjenis andesit hornblenda. Lava
yang tersingkap umumnya sudah
terkekarkan, beberapa diantaranya
membentuk struktur kekar kolom dan kekar
berlembar. Satuan batuan berjenis
piroklastik, terdiri dari Satuan Piroklastik Katuwusi yang terdiri atas tuf lapili dan breksi tuf, dan Satuan Aliran Piroklastik Koya-Koya berupa breksi. Singkapan tuf dan breksi umumnya sudah terkekarkan dan terisi oleh mineral kalsit membentuk urat kalsit.
Batuan vulkanik selanjutnya
terbentuk juga di daerah sepanjang zona Depresi Maritaing pada Kala Pliosen. Batuannya terdiri atas Satuan Aliran Piroklastik Kunatena, Satuan Lava Andesit
Bulamaka, dan Satuan Lava Dasit
Karitemang. Aliran piroklastik Kunatena tersusun oleh breksi tuf dengan fragmen berupa andesit dan dasit. Lava andesit Bulamaka berjenis andesit piroksen yang memiliki rekahan halus yang terisi oleh mineral kuarsa. Lava dasit Karitemang
menyusun Bukit Karitemang yang
berbentuk struktur kawah, lokasi tempat beradanya kelompok mata air panas Kura. Memasuki Kala Plistosen, di bagian tengah daerah penyelidikan, pada Depresi Maritaing, terbentuk Endapan Danau yang terdiri dari konglomerat dan batupasir hasil rombakan batuan vulkanik di sekitarnya. Pada waktu yang sama, aktivitas vulkanik Gunung Karitemang menghasilkan Aliran Piroklastik Karitemang-1 di bagian timur Kawah Karitemang yang terdiri atas breksi tuf dengan fragmen andesit dan dasit. Produk Gunung Karitemang selanjutnya adalah Aliran Piroklastik Karitemang-2 dalam Kawah Karitemang dan memanjang ke bagian selatan yang terdiri atas breksi tuf dengan fragmen andesit dan dasit. Setempat, di dasar Sungai Kura, bagian utara dari kelompok mata air panas Kura, tersingkap retas (dyke) berupa andesit yang menerobos breksi Satuan Aliran Piroklastik Karitemang-2 (Qppk-2). Retas andesit berjenis andesit piroksen ini tersingkap memanjang sekitar 30 meter dengan ketebalan mencapai 25 cm. Berdasarkan hasil analisis pentarikhan jejak belah (fission track) menggunakan mineral zirkon pada sampel retas andesit, diperoleh umur andesit 1,5 + 0,2 juta tahun atau jika disetarakan dengan skala waktu geologi berumur Plistosen bagian awal.
Sementara di bagian timur, pada
waktu bersamaan terbentuk Satuan
Konglomerat yang tersusun oleh batupasir
Batugamping di bagian tenggaranya. Sampai saat ini berlangsung pengendapan endapan permukaan berupa aluvium di sepanjang muara Sungai Irawuri.
Pola struktur geologi di daerah penyelidikan umumnya berupa kelurusan
berarah baratlaut-tenggara yang
berasosiasi dengan sesar pembentuk Depresi Maritaing dan kelurusan berarah
baratdaya-timurlaut sebagai sesar
antitetiknya. Peta anomali kerapatan pola kelurusan struktur geologi berdasarkan analisis fault and fracture density (FFD) memperlihatkan bahwa Daerah Katuwusi dan sekitarnya, di bagian selatan kelompok mata air panas Kura, memiliki anomali nilai frekuensi kehadiran kelurusan yang lebih besar dari 2 sampai 4 buah kelurusan dalam satu kilometer persegi serta memiliki nilai anomali panjang kelurusan struktur geologi mencapai 7 km (Gambar 3). Daerah ini diindikasikan sebagai daerah atau zona yang memiliki nilai permeabilitas
lebih tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya, sehingga diperkirakan sebagai daerah resapan air meteorik (recharge Alakalela serta air hangat Mabata bertipe klorida (Gambar 4). Kandungan klorida yang tinggi (1160 - 1700 ppm) dan nilai DHL yang tinggi (6400 - 11000 µS/cm) pada air panas Kura, serta didukung oleh temperatur airnya yang tinggi dan kehadiran sinter silika di sekitarnya menunjukkan bahwa fluida panasnya berasal langsung dari reservoir dan sedikit
terjadi pencampuran dengan air
permukaan. Air hangat Alakalela dan air
hangat Mabata yang bertemperatur
rendah, tingginya kandungan klorida (619 – 1254 ppm) dan cukup tingginya nilai DHL (3000 - 6000 µS/cm) diperkirakan sebagai
akibat adanya sedikit percampuran fluida panas dengan air laut, dimana kedua mata air hangat tersebut muncul pada pinggir pantai. Sedangkan air hangat lainnya yang bertemperatur lebih rendah mempunyai tipe bikarbonat. Hal ini diperkirakan adanya pencampuran yang intensif antara fluida
panas dengan air permukaan, air
kondensat, atau interaksi dengan batuan karbonat.
