ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KRECEK
DI KELURAHAN SEGOROYOSO
Erni Ummi Hasanah Puri Widowati
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
Abstract
This study will analyze the productivity of labor in the ‘krecek’ household industry in Kalurahan Segoroyoso Pleret Bantul District. Deining labor productivity could theoretically be reviewed through the two points of view of productivity in management is effective, eficient and quality. This means that goods and services these products have the quality (good), cost (eficient / low), delivery (fast), the results of a safe product and process safe products (no accidents), while economic productivity is the ratio between output than input per particular time unit. This means that the output must be greater than the input. With a system’s approach, the factors that affect the productivity of employees can be grouped into three aspects: (1) related to the quality and physical capabilities of employees, (2) Means of support and (3) Supra means.
The main conclusions obtained in this study is that of several variables such as age, work experience, gender and a signiicant positive effect on labor productivity while variable levels of education and no signiicant negative effect on labor productivity in domestic industries in Kalurahan Segoroyoso district Pleret Bantul regency.
Key words: labor productivity, the household industry
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997). Adapun usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2003). Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi
adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, lebih-lebih bagi Negara berkembang terutama Indonesia, dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pembangunan tenaga kerja secara penuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi sosial jangka panjang.
merupakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan kata lain, pembangunan nasional yang diarahkan pada sektor industri akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mendorong pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produksi yang dihasilkan sendiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari barang-barang luar negeri dan sekaligus juga meningkatkan lapangan pekerjaan.
Pembangunan industri diupayakan mengembangkan potensi yang ada, yaitu melalui pemanfaatan sumberdaya alam dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara optimal. Pembangunan industri selain meningkatkan pertumbuhan juga menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Di kabupaten Bantul terdapat banyak industri kecil dan industri rumah tangga, salah satunya industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul. Industri rumah tangga ini mampu memberikan tambahan pendapatan bagi penduduk sekitar dan juga dapat menampung penduduk yang menganggur dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Sebagian besar penduduk di kelurahan Segoroyoso bekerja pada industri tersebut.
Tenaga kerja atau karyawan menjadi faktor penting dalam perindustrian. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan mengenai pentingnya tenaga kerja. Dalam arti sesungguhnya manusialah yang mampu menciptakan produk, bukan mesin atau barang.
Hansen dan Mowen (1997) menyatakan, produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara
eisien. Menurut Nurdin Kaimuddin (1996)
ada faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, yaitu faktor supra sarana yang meliputi kemampuan manajemen,
hubungan industrial dan kebijaksanaan pemerintah. Selain itu, juga ada faktor manusia yang menjadi sangat penting. Produktivitas tenaga kerja manusia
tergantung pada kemampuan (isik,
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman) dan kemauan (ethos kerja, mentalitas, dan motivasi). Analisis ini diarahkan kepada kemampuan dengan meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman, serta umur
(yang mewakili kemampuan isik).
Banyak cara untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut. Hill dalam Indrawati dan Llewelyn (1999) menghitung nilai tambah untuk beberapa ukuran industri.
Menurut Simanjuntak (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja diukur dengan pendekatan sistem antara lain (1) terkait dengan
kualitas dan kemampuan isik karyawan
(2) Sarana pendukung dan (3) Supra sarana. Peningkatan produktivitas tenaga kerja di industri dipengaruhi oleh faktor dari perusahaan (upah, teknologi, dst) maupun dari latar belakang tenaga kerja itu sendiri (usia, pendidikan, pengalaman kerja, jenis kelamin).
2. Perumusan Masalah
a. Apakah faktor-faktor pendidikan, usia, pengalaman kerja dan jenis kelamin mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul?
3. Batasan Masalah
Pembatasan dan pengertian variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Produktivitas diproksi dengan produksi per orang
Produksi per orang merupakan produksi yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek dalam waktu per hari yang dinilai dengan uang dan dihitung dengan upah (Rp). Upah atau pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek biasanya berbeda-beda, tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkannya.
b. Usia (tahun)
Umur sangat berpengaruh
terhadap kemampuan isik tenaga
kerja. Usia muda, produksi yang dihasilkan besar. Usia tua produktivitasnya menurun (Simanjutak, 2001:48).
c. Pendidikan (tahun)
Pendidikan memberikan penge-tahuan untuk pelaksanaan tugas. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas tenaga kerja (Simanjuntak, 1998 : 39).
