• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelengketan Biaya di Bank Perkreditan Rakyat (BPR ) Pemerintah Daerah T1 232009065 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelengketan Biaya di Bank Perkreditan Rakyat (BPR ) Pemerintah Daerah T1 232009065 BAB IV"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DATA

Gambaran Umum Obyek Penelitian

[image:1.612.98.542.179.712.2]

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan tiap akhir desember. Data ini adalah data time series dengan menggunakan laporan keuangan BPR pemerintah daerah di Jawa Tengah yang terdapat didalam alamat website www.bi.go.id untuk tahun 2009 - 2012. Dari data yang terkumpul kemudian dipilih data yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Tabel 1. Pemilihan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah Data

BPR Pemerintah Daerah di Jawa Tengah yang terdaftar di

Bank Indonesia tahun 2009-2012 189

BPR Pemerintah Daerah di Jawa Tengah yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan tahun 2009-2012 (30)

Jumlah sampel yang digunakan 159

Statistik Deskriptif

Berikut ini adalah penjelasan statistik deskriptif untuk pendapatan dan biaya operasional tahun 2009-2010 , 2010-2011 dan 2011-2012

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Keterangan Jumlah sampel

yang mengalami perubahan

kenaikan

Jumlah sampel yang mengalami

perubahan penurunan

Rata-rata (dalam ribuan

rupiah)

2009-2010

Pendapatan Biaya Operasional

44 49

9 4

(2)

2010-2011

Pendapatan Biaya Operasional

45 40

8 13

1.978.491 861.460

2011-2012

Pendapatan Biaya Operasional

44 47

9 6

2.141.522 939.204

Pada tahun 2009-2010 rata-rata terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp

1.587.089.000,- dimana jumlah sampel yang mengalami kenaikan pendapatan sebanyak 44 sampel dan yang mengalami penurunan pendapatan sebanyak 9 sampel. Dengan demikian selama tahun 2009-2010 terjadi kenaikan pendapatan mencapai 83% dari total keseluruhan sampel. Sedangkan untuk perubahan biaya administrasi dan umum, personalia dan operasional lainnya selama tahun 2009-2010 mengalami rata-rata kenaikan biaya sebesar Rp 827.986.000,- ,dimana sebanyak 49 sampel mengalami kenaikan biaya dan 4 sampel mengalami penurunan biaya. Hal tersebut menunjukan telah terjadi peningkatan biaya administrasi dan umum, personalia, dan operasional lainnya sebanyak 92% dari total keseluruhan sampel. Dilihat dari presentase jumlah sampel yang mengalami kenaikan pendapatan dengan presentase jumlah sampel yang mengalami kenaikan biaya menunjukan bahwa kenaikan pendapatan ada kemungkinan diikuti oleh kenaikan biaya.

(3)

sebanyak 13 sampel, dengan demikian selama tahun 2010-2011 telah terjadi kenaikan biaya administrasi dan umum,personalia, dan operasional lainnya sebesar 75%.

Tahun 2011-2012 terjadi kenaikan pendapatan kembali dibandingkan tahun sebelumnya dengan rata-rata kenaikan sebesar Rp 2.141.522.000,-. Sebanyak 44 sampel mengalami kenaikan pendapatan dan 9 sampel mengalami penurunan pendapatan, dengan demikian selama tahun 2011-2012 terjadi peningkatan pendapatan sebesar 83% dari total keseluruhan sampel. Sedangkan untuk biaya administrasi dan umum, personalia, dan operasional lainnya mengalami rata-rata kenaikan sebesar Rp 939.204.000,- . Sebanyak 47 sampel mengalami kenaikan dan 6 sampel mengalami penurunan biaya, sehingga selama tahun 2011-2012 terjadi kenaikan biaya administrasi dan umum, personalia, dan operasional lainnya sebesar 89%

Jika dilihat selama periode 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012 lebih banyak jumlah sampel yang mengalami kenaikan pendapatan dan kenaikan biaya dibandingkan dengan jumlah sampel yang mengalami penurunan pendapatan dan biaya, jadi bisa dikatakan tidak terjadi kelengketan biaya untuk tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2012-2013 karena biaya dikatakan lengket jika perubahan peningkatan biaya saat terjadi perubahan peningkatan pendapatan lebih besar dibandingkan perubahan biaya yang mengalami penurunan saat terjadi perubahan penurunan pendapatan.