Air panas Kura berada pada zona
partial equilibrium dengan perkiraan temperatur reservoir maksimum 200 oC
(Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok air panas Kura berasal dari kedalaman dengan sedikit pengaruh atau pencampuran dengan air permukaan. Sedangkan semua air hangat berada pada
zona immature water yang
mengindikasikan bahwa fluida panasnya lebih dominan dipengaruhi oleh air permukaan.
Pemunculan air panas dan air hangat di daerah Maritaing umumnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sedimen dan diperkirakan berasal dari satu reservoir yang sama, dimana semua airnya berada diantara zona Cl dan B pada satu kluster yang sama (Gambar 6).
Pendugaan Temperatur Bawah Permukaan
Perkiraan temperatur bawah
permukaan (reservoir) panas bumi di
Daerah Maritaing menggunakan
geotermometer SiO2 (conductive-cooling)
berkisar antara 120 – 130 °C,
geotermometer Na-K 170 – 200 °C, dan geotermometer Na-K-Ca berkisar 180 – 200 °C. Air panas Kura yang bertipe klorida dan berada di zona partial equilibrium
memungkinkan untuk menggunakan geotermometer Na-K.
Plotting entalpi klorida (Gambar 7) menunjukkan temperatur parent fluida
sebesar 200 oC dengan konsentrasi klorida
yang berhubungan dengan reservoir panas bumi Maritaing sebesar 200 oC
dengan proporsi fluida reservoir pada air panas Kura lebih besar dari 70%.
Isotop Oksigen-18 dan Deuterium (18O
mengindikasikan telah terjadinya
pengkayaan 18O akibat interaksi fluida
panas dengan batuan di kedalaman, sehingga air panas Kura kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan hanya sedikit pengenceran oleh air
meteorik. Sedangkan air hangatnya
terletak mendekati garis air meteorik, sebagai indikasi bahwa airnya dominan air permukaan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh percampuran air laut terhadap air panas dan air hangat serta asal fluida panasnya, hubungan grafik isotop δ18O dan
δ2H dengan konsentrasi Cl menunjukkan
bahwa fluida reservoirnya berasal dari air meteorik dan sedikit pengaruh air laut (Gambar 9 dan 10).
Analisis Tanah dan Udara Tanah
Hasil analisis tanah dan udara tanah diperoleh derajat keasaman atau pH tanah relatif netral dengan nilai berkisar antara 6,5 – 7,5 dan tidak memperlihatkan adanya anomali pH. Temperatur udara tanah pada kedalaman 1 meter berkisar antara 25,9 – 43,9°C. Anomali temperatur tanah dijumpai di sekitar manifestasi panas bumi Kura (Gambar 11).
Nilai anomali di atas 50 ppb untuk kandungan Hg tersebar di sekitar kelompok air panas Kura dengan kandungan Hg berkisar 54 – 765 ppb (Gambar 12). Nilai Hg tinggi di daerah ini diperkirakan karena terjadi bocoran Hg pada struktur atau
rekahan yang terdapat di sekitar
manifestasi. Nilai anomali kandungan CO2
udara tanah adalah diatas 3 % (v/v). Pola penyebaran CO2 pada umumnya tidak
menunjukkan anomali yang signifikan.