d. Pengalaman bekerja (bulan)
Pengalaman kerja membuat pekerja lebih tekun, telaten dan berkualitas. Berkaitan juga dengan latihan kerja dan ketrampilan dalam menggunakan
alat kerja (Arida, 2003: 37). e. Jenis kelamin
Variabel ini akan menjelaskan jenis kelamin responden yang akan diukur dengan skala dummy:
1 = jika jenis kelamin laki-laki; 0 = jika jenis kelamin perempuan
TINJAUAN TEORI A. Industri
1. Pengertian industri
Menurut undang-undang No 5 tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud dengan “industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk perekayasaan industri”. Sedangkan menurut BPS mengelompokkan industri menjadi empat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakannya yaitu: a. Perusahaan atau industri besar
memperkerjakan 100 orang atau lebih,
b. Perusahaan atau industri sedang memperkerjakan 20 sampai 99 orang, memperkerjakan kurang dari tiga orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar) (Lincolin Arsyad, 1997:342).
2. Penggolongan industri menurut departemen perindustrian
Menurut departemen perindustrian, industri dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Industri dasar
Meliputi industri mesin dan logam dasar serta industri kimia dasar.
b. Industri kecil
c. Industri hilir
Meliputi industri mengolah sumberdaya hutan, hasil pe-rtambangan dan mengolah sumberdaya pertanian.
3. Industri kecil
Industri kecil mempunyai ciri-ciri antara lain teknologi menengah dan padat karya serta memperkerjakan 5 orang sampai dengan 19 orang (Lincolin Arsyad, 1997:342).
4. Industri pedesaan
Yang dimaksud dengan industri pedesaan yaitu:
a. Berbentuk industri rumah tangga dengan tenaga kerja kurang lebih 1 sampai dengan 5 orang.
b. Kebanyakan tenaga kerjanya
diperoleh dari kalangan keluar-ganya.
c. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional dan sangat sederhana.
d. Pemasaran hasil industri tidak berdasarkan hasil promosi atau iklan.
e. Bahan dasar umumnya didapat dari pedesaan setempat dan sekitarnya (Mubyarto, 1987:14). f. Struktur industri kecil indonesia
berdasarkan eksistensi dinamis-nya.
5. Berdasarkan eksistensi dinamisnya dan kerajinan rumah tangga indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Industri lokal
Menggantungkan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha sangat kecil dan bersifat sub sistem. Target pemasaran sangat terbatas ,menggunakan sarana transportasi yang sederhana. Pemasaran hasil industrinya
ditangani sendiri maka peranan pedagang perantara kurang menonjol.
b. Industri sentra
Adalah kelompok industri ber-skala kecil, membentuk kawasan produksi dari kumpulan unit usaha produk yang sama atau sejenis. Target pemasarannya lebih luas dari industry lokal, peranan pedagang perantara cukup menonjol.
c. Industri mandiri
Adalah kelompok industri dengan sifat-sifat industri kecil, namun telah menyerap dan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasaran hasil produksi kelompok ini relative tidak tergantung pada pedagang perantara (Irsan Azhari Saleh, 1991:50).
Berdasarkan deinisi dan ciri yang dijelaskan diatas maka industri Krecek
dalam penelitian ini termasuk sebagai industri rumah tangga, industri pedesaan yang berbentuk kerajinan rumah tangga, berkategori industri sentra.
B. Produktivitas
Pada hakekatnya produktivitas adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan.Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan digolongkan dalam tiga kelompok (Simanjuntak, 1997).a) Menyangkut kualitas dan kemampuan
Gambar 1
Konsep peningkatan produktivitas
Menurut Terry (1996), Hinrich and John R, (1995).produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan. produktivitas rasio antara pengeluaran dengan masukan
Berbagai macam pendekatan Produktivitas antara lain: pendekatan faktorial (Hinrichs, 1995), pendekatan
organisasi (Kopelmen, 1996), pendekatan
teknik (Mundell, 1995), pendekatan kualitas (Adam Jr., 1995).
1. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pengrajn krecek yang ada di kelurahan Segoroyoso, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode secara acak sederhana (simple random sampling). Jika ukuran populasi diketahui dengan pasti, maka rumus slovin (1960) dibawah ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang digunakan, yaitu:
Keterangan:
N= ukuran sampel N= ukuran populasi
e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir. Batas kesalahan yang ditolerir: 1%,
2. Metodologi pengumpulan data
a. Metode wawancara
Dengan cara bertanya langsung kepada responden.
b. Metode dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data sekunder seperti arsip, laporan serta surat-surat yang ada.
c. Metode kuesioner
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, Yogyakarta.