Pengujian Hipotesis

(4)
[image:4.612.102.535.116.609.2]

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Pertama

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .020 .005 4.496 .000

log_pendapatan ( ) .654 .067 .727 9.724 .000 dummy_log_pendapatan ( ) -.265 .201 -.099 -1.318 .189 a. Dependent Variable: log_biaya_operasional

(5)
[image:5.612.101.538.106.611.2]

Tabel 4. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Tahun Jumlah Kredit yang diberikan

Non performing loan (NPL)

2009 Rp 7.399.227.579 8.38%

2010 Rp 8.516.072.450 7.79%

2011 Rp 9.788.154.388 6.90%

2012 Rp 11.328.567.001 6,1%

Sumber : Data statistik BPR tahun 2009-2012

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah kredit yang diberikan oleh BPR semakin meningkat dari tahun 2009-2012 dan prosentase NPL dari tahun 2009-2012 mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukan semakin baik kinerja BPR dan manajemen pengawasan kredit yang diterapkan oleh BPR. Kinerja BPR yang semakin membaik dari tahun 2009-2012 menyebabkan pendapatan mengalami peningkatan. Jumlah sampel yang mengalami peningkatan biaya dan pendapatan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sampel yang mengalami penurunan biaya dan pendapatan, sehingga membuat variabel penurunan biaya saat terjadi penurunan pendapatan tidak signifikan. Oleh sebab itu hipotesis pertama (H1) tidak dapat diterima.

(6)
[image:6.612.102.540.132.614.2]

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Kedua

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .021 .004 4.617 .000

log_pendapatan ( ) .650 .066 .724 9.792 .000 dummy_log_pendapatan ( ) .213 .293 .079 .726 .469 dummybpr_dummylogpendapat

an ( )

-.702 .317 -.218 -2.214 .028

a. Dependent Variable: log_biaya_operasional

Hasil pengujian untuk hipotesis kedua ada pada tabel 5. Hipotesis kedua dilakukan

(7)

campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap BPR milik pemerintah kabupaten dan BPR milik pemerintah provinsi walaupun keduanya sama-sama milik pemerintah, dimana BPR milik kabupaten berada dalam taraf yang lebih rendah dibandingkan BPR milik provinsi sehingga membuat pemerintah lebih leluasa melakukan intervensinya terhadap BPR kabupaten. Diterimanya hipotesis kedua juga karena jumlah sampel yang mengalami penurunan biaya saat terjadi penurunan pendapatan pada BPR milik pemerintah kabupaten lebih banyak dibandingkan jumlah sampel yang mengalami penurunan biaya saat terjadi penurunan pendapatan pada BPR milik pemerintah provinsi, sehingga mengakibatkan kelengketan biaya lebih tinggi pada BPR milik kabupaten.

Gambar

Tabel 1. Pemilihan Sampel
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Pertama
Tabel 4. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Kedua

Referensi

Dokumen terkait

to know the procedure of lending by banks , the writer conducts an internship at PT.. BPR Ambara wa

Adanya hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan kinerja pegawai pada PD BPR Bank Salatiga dapat disebabkan karena pegawai yang memiliki

HCE dan SCE tidak berpengaruh terhadap ROA dan CEE berpengaruh terhadap ROA pada BPR; (2) HCE dan CEE tidak berpengaruh signifikan terhadap Biaya Operasional/Pendapatan

Selain itu ditemukan perbedaan kinerja keuangan antara BPR di Kota dan BPR di Kabupaten di Jawa Tengah selama tahun 2010 dilihat dari jenis rasio NIM, dan

Selain itu, variabel yang dihubungkan dengan kinerja keuangan, antara lain : aset BPR, kepemilikan BPR, jumlah direksi dan jumlah komisaris dalam BPR, serta status

internet banking. Belum adanya internet banking di BPR dapat menyulitkan nasabah dalam bertransaksi terutama pada akhir pekan dan ketika nasabah berada jauh dari kantor

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Yet lack of internet banking in BPR can be difficult for customers to do transactions, especially

Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jateng diatas, dapat dilihat jika total pendapatan yang mengalami peningkatan juga