KAMAR DAGANG DAN I NDUSTRI I NDONESI A
LATAR
BELAKANG
Musyawarah Nasional (Munas) ke V Kadin adalah perangkat organisasi Kadin Indonesia sebagai
lembaga perwakilan anggota dan merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi Kamar
Dagang dan Industri Indonesia. Musyawarah Nasional (Munas) ke V Kamar Dagang dan Industri
karena itu memiliki posisi strategis untuk mempersiapkan penyusunan garis‐garis besar
kebijakan organisasi dalam periode lima tahunan 2009‐2014. Sebagai bagian dari persiapan
tersebut, Kadin Indonesia telah mencatatkan kondisi perekonomian sampai akhir 2008.
Kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia 2008 berada dibawah bayang‐bayang ancaman
perekonomian global yang menunjukkan kondisi kurang menggembirakan, yang dipicu
kejatuhan kredit Sub‐prime Mortgage di Amerika Serikat. Kejatuhan sektor keuangan global
diperkirakan akan berdampak pada mengeringnya likuiditas pasar modal dan perbankan global
yang akan diiringi dengan penarikan dana sehingga pendanaan valuta asing akan sulit didapat
dan menjadi mahal. Dampak lanjutan kejatuhan sektor keuangan itu dikhawatirkan akan terjadi efek kepada sektor riel yang akan mengalami kesulitan melakukan refinancing. Krisis keuangan
juga diperkirakan akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di
tahun 2008 dan 2009. Oleh karena itu, hampir seluruh negara di dunia akan mengalami dampak
Perekonomian Indonesia yang dapat tumbuh sebesar 6,4 persen pada semester I 2008
merupakan suatu hal yang cukup menggembirakan di tengah melemahnya perekonomian dunia. Dilihat dari dari empat komponen pengguna Produk Domestik Bruto (PDB) terlihat
bahwa ekspor dan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) merupakan motor
penggerak utama yang telah mendorong pertumbuhan sebesar itu. Pada periode
tersebut ekspor barang dan jasa mencatat pertumbuhan sebesar 15,8 persen, dan
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencapai pertumbuhan sebesar 14,1 persen
yang menunjukkan semakin besarnya minat investasi di Indonesia. Hampir semua jenis
investasi mencatatkan pertumbuhan positif, namun pertumbuhan tertinggi terjadi pada
investasi alat angkutan dalam negeri dan alat angkut luar negeri.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Terjaganya stabilitas makroekonomi jelas merupakan hasil kerja keras pemerintah melalui
Bank Indonesia. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju inflasi dan menjaga
stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia dapat dikatakan berhasil menjaga nilai
rupiah pada level yang relatif aman bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Intervensi
Bank Indonesia umumnya berhasil membawa kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman,
meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada menurunnya cadangan devisa.
Namun, kinerja ekspor yang sangat baik selalu meningkatkan kembali cadangan devisa.
Begitu juga karena adanya dana global bond senilai US$ 2,2 miliar pada akhir bulan Juni
lalu, dan mulai masuknya foreign direct investmen (FDI) ke Indonesia semakin
meningkatkan cadangan devisa. Sehingga cadangan devisa meningkat hingga mencapai
angka US$ 60,6 miliar pada akhir Juli 2008 lalu. Cadangan devisa sebesar itu merupakan
suatu prestasi tersendiri bagi perekonomian Indonesia, karena selain diperoleh dalam
kondisi perekonomian dunia yang sedang melemah, cadangan yang sejumlah 5,5 bulan
impor itu diharapkan mampu menjaga kelanjutan kegiatan perekonomian. 02. Pertumbuhan PDB
Ditengah fenomena kenaikan harga minyak di pasar internasional, serta kenaikan harga
bahan bakar minyak dalam negeri rata‐rata sebesar 27 persen pada Mei 2008,
perekonomian Indonesia ternyata dapat tumbuh lebih baik dari perkiraan banyak
kalangan. Pada triwulan II 2008, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 2,4 persen dibanding
triwulan I 2008, sehingga selama semester I 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencapai 6,4 persen. Kondisi ini membuktikan bahwa daya tahan perekonomian
Indonesia sudah lebih kuat dalam menghadapi berbagai shock, baik dari dalam maupun
luar negeri. Dampak krisis ekonomi Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia
diperkirakan tidak sebesar dampaknya pada China dan Vietnam. Hal ini disebabkan
fundamental perekonomian Indonesia sudah semakin baik dengan semakin berkurangnya distorsi pasar dalam perekonomian dan terjaganya stabilitas moneter dalam negeri. 03. Kepercayaan Investor Institusional Asing
Kenaikan investasi fisik Produk Domestik Bruto sejalan dengan kenaikan investasi dalam
bentuk penanaman modal. Dari data investasi periode Januari – Juni 2008, atau paruh
pertaman tahun 2008, terlihat bahwa realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal
Januari – Juni 2008 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
meningkat sangat tinggi hingga 160 prosen, walaupun pertumbuhan untuk PMDN
terkoreksi sampai sekitar 60 prosen.