4. Sumber data a. Data primer
Dari wawancara langsung, jawaban kuesioner atau angket yang diberikan kepada responden.
b. Data sekunder
Data terkait berasal dari kantor kelurahan Segoroyoso, BPS dan Dinas Perindustrian.
5. Metode analisis data a. Analisis kualitatif
Yaitu analisis yang didasarkan pada pemikiran secara teori untuk memberikan gambaran mengenai kesesuaian antara kenyataan penelitian dengan teori.
b. Analisis kuantitatif
Bentuk hubungan fungsional antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan penjelas (X). secara matematis hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y= f (X
1,X2,X3,X4)
Dimana:
Y : produktivitas diproksi produksi per orang (Rp)
X1 : usia (tahun)
X2 : tingkat pendidikan (tahun) X3 : pengalaman bekerja (bulan) X4 : jenis kelamin
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah:
Analisis regresi linier berganda
Untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dependen variabel dan independen variabel.
Persamaan regresinya:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e Dimana:
Y : produktivitas diproksi produksi per orang (Rp)
a : nilai konstanta b1 : koeisien regresi usia
b2 : koeisien regresi tingkat pendidikan b3 : koeisien regresi pengalam kerja b4 : koeisien regresi jenis kelamin X1: usia (tahun)
X2: tingkat pendidikan X3: pengalaman bekerja (tahun) X4: jenis kelamin
1 = jika laki-laki; 0 = jika perempuan e : faktor pengganggu
b1,b2,b3,b4 : nilai koeisien regresi
Berdasarkan variabel-variabel di atas dan diketahui adanya kesatuan yang berbeda, maka variabel-variabel tersebut harus menggunakan double-logarithmic. Model ini lebih sering digunakan dalam analisis permintaan tetapi juga dapat digunakan untuk bidang produksi. Salah satu keunggulan dari model ini adalah bahwa semua parameter merupakan elastistasnya dari masing-masing variabel. Sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
LnY=a+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnX4+e Dimana:
Ln Y = produksi per orang dalam persen
a = konstanta
Ln X1 = nilai variabel usia dalam persen Ln X2 = nilai variabel tingkat pendidikan dalam
persen
Ln X3 = nilai variabel pengalaman bekerja dalam persen
Ln X4= nilai variabel jenis kelamin dalam persen
e = faktor pengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan model Double Log. Untuk membuktikan hipotesis maka peneliti menggunakan variabel usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin untuk mendeteksi pengaruh produktivitas tenaga kerja yang dihitung dengan upah dalam waktu perbulan pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul.
Adapun spesiikasi model yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ln Y=a+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnD+e Dimana:
Ln Y = Produktivitas diproksi dengan produksi per orang
a = konstanta
Ln X1 = nilai variabel usia
Ln X2 = nilai variabel tingkat pendidikan Ln X3 = nilai variabel pengalaman bekerja Ln X4 = n ilai variabel jenis kelamin e = faktor pengganggu b1,b2,b3,b4 = nilai koeisien regresi
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa besarnya konstanta adalah 5,378,
koeisien usia pengrajin adalah 0,134, koeisien tingkat pendidikan adalah -0,070, koeisien pengalaman bekerja adalah 0,128 dan koeisien regresi
variabel Dummy jenis kelamin pengrajin adalah 0,057.
Coeficientsa
Model
Unstandardized
Coeficients Standardized Coeficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1
(Constant) 5,378 ,096 56,176 ,000
LnX1 ,134 ,063 ,187 2,128 ,038 ,327 ,269 ,181 ,929 1,077
LnX2 -,070 ,062 -,099 -1,124 ,266 ,005 -,146 -,095 ,930 1,076
LnX3 ,128 ,017 ,677 7,687 ,000 ,694 ,710 ,653 ,929 1,077
D ,057 ,019 ,270 3,086 ,003 ,190 ,376 ,262 ,944 1,059
a. Dependent Variabel: LnY
Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0
Maka model yang dibentuk dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ln Y = 5,378+0,134X1- 0,070X2 + 0,128X3 + 0,057D
(56,176) (2,128) (-1,124) (7,687) (3,0860)
Persamaan di atas bermakna sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a)= 5,378. Apabila nilai dari semua variabel bebas yaitu usia pengrajin, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin di daerah obyek penelitian tidak mengalami perubahan atau dianggap konstan maka produktivitas tenaga kerja yang dinilai dengan upah di daerah tersebut sebesar 216,589 yang berasal dari antiln 5,378.
