ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RGEC (
RISK PROFILE,
GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL
) DALAM
MENJAGA STABILITAS KESEHATAN PADA PT. BANK BNI
SYARIAH TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
Rohmatus Sa’diah
NIM: C74213148
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
viii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Kajian Pustaka ... 12
F. Tujuan Penelitian ... 17
G. Kegunaan Hasil Penelitian ... 18
H. Definisi Operasional ... 19
J. Metode Penelitian ... 20
K. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK ... 27
A. Kesehatan Bank ... 27
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 28
3. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 29
4. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 30
B. Metode RGEC ... 34
B. Penerapan Metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings, And Capital) dalam Menganalissi Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Tahun 2015 ... 65
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah ditinjau Dari Aspek Capital ... 71 C. Penilaian tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Tahun 2015
x
earning and capital) yang dijadikan evaluasi dalam bentuk menjaga stabilitas kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016 72 BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RGEC (RISK PROFILE, GOVERNANCE, EARNINGS AND CAPITAL) DALAM
MENJAGA STABILITAS KESEHATAN BANK BNI SYARIAH
TAHUN 2016 ... 74
A. Analisis Risk Profile, Governance, Earnings And Capital Di PT. Bank BNI Syariah ... 75
1. Analisis Kesehatan dalam Aspek Risk Profile ... 75
2. Analisis Kesehatan dalam Aspek Governance ... 76
3. Analisis Kesehatan dalam Aspek Earnings ... 77
4. Analisis Kesehatan dalam Aspek Capital ... 78
B. Analisis Tingkat Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Rgec (Risk Profile, Governance, Earnings And Capital) Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan Bank Bni Syariah Tahun 2016 79 BAB V PENUTUP ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran-saran ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan ... 3
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Juni 2015 ... 5
Tabel 1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah dengan Menggunakan Metode CAMEL pada Tahun 2014 ... 9
Tabel 2.1 Komponen-komponen Penilaian Tingkat Metode RGEC .... 31
Tabel 2.2 Kriteria Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC ... 32
Tabel 2.3 Matriks Kriteria Penerapan Peringkat NPF ... 36
Tabel 2.4 Matriks Kriteria Penerapan Peringkat FDR ... 39
Tabel 2.5 Faktor Bobot Penilaian Pelaksanaan GCG Bank Umum Syariah ... 43
Tabel 2.6 Faktor Bobot Penilaian Pelaksanaan GCG Unit Usaha Syariah ... 43
Tabel 2.7 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor GCG ... 44
Tabel 2.8 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor ROA ... 45
Tabel 2.9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor BOPO ... 46
Tabel 2.10 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor CAR ... 47
Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF ... 66
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat FDR ... 67
xii
Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO ... 71
Tabel 3.5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat CAR ... 72
Tabel 4.1 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Tahun 2015 ... 80
Tabel 4.2 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Triwulan
1 Tahun 2016 ... 81
Tabel 4.2 Penilaian Kesehatan PT. Bank BNI Syariah Triwulan
1 Tahun 2016 ... 81
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang memegang teguh hukum-hukum Islam sebagai
pedomannya sesuai Al-Quran dan Hadist. Begitu pula dalam hal bermuamalat,
Islam melarang transaksi keuangan yang mengandung maysir (spekulasi), gharar
(penipuan), haram , riba dan juga bathil.1 Maysir sendiri dilarang karena
mengandung unsur spekulasi, kemudian gharar merefleksikan unsur al-qima>r,
yang berarti satu pihak “untung” dan sementara pihak lain “dirugikan”2, riba
yang disebut dengan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil,3 kemudian diikuti dengan haram.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130 :
ي
berlipat ganda dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung"4Dalam hal ini perbankan syariah hadir sebagai solusi transaksi keuangan
yang berbasis syariah. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan
fungsi perantara (intermediary) dalam penghimpunan dana masyarakat serta
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip
1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 2 ayat 7.
2Sirajul Arifin, “Gharar dan Risiko dalam Transaksi Keuangan”, Jurnal Tsaqafah, Vol. 6, No. 2,
(Oktober, 2010), 314.
3 Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2004), 37.
2
syariah.5 Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas
umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut
hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan
sesama makhluk.6Bank syariah melakukan kegiatan usahanya menggunakan
prinsip-prinsip syariah diantaranya bebas maysir (spekulasi), gharar (penipuan),
haram , riba dan juga bathil.
Bank syariah hadir dengan berbagai tujuan diantaranya ppertama
mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam khususnya
bermuamalat dalam perbankan, kedua meningkatkan kualitas hidup umat, ketiga
untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan yang terakhir menjaga stabilitas
ekonomi dan moneter.7
Dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia ada banyak langkah
strategis pemerintah untuk merealisasikannya, yaitu dengan adanya pemberian
izin kepada bank umum konvensional untuk membuka unit kerja yang disebut
dengan Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional
menjadi Bank Umum Syariah (BUS).
Dewasa ini perkembangan unit usaha syariah sangat pesat, baik dilihat dari
jumlah pembukaan kantor cabang baru, jenis usaha bank dan volume kegiatan
yang dilakukan terbukti sejak dibuka bank syariah pertama 1992, pertumbuhan
industri ini dinilai cukup progresif, yaitu terbukti dengan data jumlah Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari mulai tahun 2009 jumalah BUS
5 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 99.