Membaiknya iklim investasi juga terlihat dari peningkatan pemintaan dari berbagai barang
import, khususnya capital goods maupun raw material. Permintaan imported capital
goods pada semester I/2008 mencapai USD 8,165 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar USD4,758 miliar. Hal yang sama juga terlihat pada
permintaan imported raw material yang pada semester I/2008 mencapai USD45,002
miliar lebih besar dibandingkan semester I 2007 yang baru mencapai USD25,714 miliar. 04. Perbankan Membaik, tapi Undisbursed Loans Tinggi
Sektor perbankan menunjukkan kondisi yang baik di mana NPL sistem perbankan berada
pada posisi 4,0% per Juli 2008 dibandingkan 4,6% di tahun 2007, dengan tingkat LDR yang
telah mencapai 79% per Juli dibandingkan 69,2% di 2007, serta CAR yang terjaga di level
17,6%, jauh di atas ketentuan minimum 8% ‐ dengan catatan bahwa jumlah kredit yang
belum dicairkan (undisbursed loans) masih tetap tinggi.
05. Pendukung Utama Pertumbuhan
Sementara itu secara sektoral, pendukung utama pertumbuhan adalah Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, yang tumbuh sebesar 20 persen pada semester I 2008.
Kemudian diikuti oleh Sektor Listik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 11,9 persen,
dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 8 persen.
Tingginya pertumbuhan pada ketiga sektor jasa ini menunjukkan bahwa pembangunan
infrastruktur di Indonesia berjalan cukup pesat seiring dengan tingkat investasi di ketiga
sektor tersebut.
Meskipun Sektor Industri Pengolahan hanya tumbuh sebesar 4,1 persen, namun sektor ini tetap merupakan sektor penggerak ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dari separuh PDB atas dasar harga
berlaku pada triwulan II 2008 berasal dari tiga sektor terbesar, yaitu Sektor Industri
Pengolahan, Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Masing‐
masing sektor ini memberikan kontribusi 27,3 persen, 14,7 persen, dan 1,3 persen
terhadap PDB.
Growth of GDP Constant Price 2000 Sector Based (%)
Business Sector
Trimester II 2008 Sumber: Badan Pusat Statistik
06. Ekspor
Meningkatnya harga ekspor berbagai komoditas perkebunan dan pertambangan jelas
merupakan faktor penting dalam perekonomian Indonesia dewasa ini. Seperti tahun‐
tahun sebelumnya, pada tahun inipun perekonomian Indonesia sangat didukung oleh
kenaikan ekspor barang yang mencapai 30,8 persen pada pada semester I 2008 lalu. Dari
Pada periode tersebut (Januari‐Juni 2008) nilai ekspor Indonesia mencapai 70,45 miliar
dollar AS. Dengan nilai impor sekitar 65,05 miliar dollar AS, maka pada semester I 2008
neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 5,4 miliar dollar AS. Surplus
tersebut diperoleh dari surplus neraca perdagangan non migas yang mencapai 6,03 miliar
dollar AS, karena neraca perdagangan migas mencatat defisit sebesar US$ 630,2 juta.
Meskipun hal ini menunjukkan bahwa sektor migas tidak lagi menjadi andalan ekspor
Indonesia, namun bukan berarti sektor ini tidak lagi dapat berkembang di Indonesia.
Upaya pemerintah untuk terus mendorong investasi di sektor migas diharapkan dapat
meningkatkan kembali peran sektor ini dalam perekonomian Indonesia.
Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor (US$ Miliar)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jan - Ju
Note: Nilai Impor adalah Total Impor di Luar Kawasan Berikat
Nilai Ekspor Migas dan Non-Migas
(US$ m iliar)
12.6 12.1 13.6 15.6 19.2 21.2 22.1
9.7 16.1
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
07. Pemerataan Pertumbuhan
Dari dimensi spasial, pulau Jawa tetap merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDB Indonesia triwulan I 2007 (60,2%). PDB Pulau Jawa didominasi secara
berurutan oleh sektor industri pengolahan, perdagangan‐hotel‐restoran dan sektor
pertanian. Dominasi sebagian besar aktivitas industri manufaktur modern, terutama skala
besar dan sedang, di Indonesia terus berlangsung di pulau Jawa dan Sumatra selama
1976‐2006.
Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2006 menggarisbawahi bahwa
wilayah Jakarta‐Banten, Jabalnusra (Jawa Bali Nusa Tenggara), dan Sumatra umumnya
tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan Kali‐Sulampua (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua). Dengan kata lain, grativasi ekonomi Indonesia masih bias ke Kawasan Barat Indonesia.
Naiknya harga‐harga komoditas primer di pasar dunia yang disertai dengan relatif
lambatnya laju pertumbuhan sektor industri manufaktur telah membuat terjadinya
ketimpangan peningkatan daya beli antara Jawa dan luar Jawa. Secara nasional Nilai Tukar
Petani (NTP) memang mengalami kenaikan sebesar 2.52% yoy dalam bulan September
2007 (walaupun hanya naik sebesar 0.09% selama sembilan bulan di tahun 2007). Namun
ternyata NTP (tahun dasar 1993) yang tertinggi kebanyakan berada di propinsi luar Jawa.
Lima besar propinsi dengan NTP tertinggi adalah Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara,
Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Bali. Pertumbuhan ekonomi diharapkan
mendorong perbaikan pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan. Akan tetapi
kenyataan menunjukan meskipun dari dimensi distribusi, PDB per kapita Indonesia pada
tahun 2006 meningkat menjadi US$1.663, namun ketimpangan distribusi pendapatan juga
meningkat. Pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan keadilan dan pemerataan.