SISTEM PANAS BUMI
Sistem panas bumi yang terbentuk di Maritaing diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas magmatik muda pada zona lemah Depresi Maritaing yang terusun oleh batuan gunungapi yang memiliki sistem kekar intensif, serta didukung oleh suplai fluida yang cukup baik di bagian utara dan selatan depresi pada setting
medium terrain. Air meteorik yang
melakukan penetrasi pada daerah
tangkapan air hujan di bagian utara dan selatan Depresi Maritaing melalui zona permeabel, pada kedalaman tertentu air
tersebut terpanaskan oleh batuan
magmatik yang memiliki sisa panas di
sekitar Bukit Karitemang sehingga
membentuk fluida panas yang
terakumulasi dalam reservoir panas bumi. Interaksi antara fluida panas dengan batuan di sekitarnya menghasilkan batuan terubah (alterasi) yang kemudian berperan sebagai lapisan penudung (cap rock) dalam sistem panas bumi Maritaing.
Fluida panas yang terakumulasi pada reservoir di sekitar Bukit Karitemang,
bersamaan dengan unsur-unsur
terlarutnya, selanjutnya bergerak secara konvektif menuju permukaan melalui media sesar yang terbentuk belakangan. Sampai di permukaan, fluida panas tersebut hadir sebagai manifestasi panas bumi berupa mata air panas di Daerah Kura. Sedangkan mata air hangat yang terbentuk jauh di bagian timur dan selatan diperkirakan merupakan air yang berasal dari sistem panas bumi Maritaing, namun telah mengalami perjalanan secara lateral terlebih dahulu melalui media sesar (Gambar 13).
POTENSI ENERGI PANAS BUMI
km2. Temperatur reservoir diduga sebesar
200°C, sehingga temperatur cut-off
sebesar 150°C. Dengan menggunakan metode penghitungan volumetrik, dengan asumsi tebal reservoir 1 km, recovery factor
25%, faktor konversi 10%, dan lifetime 30 tahun, besarnya potensi energi panas buminya adalah 17 MWe pada kelas sumber daya hipotetik.
DISKUSI
Sistem panas bumi Maritaing diperkirakan memiliki sumber panas yang berasosiasi dengan sisa panas batuan
magmatik muda yang terbentuk
bersamaan dengan retas andesit
Karitemang berumur Plistosen bagian awal (1,5+0,2 juta tahun) di sekitar Bukit
Karitemang. Perkiraan ini masih
memerlukan pendekatan melalui
penyelidikan geofisika lebih lanjut.
Reservoir panas bumi Maritaing diperkirakan berupa sistem rekahan yang intensif pada batuan gunungapi seperti lava dan breksi berumur Tersier yang telah mengalami aktivitas tektonik berulang-ulang.
Lapisan batuan penudung sistem panas bumi Maritaing diperkirakan berupa lempung monmorilonite yang berasal dari proses ubahan bertipe argilik hasil alterasi batuan vulkanik Tersier yang berinteraksi dengan fluida panas di sekitar mata air panas Kura. Lapisan lempung argilik di lokasi ini diperkirakan merupakan bagian dari batuan penudung sistem panas bumi Maritaing.
Daerah di sekitar keberadaan kelompok air panas Kura diperkirakan sebagai daerah upflow, dimana air panasnya bertipe klorida dan hasil reaksi
kesetimbangan sebagian (partial
equilibrium) antara batuan dengan fluida
panas. Sebaran anomali Hg dan
temperatur juga menunjukkan bahwa
daerah ini merupakan daerah upflow dan menjadi indikasi daerah prospek panas bumi Maritaing. Sedangkan air hangat yang bertipe bikarbonat dan berada pada zona
immature water, diperkirakan sebagai
outflow dari reservoir panas bumi Maritaing.
KESIMPULAN
Sistem panas bumi yang terbentuk
di Daerah Maritaing diperkirakan
berasosiasi dengan lingkungan tektonik-magmatik, dimana sistem panas bumi yang
terbentuk pada Depresi Maritaing
berhubungan dengan sumber panas berupa batuan magmatik muda di bawah permukaan yang terbentuk bersamaan dengan retas andesit Karitemang yang berumur Plistosen bagian awal di Bukit Karitemang. Aktivitas tektonik yang berulang kali mengakibatkan daerah ini memiliki zona berpermeabilitas tinggi yang memungkinkan air meteorik melakukan penetrasi pada zona struktur sesar dan kemudian berinteraksi dengan batuan magmatik yang memiliki panas dari dapur magma sehingga menghasilkan fluida
panas bumi di kedalaman yang
terakumulasi di reservoir dan kemudian bergerak menuju ke permukaan sebagai mata air panas dan mata air hangat melalui kontrol sesar.