2. Nilai koeisien usia (b1)=0,134.
Setiap penambahan 1 persen usia pengrajin sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,134 persen.
3. Nilai koeisien tingkat pendidikan
(b2)=-0,070. Meskipun tingkat pendidikan naik 1 persen sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja menurun sebesar 0,070 persen.
Tabel 1
4. Nilai koeisien pengalaman bekerja
(b3)=0,128. Jika pengalaman pengrajin bertambah 1 persen, sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 0,128 persen.
5. Nilai koeisien jenis kelamin
(b
4)=0,057. Setiap penambahan
1 persen pengrajin baik laki-laki ataupun perempuan, sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 0,057 persen.
A. UJI NORMALITAS
Uji normalitas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah uji Jarque
Bera, Untuk menguji normalitas, dapat digunakan formula Jarque Berra (JB test) sebagai berikut:
S2 (K - 3)2
JB = n ––– + –––––––– 6 24
Dimana:n
n : jumlah sampel yang S : skewnes ( kemencengan)
K : kurtosis ( keruncingan)
Ketentuan dalam uji normalitas yaitu • Apabila JB ≤ X2 (α,2) berarti Ho
diterima dan data yang diteliti termasuk dalam data yang berdistribusi normal.
• Apabila JB ≥ X2(α,2) berarti Ho
ditolak dan data yang diteliti bukan termasuk data yang berdistribusi normal.
Dengan menentukan kriteria
pengujian menggunakan α=0,05, diperoleh
nilai X2 (0,005,2) = 5,9915 dan nilai
JB 2,898. Sehingga dapat disimpulkan
2,898 ≤ 5,9915 yang berarti Ho diterima
dan data yang diteliti termasuk dalam distribusi normal.
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. UJI SECARA INDIVIDU
Untuk mengetahui signiikasi dari
masing-masing variabel telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
Ho:Ha= 0, berarti tidak ada pengaruh
yang signiikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ho:Ha≠ 0, berarti ada pengaruh yang
signiikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
kriteria pengujian dalam uji t ini yaitu Apabila t
hitung > ttabel maka Ho ditolak,
berarti tiap-tiap variabel independent
secara individu berpengaruh signiikan
terhadap variabel dependent.
Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima, berarti tiap-tiap variabel independen secara individu tidak berpengaruh
signiikan terhadap variabel dependen.
Tabel 2 Hasil uji normalitas Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 63 .397 .302 2.381 .595
Valid N (listwise) 63
Berdasakan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh tabel 1 maka dapat di interpretasikan sebagai berikut:
a. Usia pengrajin
Dengan menggunakan tingkat
signiikan 5% (α=0,05) dan derajat
kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,128. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (2,128 > 1,671). Hal ini berarti variabel usia pengrajin mempunyai pengaruh yang positif dan signiikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signiikan antara usia pengrajin dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.
b. Tingkat pendidikan
Dengan menggunakan tingkat
signiikan 5% (α=0,05) dan derajat
kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar -1,124. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (-1,124 < 1,671). Hal ini berarti variabel tingkat pendidikan pengrajin mempunyai pengaruh yang
negatif dan tidak signiikan terhadap
produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signiikan antara tingkat pendidikan pengrajin dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.
c. Pengalaman bekerja
Dengan menggunakan tingkat
signiikan 5% (α=0,05) dan derajat
kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 7,687. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (7,687 > 1,671). Hal
ini berarti variabel pengalaman bekerja mempunyai pengaruh yang positif dan
signiikan terhadap produktivitas tenaga
kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signiikan antara pengalaman bekerja dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.
d. Jenis kelamin pengrajin
Dengan menggunakan tingkat
signiikan 5% (α=0,05) dan derajat
kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 3,086. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (3,086 > 1,671). Hal ini berarti ada perbedaan yang signiikan antara pengrajin laki-laki dan perempuan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signiikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sehingga dapat diartikan ada perbedaan produktivitas antara laki-laki dan perempuan, dimana
laki-laki mampu menghasilkan lebih banyak dibandingkan dengan wanita.
2. UJI KESELURUHAN (UJI F)
Uji F merupakan pengujian variabel independen secara serempak untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Ho:b1=b2=b3=0, berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen
Ho:b1≠b2≠b3≠0, berarti secara simultan
Apabila F
hitung > F tabel maka Ho
ditolak, berarti perubahan variabel independen secara bersama-sama akan mempengaruhi variabel dependen.
