• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings and Capital) dalam menjaga stabilitas kesehatan pada PT. Bank BNI Syariah tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings and Capital) dalam menjaga stabilitas kesehatan pada PT. Bank BNI Syariah tahun 2016."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN

MENGGUNAKAN METODE RGEC (

RISK PROFILE,

GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL

) DALAM

MENJAGA STABILITAS KESEHATAN PADA PT. BANK BNI

SYARIAH TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:

Rohmatus Sa’diah

NIM: C74213148

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Kajian Pustaka ... 12

F. Tujuan Penelitian ... 17

G. Kegunaan Hasil Penelitian ... 18

H. Definisi Operasional ... 19

J. Metode Penelitian ... 20

K. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK ... 27

A. Kesehatan Bank ... 27

(7)

2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 28

3. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 29

4. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 30

B. Metode RGEC ... 34

B. Penerapan Metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings, And Capital) dalam Menganalissi Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Tahun 2015 ... 65

4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah ditinjau Dari Aspek Capital ... 71 C. Penilaian tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Tahun 2015

(8)

x

earning and capital) yang dijadikan evaluasi dalam bentuk menjaga stabilitas kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016 72 BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE RGEC (RISK PROFILE, GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL) DALAM

MENJAGA STABILITAS KESEHATAN BANK BNI SYARIAH

TAHUN 2016 ... 74

A. Analisis Risk Profile, Governance, Earnings And Capital Di PT. Bank BNI Syariah ... 75

1. Analisis Kesehatan dalam Aspek Risk Profile ... 75

2. Analisis Kesehatan dalam Aspek Governance ... 76

3. Analisis Kesehatan dalam Aspek Earnings ... 77

4. Analisis Kesehatan dalam Aspek Capital ... 78

B. Analisis Tingkat Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Rgec (Risk Profile, Governance, Earnings And Capital) Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan Bank Bni Syariah Tahun 2016 79 BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-saran ... 85

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan ... 3

Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Juni 2015 ... 5

Tabel 1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah dengan Menggunakan Metode CAMEL pada Tahun 2014 ... 9

Tabel 2.1 Komponen-komponen Penilaian Tingkat Metode RGEC .... 31

Tabel 2.2 Kriteria Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC ... 32

Tabel 2.3 Matriks Kriteria Penerapan Peringkat NPF ... 36

Tabel 2.4 Matriks Kriteria Penerapan Peringkat FDR ... 39

Tabel 2.5 Faktor Bobot Penilaian Pelaksanaan GCG Bank Umum Syariah ... 43

Tabel 2.6 Faktor Bobot Penilaian Pelaksanaan GCG Unit Usaha Syariah ... 43

Tabel 2.7 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor GCG ... 44

Tabel 2.8 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor ROA ... 45

Tabel 2.9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor BOPO ... 46

Tabel 2.10 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor CAR ... 47

Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF ... 66

Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat FDR ... 67

(10)

xii

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO ... 71

Tabel 3.5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat CAR ... 72

Tabel 4.1 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Tahun 2015 ... 80

Tabel 4.2 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Triwulan

1 Tahun 2016 ... 81

Tabel 4.2 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Triwulan

1 Tahun 2016 ... 81

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang memegang teguh hukum-hukum Islam sebagai

pedomannya sesuai Al-Quran dan Hadist. Begitu pula dalam hal bermuamalat,

Islam melarang transaksi keuangan yang mengandung maysir (spekulasi), gharar

(penipuan), haram , riba dan juga bathil.1 Maysir sendiri dilarang karena

mengandung unsur spekulasi, kemudian gharar merefleksikan unsur al-qima>r,

yang berarti satu pihak “untung” dan sementara pihak lain “dirugikan”2, riba

yang disebut dengan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara

batil,3 kemudian diikuti dengan haram.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130 :

ي

berlipat ganda dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung"4

Dalam hal ini perbankan syariah hadir sebagai solusi transaksi keuangan

yang berbasis syariah. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan

fungsi perantara (intermediary) dalam penghimpunan dana masyarakat serta

menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip

1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 2 ayat 7.

2Sirajul Arifin, “Gharar dan Risiko dalam Transaksi Keuangan”, Jurnal Tsaqafah, Vol. 6, No. 2,

(Oktober, 2010), 314.

3 Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2004), 37.

(12)

2

syariah.5 Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas

umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut

hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan

sesama makhluk.6Bank syariah melakukan kegiatan usahanya menggunakan

prinsip-prinsip syariah diantaranya bebas maysir (spekulasi), gharar (penipuan),

haram , riba dan juga bathil.

Bank syariah hadir dengan berbagai tujuan diantaranya ppertama

mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam khususnya

bermuamalat dalam perbankan, kedua meningkatkan kualitas hidup umat, ketiga

untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan yang terakhir menjaga stabilitas

ekonomi dan moneter.7

Dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia ada banyak langkah

strategis pemerintah untuk merealisasikannya, yaitu dengan adanya pemberian

izin kepada bank umum konvensional untuk membuka unit kerja yang disebut

dengan Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional

menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Dewasa ini perkembangan unit usaha syariah sangat pesat, baik dilihat dari

jumlah pembukaan kantor cabang baru, jenis usaha bank dan volume kegiatan

yang dilakukan terbukti sejak dibuka bank syariah pertama 1992, pertumbuhan

industri ini dinilai cukup progresif, yaitu terbukti dengan data jumlah Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari mulai tahun 2009 jumalah BUS

5 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 99.