6 Wiroso, et al, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta Barat: LPFE, 2010), 6
3
sebanyak 6 unit bank, dengan jumlah kantor sebanyak 711 unit, kemudian di
tahun 2015 jumlah BUS meningkat menjadi 12 unit dengan jumlah kantor
sebanyak 2121 unit. Lalu, diikuti dengan perkembangan UUS pada tahun 2009
dengan jumlah bank sebanyak 25 unit dengan jumlah kantor sebanyak 287 unit,
kemudian pada tahun 2015 UUS mengalami penurunan pada jumlah bank
menjadi 22 unit, akan tetapi terjadi peningkatan di jumlah kantornya sebesar 327.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga mengalami peningkatan dari tahun 2009
yang berjumlah 138 unit dengan jumlah kantor sebanyak 225 menjadi 161 unit
dengan jumlah kantor sebanyak 433 unit.
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Sumber : Statistika perbankan syariah, juni 2015 oleh Otoritas Jasa Keuangan
Hal ini disebabkan adanya penerimaan baik oleh masyarakat dalam sistem
lembaga keuangan syariah, sehingga, seiring berjalannya waktu, baik perbankan
milik pemerintah dan swasta saling mengembangkan sistem perbankan syariah
4
dan memberikan pelayanan jasa yang bergam guna meningkatkan minat
masyarakat.
Akan tetapi perkembangan bank syariah yang sangat pesat pada aspek
penambahan jumlah UUS ataupun BUS tidak diikuti dengan perkembangan rasio
rasio keuangan yang makin menunjukkan perkembangan yang kurang baik,
terbukti dengan perkembangan CAR (Capital Adequacy Ratio) pada tahun 2009
sebesar 10,77% menjadi 13,75% pada tahun 2015, kemudian diikuti dengan FDR
(Financing Deposit Ratio) pada tahun 2009 sebesar 89,70 menjadi 93,94% pada
tahun 2015. Lalu diikuti dengan peningkatan rasio ROA (Return On Asset) dari
1,48% menjadi 1,07% yang mengindikasikan kemampuan manajemen bank
dalam hal mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya,
Rasio BOPO juga mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 84,39%
menjadi 91,65% pada tahun 2015 yang mengakibatkan kurang efisiensinya bank
dalam mengendalikan biaya operasional. Lalu kemudian adanya penurunan rasio
ROE (Return On Equity) dari 26.09% menjadi 10,31% pada tahun 2015 yang
menunjukkan kurangnya kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan
laba. Penurunan tidak hanya terjadi pada ROE akan tetapi juga NPF (Non
Performing Financing) dari 4,01% menjadi 5,10% yang menunjukkan buruknya
kualitas pembiayaan suau perbankan. Dari data diatas disimpulkan bahwa
5
Tabel 1.2
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Juni 2015
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2015 No Rasio 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : Statistika perbankan syariah, juni 2015 oleh Otoritas Jasa Keuangan
Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberikan
pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa dan aktivitas perbankan
yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen resiko yang memadai dapat
menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada sistem perbankan. Dari
dampak permasalahan dalam sistem perbankan ini menyebabkan penurunan
tingkat kesehatan perbankan.
Dari Pengalaman krisis keuangan global yang pernah terjadi mendorong
perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen resiko dan GCG (Good
Corporate Governance). Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi
pemasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai
dan lebih cepat, serta menerapkan GCG dan manajemen resiko yang lebih baik
sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis.8
Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik. Dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga
8 Bank Indonesia, Surat Edaran No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 perihal Penilaian
6
dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.9
Kesehatan suatu bank berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan
semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat
pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun
pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut
untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku
dan manajemen risiko.10
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang
Perbankan, Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia,
lebih lanjut menetapkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank
sesuai dengan ketentuan, memberikan kredit atau pembiayaan sesuai dengan
prinsip syariah, bank wajib menyampaikan kepada BI segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh BI, bank
wajib memberikan kesempatan pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas, Bank
Indonesia melakukan pemerikasaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan.
3Santi Budi Utami, “Perbandingan Analisis Camels dan Rgec dalam Menilai Tingkat Kesehatan
Bank pada Unit Usaha Syariah Milik Pmerintah” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta, 2015),
2.
10 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta
7
Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha.11 Kesehatan Bank harus dipelihara atau
ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap Bank tetap terjaga, selain itu
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan
evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta
menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank,
baik berupa corrective action oleh Bank maupun Supervisory action oleh Bank
Indonesia.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank sebelumnya menggunakan metode
CAMELS mencakup faktor-faktor capital (permodalan), asset (kualitas aset),
management (manajemen), Earning (rentabilitas), Liqudity (likuiditas),
Sensitivity to Market Risk (penilaian terhadap resiko pasar). Penilaian terhadap
faktor–faktor tersebut dilakukan secara kuantitatif dengan memperhatikan unsur
judgement yang didasarkan atas materialistis dan signifikan dari faktor-faktor
penilaian serta faktor- faktor lainnya.12
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Pasal 3 mewajibkan bank untuk
melakukan penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank yang
menggunakan pendekatan resiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara
individual atau konsolidasi dengan formulasi atau matriks penilaian berdasarkan
11 Bank Indonesia, PBI No. 11/25/PBI/2011 pasal 2 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum.
12 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
8
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DNPD tanggal 25 Oktober 2011. Faktor
– faktor penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.13//1/PBI/2011 ini
terdiri dari profil resiko, good corporate governance, rentabilitas dan permodalan.