Daerah prospek panas bumi
Maritaing memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi maupun digunakan untuk pemanfaatan langsung (direct use) seperti pengeringan hasil pertanian dan perkebunan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott dan Chamalaun, 1981; Pentarikhan K/Ar umur batuan andesit di P. Kambing, Kabupaten Alor, NTT (Dalam Peta Lembar Alor Dan Wetar Barat, Nusa Tenggara, 1997). Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. General Geology Of Indonesia And Adjacent Archipelagoes. Government Printing Office. The Hague. Netherlands. Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and
Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John
Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765.
Kasbani, dkk, 2000, Laporan Penyelidikan Geologi Panas Bumi daerah Bukapiting, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando. Muchsin, C, (1974): Inventarisasai Potensi Panas Bumi P. Flores, Nusa Tenggara Timur.
Direktorat Vulkanologi. Bandung.
Noya, Y, dkk., 1994. Peta Geologi Lembar Pulau Alor dan Pulau Wetar, NTT, Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Purwanto, dkk, 1994, Peta Hidrogeologi Lembar Waikukang da Dilli. Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
Santoso, M. S dkk, 1976, Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi di Daerah P. Alor dan P. Pantar, Nusa Tenggara Timur. Direktorat Vulkanologi. Bandung.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge. Tim Survei Pendahuluan, 2004, “Penyelidikan Pendahuluan Geologi dan Geokimia Daerah
Panas Bumi Alor Timur, Kabupaten Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur“, DJGSM, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
Gambar 3. Peta Pola Kelurusan Struktur Geologi dan Hasil Analisis Kerapatan Pola Kelurusan Struktur Geologi (FFD) Daerah Maritaing Berdasarkan Frekuensi
(Kiri) dan Panjang (Kanan) Kelurusannya.
Panjang Frekuensi
Gambar 4. Diagram segi tiga Cl-SO4-HCO3
Gambar 6. Diagram Segi Tiga Cl-Li-B
Gambar 8. Grafik Isotop δ18O Terhadap δ2H (Deuterium) Conto Air Daerah Panas Bumi
Maritaing
Gambar 10 Grafik isotop 2H (Deuterium) terhadap konsentrasi Cl
Gambar 12. Peta Distribusi Hg Tanah Daerah Maritaing
Gambar 14. Peta Kompilasi Geologi dan Geokimia Panas Bumi Daerah Maritaing
Tabel 1. Hasil Perhitungan Potensi Panas Bumi Maritaing Pada Kelas Sumber Daya Hipotetik
PENGHITUNGAN VOLUMETRI (STORED HEAT)
SNI 13-6171-1999Parameter Nilai Ket.
Area (km2) = 4 Energi Initial batuan = 1,800E+15 kJ
Thickness (m) = 1000 Energi initial Uap = 8,778E+08 kJ
Rock Dens. (kg/m3) = 2500 Energi initial Air = 2,653E+14 kJ
Rock Heat Cap. (kJ/(kg.oC)) = 1
Steam density Init. (kg/m3) 7,86 Lihat steam table Energy Total Initial = 2,065E+15 kJ
Steam Enthalpy Init. (kJ/kg) 2792,1 Lihat steam table
Water density Init. (kg/m3) 864,67 Lihat steam table Energi Final batuan = 1,350E+15 kJ
Water Enthalpy Init. (kg/m3) 852,4 Lihat steam table Energi Final Uap = 1,961E+09 kJ
Steam density Final (kg/m3) 2,55 Lihat steam table Energi Final Air = 6,958E+13 kJ
Steam Enthalpy Final (kg/m3) 2745,9 Lihat steam table
Water density Final (kg/m3) 917,01 Lihat steam table Energy Total Final = 1,420E+15 kJ
Water Enthalpy Final (kg/m3) 632,3 Lihat steam table
Rock Porosity (fract, %) = 10,0% Energy Total Max = 6,458E+14 kJ
Temperatur INITIAL (deg-C) = 200
Temperatur FINAL (deg-C) = 150 Energy Recoverable = 1,614E+14 kJ
Water Sat. Init. (fract) = 90%
Water Sat. Fina. (fract) = 30%
RF (fract) = 25%
Elect. Eff. (fract) = 10%
Life Time (years) = 30