08. Kebijakan Fiskal
Dari sisi pengelolaan fiskal penurunan asumsi harga minyak dunia juga akan mengurangi
tekanan defisit anggaran. Defisit anggaran 2008 yang semula diperkirakan dapat melebihi 2% diproyeksikan untuk dapat ditekan di kisaran 1,7%.
Kendati terpaksa menghadapi tekanan inflasi yang tinggi akibat melonjaknya harga minyak
mentah dan harga komoditas pangan, namun secara keseluruhan stabilitas makro
ekonomi Indonesia dapat dijaga dengan baik. Kurs nilai tukar rupiah dapat dikatakan
stabil, bahkan cenderung terus menguat, sehingga dalam delapan bulan pertama tahun
2008, kurs rupiah mengalami apresiasi (penguatan) sebesar 2,2 persen. Terjaganya
stabilitas nilai rupiah memegang peranan penting, tidak saja pada tingkat daya saing
ekspor Indonesia sehingga tercapainya pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, tetapi
juga dalam menahan laju inflasi agar tidak diperburuk oleh adanya imported inflation.
Akibat kenaikan harga bahan bakar (BBM) dalam negeri dan meningkatnya harga komoditi pangan, angka inflasi memang mengalami peningkatan yang cukup tajam sepanjang tahun
2008 ini. Inflasi kumulatif untuk delapan bulan pertama tahun 2008 (Januari‐Agustus)
mencapai 8,85 persen yang jauh lebih tinggi dibandingkan angka inflasi pada periode yang
sama tahun‐tahun sebelumnya. Namun untuk keseluruhan tahun 2008 angka inflasi
diperkirakan akan berkisar antara 11% ‐ 12,5%, yang berarti lebih rendah dari angka inflasi
tahun 2005 yang mencapai 17,11 persen, tahun dimana sama‐sama diberlakukannya
kenaikan harga BBM. Selain karena persentase kenaikan harga BBM yang lebih kecil, lebih
rendahnya angka inflasi pada tahun 2008 dibanding tahun 2005 dimungkinkan karena
terjaganya nilai tukar yang lebih stabil pada tahun 2008. Pada tahun 2005 kurs rupiah
tidak saja terdepresiasi (melemah) sebesar 5,13 persen, tetapi juga sangat berfluktuatif
pada kisaran Rp 9.133 – Rp 10.876 per dollar AS. Sementara itu kenaikan harga BBM pada Sumber: Badan Pusat Statistik
Namun ”keberhasilan” menekan defisit anggaran tidaklah menjadi ukuran kinerja
kebijakan fiskal yang baik, karena bersamaan dengan itu Indonesia kehilangan
kesempatan untuk tumbuh dengan lebih cepat dan penciptaan lapangan pekerjaan lebih
banyak. Kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah menjadi
terganggu akibat ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan pengeluaran‐
pengeluaran modal (capital spending) yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
perekonomian. Kelambanan realisasi belanja pemerintah juga bukanlah suatu prestasi
yang dapat dibanggakan, sehingga revisi Keppres 80 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
mutlak diperlukan. Perbaikan‐perbaikan dalam pelaksanaan anggaran (yang juga
melibatkan departemen lain dan pemerintah daerah) harus segera dilakukan kalau kita
tidak ingin kehilangan kesempatan emas momentum untuk tumbuh dengan lebih baik. 09. SBI
Biaya operasi moneter yang besar yang harus ditanggung oleh Bank Indonesia juga perlu
mendapatkan perhatian. Tercatat setiap tahunnya dibutuhkan dana sekitar lebih dari Rp.
22 triliun untuk membayar bunga SBI dan FasBI; apalagi dengan kecenderungan jumlah
Operasi Pasar Terbuka (SBI dan FasBI) yang makin meningkat menjadi sekitar Rp. 300
banyaknya likuiditas di pasar, dan kalau tidak segera dibenahi akan dapat membawa kita
ke arah perangkap likuiditas (liquidity trap) dimana keijakan moneter akan menjadi tidak
efektif lagi. 10. Logistik
Sektor logistik merupakan urat nadi bagi perdagangan dalam negeri maupun
internasional. Sektor logsitik juga merupakan faktor penentu upaya menghilangkan
kesenjangan antara daerah, yang berati juga menentukan keberhasilan pemerataan
perekonomian nasional. Tanpa kelancaran bekerjanya sektor logistik, proses produksipun
dapat terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi akibat terjadinya
ketersendatan di jalan raya dan di pelabuhan. Faktor lokasi dan ketepatan waktu menjadi
sangat penting untuk diperhatikan, apalagi menjelang di lakukannya upaya menuju
terbentuknya ASEAN economic community, di mana sektor logistik menjadi salah satu
sektor yang pertama yang akan diintegrasikan. Permasalahan di sektor logistik bukan
hanya menyangkut pengurangan ongkos angkut. Perkembangan logistik yang baik harus
selalu dikaitkan dalam mata rantai suplai dan arus barang/jasa. Ketentuan hukum yang
jelas pun dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian dalam menjalankan usaha logistik.
Perlu dipertegas kewenangan instansi untuk menangani sektor logistik, baik antara
departemen perdagangan, departemen perhubungan dan kementerian komunikasi dan
informasi.
11. Dampak Lingkungan Global
Meskipun berbagai indikator ekonomi makro tersebut hingga saat ini masih terlihat
positif, namun sebagai bagian yang integral dari perekonomian global, Indonesia tidak
akan lepas dari dampak lanjutan dari gejolak ekonomi global. Indonesia diperkirakan akan
terkena dampak lanjutan krisis dari dua sektor utama, yaitu kekeringan likuiditas dan
penurunan permintaan maupun harga komoditas‐komoditas utama Indonesia.