Apabila F hitung < F tabel Ho diterima, berarti perubahan variabel independen secara bersama-sama tidak mempngaruhi variabel-variabel dependen.
Dengan berpedoman pada df=n-k-1di peroleh f tabel yaitu sebesar 2,75. sedangkan F hitung sebesar 20,188
dengan taraf signiikasi 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel yang nilainya 2,75. Maka Ho di tolak dan akan menerima Ha, dengan demikian dapat disimpulkan variabel usia pengrajin, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin berpengaruh positif dan
signiikan terhadap produktivitas tenaga
kerja pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul.
C. UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)
Analisis in dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar pengukuran variabel bebas mampu menjelaskan setiap setiap perubahan variabel terikat. Menurut hasil perhitungan spss adalah sebagai berikut:
Dari hasil regresi dengan me-nggunakan SPSS18.0 dapat diketahui
besarnya koeisien detrminasi (R) yaitu
sebesar 0,582. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang di gunakan
Tabel 3 Hasil uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,385 4 ,096 20,188 ,000a
Residual ,277 58 ,005
Total ,662 62
a. Predictors: (Constant), D, LnX3, LnX2, LnX1 b. Dependent Variabel: LnY
Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0
Tabel 4 Hasil uji determinan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
dimension 0 1 ,763a ,582 ,553 ,06906 ,582 20,188 4 58 ,000 1,784
a. Predictors: (Constant), D, LnX3, LnX2, LnX1
b. Dependent Variabel: LnY
dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 58,2 persen, sedangkan sisanya 41,8 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
D. UJI ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji autokorelasi, uji multikoleniaritas, dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji multikolenieritas
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan terjadi multikolinieritas
dengan menggunakan uji Klein yaitu VIF
(Variance Infation Factor)
Hipotesis yang digunakan dalam uji multikolenieritas adalah Ho:VIF<10 atau TOLj =1 atau mendekati
1, artinya tidak terdapat multikolenieritas.
Ho:VIF<10 atau TOLj ≠1 atau
mendekati 0, artinya terdapat multikolenieritas.
Atau dengan menggunakan pedoman besarnya VIF (Varian Infaction Faktor) dan Toleran suatu model regresi yang bebas multikolenieritas
a. Mempunyai angka VIF disekitar angka 1
b. Mempunyai angka TOL mendekati angka 1
Variabel Dependen Variabel Independen Tol VIF Keterangan
Ln Y
Ln X1 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas
Ln X2 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas
Ln X3 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas
D 0,94 1,06 Tidak ada multikolenieritas
Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0
Dari Tabel 5 dapat diketahui nilai VIF secara keseluruhan kurang dari 10 dan nilai Tol keseluruhan mendekati angka 1, sehingga dapat disimpulkan hasil regresi ini tidak terdapat multikolenieritas.
2. Uji autokorelasi
Yaitu menguji apakah ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada uji t dan kesalahan pada t-1. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson statistik. Ketentuan dalam uji pengujian Durbin Watson
• Ho ditolak dengan ketentuan bila d≤DL, berarti terdapat autokorelasi
positif dalam model
• Ho ditolak dengan ketentuan d≥4-DL,
berarti terdapat autokorelasi negatif dalam model
• Ho diterima dengan ketentuan bila Du≤d≤4-Du
• uji Durbin Watson tidak tidak
menghasilkan kesimpulan jika D
L≤d≤Du atau 4-Du≤d≤4-DL
Untuk menguji penyakit asumsi ini maka terlebih dahulu ditentukan nilai kritis Du dan Dl berdasarkan jumlah observasi dari variabel independen. Dari hasil penelitian dengan menggunakan SPSS 18.0 diperoleh Dw 1,784 dengan
menggunakan signiikan α=5% dan
k=4 dengan jumlah sampel 63 maka diperoleh nilai durbin lower (dl)= 1,471
Tabel 5
dan 4-dl=2,529, durbin upper (du)=1,731 dan 4-du=2,269. Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson
menghasilkan 1,731≤1,784≤2,269, yang
berarti Ho diterima.
3. Uji heteroskedastisitas
Ketentuan dalam uji h
eteroske-dastisitas yaitu
• Apabila (Sig. (2-tailed)) ≥ α (5%)
berarti dalam penelitian tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi linier.
• Apabila (Sig. (2-tailed)) ≤ α (5%)
berarti dalam penelitian terdapat heteroskedastisitas pada model regresi linier.