Oleh karena itu penilaian tingkat kesehatan menggunakan metode CAMELS
dikembangkan dan disempurnakan guna mengikuti setiap perubahan
perkembangan usaha perbankan dan kompleksitas profil resiko bank dengan
menggunakan cakupan penilaian meliputi faktor – faktor yaitu profil resiko (Risk
Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan
permodalan (Capital) atau yang lebih dikenal dengan metode RGEC.
Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang menggunakan penilaian
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS ataupun RGEC,
diantaranya penelitian Bayu Aji Permana mengenai “Analisis tingkat kesehatan
Bank berdasarkan metode CAMELS dan RGEC” yang menunjukkan metode
CAMELS sebenarnya sudah memberikan gambaran yang efektif akan tetapi
tidak mengarah pada satu penilaian.13
Dari pemaparan penelitian tadi metode CAMELS masih memiliki
kekurangan yaitu analisis kesehatannya tidak memberikan kesimpulan yang
mengarah pada satu penilaian yang membuat penilaian kesehatan kurang efisien,
oleh karena itu penelitian ini hanya akan menggunakan satu metode yaitu metode
RGEC sebagai pengembangan dari metode CAMELS.
8. Bayu Aji Permana, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMELS dan
9
Dalam penelitian ini nantinya akan membahas tingkat kesehatan bank. Dan
unit yang akan diteliti adalah bank BNI syariah. Pada tahun 2014 tingkat
kesehatan bank BNI syariah yang dinilai menggunakan metode CAMEL berada
pada komposit 2 yaitu SEHAT.
Tabel 1.3
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel Pada Tahun 2014
No Nama Bank bobot nilai kredit dalam komponen C A M E L Bobot Predikat
1 BNI
SYARIAH* 30 30 5,15 9,62 10 84,77 SEHAT
*rata- rata
Sumber : Hasil skripsi oleh Hambali Kassah Tahun 2014
Aspek permodalan (capital) rata-rata bank BNI syariah berada pada bobot
30%, kuallitas aset (asset) berada pada bobot 30%, penilaian manajemen rata–
rata berbobot 5,15 %, rentabilitas (earning) berada pada bobot dengan rata-rata
9,62% dan yang terakhir likuiditas berada pada rata-rata bobot 10% dengan total
keseluruhan penilaian berjumlah 84,77 % dengan predikat SEHAT. 14
Oleh karena itu berdasarkan pemaparan diatas peneliti akan meneliti dan
menganalisis tingkat kesehatan dengan metode baru yaitu metode RGEC dengan
unit penelitian bank BNI Syariah guna menjaga stabilitas kesehatan bank
syariah ditahun selanjutnya.
14 Hambali Kassah,”Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Menggunakan Metode
CAMEL dan RGEC Periode Tahun 2012-2014” (Skripsi--Universitas Islam Negeri Sunan
10
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode RGEC
Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan pada Bank BNI Syariah Tahun 2016”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Perkembangan perbankan yang pesat tidak diikuti dengan perkembangan
operasinal perbankan.
2. Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan
perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen resiko dan GCG
(Good Corporate Governance)
3. Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha dan menyampaikan kepada BI secara berkala
maupun konsolidasi.
4. Adanya perubahan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank dari
menggunakan metode CAMELS berubah menjadi metode RGEC, sehingga
belum semua bank menggunkana metode tersebut karena masih proses masa
peralihan.
5. Metode CAMELS yang masih memiliki kekurangan yaitu analisis
kesehatannya tidak memberikan kesimpulan yang mengarah pada satu
11
6. Penerapan metode RGEC (Risk profile, Governance, Earning and Capital)
dalam menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2015.
7. Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk
Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas
kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian diperlukan adanya batasan dalam pembahasan agar
penelitian ini lebih terarah dan terfokus. Dalam hal ini penulis memberikan
batasan dalam pembahasan masalah ini, diantaranya :
1. Penerapan metode RGEC (Risk profile, Governance, Earning and Capital)
dalam menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2015.
2. Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk
Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas
kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibatasi oleh penulis dalam membahas
penelitian ini, maka penulis memiliki dua rumusan masalah dalam penelitian ini,
yakni:
1. Bagaimana penerapan metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings
12
2. Bagaimana Analisis tingkat kesehatan dengan menggunakan metode RGEC
(Risk Profile, Governance, Earnings dan Capital) dalam menjaga stabilitas
kesehatan Bank BNI Syariah tahun 2016?
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian ini bukan penggulangan atau duplikasi dari kajian yang
telah ada.
Dalam penelusuran awal belum ada kajian yang dilakukan penulis
terhadap permasalahan dalam analisis tingkat kesehatan bank yang spesifik
terhadap PT. Bank BNI Syariah.
Penelitian yang peneliti akan di lakukan ini berjudul “Analisis Tingkat
Kesehatan Bank BNI Syariah dengan menggunakan metode RGEC”.
Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang
dijadikan pandangan serta referensi.
Berikut beberapa penelitian terdahulu serta penjelasannya sebagai bahan
perbandingan ataupun acuan penelitian dalam membuat penelitian yang akan
dilakukan: Pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mentari Anggraini
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah
dengan Menggunakan Metode RGEC (studi pada PT. Bank BRI, tbk dan PT.
Bank BRI Syariah Periode 2011-2013)” dengan menggunakan metode
13
yaitu diantaranya pertama PT. Bank BRI Tbk merupakan bank yang sehat,
yang kedua PT Bank BRI Syariah juga merupakan bank yang sehat yang
dikur dengan menggunakan pendekatan RGEC dan yang terakhir PT. Bank
BRI Tbk dan PT Bank BRI Syariah tidak memiliki perbedaan kinerja.15
Persamaan dalam penelitian ini adalah rumusan masalah yang
sama-sama membahas penilaian kesehatan bank. Sedangkan perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah objek yang
digunakan adalah bank PT. Bank BNI Syariah.