Di sektor keuangan, terjadinya kekurangan pasokan likuiditas di sektor keuangan karena
terjadinya kebangkrutan berbagai institusi keuangan global, khususnya bank‐bank
investasi, akan berdampak pada cash flow sustainability dari perusahaan‐perusahaan
korporasi besar di Indonesia. Akses pendanaan korporasi ke capital market dan perbankan
global akan mengalami kendala baik dari sisi pricing (tingginya suku bunga) maupun
availability (ketersediaan dana). Di samping kondisi keringnya likuiditas di pasar finansial
global juga terjadi flight to quality, sehingga pasar modal di berbagai negara termasuk
Indonesia terjun bebas, hal ini tentunya akan menurunkan confidence dari investor .
Di sisi lain, saat ini sektor keuangan, khususnya perbankan, sedang mengalami pengetatan
likuiditas yang diarahkan untuk meredam laju inflasi dan menurunkan tingkat
pertumbuhan kredit. Kebijakan uang ketat BI menyebabkan alat likuid yang dipegang
perbankan yang terdiri dari SBI terus mengalami penurunan. Kebijakan yang penting
untuk meredam tingkat inflasi ini telah mulai menunjukkan hasilnya dengan penurunan
inflasi bulanan sebagaimana yang kami sebutkan terdahulu, namun pada saat situasi pasar
keuangan global yang tidak menentu kebijakan uang ketat ini dapat menimbulkan
kerentanan di sektor keuangan, terutama untuk bank‐bank yang mempunyai skala kecil
dan tidak mempunyai sumber pendanaan jangka panjang. Selain itu pengetatan likuiditas
di perbankan akhirnya akan mempengaruhi pengucuran kredit ke sektor riil termasuk
untuk penarikan dari limit kredit yang telah disetujui pun mungkin akan sulit untuk ditarik
karena kelangkaan dana, sehingga pada akhirnya akan mengganggu kemampuan cash
flow sektor riil.Salah satu tren yang mengkuatirkan belakangan ini adalah karena neraca
berjalan (current account) Indonesia mulai menunjukkan defisit, karena laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa peningkatannya jauh lebih kecil dari impor barang dan jasa.
Dampak tidak langsung kedua dari krisis keuangan global adalah penurunan permintaan
dan penurunan harga komoditas‐komoditas utama ekspor Indonesia. Dengan indikasi
penurunan volume maupun nilai ekspor ke depan, sementara laju impor belum dapat
diredam secara signifikan, maka dapat terjadi trade deficit yang semakin melebar dalam
jangka menengah ke depan. Untuk itu diversifikasi dan akselerasi pertumbuhan berbagai
komoditas ekspor harus menjadi prioritas, di samping perlunya meredam peningkatan
impor di saat terjadi ketidakpastian global saat ini. Hal ini menjadi krusial mengingat akan
sulit untuk menggalang capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit tersebut,
seiring dengan keringnya likuiditas pasar keuangan global.
B. PEM BAN GUN AN EKON OM I DAERAH 01. Pembangunan Ekonomi Daerah
Setiap daerah pada umumnya memiliki corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda
dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah
perlu mengenali karakteriristik lokal antara lain tingkat pertumbuhan ekonominya,sarana
dan prasarana fisik yang telah tersedia, kondisi sosial budaya, potensi yang tersedia dan
layak untuk dikembangkan, termasuk juga dalam hal tingkat interaksinya dengan daerah
lain.
Melalui pembangunan ekonomi daerah yang terencana,terarah sejalan dengan potensi
lokal yang dimiliki diharapkan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah akan semakin
meningkat dan segera terwujud. Hal ini nantinya akan dapat dilihat dari indikator
perputaran arus barang,daya beli masyarakat yang semakin meningkat,transaksi
keuangan, dan gairah pasar yang tinggi yang pada akhirnya akan dapat memacu
pembangunan suatu daerah. Hal ini dapat terwujud jika para pemangku kepentingan
dapat menciptakan iklim ekonomi yang kondusif antara lain adanya kebijakan pemerintah
daerah yang berpihak kepada kepentingan pasar,pelaku usaha yang berorientasi pada
perbaikan perekonomian daerah serta dukungan masyarakat.Adanya potensi lokal yang
layak untuk dikembangkan, terciptanya iklim usaha yang kondusif pada akhirnya akan
dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Jika hal ini terjadi
maka pembangunan perekonomian secara merata dimasing masing daerah akan dapat
tercipta yang pada akhirnya akan memperkuat stablitas pembangunan perekonomian
nasional. Karena pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh.
Jumlah Usaha Berdasarkan Sektor
Sektor Usaha Perusahaan Prosentase
Mining and Quarries 246.912 1,1
Processing Industries 3.229.471 14,2
Electricity‐Gas‐Water 14.500 0,1
Construction 164.906 0,7
Trading and Retail 10.304.447 45,3
Accommodations, Food and Beverages 3.014.746 13,2
Transportation, Warehouses, Communication 2.702.544 11,9
Real Estate, Rental Business 808.750 3,6
Education 341.555 1,5
Health and Social Activities 178.887 0,8
Public Services, Culture, Entertainment 1.466.754 6,4
Personal Services 179.707 0,8
Total 22.736.788 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
02. Usaha Menengah Kecil dan Mikro
Menurut data Sensus Ekonomi tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
berdasarkan kreteria UMKM sesuai dengan perundangan‐undangan yang berlaku, jumlah
UMKM tercatat mencapai jumlah 22,73 juta unit atau 99,8 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional.