6 Wiroso, et al, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta Barat: LPFE, 2010), 6

(13)

3

sebanyak 6 unit bank, dengan jumlah kantor sebanyak 711 unit, kemudian di

tahun 2015 jumlah BUS meningkat menjadi 12 unit dengan jumlah kantor

sebanyak 2121 unit. Lalu, diikuti dengan perkembangan UUS pada tahun 2009

dengan jumlah bank sebanyak 25 unit dengan jumlah kantor sebanyak 287 unit,

kemudian pada tahun 2015 UUS mengalami penurunan pada jumlah bank

menjadi 22 unit, akan tetapi terjadi peningkatan di jumlah kantornya sebesar 327.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga mengalami peningkatan dari tahun 2009

yang berjumlah 138 unit dengan jumlah kantor sebanyak 225 menjadi 161 unit

dengan jumlah kantor sebanyak 433 unit.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Sumber : Statistika perbankan syariah, juni 2015 oleh Otoritas Jasa Keuangan

Hal ini disebabkan adanya penerimaan baik oleh masyarakat dalam sistem

lembaga keuangan syariah, sehingga, seiring berjalannya waktu, baik perbankan

milik pemerintah dan swasta saling mengembangkan sistem perbankan syariah

(14)

4

dan memberikan pelayanan jasa yang bergam guna meningkatkan minat

masyarakat.

Akan tetapi perkembangan bank syariah yang sangat pesat pada aspek

penambahan jumlah UUS ataupun BUS tidak diikuti dengan perkembangan rasio

rasio keuangan yang makin menunjukkan perkembangan yang kurang baik,

terbukti dengan perkembangan CAR (Capital Adequacy Ratio) pada tahun 2009

sebesar 10,77% menjadi 13,75% pada tahun 2015, kemudian diikuti dengan FDR

(Financing Deposit Ratio) pada tahun 2009 sebesar 89,70 menjadi 93,94% pada

tahun 2015. Lalu diikuti dengan peningkatan rasio ROA (Return On Asset) dari

1,48% menjadi 1,07% yang mengindikasikan kemampuan manajemen bank

dalam hal mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya,

Rasio BOPO juga mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 84,39%

menjadi 91,65% pada tahun 2015 yang mengakibatkan kurang efisiensinya bank

dalam mengendalikan biaya operasional. Lalu kemudian adanya penurunan rasio

ROE (Return On Equity) dari 26.09% menjadi 10,31% pada tahun 2015 yang

menunjukkan kurangnya kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan

laba. Penurunan tidak hanya terjadi pada ROE akan tetapi juga NPF (Non

Performing Financing) dari 4,01% menjadi 5,10% yang menunjukkan buruknya

kualitas pembiayaan suau perbankan. Dari data diatas disimpulkan bahwa

(15)

5

Tabel 1.2

Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Juni 2015

Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2015 No Rasio 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Statistika perbankan syariah, juni 2015 oleh Otoritas Jasa Keuangan

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberikan

pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa dan aktivitas perbankan

yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen resiko yang memadai dapat

menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada sistem perbankan. Dari

dampak permasalahan dalam sistem perbankan ini menyebabkan penurunan

tingkat kesehatan perbankan.

Dari Pengalaman krisis keuangan global yang pernah terjadi mendorong

perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen resiko dan GCG (Good

Corporate Governance). Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi

pemasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai

dan lebih cepat, serta menerapkan GCG dan manajemen resiko yang lebih baik

sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis.8

Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya

dengan baik. Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga

8 Bank Indonesia, Surat Edaran No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 perihal Penilaian

(16)

6

dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,

dapat membantu lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah

dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.9

Kesehatan suatu bank berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan

semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat

pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun

pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut

untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,

kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

dan manajemen risiko.10

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang

Perbankan, Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia,

lebih lanjut menetapkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank

sesuai dengan ketentuan, memberikan kredit atau pembiayaan sesuai dengan

prinsip syariah, bank wajib menyampaikan kepada BI segala keterangan dan

penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh BI, bank

wajib memberikan kesempatan pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas, Bank

Indonesia melakukan pemerikasaan terhadap bank, baik secara berkala maupun

setiap waktu apabila diperlukan.

3Santi Budi Utami, “Perbandingan Analisis Camels dan Rgec dalam Menilai Tingkat Kesehatan

Bank pada Unit Usaha Syariah Milik Pmerintah” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta, 2015),

2.

10 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta

(17)

7

Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam

melaksanakan kegiatan usaha.11 Kesehatan Bank harus dipelihara atau

ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap Bank tetap terjaga, selain itu

Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan

evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta

menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank,

baik berupa corrective action oleh Bank maupun Supervisory action oleh Bank

Indonesia.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank sebelumnya menggunakan metode

CAMELS mencakup faktor-faktor capital (permodalan), asset (kualitas aset),

management (manajemen), Earning (rentabilitas), Liqudity (likuiditas),

Sensitivity to Market Risk (penilaian terhadap resiko pasar). Penilaian terhadap

faktor–faktor tersebut dilakukan secara kuantitatif dengan memperhatikan unsur

judgement yang didasarkan atas materialistis dan signifikan dari faktor-faktor

penilaian serta faktor- faktor lainnya.12

Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Pasal 3 mewajibkan bank untuk

melakukan penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank yang

menggunakan pendekatan resiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara

individual atau konsolidasi dengan formulasi atau matriks penilaian berdasarkan

11 Bank Indonesia, PBI No. 11/25/PBI/2011 pasal 2 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum.

12 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,

(18)

8

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DNPD tanggal 25 Oktober 2011. Faktor

– faktor penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.13//1/PBI/2011 ini

terdiri dari profil resiko, good corporate governance, rentabilitas dan permodalan.

Oleh karena itu penilaian tingkat kesehatan menggunakan metode CAMELS

dikembangkan dan disempurnakan guna mengikuti setiap perubahan

perkembangan usaha perbankan dan kompleksitas profil resiko bank dengan

menggunakan cakupan penilaian meliputi faktor – faktor yaitu profil resiko (Risk

Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan

permodalan (Capital) atau yang lebih dikenal dengan metode RGEC.

Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang menggunakan penilaian

tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS ataupun RGEC,

diantaranya penelitian Bayu Aji Permana mengenai “Analisis tingkat kesehatan

Bank berdasarkan metode CAMELS dan RGEC” yang menunjukkan metode

CAMELS sebenarnya sudah memberikan gambaran yang efektif akan tetapi

tidak mengarah pada satu penilaian.13

Dari pemaparan penelitian tadi metode CAMELS masih memiliki

kekurangan yaitu analisis kesehatannya tidak memberikan kesimpulan yang

mengarah pada satu penilaian yang membuat penilaian kesehatan kurang efisien,

oleh karena itu penelitian ini hanya akan menggunakan satu metode yaitu metode

RGEC sebagai pengembangan dari metode CAMELS.

8. Bayu Aji Permana, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMELS dan

(19)

9

Dalam penelitian ini nantinya akan membahas tingkat kesehatan bank. Dan

unit yang akan diteliti adalah bank BNI syariah. Pada tahun 2014 tingkat

kesehatan bank BNI syariah yang dinilai menggunakan metode CAMEL berada

pada komposit 2 yaitu SEHAT.

Tabel 1.3

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel Pada Tahun 2014

No Nama Bank bobot nilai kredit dalam komponen C A M E L Bobot Predikat

1 BNI

SYARIAH* 30 30 5,15 9,62 10 84,77 SEHAT

*rata- rata

Sumber : Hasil skripsi oleh Hambali Kassah Tahun 2014

Aspek permodalan (capital) rata-rata bank BNI syariah berada pada bobot

30%, kuallitas aset (asset) berada pada bobot 30%, penilaian manajemen rata–

rata berbobot 5,15 %, rentabilitas (earning) berada pada bobot dengan rata-rata

9,62% dan yang terakhir likuiditas berada pada rata-rata bobot 10% dengan total

keseluruhan penilaian berjumlah 84,77 % dengan predikat SEHAT. 14

Oleh karena itu berdasarkan pemaparan diatas peneliti akan meneliti dan

menganalisis tingkat kesehatan dengan metode baru yaitu metode RGEC dengan

unit penelitian bank BNI Syariah guna menjaga stabilitas kesehatan bank

syariah ditahun selanjutnya.

14 Hambali Kassah,”Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Menggunakan Metode

CAMEL dan RGEC Periode Tahun 2012-2014” (Skripsi--Universitas Islam Negeri Sunan

(20)

10

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode RGEC

Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan pada Bank BNI Syariah Tahun 2016”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Perkembangan perbankan yang pesat tidak diikuti dengan perkembangan

operasinal perbankan.

2. Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan

perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen resiko dan GCG

(Good Corporate Governance)

3. Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam

melaksanakan kegiatan usaha dan menyampaikan kepada BI secara berkala

maupun konsolidasi.

4. Adanya perubahan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank dari

menggunakan metode CAMELS berubah menjadi metode RGEC, sehingga

belum semua bank menggunkana metode tersebut karena masih proses masa

peralihan.

5. Metode CAMELS yang masih memiliki kekurangan yaitu analisis

kesehatannya tidak memberikan kesimpulan yang mengarah pada satu

(21)

11

6. Penerapan metode RGEC (Risk profile, Governance, Earning and Capital)

dalam menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2015.

7. Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk

Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas

kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian diperlukan adanya batasan dalam pembahasan agar

penelitian ini lebih terarah dan terfokus. Dalam hal ini penulis memberikan

batasan dalam pembahasan masalah ini, diantaranya :

1. Penerapan metode RGEC (Risk profile, Governance, Earning and Capital)

dalam menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2015.

2. Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk

Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas

kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibatasi oleh penulis dalam membahas

penelitian ini, maka penulis memiliki dua rumusan masalah dalam penelitian ini,

yakni:

1. Bagaimana penerapan metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings

(22)

12

2. Bagaimana Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC

(Risk Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas

kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016?

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian ini bukan penggulangan atau duplikasi dari kajian yang

telah ada.

Dalam penelusuran awal belum ada kajian yang dilakukan penulis

terhadap permasalahan dalam analisis tingkat kesehatan bank yang spesifik

terhadap PT. Bank BNI Syariah.

Penelitian yang peneliti akan di lakukan ini berjudul “Analisis Tingkat

Kesehatan Bank BNI Syariah dengan menggunakan metode RGEC”.

Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang

dijadikan pandangan serta referensi.

Berikut beberapa penelitian terdahulu serta penjelasannya sebagai bahan

perbandingan ataupun acuan penelitian dalam membuat penelitian yang akan

dilakukan: Pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mentari Anggraini

berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah

dengan Menggunakan Metode RGEC (studi pada PT. Bank BRI, tbk dan PT.

Bank BRI Syariah Periode 2011-2013)” dengan menggunakan metode

(23)

13

yaitu diantaranya pertama PT. Bank BRI Tbk merupakan bank yang sehat,

yang kedua PT Bank BRI Syariah juga merupakan bank yang sehat yang

dikur dengan menggunakan pendekatan RGEC dan yang terakhir PT. Bank

BRI Tbk dan PT Bank BRI Syariah tidak memiliki perbedaan kinerja.15

Persamaan dalam penelitian ini adalah rumusan masalah yang

sama-sama membahas penilaian kesehatan bank. Sedangkan perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah objek yang

digunakan adalah bank PT. Bank BNI Syariah.

Kedua, penelitian yang di lakukan oleh Jayanti Mandasari yang berjudul

“Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC pada Bank

BUMN Periode 2012-2013”. Dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

subjek penelitian bank BUMN. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil

secara keseluruhan kinerja keuangan bank BUMN dari segi profil resiko

dengan menggunakan resiko kredit berada pada nilai dibawah 5% dan resiko

likuiditas dengan nilai 85% - 100%, kemudian penilaian GCG dalam posisi

sangat baik, rentabilitas berada pada posisi setiap bank memiliki nilai diatas

1,25% dan yang terakhir faktor permodalan dari keseluruhan bank memiliki

nilai diatas 9% .16

15

Mentari Anggraini, et al, “Analisis Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah

dengan menggunkan metode RGEC (Studi PT. Bank BRI Tbk dan PT. Bank BRI syariah Periode

2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 27, No. 1, (Oktober, 2015), 6.