Kedua, penelitian yang di lakukan oleh Jayanti Mandasari yang berjudul
“Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC pada Bank
BUMN Periode 2012-2013”. Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
subjek penelitian bank BUMN. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil
secara keseluruhan kinerja keuangan bank BUMN dari segi profil resiko
dengan menggunakan resiko kredit berada pada nilai dibawah 5% dan resiko
likuiditas dengan nilai 85% - 100%, kemudian penilaian GCG dalam posisi
sangat baik, rentabilitas berada pada posisi setiap bank memiliki nilai diatas
1,25% dan yang terakhir faktor permodalan dari keseluruhan bank memiliki
nilai diatas 9% .16
15
Mentari Anggraini, et al, “Analisis Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah
dengan menggunkan metode RGEC (Studi PT. Bank BRI Tbk dan PT. Bank BRI syariah Periode
2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 27, No. 1, (Oktober, 2015), 6.
16 Jayanti Mandasari, “Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC pada bank
14
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis terletak pada metode yang digunakan kalau penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penulis akan menggunakan
metode deskriptif kualitatif dan juga terletak pada objek yang akan diteliti
kalau penelitian ini menggunkan bank konvensional yaitu bank BUMN,
maka peneliti akan menggunakan bank syariah yaitu bank BNI Syariah. Dan
untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peeliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat kesehatan
bank dengan menggunakan metode RGEC.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Shandy Dharmapermata yang
berjudul “Analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode
Risk-Based Bank Rating (RBBR)” didapatkan hasil penelitian yaitu
Penilaian tingkat kesehatan bank yang dilihat dari faktor risk profile, good
corporate governance, eraning, dan capital pada periode 2011 menunjukkan
Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank BRI, dan Bank OCBC NISP
mendapat peringkat komposit sangat sehat.17
Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan kalau
penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penulis akan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga terletak pada subjek
ayng akan diteliti yaitu kalau penelitian ini menggunakan beberapa bank
17 Sandhy Dharmapermata Susanti, “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode Risk-Based Bank Rating (Rbbr)” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta ,Yogyakarta,
15
sedangkan penulis nantinya akan menggunakan bank umum syariah. Dan
untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat
kesehatan bank dan juga teknik analisis yang digunakan yaitu sama-sama
menggunakan 1 metode yaitu RGEC.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Heidy Arrvida Lasta, Zainul
Arifin dan Nila Firdausi Nuzula yang berjudul “ Analisis tingkat kesehatan
bank dengan menggunakan pendekatan RGEC (risk profile, good corporate
governance, earnings, capital) (studi pada pt bank rakyat indonesia,tbk
periode 2011-2013)” didapatkan hasil penelitian yaitu Penilaian tingkat
kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk pada tahun 2011 sampai dengan
2013 yang diukur menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, Capital) secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa BRI merupakan bank yang sehat bahkan dalam beberapa
indikator menunjukkan bahwa BRI mendapatkan predikat bank yang sangat
sehat.18
Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan kalau
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif , sedangkan
peneliti akan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga terletak
pada subjek yang akan diteliti yaitu kalau penelitian ini menggunakan bank
18 Heidy Arrvida Lasta, et al, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Pendekatan Rgec (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) (Studi Pada Pt
Bank Rakyat Indonesia,Tbk Periode 2011-2013)” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|, Vol. 13 No. 2
16
BRI sedangkan peneliti nantinya akan menggunakan bank BNI syariah. Dan
untuk persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terletak pada pembahasan yaitu mengenai penilaian tingkat
kesehatan bank dan juga teknik analisis yang digunakan yaitu sama-sama
menggunakan 1 metode yaitu RGEC.
Yang terakhir, penelitian yang dilakukan oleh LOTUS MEGA
FOTRANIA yang berjudul “Analisis tingkat kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah dengan metode CAMELS dan RGEC” didapatkan
hasil penelitian yaitu penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan
unit usaha syariah dengan menggunakan metode camels dari tahun
2011-2013 berada pada predikat sehat sedangkan penilaian tingkat kesehatan bank
umum syariah dan unit usaha syariah dengan menggunakan metode RGEC
berada pada predikat sehat juga.19
Perbedaan penelitian ini yang pertama terletak pada metode yang
digunakan kalau penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif ,
sedangkan peneliti akan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang
kedua terletak pada subjek yang akan diteliti yaitu kalau penelitian ini
menggunakan semua bank umum syariah dan unit usaha syariah sedangkan
peneliti nantinya akan menggunakan bank umum syariahh yaitu bank BNI
syariah dan yang terakhir terletak pada metode penilaian kesehatan yang
19 Lotus Mega Fotrania, et al, “Analisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha
17
akan digunakan, kalau penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu
CAMELS dan RGEC sedang peneliti nantinya hanya akan mengunakan
metode kesehatan RGEC. Dan untuk persamaan pada penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada pembahasan yaitu
mengenai penilaian tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diatas, meskipun terdapat
beberapa persamaan namun belum ada penelitian secara khusus yang
membahas mengenai analisis tingkat kesehatan menggunakan metode RGEC
yang dilakukan pada unit syariah yaitu bank BNI Syariah.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan metode RGEC (risk profile, governance,
earnings and capital) dalam menganalisis kesehatan bank BNI Syariah
Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan dengan menggunakan
metode RGEC (Risk Profile, Governance, Earnings dan Capital) yang
dijadikan acuan evaluasi dalam bentuk menjaga stabilitas kesehatan Bank
18
G. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara teoretis
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah informasi dan khasanah mengenai dunia Perbankan
Syariah, sumbangan pemikiran serta sebagai bahan masukan untuk
mendukung dasar teori penelitian yang sejenis dan relevan.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan
untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
peneliti karena menerapkan ilmu yang sudah didapat selama di bangku
kuliah sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian dan menambah
pengalaman serta pengetahuan tentang tingkat kesehatan bank.