Jumlah Perusahaan Berdasarkan Skala Usaha
Skala Usaha Total Prosentase
Perusahaan Skala Besar 44.048 0,2 %
Sumber: Badan Pusat Statistik
UMKM, yang sebagian besar berada di sektor informal dan terbukti mampu menjadi katup
pengaman pada krisis 1997, memiliki posisi strategis dalam perekonomian Indonesia.
Sektor ini menyumbang 53,28 persen produk domestik bruto nasional (2006), 15,44
persen dari total nilai ekspor dan menyerap 37,96 juta tenaga kerja atau 46,91 persen dari
total penyerapan tenaga kerja nasional. Kendati memiliki posisi strategis, UMKM sering
dihadapkan pada situasi tidak kondusif, termasuk yang bersumber dari kebijakan
pemerintah.
Jati diri tiap‐tiap pelaku usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah jelas berbeda
maka fokus pendekatan pemberdayaannya sepatutnya tidaklah sama. Usaha mikro yang
meliputi lebih 90% dari jumlah usaha kecil dengan sebaran yang menjangkau seluruh
pelosok negeri, baik di kota maupun di desa dan sifatnya yang mudah untuk masuk
sebagai wirausaha skala mikro atau sebaliknya mudah untuk keluar dari bisnis. Untuk itu
usaha skala mikro itu memerlukan pendekatan pemberdayaan yang fokus pada bentuk:
(1) Keberpihakan, (2) Berorientasi untuk pemecahan masalah sosial ekonomi masyarakat,
(3) Mengakomodasi isu‐isu kekinian, seperti penanggulangan pengangguran, kemiskinan,
pemutusan hubungan kerja (PHK), penyetaraan gender, kesenjangan antardaerah/
kawasan, keadilan penguasaan, dan akses kepada sumber daya produktif.
Telah banyak pihak menekankan pentingnya keberpihakan riil dalam pemberdayaan
UMKM. Keberpihakan ini tidak harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan protektif, tetapi lebih pada upaya mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM.
03. Pemerataan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pokok pembangunan nasional,
sehingga pencapaian target pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan sebuah ukuran
untuk menilai kinerja pemerintah. Namun tujuan pembangunan nasional tidak melulu
tertuju pada pertumbuhan ekonomi semata. Pembangunan nasional akan segera tercapai jika terjadi pertumbuhan ekonomi di satu sisi dan pemerataan di sisi yang lain.
Pertumbuhan merupakan kinerja pokok perekonomian suatu negara sementara
pemerataan mengacu pada pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, dengan kata lain
pemerataan akan terjadi bila masalah pengangguran teratasi dengan baik. Pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan Indonesia adalah pertumbuhan yang berkualitas dimana
pertumbuhan yang terjadi memiliki sensitivitas terhadap pengurangan pengangguran dan kemiskinan.
Bank Indonesia melaporkan, perekonomian nasional masih menghadapi permasalahan,
antara lain perbedaan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan meningkatnya jumlah
kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional. Beberapa faktor yang menyebabkan
pertumbuhan di beberapa daerah relatif rendah antara lain keterbatasan infrastruktur,
aturan daerah yang kurang menarik minat investasi, dan bertumpunya ekonomi daerah
pada sektor primer tertentu, misal pertambangan.
Pola ketimpangan Jawa – luar Jawa juga terlihat dari turunnya dan relatif rendahnya upah riil buruh tani di Jawa, padahal sebagian terbesar tenaga kerja di sektor pertanian berada
di sektor pertanian di Jawa. Program proteksi harga komoditas pertanian pangan yang
dilakukan pemerintah tak tampak memberikan manfaat bagi petani, melainkan
meningkatkan margin perdagangan saja.
Empat permasalahan utama masalah masih tingginya kesenjangan antar daerah yaitu:
a. Disparitas penyebaran penduduk dan ketenagakerjaan.
b. Disparitas tingkat kesejahteraan sosial ekonomi.
c. Disparitas pertumbuhan ekonomi antara daerah. Kontribusi wilayah terhadap
pertumbuhan PDB nasional selama 2001‐2007 terbesar berasal dari wilayah Jawa‐
Bali, dengan kontribusi rata‐rata per tahun lebih dari 60%, Sumatera 22%, Kalimantan 9%, Sulawesi dan Indonesia bagian Timur lainnya kurang dari 5%.
d. Disparitas sarana dan prasarana daerah.
04. Hubungan Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha
Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam
menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Sinergi antara keduanya untuk
merencanakan ekonomi daerah perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah daerah
berwenang membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang,
serta membentuk wawasan orang banyak. Di sisi lain pengusaha mempunyai kemampuan
mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi
kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar,
menghasilkan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah
daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.
Pemerintah daerah dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan ekonomi
daerahnya agar membawa dampak yang menguntungkan bagi penduduk daerah perlu
memahami bahwa manajemen pembangunan daerah dapat memberikan pengaruh yang
pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi
serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi daerah.