Berdasarkan tabel 6. pada kolom residual dapat dilihat bahwa nilai
signiikan (Sig. (2-tailed)) masing masing
variabel independen di atas 5% sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat Heteroskedastisitas pada model regresi linier.
Correlations
usia pendidikan pengalaman JK Residual
Spearman’s
rho
usia Correlation
Coeficient 1.000 -.129 .307
* -.122 .016
Sig. (2-tailed) . .313 .015 .342 .900
N 63 63 63 63 63
pendidikan Correlation
Coeficient -.129 1.000 .124 .251
* .171
Sig. (2-tailed) .313 . .332 .047 .180
N 63 63 63 63 63
pengalaman Correlation
Coeficient .307
* .124 1.000 -.015 .057
Sig. (2-tailed) .015 .332 . .910 .655
N 63 63 63 63 63
JK Correlation
Coeficient -.122 .251
* -.015 1.000 .134
Sig. (2-tailed) .342 .047 .910 . .294
N 63 63 63 63 63
Residual Correlation
Coeficient .016 .171 .057 .134 1.000
Sig. (2-tailed) .900 .180 .655 .294 .
N 63 63 63 63 63
*. Correlation is signiicant at the 0.05 level (2-tailed).
KESIMPULAN DAN REKOMEN-DASI
1. Kesimpulan a. Usia pengrajin
Pada variabel usia pengrajin terdapat
pengaruh positif dan signiikan
terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek. Usia muda mencerminkan
isik yang kuat sehingga mampu
bekerja cepat sehingga output yang di hasilkan juga meningkat, dan sebaliknya
b. Tingkat pendidikan
Pada variabel tingkat pendidikan terdapat pengaruh yang tidak
signiikan terhadap produktivitas
tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek. Pelatihan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas yang baik.
c. Pengalaman pengrajin
Pada variabel pengalaman bekerja terdapat pengaruh yang positif
dan signiikan terhadap tingkat
Tabel 6
produktivitas tenaga kerja karena akan menjadi lebih telaten dan berkualitas. Semakin banyak pengalaman upah ataupun pendapatan juga meningkat.
d. Jenis kelamin pengrajin
Pada variabel jenis kelamin terdapat
pengaruh positif dan signiikan
terhadap produktivitas tenga kerja. Pada jenis kelamin pria umumnya tingkat produktivitas lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari beberapa variabel: usia, pengalaman, jenis kelamin berpengaruh positif dan
signiikan terhadap produktivitas tenaga
kerja sedangkan pada variabel tingkat
pendidikan tidak signiikan dalam
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
di sektor industri rumah tangga Krecek di Kalurahan Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.
2. Rekomendasi
Menggunakan bahan baku yang
se-eisien mungkin dengan modal yang
minimal dan menghasilkan produksi yang se-maksimal mungkin.
Dengan adanya signiikansi variabel
usia, pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pada tenaga kerja industri rumah tangga krecek.
Dengan ketatnya persaingan di pasar, persaingan yang sehat menunjukkan kualitas yang lebih baik dan memanfaatkan pengalaman yang telah didapatkannya.
Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan propinsi DIY harus benar-benar dan mampu menangani setiap permasalahan yang ada, misalnya dengan pemberian modal usaha, perluasan daerah pemasaran dan
penyediaan sarana dan prasarana bagi pengrajin.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia 1996. Jakarta. Djarwanto, Ps., dan Subagyo., P. 2000,
Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta.
Hansen dan Moven., 2000, Akuntansi Manajemen (terjemahan), Jilid 2, edisi 4., Jakarta, Erlangga Hill, H. 1990. Indonesia Industrial
Transformation Part I.
Bulletin of Indonesian Eco-nomics Studies. Vol.26, No. 2. Agustus, pp. 75-120.
Indrawati dan Richard Von Llewelyn.
1999. Pengujian Model
Regresi untuk Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja: Kasus Industri Kecil di Jawa Tengah. Akses online Juni 2011 website: http://
puslit.petra.ac.id/ journals/
management/
Mubyarto., 1984, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.
Nurdin, Kaimudin., 1999, Pengaruh
sistem pengupahan terhadap
produktivitas Kerja karyawan produksi (studi Kasus di
Perusahaan rokok Retjo Pen-tung Tulungagung), Disertasi, Universitas Merdeka Malang, Tidak dipublikasikan.
Saleh, Irsan Azhari, 1986, Industri
Kecil Sebuah Tinjauan
Simanjuntak. J.P., 1985, Pengantar
Ekonomi Sumber Daya
Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1993. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yog-yakarta: UPP AMP YKPN.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi