SKRIPSI
Oleh:
Tsaniyatul Karimah
NIM. C04210003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu
Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh TSANIYATUL
KARIMAH NIM.
C04210003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan bagaimana sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk merumuskan pemecahan masalah berdasarkan data-data. Data-data tersebut dihimpun melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Hal itu bertujuan menggambarkan fakta atau menjelaskan data mengenai bentuk usaha nasabah dan sistem pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya yang diterapkan terhadap usaha nasabahnya dengan pembiayaanmud{a>rabah.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah bentuk Perusahaan Perseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau Perusahaan Dagang (PD). Hal ini dikarenakan KJKS hanya memberikan pembiayaan kepada usaha yang dimiliki oleh satu orang. Selain itu, sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk memantau nasabah pembiayaan mud{a>rabah adalah pengawasan langsung dan tidak langsung, yakni pengawasan langsung yang dilaksanakan sendiri oleh Manajer KJKS dan pengawasan tidak langsung yang dilaksanakan oleh utusan KJKS. Namun KJKS memiliki strategi khusus, yakni dengan rekening bersama yang selama ini terbukti efektif untuk memantau dan meminimalisasi kemungkinan penyimpangan keuangan usaha nasabah.
SAMPUL DALAM ... i A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah... 10
C. Rumusan Masalah... 11
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Tujuan Penelitian... 15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15
G. Definisi Operasional ... 16
H. Metode Penelitian... 17
1. Jenis Penelitian ... 17
2. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan... 18
3. Data dan Sumber Data ... 18
4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
5. Teknik Pengolahan Data ... 22
6. Teknik Analisis Data ... 23
1. Pengertian Pengawasan ... 26
2. Tahapan-tahapan Pengawasan ... 30
3. Tipe-tipe Pengawasan ... 33
4. Metode Pengawasan ... 35
5. Teknik Pengawasan ... 37
6. Manfaat Pengawasan ... 41
B. Pembiayaan Mud}a>rabah... 41 1. Pengertian PembiayaanMud}a>rabah ... 41
2. Landasan Hukum PembiayaanMud}a>rabah ... 47
3. Jenis-jenis PembiayaanMud}a>rabah ... 52
4. Rukun dan Syarat PembiayaanMud}a>rabah ... 52
BAB III BENTUK USAHA NASABAH PEMBIAYAAN
MUD{A>RABAH DAN SISTEM PENGAWASAN PADA KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA
A. Profil KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 55
B. Visi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 56
C. Misi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... D. Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... E. Deskripsi Tugas pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... F. Produk-produk KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... G. Kriteria Penerima Pembiayaan Mud{a>rabah KJKS Pilar
Mandiri Surabaya ... H. Bentuk-bentuk Usaha Nasabah dengan Pembiayaan
Surabaya ... BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar elakang Masalah
Berwirausaha merupakan bagian dari salah satu aktivitas kehidupan manusia di dunia. Hal itu disebabkan karena keberadaan manusia sebagai hali>fah fi> al-‘ard} untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, suatu kenyataan bahwaaktivitasberwirausahamerupakanbidangkehidupanyangkurang berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat pribumi, khususnya bagi umat muslim Indonesia. Keberadaan wirausaha muslim saatinisangatdibutuhkan.Merakatidakhanyamembantumemperbaiki perekonomiansajamelainkanselalumenjadikanRasulullahSAWsebagai teladan dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga mereka menjadi wirausahamuslimyangselaluberpegangteguhpadaajaranIslam.Selain ituiaharusmemilikisifatulet,profesional,jujur,memegangamanah,dan terpercaya.
melainkan akan bernilai ibadah pula.Sebagaimanadisebutkandalamsurat segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lahkamu(kembalisetelah)dibangkitkan”.
Surat al-Mulk ayat 15, memberikan perintah kepada manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hendaknya manusia mau berusaha untuk mendapatkannya dengancarabekerja(berusaha).Dansegalaapayangdikerjakanmanusia di bumi akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti, dan hal inilahyangharusselaludiingatolehmanusia.