Saat ini peluang munculnya pelaku usaha baru, pengusaha daerah, terbuka luas. Dengan
otonomi daerah atau desentralisasi kekuasaan, para pengusaha di daerah seharusnya
mampu mendudukan dirinya sebagai mitra yang sejajar dan berperan aktif bersama
pengambil keputusan yang berkaitan dengan perekonomian. Untuk membangun
kelompok pelaku usaha yang tangguh dan berdaya saing membutuhkan proses dan waktu.
Kemunculan pelaku usaha setempat banyak memberi manfaat antara lain karena
keuntungan yang diperolehnya akan diinvestasi lagi di daerahnya. Keadaan ini akan
mendorong uang yang beredar dan pada gilirannya menggerakkan perputaran roda
ekonomi.
Asean Free Trade Area (AFTA) sudah resmi berlaku pada 1 Januari 2002 tetapi masih
banyak pengusaha daerah belum mengetahui tentang AFTA. Disamping itu masih ada
pengelompokan usaha regional maupun internasional lainnya. Ini menunjukkan informasi
yang diberikan masih sangat kurang. Saat ini pelaku usaha di daerah harus secara serius
meningkatkan kompetensinya untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Hal ini penting
karena dalam pasar yang semakin bebas pemerintah semakin sulit untuk melakukan
proteksi tarif dan nontarif, sehingga memiliki daya saing menjadi sangat penting bagi
pengusaha daerah. Peningkatan daya saing bukan hanya dalam produk, tetapi dari
pengusaha daerah itu sendiri seperti penggunaan teknologi, internet dan kemampuan
berbahasa internasional. 05. Produktivitas
Salah satu komponen yang penting dalam ekonomi menghadapi persaingan global adalah
produktivitas. Produktivitas pelaku ekonomi kita masih harus ditangani dan ditingkatkan
secara sesungguh‐sungguh. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya memandang dari sisi output, maka produktivitas memandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi
output. Keadaan sudah makin mendesak dan saatnya pemerintah segera mengadakan
revitalisasi baik kebijakan maupun kelembagan yang mendukung lahirnya perusahaan
baru, peningkatan kemampuan desain dan peningkatan produktivitas. KADIN beberapa
tahun yang lalu telah berupaya juga membentuk National Productivity Center (NPC).
C. KEKUATAN DASAR EKON OM I NASI ON AL 01. Pertanian
Membangun sektor pertanian yang produktif membutuhkan perencanaan yang matang,
desain industri yang pro‐pertanian, mekanisme pengelolaan pangan yang integral, dan
riset yang kuat nan berkelanjutan. Indonesia memiliki banyak hal yang tidak dimiliki
negara lain seperti lahan yang luas, air yang melimpah dan sinar matahari yang cukup
sehingga Indonesia bisa bangkit menjadi negara pertanian penting dunia. Prestasi
Indonesia 24 tahun silam bisa menjadi pengalaman untuk meletakkan kembali pertanian
sebagai kunci merengkuh posisi penting di dunia.
Satu hal penting dari pertanian Indonesia adalah sedikitnya upaya meningkatkan nilai
tambah pada produk pertanian Indonesia. Keadaan ini menyebabkan keuntungan yang
didapat tidak bisa dinikmati secara maksimal. Oleh karena itu, sebelum diekspor, industri dalam negeri mesti mengolah hasil tanam sehingga pertanian tak berada jauh dari industri
dan sistem pembiayaan karena hubungan selaras di antara ketiganya menentukan
keberhasilan pengelolaan pertanian.
Anggaran RAPBN 2009 untuk sektor perdesaan dan pertanian terlihat meningkat yaitu Rp.
13,9 triliun, yang terdiri dari Rp. 8,4 triliun anggaran Departemen Pertanian dan Rp. 5,5
triliun melalui anggaran sub fungsi pengairan. Petani juga menikmati berbagai subsidi
langsung dan spesifik dalam bentuk subsidi pupuk, subsidi bunga kredit program dan
subsidi benih berjumlah Rp. 21,4 triliun atau meningkat 112,9 persen dibandingkan dalam APBN‐P 2008.
02. Perikanan
Pengembangan usaha perikanan budidaya terus diupayakan dalam rangka meningkatkan
kontribusinya bagi pembangunan nasional. Peningkatan kontribusi tersebut difokuskan
pada pencapaian tujuan pembangunan perikanan budidaya, yaitu meningkatkan devisa,
pendapatan, lapangan kerja dan kesempatan berusaha; meningkatkan gizi masyarakat
melalui konsumsi ikan; dan melindungi, memulihkan serta melestarikan sumberdaya
perikanan budidaya. Melalui upaya tersebut maka sektor perikanan budidaya diyakini
mampu menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro poor) dan
menyerap tenaga kerja (pro job) dan menjadi pijakan bagi pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth).
03. Enerji
Telah terjadi pergeseran dalam pengelolaan energi secara umum dari supply side
management ke demand side management. Langkah strategis yang ditempuh pemerintah
dalam bidang energi adalah sebagai berikut.