16 Jayanti Mandasari, “Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC pada bank

(24)

14

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis terletak pada metode yang digunakan kalau penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penulis akan menggunakan

metode deskriptif kualitatif dan juga terletak pada objek yang akan diteliti

kalau penelitian ini menggunkan bank konvensional yaitu bank BUMN,

maka peneliti akan menggunakan bank syariah yaitu bank BNI Syariah. Dan

untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peeliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat kesehatan

bank dengan menggunakan metode RGEC.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Shandy Dharmapermata yang

berjudul “Analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode

Risk-Based Bank Rating (RBBR)” didapatkan hasil penelitian yaitu

Penilaian tingkat kesehatan bank yang dilihat dari faktor risk profile, good

corporate governance, eraning, dan capital pada periode 2011 menunjukkan

Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank BRI, dan Bank OCBC NISP

mendapat peringkat komposit sangat sehat.17

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan kalau

penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penulis akan

menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga terletak pada subjek

ayng akan diteliti yaitu kalau penelitian ini menggunakan beberapa bank

17 Sandhy Dharmapermata Susanti, “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Metode Risk-Based Bank Rating (Rbbr)” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta ,Yogyakarta,

(25)

15

sedangkan penulis nantinya akan menggunakan bank umum syariah. Dan

untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat

kesehatan bank dan juga teknik analisis yang digunakan yaitu sama-sama

menggunakan 1 metode yaitu RGEC.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Heidy Arrvida Lasta, Zainul

Arifin dan Nila Firdausi Nuzula yang berjudul “ Analisis tingkat kesehatan

bank dengan menggunakan pendekatan RGEC (risk profile, good corporate

governance, earnings, capital) (studi pada pt bank rakyat indonesia,tbk

periode 2011-2013)” didapatkan hasil penelitian yaitu Penilaian tingkat

kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk pada tahun 2011 sampai dengan

2013 yang diukur menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings, Capital) secara keseluruhan dapat

dikatakan bahwa BRI merupakan bank yang sehat bahkan dalam beberapa

indikator menunjukkan bahwa BRI mendapatkan predikat bank yang sangat

sehat.18

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan kalau

penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif , sedangkan

peneliti akan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga terletak

pada subjek yang akan diteliti yaitu kalau penelitian ini menggunakan bank

18 Heidy Arrvida Lasta, et al, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Pendekatan Rgec (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) (Studi Pada Pt

Bank Rakyat Indonesia,Tbk Periode 2011-2013)” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|, Vol. 13 No. 2

(26)

16

BRI sedangkan peneliti nantinya akan menggunakan bank BNI syariah. Dan

untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat

kesehatan bank dan juga teknik analisis yang digunakan yaitu sama-sama

menggunakan 1 metode yaitu RGEC.

Yang terakhir, penelitian yang dilakukan oleh LOTUS MEGA

FOTRANIA yang berjudul “Analisis tingkat kesehatan Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah dengan metode CAMELS dan RGEC” didapatkan

hasil penelitian yaitu penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan

unit usaha syariah dengan menggunakan metode camels dari tahun

2011-2013 berada pada predikat sehat sedangkan penilaian tingkat kesehatan bank

umum syariah dan unit usaha syariah dengan menggunakan metode RGEC

berada pada predikat sehat juga.19

Perbedaan penelitian ini yang pertama terletak pada metode yang

digunakan kalau penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif ,

sedangkan peneliti akan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang

kedua terletak pada subjek yang akan diteliti yaitu kalau penelitian ini

menggunakan semua bank umum syariah dan unit usaha syariah sedangkan

peneliti nantinya akan menggunakan bank umum syariahh yaitu bank BNI

syariah dan yang terakhir terletak pada metode penilaian kesehatan yang

19 Lotus Mega Fotrania, et al, “Analisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha

(27)

17

akan digunakan, kalau penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu

CAMELS dan RGEC sedang peneliti nantinya hanya akan mengunakan

metode kesehatan RGEC. Dan untuk persamaan pada penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada pembahasan yaitu

mengenai penilaian tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diatas, meskipun terdapat

beberapa persamaan namun belum ada penelitian secara khusus yang

membahas mengenai analisis tingkat kesehatan menggunakan metode RGEC

yang dilakukan pada unit syariah yaitu bank BNI Syariah.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode RGEC (risk profile, governance,

earnings and capital) dalam menganalisis kesehatan bank BNI Syariah

Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan dengan menggunakan

metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings dan Capital) yang

dijadikan acuan evaluasi dalam bentuk menjaga stabilitas kesehatan Bank

(28)

18

G. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara teoretis

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menambah informasi dan khasanah mengenai dunia Perbankan

Syariah, sumbangan pemikiran serta sebagai bahan masukan untuk

mendukung dasar teori penelitian yang sejenis dan relevan.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan

untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

peneliti karena menerapkan ilmu yang sudah didapat selama di bangku

kuliah sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian dan menambah

pengalaman serta pengetahuan tentang tingkat kesehatan bank.

b. Bagi para pengguna informasi (pemegang saham, manajer, kreditur,

karyawan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana alternatif bagi

para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan

dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan

(29)

19

c. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

wawasan kepada masyarakat tentang tingkat kesehatan bank dan juga

menjadi acuan dalam memilih perbankan yang akan digunakan.

d. Bagi Bank Negara Indonesia Syariah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada

pihak pimpinan Bank Negara Indonesia Syariah untuk mengevaluasi

kinerja bank, dan juga guna menjaga stabilitas kesehatan bank BNI

Syariah.