b. Bagi para pengguna informasi (pemegang saham, manajer, kreditur,
karyawan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana alternatif bagi
para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan
dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan
19
c. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
wawasan kepada masyarakat tentang tingkat kesehatan bank dan juga
menjadi acuan dalam memilih perbankan yang akan digunakan.
d. Bagi Bank Negara Indonesia Syariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada
pihak pimpinan Bank Negara Indonesia Syariah untuk mengevaluasi
kinerja bank, dan juga guna menjaga stabilitas kesehatan bank BNI
Syariah.
H. Definisi Operasional
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan
yang berlaku. Pengertian ini merupakan batasan yang sangat luas karena
kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan
seluruh kegiatan usaha perbankannya.
Dalam menganalisi tingkat kesehatan bank menggunakan metode RGEC
indikator-indikator yang digunakan adalah,
1. Faktor profil resiko (risk profile) yang akan menggunakan 2 risiko yaitu
risiko pembiayaan yang dihitung dengan meggunakan rasio NPF (Non
Performing Financing) dan risiko likuiditas dihitung dengan
20
2. Faktor good corporate governance yang akan dilihat melalui laporan
penilaian good corporate governance dengan self assesment
3. Faktor rentabilitas (earnings) dihitung dengan menggunakan rasio ROA
(Return On Assets) dan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional)
4. Faktor permodalan (capital) yang akan di hitung dengan menggunakan
rasio CAR (Capital Adequency Ratio).
I. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang objektif dan mendalam yang
nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif
sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam.
Sedangkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai
keadaaan yang ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak
menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.20
2. Subjek dan obyek
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :
21
1. Laporan Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Triwulan Desember Tahun 2015 dan juga laporan keuangan triwulan
Maret dan Juni Tahun 2016
2. Laporan Good Corporate Governance Bank BNI Syariah Tahun 2015
b. Obyek
Objek dalam penelitian ini sendiri adalah analisis mengenai tingkat
kesehatan Bank BNI Syariah dengan menggunakan metode RGEC.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dapat diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang
benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan
penyelidikan.21
Data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Data primer
Data primer yang digunakan adalah :
a) Laporan keuangan triwulan Desember tahun 2015, yang digunakan
hanya triwulan terakhir dikarenakan ketersediaan data yang ada
untuk mendukung faktor good corporate governance yang hanya
dikeluarkan pada akhir tahun
b) Laporan good corporate governance tahun 2015
21 Muslihin al Hafizh, Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian. dalam
22
c) Laporan keuangan triwulan Maret dan Juni tahun 2016 sebagai
pembuktian dari hasil penilaian tingkat kesehatan tahun 2015
untuk evaluasi perbankan syariah dalam bentuk menjaga stabilitas
kesehatan PT. Bank BNI Syariah tahun 2016.
2) Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah :
a) Profil Bank BNI Syariah
b) Produk Bank BNI Syariah
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id), laporan keuangan triwulan
Desember tahun 2015 yang diperoleh melalui website BNI Syariah
(http://www.bnisyariah.co.id/), Laporan Good Corporate Governance
yang di peroleh melalui website BNI Syariah
(http://www.bnisyariah.co.id/).
4. Teknik pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda seperti buku, majalah,
otobiografi dan kliping.22
Dokumenter dibagi menjadi dua yaitu dokumen pribadi yang berupa
buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi
22 Luluk Fikri Zuhriyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2012),
23
berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti
majalah, bulletin, beritaa-berita yang disiarkan ke media massa.23
Dalam hal ini pengambilan data diperoleh melalui website Bank
Indonesia (www.bi.go.id), laporan keuangan triwulan Bank BNI Syariah
yang diperoleh melalui website BNI Syariah (http://www.bnisyariah.co.id/),
dan Laporan Good Corporate Governance yang di peroleh melalui website
BNI Syariah (http://www.bnisyariah.co.id/).
5. Teknik pengolahan data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan
data sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari temanya dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data.24
b. Display data atau penyajian data yaitu penyajian data yang dilakukan
dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan mudah difahami.25 Dengan mendisplaykan data, maka akan
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.
23 Ibid., 69.
24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), 247.
25
24
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang
ditemukan. Yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan
masalah.
6. Teknik analisis data
Analisis data, menurut Patton adalah mengatur urutan data,
mengorganisasikannnya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. 26
Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data
tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis
kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk profile, Good
corporate governance, Earnings, Capital).
Aplikasi dalam penelitian ini adalah menilai tingkat kesehatan bank BNI
Syariah, serta menganalisa hasil penilaian kesehatan bank BNI Syariah
menggunakan metode RGEC dengan data yang telah dikumpulkan peneliti
melalui dokumentasi, kemudian ditarik kesimpulan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti “Analisis Kesehatan Bank Syariah Dengan
Menggunakan Metode RGEC Dalam Menjaga Stabilitas Kesehatan pada
Bank BNI syariah Tahun 2016”.
26 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
25
J. Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi terarah sesuai
dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi ini
dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub, di mana
antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang
utuh. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini meliputi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
BAB II KERANGKA TEORITIS, bab ini menguraikan tentang landasan
teori yang merupakan hasil telah dari beberapa literatur yang digunakan sebagai
pisau analisis terhadap data, tujuan dan proses untuk membuka wawasan dan
cara berpikir dalam memahami dan menganalisis fenomena yang ada.
BAB III HASIL PENELITIAN, merupakan uraikan tentang data penelitian
yang meliputi gambaran umum mengenai bank BNI Syariah cabang sidoarjo
terkait latar belakang berdiri, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk,
manajemen perbankan dan juga tingkat kesehatan bank BNI Syariah dengan
menggunakan metode RGEC.
BAB IV ANALISIS DATA, merupakan uraian tentang analisis tingkat
kesehatan bank BNI Syariah cabang sidoarjo dengan menggunakan metode
26
BAB V KESIMPULAN, bab ini merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan dan saran. Dalam bab ini pula akan disimpulkan hasil pembahasan
BAB II
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
A. Kesehatan Bank
1. Pengertian kesehatan bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.1 Pengertian ini merupakan batasan yang
sangat luas karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank
untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan
tersebut meliputi:
a. Kemampuan menghimpun dan dan masyarakat, dan lembaga lain, dan
modal sendiri
b. Kemampuan mengolala dana
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat
d. Kemampuan memenuhi kewajiban pada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank berdasarkan
prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank
28
Indonesia (BI) selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya.
Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak –pihak tersebut untuk
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati–hatian,
kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku, dan manajemen resiko.2
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang
dilakukan terhadap resiko dan kinerja bank. Tingkat kesehatan merupakan
penjabaran dari kondisi faktor-faktor keuangan dan pengelolaan bank serta
tingkat ketaatan bank terhadap pemenuhan peraturan dengan prinsip
kehati-hatian. Bank yang tidak menjalankan prinsip tersebut dapat mengakibatkan
bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yang dapat membahayakan
kelangsungan usahanya, bahkan bank dapat gagal melaksanakan
kewajibannya kepada nasabah
Bagi perbankan, berdasarkan prinsip syariah, hasil penilaian tingkat
kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi mmenejemen
dalam menentukan kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan bank ke depan.
Sementara bagi Bank Indonesia, hasil penilaian tingkat kesehatan dapat
digunakan oleh pengawas dalam menerapkan strategi pembinaan,
2 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta
29
pengawasan dan pengembangan yang tepat bagi bank berdasarkan prinsip
syariah dimasa yang akan datang.3.
Menurut PBI 13/1/PBI/2011 bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha. Bank melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk based bank rating) baik
secara individu maupun konsolidasi. Bank juga wajib melakukan penilaian
sendiri (self assestment) atas tingkat kesehatan bank.4
Pengkinian self assesment tingkat kesehatan bank sewaktu – waktu
dilakukan antara lain dalam hal :
a. Kondisi keuangan bank memburuk
b. Bank menghadapi permasalahan antara lain resiko likuiditas dan
permodalan
c. Kondisi lainnya yang menurut Bank Indonesia perlu dilakukan
pengkinian penilaian tingkat kesehatan.
3. Mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank
Bank Indonesia wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
sesuai dengan PBI ini secara triwulan untuk posisi akhir maret, juni,
september, dan desember. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan bank, BI
3 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), 364..
30
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, untuk posisi
akhir Maret, Juni, September dan Desember.5
Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan informasi lain
yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas kesehatan
atau lembaga lain yang berwenang. Bank Indonesia dapat meminta informasi
dan penjelasan dari bank dalam rangka memperoleh hasil penilaian
tingkatkesehatn bank yang sesuai dengan kondisi bank yang sesungguhnya.
Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap penilaian tingkat
kesehatan bank syariah apabila diketahui terdapat data dan informasi yang
memengaruhi kondisi bank tersebut secara signifikan pada posisi setelah
posisi penilaian (subsequent evens). Apabila terdapat perbedaan hasil
penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh BI dengan
hasil penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh bank
syariah, maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank
yang dilakukan oleh BI. Apabila diperlukan, BI dapat melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank syariah di luar waktu tersebut.6
4. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
resiko dilakukan berdasarkan analisis yang kmperhensif terhadap 4 aspek
yaitu risk profile, governance, earning dan capital yang biasanya disingkat
5 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba, 2013), 313.
31
dengan metode RGEC. Dan setiap aspek memiliki komponen-komponennya,
diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1
Komponen Penilaian Metode RGEC
No Faktor yang dinilai Komponen
1 Risk Profile (Profil resiko) Rasio pembiayaan bermasalah terhadap
total pembiayaan.
Rasio total pembiayaan yang diberikan terhadap dana pihak ketiga.
2 GCG (Good corporate
govergance)
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.
Pelaksanaan tanggung jawab dan tugas direksi.
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
Pelaksanaan Prinsip syariah adala penghimpunan dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
Penanganan benturan kepentingan
Penerapan fungsi kepatuhan
Penerapan fungsi audit internal
Penerapan fungsi audit eksternal
Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal.
3 Earnings
(rentabilitas/profitabiltas)
Rasio laba sebelum pajak terhadap total aset
Rasio pendapatan operasional terhadap biaya operasional
4 Capital (permodalan) Rasio modal terhadap aset tertimbang
menurut resiko
Langkah-langkah perhitungan tingkat kesehatan bank adalah sebagai
berikut :
32
2 Melakukan pemeringkatan masing-masing rasio mulai dari NPF, FDR,
ROA, BOPO dan CAR
3 Melakukan penilaian good corporate governance
4 Menetapkan kategori kesehatan bank
5 Menetapkan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank.7
Nilai komposit untuk rasio keuangan masing-masing komponen yang
menempati peringkat komposit :
Kriteria Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC
Bobot Peringkat Komposit Keterangan 86-100% Peringkat komposit 1 Sangat sehat
71-85% Peringkat komposit 2 Sehat 61-70% Peringkat komposit 3 Cukup sehat 41-60% Peringkat komposit 4 Kurang sehat
≤ 40% Peringkat komposit 5 Tidak sehat
Sumber : Bank Indonesia
Predikat Tingkat kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam
PBI 13/1/PBI/2011 sebagai berikut :
a. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sangat Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 1 (PK-1).
7 Sandhy Dharmapermata Susanti, “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode Risk-Based Bank Rating (Rbbr)” (Skripsi--Universitas Negeri Yogyakarta ,Yogyakarta,
33
b. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 2 (PK-2).
c. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 3 (PK-3).
d. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 4 (PK-4).
e. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 5 (PK-5).
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Pasal 9 No.13/ 1/ PBI/ 2011
peringkat setiap faktor yang ditetapkan Peringkat Komposit (composite
rating), sebagai berikut :
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara
umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara
umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara
umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
34
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara
umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara
umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya.
B. Metode RGEC
Standar untuk menentukan penilaian tingkat kesehatan bank sudah
ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia yang kini beralih tanggung
jawab kepada OJK. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011
dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-based
Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Tata cara
penilaian ini lebih sering dikenal dengan metode RGEC yaitu singkatan dari
Risk Profile (Profil resiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning
(rentabilitas) , dan Capital (permodalan).
Adapun penjelasan dari komponen-komponen metode RGEC adalah sebagai
35
1. Risk Profile
Penilaian faktor profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inhern
dan kualitas pennerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.
Resiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 jenis risiko yaiu risiko pembiayaan,
risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko
stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.8 Akan tetapi dalam penelitian
ini nantinya hanya akan menggunakan 2 penilaian risiko yaitu risiko
pembiayaan dan risiko llikuiditas. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
a. Risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan atau sering disebut pula default risk merupakan
suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam
mengembalikan pinjaman/pembiayaan yang diterima bank sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan
nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak
secara teknis keadaan terebut merupakan default.9
Resiko pembiayaan dihitung dengan menggunakan rasio Non
Performing Financing (NPF).
NPF = Pembiayaan bermasalah Total Pembiaayaan
8 Ramlan Ginting et al, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum (Jakarta: Bank Indonesia, 2012), 4
9 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia
36
Non Performing Financing (NPF) menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang
diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank
mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, sehingga
berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa pembiayaan
tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan di bank, risiko
yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula pada keamanan dana
masyarakat tersebut.10
Tabel 2.3
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF
Peringkat Keterangan Kriteria 1 Sangat Sehat NPF ≤ 2%
Risiko likuiditas adalah ketidakmampuan bank syariah untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diangunkan, tanpa
37
mengganggu aktivitas, dan kondisi keuanga bank.11 Rasio likuiditas juga
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan
kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan pembiayaan yang diajukan.
Semakin besar rasio ini semakin likuid.12
Ketidakmampuan memperoleh sumber pendanaan arus kas sehingga
menimbulkan risiko likuiditas dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal
berikut :
1. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas, baik yang berasal dari aset
produktif maupun yang berasal dari penjualan aset termasuk aset
likuid.
2. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari
penghimpunan dana, transaksi antar bank syariah, dan dari pinjaman
yang diterima.
Risiko likuiditas sering pula dimaknai sebagai kerugian potensial
yang didapat dari ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo, baik mendanai aset yang telah dimiliki maupun
mendanai pertumbuhan aset bank tanpa mengeluarkan biaya atau
mengalami kerugian yang melebihi tolaransi bank. Risiko Pembiayaan
dan risiko likuiditas merupakan risiko yang paling fundamentaldalam
11 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 1(Jakarta Pusat: PT Gramedia Pustaka
38
industri perbankan. Disebut fundamental karena pemicu utama
kebankrutan yang dialami oleh bank bukanlah kerugian yang dideritanya
melainkan ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan
likuiditasnya.13
Antonio menyatakan likuiditas penting untuk bank syariah dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya, mengatasi kebutuhan mendesak,
memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan
fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan
menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu
kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga
tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan
berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.14
Risiko likuiditas dihitung dengan menggunkan rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR).
FDR = Total Pembiayaan X 100% Total Dana Pihak Ketiga
Menurut Muhammad Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana
pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio FDR yang analog
dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvesional adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
13 Ibid.
14 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:
39
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan pembiayaan
dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.15
Tabel 2.1
Good Corporate Governance adadalah suatu tata kelola bank syariah
yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparansi), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional
(professional), dan kewajaran (fairness).16 Pelaksanaan GCG pada industri
perbankan syariah harus berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu :
a. Transparancy
Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan informasi
yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan.17
15 Dhian Dayinta Pratiwi, “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum Syariah: Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –
2010” (Skripsi--Universitas Diponegoro, 2012), 34.
16 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:
40
Pengungkapan informasi merupakan hal penting, sehingga semua
pihak yang berkepentingan tahu pastu apa yang telah dan akan terjadi.
Laporan tahunan perusahaan harus memuat berbagai informasi yang
diperlukan, demikian pula perusahaan go-public. Persyaratan untuk ini
antara lain disusun oleh Komite Nasional Bagi pengelolaan Perusahaan
yang baik (KNPB).18
b. Accountability
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan pelakasanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif.19
Ada pengawasan yang efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan
antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Ada
pertanggungjawaban dari komisaris dan direksi, serta ada perlindungan
untuk karir karyawan. Perlu ditetapkan berapa kali rapat dalam kurun
waktu tertentu, serta berbagai sistem pengawasan yang lain.20
c. Responsibility
Pertanggungjawaban (responsibilty) adalah kesesuaian pengelolaan
bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.21
18 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013), 520.
19 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba, 2013), 398.
20 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk ..., 521.
41
Perlu dipastikan adanya kepatuhan dan tanggung jawab perusahaan
pada peraturan dan undang-undang yang berlaku.
d. Professional
Profesional adalah memiliki kompetensi, mampu bertindak objektif
dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta
memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.22
e. Fairness
Good Corporate yang baik mensyaratkan adanya perlindungan
untuk hak minoritas. Perlakuan yang sama dan adil pada semuaa
pemegang saham, melarang kecurangan insider trading, dll. KNPPB
mensyaratkan 20% direksi berasal dari luar yang tidak ada hubungan dengan
pemegang saham dan direksi.23
Bank wajib melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG
minimal satu kali dalam setahun. Self assessment menggunkan kertas
kerja self assessment.24 Pengisian kertas kerja self assesment dilakukan
dalam tahapan sebagai berikut :
1. Menyusun analisis self assessment dengan cara membandingkan
pemenuhan setiap kriteria/indikator dengan kondisi bank
berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil
analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-masing
22 Ibid., 398.
23 Veithzal Rivai dan Rifki Ismal, Islamic Risk Management For Islamic Bank (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013), 521.
42
kriteria/indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut
:
a. Peringkat 1 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank sangat sesuai dengan kriteria/indikator.
b. Peringkat 2 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank sesuai dengan kriteria/indikator.
c. Peringkat 3 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank cukup sesuai dengan kriteria/indikator.
d. Peringkat 4 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank kurang sesuai dengan
kriteria/indikator.
e. Peringkat 5 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank tidak sesuai dengan kriteria/indikator.
2. Menetapkan peringkat subfaktor berdasarkan hasil analisis self
assessment dengan mengacu pada kriteria peringkat.
3. Menetapkan peringkat faktor berdasarkan peringkat subfaktor. Pada
saat tidak terdapat subfaktor, peringkat faktor tersebut ditetapkan
berdasarkan hasil analisis self assessment dengan mengacu pada
kriteria peringkat.
4. Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang juga
memuat permasalahan dan langkah perbaikan.
43
Tabel 2.5
Faktor bobot penilaian pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah
No Faktor Bobot
1 Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan komisaris 12,5% 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 17,5% 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10% 4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 10% 5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta jasa bank 5% 6 Penanganan konflik kepentingan 10% 7 Penerapan fungsi kepatuhan bank 5% 8 Penerapan fungsi audit internal 5% 9 Penerapan fungsi audit eksternal 5% 10 Batas maksimu penyaluran dana 5% 11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
pelaksanaan GCG 15%
Total 100%
Sumber : Bank Indonesia
Pada UUS dapat diuraikan di dalam Tabel 2.6
Tabel 2.6
Faktor dan Bobot Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance Unit Usaha Syariah
No Faktor Bobot
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS 35% 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 20% 3 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dan
dan penyaluran dana serta jasa bank 10% 4 Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti
10%
5 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. 25%
Total 100%
Sumber : Bank Indonesia
Proses untuk mendapatkan nilai komposit. Bank menjumlahkan nilai
dari seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut bank menetapkan
44
Tabel 2.7
Matriks peringkat faktor good corporate governancce
Peringkat Nilai Komposit Predikat 1 Nilai komposit ≤ 1,5 Sangat baik
Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi kemampuan
bank dan UUS untuk menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung
kegiatan opersioanal dan permodalan bank.25
Penilaian faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Kemampuan bank dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung
ekspansi dan menutup risikoserta tingkat efisiensi.
b. Diversivikasi pendapatan termasuk kemampuan bank syariah untuk
mendapatkan fee bassed income, dan diversivikasi penanaman dana serta
penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.26
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank
dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dialkukan
dengan melakukan penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut
:
25 Ramlan Ginting et al, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum (Jakarta: Bank Indonesia, 2012),
26 Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta Selatan:
45
1) Return on assets (ROA)
Return on assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.semakin kecil rasio
ini mengindikasikan kurangya kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.27
Return on assets merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap
rata-rata total aset. Berdasarkan ketetuan PBI No. Ketentuan Bank
Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS,
secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut :
ROA = Laba sebelum pajak X 100%
2) Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Dendawijaya Biaya Operasional Pendapatan Operasional
adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional.28 Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
27 Ibid., 347.
28 Lyla Rahma Adyani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (Roa): Pada
Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI periode Desember 2005 – September 2010” (Skripsi