A. Penyediaan Energi
• Meningkatkan produksi migas
• Meningkatkan pemanfaatan batu bara untuk pembangkit listrik (sampai tahun
2010)
• Mengembangkan energi baru terbarukan lain (biomassa, surya, angin, mikrohidro
• Pembangkitan tenaga listrik
Pertambangan Umum 608.84 1,055.21 944.31 1,456.12 1,252.81 1,554.25
Ketenagalistrikan 822.48 2,553.75 2,637.55 3,252.99 3,320.06 5,402.67
Migas 5,999.31 5,919.59 8,268.67 9,662.56 10,084.66 14,786.50
TOTAL 7,426.63 9,528.55 11,850.53 14,371.67 14,657.53 21,743.42 (Sumber: Departemen ESDM, Maret 2008)
Memasuki periode tahun 2008 ‐ 2013, Kadin Indonesia menetapkan upaya kebangkitan
perekonomian Nasional melalui upaya‐upaya kongkrit untuk mendorong pembangunan
ekonomi daerah dengan meningkatkan peranan wirausahawan dan Usaha Menengah Kecil dan
Mikro dalam meningkatkan produktifitas ekonomi khususnya di sektor Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan sebagai kekuatan dasar.
Dalam upaya mengatasi permasalaahan aktual yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia
pada saat ini, Kadin Indonesia telah menetapkan tema Musyawarah Nasional ke V Kadin yaitu:
Tema ini diharapkan akan mendorong percepatan pemecahan masalah strategis yaitu
infrastruktur, ketersediaan enerji dan ketahanan pangan yang masih menjadi kendala besar
dalam penumbuhan ekonomi Indonesia di tahun‐ tahun mendatang. Pemahaman para pelaku
usaha mengenai berbagai kebijakan dalam upaya pembangunan infrastruktur, ketersediaan
enerji dan pangan berikut telaah mengenai berbagai peluang yang dapat diciptakan dari ke tiga
sektor tersebut tentunya akan sangat berharga bagi para peserta Munas ke V Kadin dari
seluruh Indonesia khususnya terhadap kegairahan usaha maupun penciptaan lapangan kerja
secara luas.
KAMAR DAGANG DAN I NDUSTRI I NDONESI A
M UN AS V KAD I N
A. NAMA KEGI ATAN
“Musyaw arah Nasional V Kamar Dagang dan I ndustri” disingkat Munas V Kadin.
B. D a sa r
Munas Kadin k e V diselenggar ak an ber dasar k an :
a. Undang- Undang Nom or 1 t ahun 1987 t ent ang Kadin, khususnya Pasal 10.
b. Anggar an Dasar dan Anggar an Rum ah Tangga Kadin , k hususny a AD Bab V Pasal 17 dan ART Bab VI I Pasal 22
c. Keput usan Dew an Pengur us Kadin I ndonesia No. :
Skep/ 061/ DP/ VI I / 2008 t anggal 24 Juli 2008 t ent ang Penyelenggar aan Musy aw ar ah Nasional Kelim a Kam ar Dagang dan I ndust r i.
C. THEMA DAN SUB THEMA
Munas V Kadin diselenggarakan dengan thema dan sub-thema sebagai berikut :
Thema:
“Membangun Ekonomi Daerah untuk Kebangkitan Ekonomi Nasional”
Sub thema:
“Peran Wirausahaw an, UMKM Daerah dalam Meningkatkan Produktivitas Ekonomi yang Berw aw asan Lingkungan dengan Kekuatan Dasar Bidang
Pertanian, Perikanan dan Energi”
D. TUJUAN
Tujuan diselenggarakannya Munas V Kadin adalah :
a. memberikan penilaian dan keputusan terhadap pertanggungjawaban atas
pelaksanaan Program Umum Organisasi, keuangan dan perbendaharaan dari Dewan Pengurus Kadin I ndnesia periode 2004 - 2009 serta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari Dewan Pertimbangan Kadin I ndonesia periode 2004 - 2009;
b. menetapkan Kebijakan Umum dan Program Umum Organisasi sebagai Garis Besar
c. menetapkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi dan masalah-masalah penting lainnya dan
d. memilih dan mengangkat Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus Kadin
I ndonesia periode 2008 – 2013 yang dilakukan melalui sistem pemilihan Ketua
Umum Dewan Pengurus Kadin I ndonesia yang sekaligus merangkap Ketua
Formatur dan 4 (empat) orang Anggota Formatur.
E. WAKTU DAN TEMPAT
Munas V Kadin diselenggarakan pada :
Hari, tanggal : Minggu-Senin, 21-22 Desember 2008
Waktu : Pukul 08.00 WI B – selesai (sesuai Jadwal Acara)
Tempat : Jakarta Convention Center
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta
F. NARA SUMBER
Untuk memberi masukan kepada Munas V Kadin akan dilaksanakan pembekalan dan dialog dengan beberapa pejabat pemerintah terkait guna memberikan gambaran akan kondisi objektif kondisi ekonomi bangsa dan kebijakan yang diambil serta pembicara-pembicara lainnya antara lain :
• Sambutan Presiden RI sekaligus membuka Munas V Kadin.
• Sambutan Wakil Presiden RI sekaligus menutup Munas V Kadin.
• Menteri Koordinator Perekonomian RI .
• Menteri Dalam Negeri RI .
• Menteri Pertanian RI .
• Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI .
• Menteri Negara Lingkungan Hidup RI .
• Dll.
G. SUSUNAN ACARA
Susunan Acara Munas V Kadin adalah sebagaimana tertera pada halaman terlampir.
H. PENYELENGGARA DAN PENANGGUNG JAWAB
Munas V Kadin diselenggarakan oleh dan menjadi tanggungjawab Dewan Pengurus Kadin I ndonesia.
