• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keberadaan Saham Tidur dan Kinerja Perusahaan T2 912012020 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keberadaan Saham Tidur dan Kinerja Perusahaan T2 912012020 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Saham-saham yang sangat jarang ditransaksikan sehingga menjadi saham tidur atau tidak aktif diperdagangkan merupakan salah satu fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Direktur Utama BEI Ito Warsito, kurang lebih terdapat 60 saham perusahaan dari 418 saham yang tercatat masih tergolong saham tidur (Investor Daily Indonesia, 20 Februari 2011). Ipot News (18 Juli 2011) juga

memberitakan, berdasarkan data Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU), terdapat 118 saham tidur selama periode Januari 2010 hingga Juni 2011 dengan tingkat transaksi di bawah 40 persen dalam satu periode perdagangan, bahkan sebanyak 14 saham tercatat tidak melakukan transaksi perdagangan sama sekali atau tingkat transaksi nol persen.

(2)

tidak adanya minat investor terhadap saham tersebut, karena kinerja perusahaan dinilai tidak cukup baik/buruk dan prospek usahanya masih kurang cerah (Pakar Investasi, 23 September 2013).

Kinerja perusahaan yang buruk menunjukkan nilai perusahaan yang rendah, sehingga investor tidak tertarik untuk melakukan transaksi. Sebaliknya, apabila kinerja perusahaannya baik akan menunjukkan nilai perusahaan yang tinggi, sehingga investor akan tertarik untuk melakukan transaksi (Wira, 2012). Kinerja perusahaan yang baik, secara tidak langsung menarik investor untuk berinvestasi memberi efek terhadap pergerakan saham di BEI agar menjadi saham yang likuid dan tidak menjadi saham tidur, karena kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan investasi yang dilakukan oleh investor (Aregbeyen & Mbadiugha, 2011; Sultan, 2012; Obamuyi, 2013).

(3)

Penelitian terdahulu yang dilakukan Afiff dan Samuel (2013); Setyawan dan Redha (2013) menyatakan bahwa kinerja keuangan pada emiten LQ45 mengalami peningkatan di berbagai bidang masing-masing emiten dan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan Fang et al. (2009) yang menemukan bahwa perusahaan dengan saham yang likuid memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik.

Penelitian lainnya menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan pada perusahaan otomotif yang termasuk pada indeks kompas-100 (Mubarok & Farida, 2010) dan pada perusahaan Cement yang termasuk dalam saham blue chip (Arindia et al, 2014), dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik.

(4)

sahamnya, kedua karena saham tersebut memang tidak menarik dan tidak berprospek. Ahmad Riyadi sebagai analis pasar saham berpendapat perusahaan yang memiliki saham tidur seharusnya lebih transparansi terhadap ekspansi perusahaan agar pelaku pasar dapat mempelajari prospek perusahaan ke depan yang secara tidak langsung berimbas pada pergerakan saham, karena tidak semua saham yang tidur kinerja perusahaanya buruk (Investor Daily Indonesia, 20 Februari 2011).

1.2.

Rumusan Masalah

Ada kemungkinan saham tidur memiliki kinerja yang baik, sehingga pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana kinerja perusahaan yang memiliki saham tidur di Bursa Efek Indonesia?

1.3.

Tujuan Penelitian

(5)

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengisi referensi mengenai kinerja perusahaan yang sahamnya tidur di Bursa Efek Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Traditional Industries , serta pengaruh pengungkapan Intellectual Capital terhadap kinerja pasar perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010. Variable yang digunakan dalam

online investor di Amerika menemukan bahwa investor muda lebih sering menggunakan internet untuk melakukan. investasi dan online investor cenderung

Kinerja perusahaan yang baik dan pembagian return yang lebih besar akan menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan dan akan mempengaruhi harga saham perusahaan,

Ada kemungkinan recency bias juga akan terjadi dalam konteks investasi saham, dimana munculnya recency bias pada investor dapat menyebabkan investor cenderung

Beberapa penelitian yang membandingkan tingkat akurasi Arima dan Arch/Garch dalam meramalkan harga saham yaitu, Nachrowi (2007) melakukan penelitian untuk

Sehingga dalam penelitian ini akan membahas mengenai peramalan pergerakan harga saham yang tergabung dalam Indeks LQ45 menggunakan dua teknik yaitu Arima dan

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan perilaku investasi individu terkait dengan reaksi afektif investor ketika tersedianya berbagai pilihan

Perusahaan yang melakukan kinerja CSR yang baik akan lebih dapat. menarik investor