Selain surat al-Mulk ayat 15, surat an-Naba’ ayat 10-11 juga menjelaskantentanganjuranberusahaataubekerja.
“Dankamijadikanmalamsebagaipakaian.Dankamijadikansianguntuk mencaripenghidupan”.
manusiauntukmengembangkanusahaagarbermanfaatpadadirisendiri danoranglain.
Dalam menjalankan kegiatan usaha tidak selalu berjalan mulus, adakalanya untung, merugi, bahkan gulung tikar (gagal). Hal itu disebabkanoleh5faktor,yaitu:1)kurangnyapengetahuantentangpasar, 2)keusanganproduk,sepertimodelyangtertinggal,kemasanyangkurang menarik, sehingga menyebabkan produk kurang diminati. 3) kurangnya promosi. Produk yang kurang dikenal oleh konsumen akan menjadi produk yang tidak diketahui apa saja atribut positifnya. 4) daur hidup produk atau siklus kehidupan produk. Semua produk akan melewati empat masa, dimulai dari masa perkenalan, masa pertumbuhan, masa kedewasaan, dan yang terakhir masa kemunduran. Masa kemunduran adalah masa yang paling dikhawatirkan oleh para usahawan, karena apabila tidak ada kesiapan dalam menghadapinya, maka usaha tersebut akanterusmundurdan“kolaps”,dan5)kurangnyamodal.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil berdasarkan prinsip-prinsip syariah. KJKS memiliki unit simpan pinjam yang terdiri dari dua bentuk usaha, yaitu simpanan dan pinjaman atau pembiayaan. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, KJKS lain, dan atau anggotanya. Sedangkan pinjaman atau pembiayaan adalah penyediaan uang berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam meminjam antara KJKS dengan anggota, calon anggota, KJKS lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan pihak peminjamuntukmelunasihutangnyasetelahjangkawaktutertentu.
Mekanisme keuangan syariah dengan model bagi hasil berhubungan dengan penghimpunan dana dan pembiayaan, terutama berkaitan dengan produk penyertaan atau kerjasama usaha. Dalam pengembangan produknya, dikenal dengan istilah s}a>h}ib al-ma>l dan mud}a>rib.S}a>h}ib al-ma>l merupakan pemilik dana yang mempercayakan
dananyapadalembagakeuangansyariah.SepertiKJKSuntukmengelola sesuaidenganperjanjian.Sedangkanmud}a>ribadalahkelompokorangatau badanyangmemperolehdanauntukdijadikanmodalusahaatauinvestasi. Kerjasamatersebutdisebutdenganakadmud}a>rabah.
telah disepakati pada kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Selain itu pembiayaan mud{a>rabah juga harus didasari kepercayaanpihaks{a>h{ib al-ma>lataupemilikmodalkepadamud{a>rib atau pengelolamodal.
Secara khususmud}a>rabah merupakan salah satu roda penggerak perekonomian suatu negara dengan prinsip bagi hasil. Dalam hal ini, sektor riil akan secara signifikan terus tumbuh dan akhirnya akan meningkatkan perekonomian secara umum. Lebih dari itu, pola pembiayaanbagihasil,selainmerupakanesensipembiayaansyariah,juga lebih cocok untuk menggiatkan sektor riil, karena meningkatkan hubungan langsung dan pembagian resiko antara pemilik modal dengan pengelola. Meskipun pembiayaanmud{a>rabah memiliki pengaruh positif dalam pertumbuhan perekonomian, akan tetapi masih sedikit sekali peminatdaripembiayaanini.Rendahnyaminatpenggunaanpembiayaan mud{a>rabah dapat disebabkan oleh besarnya resiko dan tanggungjawab
SurabayatelahadasejakKJKSPilarMandiriSurabayainiberdiri.Selain itu, KJKS Pilar Mandiri Surabaya juga menawarkan beberapa macam pembiayaan.Misalnyapembiayaanmura>bah}ah,qard} al-h}asan,ija>rah,dan h}awa>lah. Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan oleh KJKS
Pilar Mandiri Surabaya, yakni pembiayaan mud}a>rabah. KJKS Pilar Mandiri Surabaya mampu memberikan bantuan modal pengembangan usaha kepada nasabah dengan nominal yang cukup besar, yaitu sampai dengan lebih dari Rp 10.000.000,- dan nisbah yang disepakati bersama telahdisesuaikandengankemampuannasabah.
Menurut data yang diperoleh dari kantor KJKS Pilar Mandiri Surabaya,terdapatkuranglebih3800orangwargabinaandan2500orang diantaranya menggunakan pembiayaanqard} al-h}asan, jumlah ini sangat tinggi dibandingkan dengan warga binaan yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabahyanghanyaberjumlahsekitar8orangsaja,halini disebabkan adanya keraguan pada diri nasabah pada kemampuannya mengembalikan modal yang diberikan oleh KJKS. Pembiayaan mud}a>rabah pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya dikhususkan untuk
pembiayaan produktif seperti modal usaha, sedangkan pembiayaanqard} al-h}asan ditujukan kepada warga binaan agar tidak bergantung kepada
pula. Misalnya usaha nasabah yang berbentuk Usaha Dagang (UD) atau PerusahaanPerorangan.
Nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri yang berjumlah kurang lebih 8 orang tersebut tersebar di beberapa kota di pulau Jawa, termasuk di Jawa Barat. Untuk melakukan proses pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya, nasabah yang beradadiluarkotaharusdatanglangsungkekantorKJKSPilarMandiri yang berlokasi di Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. Sehingga dapatdiketahuibahwanasabahpembiayaanmud}a>rabah padaKJKSPilar Mandiri tidak hanya berada di Jawa Timur, khususnya kota Surabaya saja,melainkandibeberapakotadipulauJawa.
Saat ini masalah kredit macet banyak dialami oleh bank dan lembaga keuangan di Indonesia, misalnya pada Bank Syariah Mandiri yang mengalami peningkatan rasio pembiayaan bermasalah atauNon Performing finance (NPF) per Juni 2014 menjadi level 12,5% dari level
7,1% pada tahun 2013. Cara yang digunakan oleh KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk mengatasi masalah kredit macet pada pembiayaan mud{a>rabah adalahdenganrekeningbersama.
belum pernah terjadi permasalahan pembiayaan seperti kredit macet ataupun nasabah yang kabur dari tanggungjawabnya mengangsur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya, sehingga pembukaanrekeningbersamadirasamenjadistrategiyangpalingefektif dalampengawasanusahanasabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
Melihatkeadaansepertiitu,makaperluadanyapengawasanyang dilakukanolehKJKSPilarMandiriSurabayakepadanasabahpembiayaan mud}a>rabahuntukmengontrolpenggunaanmodalusahaolehnasabah.Hal
itu bertujuan untuk mengetahui perkembangan usaha yang dibiayainya, terlebihlagiusahayangdibiayaiolehKJKSPilarMandiriSurabayatidak hanya berada di wilayah Jawa Timur saja. Pengawasan ini sangat dibutuhkanuntukmengantisipasikemungkinanterjadinyapenyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selain itu juga untuk mengetahui keefektifan pemberian pembiayaan mud}a>rabah pada pengembangan usaha yang dilakukanolehnasabah.
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan, antara lain controlling, evaluating, appraising, ataucorrecting. Sebutan controlling
pekerjaanyangsedangdilaksanakanberjalansesuaidenganrencanayang telahditentukansebelumnya.
PengawasandalampandanganIslamdilakukanuntukmeluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan dalam Islam terbagi menjadi dua, pertama, pengawasan berasaldaridirisendiriyangbersumberdaritauhiddankeimanankepada Allah.SeseorangyangyakinbahwaAllahselalumengawasihamba-Nya, maka orang tersebut akan bertindak hati-hati.Kedua, pengawasan yang berasal dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan ini terdiri atas mekanisme pengawasan pimpinan yang berkaitan dengan penyelesaian tugasyangtelahdidelegasikan,kesesuaianantarapenyelesaiantugasdan perencanaantugas,danlain-lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai sistem pengawasan yang digunakan oleh KJKS Pilar Mandiri Surabaya dalam mengawasi semua usaha nasabah yangdibiayainyasertaperkembanganusahatersebut.
. Identifikasi dan atasan Masalah 1. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahsebagaiberikut:
b. Jenis-jenis lembaga keuangan syariah nonbank yang ada di Indonesia.
c. Macam-macamprodukyangditawarkanolehKJKSPilarMandiri. d. Bentuk-bentukusahanasabahpembiayaanmud}a>rabahpadaKJKS
PilarMandiriSurabaya.
e. Bentuk-bentuk pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya terhadap usaha nasabah yang menggunakan pembiayaan mud}a>rabah.
2. BatasanMasalah
Mengingat luasnya masalah dalam studi ini, maka diperlukan adanyapembatasanmasalahagarpembahasanlebihterfokusyaitu: a. Bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabah di
KJKSPilarMandiriSurabaya.
b. Analisis sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaan mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapapermasalahansebagaiberikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi singkat mengenai kajian atau penelitianyangsudahdilakukandiseputarmasalahyangditelitisehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulanganduplikasidarikajianataupenelitianyangtelahada.
Secara umum, penelitian tentang sistem pengawasan dan pembiayaanmud}a>rabahtelahdilakukanolehbanyakpenelitisebelumnya. Adapundiantarapenelitiantersebutadalahsebagaiberikut:
1. Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Ana Yatim dan Fair Misin Al-Kahfi Surabaya, olehNurulJannatin.Skripsiinimembahas
tentang fungsi sistem pengawasan yang digunakan oleh Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Kahfi Surabaya dalam mengawasi program kerjanya. Hasil penelitian tersebut antara lain fungsi pengawasan program kerja Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Surabaya, dilakukan dengan dua cara yakni pengawasan langsung, ketua yayasan meninjau langsung ke lapangan dan mengamati serta menilai program kerja. Selain itu, pengawasan tidak langsung juga dilakukan, yaitu berupa laporan-laporan tertulis yang disampaikan pada rapat bulanan, sekaligus laporan lisan yang disampaikan penguruskepadaketuayayasan.
penerapansistempengawasankerjadiBankRakyatIndonesiaSyariah Surabaya telah menerapkan sebagian proses pengawasan yaitu penentuandanpenetapanstandaryaitumenggunakanstandartujuan, karena organisasi ini menerapkan sistem pengawasan langsung dan tidaklangsung,untukpengukurandilaksanakanperbulanyaitusetiap satu bulan sekali diadakan pertemuan yang isinya membahas semua kegiatanoperasionalkerjayangsudahdilakukanmaupunyangsedang denganmetodediskusilangsung.
3. Analisis Pembiayaan Mud}a>rabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah
Surabaya), oleh Nazilatul Muna. Penelitian ini membahas tentang
pengaruh pembiayaan mud}a>rabah terhadap perubahan pendapatan usaha kecil. Dan hasil dari penelitian tersebut diketahui gambaran pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah Surabaya dan dugaan rata-rata pendapatan usaha nasabah yang melakukan pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah Surabaya mengalamipeningkatansetelahmelakukanpembiayaandibandingkan dengansebelummelakukanpembiayaan.
4. Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Kelayaan Perilau Calon Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah Miro,
mendapatkan pembiayaan mud}a>rabah. Penelitian ini juga memaparkan bahwa ada 6 faktor, yaitu 6C(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economic dan Compliance) dalam
menganalisis penilaian pembiayaan. Dan hasil penelitian ini menyebutkanbahwapadaKJKSBMTAmanahUmmahterdapatsatu faktor yang dominan dalam penilaian kelayakan calon nasabah pembiyaanmud}a>rabahmikro,yaknifaktorcharacter.
5. Analisis Usaha Miro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mud}a>rabah dari BMT At-Taqwa Halmahera Di Kota Semarang, oleh
Fitri Ananda. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis perbedaan danperkembanganUsahaMikrodanKecil(UMK)antarasebelumdan sesudah memperoleh pembiayaanmud}a>rabah dari BMT At Taqwa Halmahera yang meliputi modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan. Hasil penelitian tersebut diketahui adanya peningkatan modalusahasebesar92%,peningkatanpenjualansebesar103%,dan peningkatankeuntungansebesar65%yangdialamiolehpelakuusaha mikro dan kecil setelah mendapatkan pembiayaanmud}a>rabah dari BMTAtTaqwaHalmaheradikotaSemarang.
6. Efetivitas Pembiayaan Mud}a>rabah Oleh Ban Syariah Mandiri Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo, oleh Laily Sa’adah. Penelitian ini menjelaskan
CV Arto Metal dari bahaya bunga dan perolehan keuntungan yang terus meningkat sehingga CV Arto Metal kembali mengajukan pembiayaanditahunberikutnya.
Berdasarkan beberapa penelitian, secara khusus sampai saat ini belum ada yang membahas tentang sistem pengawasan usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabahpadasuatulembagakeuangansepertiKJKS.Atas dasar itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem pengawasanusahanasabahpembiayaanmud}a>rabahpadaKJKS.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapaidalampenelitianiniadalahuntuksebagaiberikut:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahKJKSPilarMandiriSurabaya.
2. Untuk menganalisis sistem pengawasan terhadap usaha nasabah denganpembiayaanmud}a>rabah diKJKSPilarMandiriSurabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. KegunaanTeoritas
a. Diharapkan dapat berguna untuk membangun, memperkuat dan menyempurnakanteoriyangtelahada.
diteliti, dengan menjadikannya sebagai sumber informasi bagi penulis dan pihak lain yang ingin mengetahui permasalahan tersebutsecaramendalam.
2. KegunaanPraktis
a. Sebagai referensi pada organisasi atau perusahaan secara umum dalammenggunakanteoripemberianmodalkerja,pendampingan dan pembinaan dalam pengembangan usaha serta teori pengawasanpembiayaan.
b. Sebagai tambahan referensi agar dapat mengembangkan sistem pengawasan pada usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabah KJKS PilarMandiriSurabaya.
G. Definisi Operasional
Darijudulpenelitiandiatas,terdapatbeberapapenjelasantentang pengertianyangbersifatoperasionaldankonsepatauvariabelpenelitian sehingga bisa dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji atau menukar variabeltersebutmelaluipenelitian,yakni:
1. Sistempengawasanusahanasabah.
penyimpangan-penyimpangan,sertamengambiltindakankoreksiyang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan dipergunakandengancarapalingefektifdanefisiendalampencapaian tujuan-tujuanperusahaan.
2. Pembiayaanmud}a>rabah.
Pembiayaanmud}a>rabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagiankeuntunganantarakeduabelahpihaksesuaidengannisbah yangtelahdisepakatisebelumnya.
3. KJKSPilarMandiriSurabaya.
KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah salah satu koperasi di Surabayayangkegiatanusahanyabergerakdibidangpembiayaandan simpanansesuaipolabagihasil.
H. Metode Penelitian 1. JenisPenelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research.Halitudisebabkankarenakegiatanpenelitiandilakukandi
lokasi yang sebenarnya. Penelitian ini digunakan untuk melihat fenomenaatauperilakuyangterjadidilapangan.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis sistem pengawasanyangdigunakanolehKJKSPilarMandiriSurabayadalam mengontrol penggunaan modal usaha dan perkembangan usaha yang telahdibiayai.
2. LokasiPenelitiandanAlasanPemilihan
Penelitian ini dilakukan di KJKS Pilar Mandiri Yayasan Nurul Hayat Surabaya yang berlokasi Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. Alasan peneliti memilih penelitian di KJKS Pilar Mandiri Surabayainikarenainginmengetahuisistempengawasanpadausaha nasabah yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar MandiriSurabaya.