H. PESERTADANPENI NJAU
Munas V Kadin dihadiri oleh :
1. Peserta
Munas V Kadin terdiri atas :
a. Anggota Biasa yang diwakili oleh Utusan Anggota, yaitu:
a.1. Para Ketua Umum Dewan Pengurus Kadin Provinsi secara ex-officio ;
a.2. Utusan Anggota provinsi yang dipilih dalam Rapat Dewan Pengurus
Lengkap Kadin Provinsi yang diagendakan khusus untuk itu menjelang Munas V Kadin, masing-masing sebanyak 2 (dua) orang.
berjumlah seluruhnya sebanyak : 99 (sembilan puluh sembilan) orang.
b. Dewan Pertimbangan Kadin I ndonesia yang terdiri atas pelaku-pelaku ekonomi yang menyalurkan aspirasi ketiga unsur pelaku ekonomi ditambah unsur
Pengusaha Provinsi yang masing-masing diwakili secara ex-officio oleh Ketua
Dewan Pertimbangan Kadin Provinsi, berjumlah seluruhnya sebanyak : 72 (tujuhpuluh dua) orang.
c. Dewan Pengurus Lengkap (DPL) Kadin I ndonesia yang terdiri atas Dewan
Pengurus Kadin I ndonesia, yaitu Ketua Umum, para Wakil Ketua Umum dan para Ketua Komite Tetap ditambah dengan para Wakil Ketua Komite Tetap dan Ketua Badan-badan dan/ atau Lembaga-lembaga internal Kadin I ndonesia, seperti Komite-komite Luar Negeri (bilateral, multilateral), Komite-komite khusus/ teknis, Lembaga-lembaga, Badan-badan dan Yayasan-yayasan, berjumlah seluruhnya sebanyak : 350 (tiga ratus lima puluh) orang.
d. Anggota Luar Biasa yang diwakili oleh utusan Organisasi Perusahaan dan
Organisasi Pengusaha Tingkat Nasional yang dipilih melalui konvensi menjelang Munas V Kadin, berjumlah seluruhnya sebanyak : 20 (dua puluh) orang.
Peserta Munas V Kadin sebagaimana dimaksud huruf a/ sd d tersebut diatas harus tercatat sebagai Anggota Kadin pada tahun 2008 dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Anggota Biasa (KTA-B) Kadin.
2. Peninjau
Munas V Kadin terdiri atas :
a. Anggota Kehormatan Kadin I ndonesia, berjumlah seluruhnya sebanyak: 2
(dua) orang.
b. Utusan Anggota Provinsi di luar Peserta sebagaimana dimaksud Pasal 7 huruf
a.2 dengan membawa mandat dari Dewan Pengurus Kadin Provinsi yang bersangkutan, masing-masing 2 (dua) orang, berjumlah seluruhnya sebanyak: 66 (enam puluh enam) orang.
c. Utusan Anggota Kabupaten/ Kota dengan membawa mandat dari Dewan
Pengurus Kadin Kabupaten/ Kota dan Dewan Pengurus Kadin Provinsi yang bersangkutan, masing-masing 1 (satu) orang, berjumlah seluruhnya sebanyak: 440 (empat ratus empat puluh) orang.
d. Utusan Anggota Luar Biasa Tingkat Nasional diluar Peserta sebagaimana
dimaksud Pasal 7 huruf d, yang keanggotaannya minimal untuk tahun 2008 tercatat pada Kadin I ndonesia, masing-masing 1 (satu) orang dengan membawa mandat dari Pimpinan Organisasi yang bersangkutan, berjumlah seluruhnya sebanyak: 100 (seratus) orang.
e. Tokoh-tokoh Pengusaha dan Masyarakat I ndonesia Tingkat Nasional,
berjumlah seluruhnya sebanyak : 20 orang.
f. Pengusaha Asing, berjumlah seluruhnya sebanyak: 20 orang.
g. Pejabat Pemerintah, berjumlah seluruhnya sebanyak: 20 orang.
Ker angk a Acuan Munas Kadin ke V - - 1 7/ 17
Sesuai ART Kadin Pasal 22 ayat (5), jumlah Peninjau Munas V Kadin sebagaimana dimaksud huruf b sampai dengan huruf g ditentukan oleh Dewan Pengurus Kadin I ndonesia.
I . PEMBI AYAAN
Biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan Munas V Kadin dibebankan kepada Anggaran Panitia Pelaksana Munas V Kadin yang diperoleh dari sponsor/ donatur dan sumber-sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan ketentuan AD/ ART Kadin.
J. KEPANI TI AAN
Untuk kelancaran dan suksesnya penyelenggaraan Munas V Kadin, maka Dewan Pengurus Kadin I ndonesia melalui Keputusan Dewan Pengurus No. : Skep/ 074/ DP/ I X/ 2008 telah membentuk Panitia Penyelenggara, Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana Munas V Kadin yang terdiri dari unsur Kepengurusan Kadin I ndonesia, kepengurusan Komite Tetap Kadin I ndonesia, Badan-badan/ Lembaga-lembaga internal Kadin I ndonesia dan Pimpinan/ Staf Sekretariat Kadin I ndonesia.
K. PENUTUP
Panitia Penyelenggara menyampaikan hasil-hasil keputusan Musyawarah Nasional V Kadin yang disahkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional V Kadin kepada Ketua Umum Kadin I ndonesia selambat-lambatnya dua minggu sesudah penyelenggaraan Munas V Kadin. Selanjutnya Ketua Umum Kadin I ndonesia menyampaikan kepada seluruh jajaran Kadin selambat-lambatnya tinga minggu sesudah penyelenggaraan Munas V Kadin.