H. Definisi Operasional

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan

yang berlaku. Pengertian ini merupakan batasan yang sangat luas karena

kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan

seluruh kegiatan usaha perbankannya.

Dalam menganalisi tingkat kesehatan bank menggunakan metode RGEC

indikator-indikator yang digunakan adalah,

1. Faktor profil resiko (risk profile) yang akan menggunakan 2 risiko yaitu

risiko pembiayaan yang dihitung dengan meggunakan rasio NPF (Non

Performing Financing) dan risiko likuiditas dihitung dengan

(30)

20

2. Faktor good corporate governance yang akan dilihat melalui laporan

penilaian good corporate governance dengan self assesment

3. Faktor rentabilitas (earnings) dihitung dengan menggunakan rasio ROA

(Return On Assets) dan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional)

4. Faktor permodalan (capital) yang akan di hitung dengan menggunakan

rasio CAR (Capital Adequency Ratio).

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini

dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang objektif dan mendalam yang

nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif

sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam.

Sedangkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan deskriptif.

Penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai

keadaaan yang ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak

menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa

adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.20

2. Subjek dan obyek

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :

(31)

21

1. Laporan Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Triwulan Desember Tahun 2015 dan juga laporan keuangan triwulan

Maret dan Juni Tahun 2016

2. Laporan Good Corporate Governance Bank BNI Syariah Tahun 2015

b. Obyek

Objek dalam penelitian ini sendiri adalah analisis mengenai tingkat

kesehatan Bank BNI Syariah dengan menggunakan metode RGEC.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data dapat diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi

sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang

benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan

penyelidikan.21

Data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Data primer

Data primer yang digunakan adalah :

a) Laporan keuangan triwulan Desember tahun 2015, yang digunakan

hanya triwulan terakhir dikarenakan ketersediaan data yang ada

untuk mendukung faktor good corporate governance yang hanya

dikeluarkan pada akhir tahun

b) Laporan good corporate governance tahun 2015

21 Muslihin al Hafizh, Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian. dalam

(32)

22

c) Laporan keuangan triwulan Maret dan Juni tahun 2016 sebagai

pembuktian dari hasil penilaian tingkat kesehatan tahun 2015

untuk evaluasi perbankan syariah dalam bentuk menjaga stabilitas

kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2016.

2) Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah :

a) Profil Bank BNI Syariah

b) Produk Bank BNI Syariah

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari

website Bank Indonesia (www.bi.go.id), laporan keuangan triwulan

Desember tahun 2015 yang diperoleh melalui website BNI Syariah

(http://www.bnisyariah.co.id/), Laporan Good Corporate Governance

yang di peroleh melalui website BNI Syariah

(http://www.bnisyariah.co.id/).

4. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda seperti buku, majalah,

otobiografi dan kliping.22

Dokumenter dibagi menjadi dua yaitu dokumen pribadi yang berupa

buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi

22 Luluk Fikri Zuhriyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2012),

(33)

23

berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti

majalah, bulletin, beritaa-berita yang disiarkan ke media massa.23

Dalam hal ini pengambilan data diperoleh melalui website Bank

Indonesia (www.bi.go.id), laporan keuangan triwulan Bank BNI Syariah

yang diperoleh melalui website BNI Syariah (http://www.bnisyariah.co.id/),

dan Laporan Good Corporate Governance yang di peroleh melalui website

BNI Syariah (http://www.bnisyariah.co.id/).

5. Teknik pengolahan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan

data sebagai berikut:

a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari temanya dan polanya.

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data.24

b. Display data atau penyajian data yaitu penyajian data yang dilakukan

dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,

sehingga akan mudah difahami.25 Dengan mendisplaykan data, maka akan

mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.

23 Ibid., 69.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), 247.

25

(34)

24

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang

ditemukan. Yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan

masalah.

6. Teknik analisis data

Analisis data, menurut Patton adalah mengatur urutan data,

mengorganisasikannnya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar. 26

Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data

tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis

kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk profile, Good

corporate governance, Earnings, Capital).

Aplikasi dalam penelitian ini adalah menilai tingkat kesehatan bank BNI

Syariah, serta menganalisa hasil penilaian kesehatan bank BNI Syariah

menggunakan metode RGEC dengan data yang telah dikumpulkan peneliti

melalui dokumentasi, kemudian ditarik kesimpulan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti “Analisis Kesehatan Bank Syariah Dengan

Menggunakan Metode RGEC Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan pada

Bank BNI syariah Tahun 2016”.

26 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,

(35)

25

J. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi terarah sesuai

dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi ini

dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub, di mana

antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang

utuh. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini meliputi latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

BAB II KERANGKA TEORITIS, bab ini menguraikan tentang landasan

teori yang merupakan hasil telah dari beberapa literatur yang digunakan sebagai

pisau analisis terhadap data, tujuan dan proses untuk membuka wawasan dan

cara berpikir dalam memahami dan menganalisis fenomena yang ada.

BAB III HASIL PENELITIAN, merupakan uraikan tentang data penelitian

yang meliputi gambaran umum mengenai bank BNI Syariah cabang sidoarjo

terkait latar belakang berdiri, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk,

manajemen perbankan dan juga tingkat kesehatan bank BNI Syariah dengan

menggunakan metode RGEC.

BAB IV ANALISIS DATA, merupakan uraian tentang analisis tingkat

kesehatan bank BNI Syariah cabang sidoarjo dengan menggunakan metode

(36)

26

BAB V KESIMPULAN, bab ini merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan dan saran. Dalam bab ini pula akan disimpulkan hasil pembahasan

(37)

BAB II

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

A. Kesehatan Bank

1. Pengertian kesehatan bank

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan

peraturan perbankan yang berlaku.1 Pengertian ini merupakan batasan yang

sangat luas karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank

untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan

tersebut meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dan dan masyarakat, dan lembaga lain, dan

modal sendiri

b. Kemampuan mengolala dana

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat

d. Kemampuan memenuhi kewajiban pada masyarakat, karyawan, pemilik

modal, dan pihak lain

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank berdasarkan

prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,

pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank

(38)

28

Indonesia (BI) selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya.

Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak –pihak tersebut untuk

mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati–hatian,

kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang

berlaku, dan manajemen resiko.2

2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang

dilakukan terhadap resiko dan kinerja bank. Tingkat kesehatan merupakan

penjabaran dari kondisi faktor-faktor keuangan dan pengelolaan bank serta

tingkat ketaatan bank terhadap pemenuhan peraturan dengan prinsip

kehati-hatian. Bank yang tidak menjalankan prinsip tersebut dapat mengakibatkan

bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yang dapat membahayakan

kelangsungan usahanya, bahkan bank dapat gagal melaksanakan

kewajibannya kepada nasabah

Bagi perbankan, berdasarkan prinsip syariah, hasil penilaian tingkat

kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi mmenejemen

dalam menentukan kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan bank ke depan.

Sementara bagi Bank Indonesia, hasil penilaian tingkat kesehatan dapat

digunakan oleh pengawas dalam menerapkan strategi pembinaan,

2 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta

(39)

29

pengawasan dan pengembangan yang tepat bagi bank berdasarkan prinsip

syariah dimasa yang akan datang.3.

Menurut PBI 13/1/PBI/2011 bank wajib memelihara tingkat kesehatan

bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam

melaksanakan kegiatan usaha. Bank melakukan penilaian tingkat kesehatan

bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk based bank rating) baik

secara individu maupun konsolidasi. Bank juga wajib melakukan penilaian

sendiri (self assestment) atas tingkat kesehatan bank.4

Pengkinian self assesment tingkat kesehatan bank sewaktu – waktu

dilakukan antara lain dalam hal :

a. Kondisi keuangan bank memburuk

b. Bank menghadapi permasalahan antara lain resiko likuiditas dan

permodalan

c. Kondisi lainnya yang menurut Bank Indonesia perlu dilakukan

pengkinian penilaian tingkat kesehatan.

3. Mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank

Bank Indonesia wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank

sesuai dengan PBI ini secara triwulan untuk posisi akhir maret, juni,

september, dan desember. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan bank, BI

3 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,

2012), 364..

(40)

30

melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, untuk posisi

akhir Maret, Juni, September dan Desember.5

Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan informasi lain

yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas kesehatan

atau lembaga lain yang berwenang. Bank Indonesia dapat meminta informasi

dan penjelasan dari bank dalam rangka memperoleh hasil penilaian

tingkatkesehatn bank yang sesuai dengan kondisi bank yang sesungguhnya.

Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap penilaian tingkat

kesehatan bank syariah apabila diketahui terdapat data dan informasi yang

memengaruhi kondisi bank tersebut secara signifikan pada posisi setelah

posisi penilaian (subsequent evens). Apabila terdapat perbedaan hasil

penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh BI dengan

hasil penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh bank

syariah, maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank

yang dilakukan oleh BI. Apabila diperlukan, BI dapat melakukan penilaian

tingkat kesehatan bank syariah di luar waktu tersebut.6

4. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan

resiko dilakukan berdasarkan analisis yang kmperhensif terhadap 4 aspek

yaitu risk profile, governance, earning dan capital yang biasanya disingkat

5 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:

Penerbit Salemba, 2013), 313.

(41)

31

dengan metode RGEC. Dan setiap aspek memiliki komponen-komponennya,

diantaranya sebagai berikut :

Tabel 2.1

Komponen Penilaian Metode RGEC

No Faktor yang dinilai Komponen

1 Risk Profile (Profil resiko)  Rasio pembiayaan bermasalah terhadap

total pembiayaan.

 Rasio total pembiayaan yang diberikan terhadap dana pihak ketiga.

2 GCG (Good corporate

govergance)

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.

 Pelaksanaan tanggung jawab dan tugas direksi.

 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

 Pelaksanaan Prinsip syariah adala penghimpunan dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

 Penanganan benturan kepentingan

 Penerapan fungsi kepatuhan

 Penerapan fungsi audit internal

 Penerapan fungsi audit eksternal

 Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)

 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal.

3 Earnings

(rentabilitas/profitabiltas)

 Rasio laba sebelum pajak terhadap total aset

 Rasio pendapatan operasional terhadap biaya operasional

4 Capital (permodalan) Rasio modal terhadap aset tertimbang

menurut resiko

Langkah-langkah perhitungan tingkat kesehatan bank adalah sebagai

berikut :

(42)

32

2 Melakukan pemeringkatan masing-masing rasio mulai dari NPF, FDR,

ROA, BOPO dan CAR

3 Melakukan penilaian good corporate governance

4 Menetapkan kategori kesehatan bank

5 Menetapkan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank.7

Nilai komposit untuk rasio keuangan masing-masing komponen yang

menempati peringkat komposit :

Kriteria Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC

Bobot Peringkat Komposit Keterangan 86-100% Peringkat komposit 1 Sangat sehat

71-85% Peringkat komposit 2 Sehat 61-70% Peringkat komposit 3 Cukup sehat 41-60% Peringkat komposit 4 Kurang sehat

≤ 40% Peringkat komposit 5 Tidak sehat

Sumber : Bank Indonesia

Predikat Tingkat kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam

PBI 13/1/PBI/2011 sebagai berikut :

a. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sangat Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 1 (PK-1).

7 Sandhy Dharmapermata Susanti, “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Metode Risk-Based Bank Rating (Rbbr)” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta ,Yogyakarta,

(43)

33

b. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 2 (PK-2).

c. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 3 (PK-3).

d. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 4 (PK-4).

e. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 5 (PK-5).