3. DatadanSumberData a. Data
Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Data yang diambil untukpenelitianiniadalah
dan data sistem pengawasan yang dilakukan KJKS Pilar MandiriSurabaya.
2. Data Sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahan. Data tersebut diperoleh peneliti dari kantor KJKS Pilar Mandiri Surabaya, meliputi data nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan data profil KJKS Pilar Mandiri SurabayaYayasanNurulHayat.
b. SumberData
Sumber data adalah sumber darimana data akan digali, sumber tersebut bisa berupa orang, dokumen pustaka, barang, keadaan,ataulainnya.
a. Sumber Primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan,yaituKJKSPilarMandiriSurabayaYayasanNurul Hayat,yakniketerangandaripihak-pihakyangterkaitdengan pengawasan usaha nasabah pembiayaan mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya, yaitu manajer KJKS Pilar Mandiri SurabayaYayasanNurulHayat.
pendukung ini berasal dari buku-buku maupun literatur lain yangmeliputi:
1. FatwaDSNNo.07/DSN-MUI/IV/2000
2. MuhammadSyafi’iAntonio,Ban Syariah Dari Teori Ke Prati.
3. M.Manullang,Dasar-dasar Manajemen. 4. RachmatSyafe’i,Fiqih Muamalah.
5. SondangP.Siagian,Manajemen Strateji. 6. T.HaniHandoko,Manajemen.
Data dan sumber data yang diperlukan oleh peneliti ini adalah dataliteratur,datadokumenter,dandataempirikataulapangan.Data yang diperlukan meliputi data tentang bentuk usaha milik nasabah yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabah dan data tentang sistem yangdigunakanuntukmengawasiataumengontrolpenggunaanmodal usahadenganakadpembiayaanmud}a>rabah.Penelitimemperolehdata darimanajerKJKSPilarMandiriSurabaya.Datatersebutdigunakan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang berkaitan dengan sistem pengawasan pada usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKSPilarMandiri.
4. TeknikPengumpulanData
penelitiuntukmendapatkaninformasiatauketeranganmaupunbukti-bukti yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dalam pengumpulandatadapatmenggunakanmetode:
a. Observasi
Observasiseringdisebutjugasebagaimetodepengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan, yakni KJKS Pilar Mandiri Surabaya, selain itu juga peneliti akan mengamati cara-cara yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabayadalammelakukanpengawasankepadausahanasabah. b. Wawancara(Interview)
Menurut pengertiannya wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait,yaituManajerKJKSPilarMandiriSurabayadannasabah pembiayaanmud}a>rabah.
c. Dokumentasi
5. TeknikPengolahanData
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasanantaradatayangadadanrelevansidenganpenelitian. Dalamhalini,penulisakanmengambildatayangakandianalisis denganrumusanmasalahsaja.
b. Organiting,yaitumenyusunsekaligusmensistematiskandatayang diperoleh dengan memaparkan apa yang telah direncanakan sebelumnyasehinggasiapdilakukananalisislebihlanjut.Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk menganalis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkanpenulisdalammenganalisadata.
c. Analisis Data,yaituprosespenyederhanaandatakebentukyang lebihmudahdibacadandiinterpretasikan.
d. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperolehdaripenelitianuntukmemperolehkesimpulanmengenai kebenaranfaktayangditemukan,yangakhirnyamenjadijawaban atasrumusanmasalah.
6. TeknikAnalisisData
pengawasan yang digunakan oleh KJKS dalam mengawasi usaha nasabah dengan pembiayaan mud}a>rabah. Kemudian data tersebut dianalisisdalampengaruhnyaterhadapketepatanpenggunaansistem pengawasan di KJKS pada usaha nasabah pembiayaan dengan mud}a>rabah.
Teknik deskriptif analisis digunakan peneliti untuk menggambarkan atau menjelaskan data yang telah diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi dokumen. Dengan demikain data yang sudah terkumpul kemudian dijelaskan, sehingga berbagai masalahyangtimbuldapatdiuraikandenganjelasdantepat.
I. Sistematika Pembahasan
Sistempembahasaninibertujuanagarpenyusunanskripsiterarah sesuaidenganbidangkajiandanuntukmempermudahpembahasan,dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub. Bab satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Babedua, merupakan pembahasan tentang landasan teori yang memuat tentang deskripsi pengawasan, meliputi: pengertian, tahapan, tipe-tipe, metode, teknik serta manfaat. Sedangkan pembiayaan mud}a>rabah, yang meliputi: pengertian pembiayaanmud}a>rabah, landasan
hukum pembiayaan mud}a>rabah, jenis-jenis pembiayaan mud}a>rabah, rukun,dansyaratpembiayaanmud}a>rabah.
Babetiga, pada bab ini merupakan pembahasan tentang profil singkat, visi dan misi, struktur kepengurusan, personalia dan deskripsi tugas, jenis-jenis produk, kriteria penerima pembiayaan, bentuk-bentuk usaha nasabah pembiayaan mud}a>rabah pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya serta sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri dalammengawasiusahanasabahpembiayaanmud}a>rabah.
Babeempat, merupakan analisis terkait bentuk-bentuk usaha nasabahdansistempengawasanpadausahanasabahpembiayaandengan mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
A. Pengawasan
. Pengertian Pengawasan
Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan. Sedangkan
menurut T. Hani Handoko, pengawasan antara lain adalah proses
untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
tercapai. Selain itu menurut M. Manullang, pengawasan merupakan
suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya, dan mengoreksi bila perlu dengan maksud
supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan
keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional
guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
pengawasan adalah suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh
manajemen untuk memastikan segala sesuatu yang telah direncanakan
dan diorganisasikan berjalan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Apabila tidak berjalan dengan semestinya, maka harus
dilakukan koreksi terhadap kegiatan yang sedang berjalan agar tetap
mencapai apa yang telah direncanakan.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk
menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan
atas tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan pengawasan akan lebih
efektif apabila dilakukan sebelum terjadi penyelewengan atau
penyimpangan. Sehingga lebih bersifat mencegah (pengawasan
reventif) dibandingkan dengan tindakan pengawasan yang dilakukan
sesudah terjadinya penyimpangan (pengawasan reresif). Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu pelaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien.
Kata “pengawasan” sering dianggap memiliki konotasi yang
tidak menyenangkan. Pengawasan dianggap akan mengancam
kebebasan dan otonomi pribadi. Pengawasan yang berlebihan akan
menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang
akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Sebaliknya
pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan
sumber daya dan menyulitkan pencapaian tujuan. Sehingga seorang
manajer harus menemukan keseimbangan antara pengawasan
organisasi dan pengawasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan
Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah
tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu
penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan
kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengantisipasi
kasus-kasus tersebut dan menjamin tercapainya tujuan, maka perlu
adanya pengawasan dalam sebuah organisasi. Adapun faktor-faktor
penyebab pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi,
antara lain:
a. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tidak dapat dihindari. Melalui
fungsi pengawasan, manajer mendeteksi perubahan-perubahan
yang berpengaruh pada barang atau jasa organisasi. Sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan
yang diciptakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
b. Peningkatan komleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan
berhati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa
kualitas dan profitabilitas atau keuntungan tetap terjaga.
Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan
lebih efisien dan efektif. Yang dimaksud dengan pengawasan
efektif adalah
. Pengawasan yang lebih menjamin pada tindakan-tindakan
terjadinya deviasi atau penyimpangan selama kegiatan
operasional berlangsung sehingga dapat diambil tindakan
sedini mungkin. Apabila penyimpangan tersebut terus
berlanjut dapat diartikan bahwa tidak terlaksanakannya
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang
efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan
menemukan siapa yang salah, melainkan mencari dan
menemukan faktor penyebab ketidakberesan dalam
operasionalisasi rencana, meskipun hal ini pada akhirnya harus
ditemukan.