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Pasal 9 No.13/ 1/ PBI/ 2011

peringkat setiap faktor yang ditetapkan Peringkat Komposit (composite

rating), sebagai berikut :

a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

lainnya.

c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

(44)

34

d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh

negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor

eksternal lainnya.

B. Metode RGEC

Standar untuk menentukan penilaian tingkat kesehatan bank sudah

ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia yang kini beralih tanggung

jawab kepada OJK. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011

dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-based

Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Tata cara

penilaian ini lebih sering dikenal dengan metode RGEC yaitu singkatan dari

Risk Profile (Profil resiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning

(rentabilitas) , dan Capital (permodalan).

Adapun penjelasan dari komponen-komponen metode RGEC adalah sebagai

(45)

35

1. Risk Profile

Penilaian faktor profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inhern

dan kualitas pennerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.

Resiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 jenis risiko yaiu risiko pembiayaan,

risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko

stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.8 Akan tetapi dalam penelitian

ini nantinya hanya akan menggunakan 2 penilaian risiko yaitu risiko

pembiayaan dan risiko llikuiditas. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut :

a. Risiko pembiayaan

Risiko pembiayaan atau sering disebut pula default risk merupakan

suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam

mengembalikan pinjaman/pembiayaan yang diterima bank sesuai dengan

jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan

nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak

secara teknis keadaan terebut merupakan default.9

Resiko pembiayaan dihitung dengan menggunakan rasio Non

Performing Financing (NPF).

NPF = Pembiayaan bermasalah Total Pembiaayaan

8 Ramlan Ginting et al, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum (Jakarta: Bank Indonesia, 2012), 4

9 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia

(46)

36

Non Performing Financing (NPF) menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang

diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah

pembiayaan bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank

mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, sehingga

berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa pembiayaan

tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan di bank, risiko

yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula pada keamanan dana

masyarakat tersebut.10

Tabel 2.3

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF

Peringkat Keterangan Kriteria 1 Sangat Sehat NPF ≤ 2%

Risiko likuiditas adalah ketidakmampuan bank syariah untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas

atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diangunkan, tanpa

(47)

37

mengganggu aktivitas, dan kondisi keuanga bank.11 Rasio likuiditas juga

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan

kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat

ditagih serta dapat mencukupi permintaan pembiayaan yang diajukan.

Semakin besar rasio ini semakin likuid.12

Ketidakmampuan memperoleh sumber pendanaan arus kas sehingga

menimbulkan risiko likuiditas dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal

berikut :

1. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas, baik yang berasal dari aset

produktif maupun yang berasal dari penjualan aset termasuk aset

likuid.

2. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari

penghimpunan dana, transaksi antar bank syariah, dan dari pinjaman

yang diterima.

Risiko likuiditas sering pula dimaknai sebagai kerugian potensial

yang didapat dari ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo, baik mendanai aset yang telah dimiliki maupun

mendanai pertumbuhan aset bank tanpa mengeluarkan biaya atau

mengalami kerugian yang melebihi tolaransi bank. Risiko Pembiayaan

dan risiko likuiditas merupakan risiko yang paling fundamentaldalam

11 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 1(Jakarta Pusat: PT Gramedia Pustaka

(48)

38

industri perbankan. Disebut fundamental karena pemicu utama

kebankrutan yang dialami oleh bank bukanlah kerugian yang dideritanya

melainkan ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan

likuiditasnya.13

Antonio menyatakan likuiditas penting untuk bank syariah dalam

menjalankan aktivitas bisnisnya, mengatasi kebutuhan mendesak,

memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan

fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan

menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu

kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga

tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan

berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.14

Risiko likuiditas dihitung dengan menggunkan rasio Financing to

Deposit Ratio (FDR).

FDR = Total Pembiayaan X 100% Total Dana Pihak Ketiga

Menurut Muhammad Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah

perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana

pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio FDR yang analog

dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvesional adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang

13 Ibid.

14 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:

(49)

39

menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan pembiayaan

dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.15

Tabel 2.1

Good Corporate Governance adadalah suatu tata kelola bank syariah

yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparansi), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional

(professional), dan kewajaran (fairness).16 Pelaksanaan GCG pada industri

perbankan syariah harus berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu :

a. Transparancy

Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan informasi

yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan

keputusan.17

15 Dhian Dayinta Pratiwi, “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return On Asset

(ROA) Bank Umum Syariah: Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –

2010” (Skripsi--Universitas Diponegoro, 2012), 34.

16 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:

(50)

40

Pengungkapan informasi merupakan hal penting, sehingga semua

pihak yang berkepentingan tahu pastu apa yang telah dan akan terjadi.

Laporan tahunan perusahaan harus memuat berbagai informasi yang

diperlukan, demikian pula perusahaan go-public. Persyaratan untuk ini

antara lain disusun oleh Komite Nasional Bagi pengelolaan Perusahaan

yang baik (KNPB).18

b. Accountability

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan pelakasanaan

pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan

secara efektif.19

Ada pengawasan yang efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan

antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Ada

pertanggungjawaban dari komisaris dan direksi, serta ada perlindungan

untuk karir karyawan. Perlu ditetapkan berapa kali rapat dalam kurun

waktu tertentu, serta berbagai sistem pengawasan yang lain.20

c. Responsibility

Pertanggungjawaban (responsibilty) adalah kesesuaian pengelolaan

bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.21

18 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2013), 520.

19 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:

Penerbit Salemba, 2013), 398.

20 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk ..., 521.

(51)

41

Perlu dipastikan adanya kepatuhan dan tanggung jawab perusahaan

pada peraturan dan undang-undang yang berlaku.

d. Professional

Profesional adalah memiliki kompetensi, mampu bertindak objektif

dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta

memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.22

e. Fairness

Good Corporate yang baik mensyaratkan adanya perlindungan

untuk hak minoritas. Perlakuan yang sama dan adil pada semuaa

pemegang saham, melarang kecurangan insider trading, dll. KNPPB

mensyaratkan 20% direksi berasal dari luar yang tidak ada hubungan dengan

pemegang saham dan direksi.23

Bank wajib melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG

minimal satu kali dalam setahun. Self assessment menggunkan kertas

kerja self assessment.24 Pengisian kertas kerja self assesment dilakukan

dalam tahapan sebagai berikut :

1. Menyusun analisis self assessment dengan cara membandingkan

pemenuhan setiap kriteria/indikator dengan kondisi bank

berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil

analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-masing

22 Ibid., 398.

23 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2013), 521.

(52)

42

kriteria/indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut

:

a. Peringkat 1 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

pelaksanaan GCG bank sangat sesuai dengan kriteria/indikator.

b. Peringkat 2 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

pelaksanaan GCG bank sesuai dengan kriteria/indikator.

c. Peringkat 3 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

pelaksanaan GCG bank cukup sesuai dengan kriteria/indikator.

d. Peringkat 4 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

pelaksanaan GCG bank kurang sesuai dengan

kriteria/indikator.

e. Peringkat 5 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

pelaksanaan GCG bank tidak sesuai dengan kriteria/indikator.

2. Menetapkan peringkat subfaktor berdasarkan hasil analisis self

assessment dengan mengacu pada kriteria peringkat.

3. Menetapkan peringkat faktor berdasarkan peringkat subfaktor. Pada

saat tidak terdapat subfaktor, peringkat faktor tersebut ditetapkan

berdasarkan hasil analisis self assessment dengan mengacu pada

kriteria peringkat.

4. Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang juga

memuat permasalahan dan langkah perbaikan.

(53)

43

Tabel 2.5

Faktor bobot penilaian pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah

No Faktor Bobot

1 Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan komisaris 12,5% 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 17,5% 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10% 4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 10% 5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan

dana dan penyaluran dana serta jasa bank 5% 6 Penanganan konflik kepentingan 10% 7 Penerapan fungsi kepatuhan bank 5% 8 Penerapan fungsi audit internal 5% 9 Penerapan fungsi audit eksternal 5% 10 Batas maksimu penyaluran dana 5% 11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan

pelaksanaan GCG 15%

Total 100%

Sumber : Bank Indonesia

Pada UUS dapat diuraikan di dalam Tabel 2.6

Tabel 2.6

Faktor dan Bobot Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance Unit Usaha Syariah

No Faktor Bobot

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS 35% 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 20% 3 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dan

dan penyaluran dana serta jasa bank 10% 4 Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan

penyimpanan dana oleh deposan inti

10%

5 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. 25%

Total 100%

Sumber : Bank Indonesia

Proses untuk mendapatkan nilai komposit. Bank menjumlahkan nilai

dari seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut bank menetapkan

(54)

44

Tabel 2.7

Matriks peringkat faktor good corporate governancce

Peringkat Nilai Komposit Predikat 1 Nilai komposit ≤ 1,5 Sangat baik

Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi kemampuan

bank dan UUS untuk menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung

kegiatan opersioanal dan permodalan bank.25

Penilaian faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut :

a. Kemampuan bank dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung

ekspansi dan menutup risikoserta tingkat efisiensi.

b. Diversivikasi pendapatan termasuk kemampuan bank syariah untuk

mendapatkan fee bassed income, dan diversivikasi penanaman dana serta

penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.26

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank

dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dialkukan

dengan melakukan penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut

:

25 Ramlan Ginting et al, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum (Jakarta: Bank Indonesia, 2012),

26 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:

(55)

45

1) Return on assets (ROA)

Return on assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.semakin kecil rasio

ini mengindikasikan kurangya kemampuan manajemen bank dalam

mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.27

Return on assets merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap

rata-rata total aset. Berdasarkan ketetuan PBI No. Ketentuan Bank

Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS,

secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut :

ROA = Laba sebelum pajak X 100%

2) Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Dendawijaya Biaya Operasional Pendapatan Operasional

adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan

operasional.28 Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur

27 Ibid., 347.

28 Lyla Rahma Adyani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (Roa): Pada

Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI periode Desember 2005 – September 2010” (Skripsi

Gambar

Tabel 3.4           Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO .......................
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Juni 2015
Tabel 1.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan kebutuhan sistem adalah sistem dapat menerima masukan berupa jalur hitam dengan latar putih, sistem dapat melakukan mekanisme inferensi fuzzy dari masukan yang

Dalam pergaulan itu anak masing-masing akan saling mengkritik, memuji, bertengkar, berbeda pendapat, adaptasi norma- norma sosial yang bara bahkan terjadi konflik,

Pada indikator kedua keterlaksanaan pemanfaatan lingkungan sekolah dengan kategori sangat baik (guru), sedangkan dengan kategori baik (siswa), pada indikator ketiga

Menu utama ini berisikan tombol – tombol untuk mengakses Form – Form yang ada didalam aplikasi, seperti data master pegawai, master riwayat pelatihan, kenaikan pangkat dan

Hasil fermentasi tape singkong ber- warna kuning dan yang paling khas adalah Ditinjau dari keadaan tersebut terbukti bahwa dengan penambahan aktivator MOL dapat mempercepat

Peran Masyarakat melalui ajang ” Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA) Tahun 2020“ mencakup semua hasil kreativitas dan inovasi yang dilakukan, baik oleh

Dari rujukan penelitian terdahulu, pemodelan konstruksi jembatan rangka baja dilakukan dengan model bertahap (stage) dan tidak bertahap (konvensional) Model elemen

Pengolahan data dilakukan dengan fitting distribusi untuk memperoleh jenis distribusi setiap waktu yang dibutuhkan dalam proses yang terjadi di CY jenis distribusi