2. Selain itu, pengawasan harus bermanfaat sebagai instrumen
untuk menentukan bentuk imbalan dan penghargaan bagi
mereka yang menampilkan perilaku yang positif dan kinerja
yang memuaskan.
c. Kesalahan-kesalahan. Bila bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi
pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering
membuat kesalahan-kesalahan. Sistem pengawasan
memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut
sebelum menjadi kritis.
d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Ketika manajer mendelegasikan sebuah wewenang kepada bawahannya,
Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah
melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah
dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem
tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas
bawahan.
2. Tahapan-tahapan Pengawasan
Dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan suatu organisasi,
dibutuhkan paling tidak lima tahapan atau langkah.
. Penetaan standar elaksanaan, tujuannya adalah sebagai sasaran atau target pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk patokan
dalam pengambilan keputusan. Ada tiga bentuk standar umum yang
digunakan:
a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah
langganan, dan kualitas produk.
b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan
mencangkup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,
pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.
3. Pengukuran elaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan
dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus.
Cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a)
pengamatan atau observasi, b) laporan (lisan atau tertulis), c)
metode otomatis, dan d) inspeksi, pengujian atau pengambilan
sampel.
4. Perbandingan elaksanaan dengan standar dan analisa enyimangan. Kegiatan itu digunakan untuk mengetahui penyebab
terjadinya penyimpangan sehingga dapat dilakukan analisis
penyebabnya. Selain itu juga digunakan sebagai alat pengambilan
keputasan bagi manajer.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila dierlukan. Bila terjadi penyimpangan, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan.
Namun sebaliknya apabila dalam proses pengawasan berlangsung
dengan mengukur hasil kerja dengan membandingkan dengan
standar tetapi tidak menemukan adanya penyimpangan, maka
tindakan koreksi tidak perlu dilakukan. Menurut Ulbert Silalahi,
terdapat dua tindakan korektif, yaitu:
a. Tindakan korektif segera (immediate corrective action) atau
yang sering dilukiskan sebagai utting out fires, yaitu tindakan koreksi terhadap berbagai hal yang masih merupakan
Pembandingan kegiatan dengan standar dan analisa
penyimpangan Pengukuran pelaksanaan
kegiatan
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar pelaksanaan kegiatan
Pengambilan tindakan koreksi bila perlu
b. Tindakan korektif mendasar (basic corrective action) yaitu
tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi atau kasus-kasus. Dengan kata lain, melakukan tindakan
koreksi terhadap deviasi atau penyimpangan yang terjadi dengan
terlebih dahulu mencari serta mendapatkan sumber-sumber
informasi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan.
Secara umum, tahapan-tahapan pengawasan digambarkan
sebagai berikut:
= Tindakan koreksi
3. Tipe-tipe Pengawasan
Pengawasan dasar dibagi menjadi beberapa tipe, seperti
diungkapkan oleh T. Hani Handoko. Fungsi pengawasan dapat dibagi
a. Pengawasan endahuluan (feedforward control) atau biasa disebut
dengan steering controls. Pengawasan ini dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau
penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan
koreksi untuk dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
terselesaikan. Pendekatan pengawasan pendahuluan ini lebih aktif
dan agresif, yakni dengan mendeteksi masalah-masalah dan
mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah
terjadi.
b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan elaksanaan kegiatan (concurrent control) atau pengawasan “iya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”. Pengawasan ini dilakukan
selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini
merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus
disetujui dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam
peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Pengawasan uman balik (feedback controls) atau ast-action controls. Pengawasan ini bertujuan mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab
penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan
di masa depan. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran
dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan di atas sangat bermanfaat bagi
manajemen. Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dan
pengawasan yang dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent
control) memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi
dan tetap dapat mencapai tujuan. Namun kedua tipe pengawasan
tersebut memiliki beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terlebih
dahulu sebelum penggunaannya, yaitu biaya keduanya mahal, banyak
kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dimonitor secara
terus-menerus, dan pengawasan dilakukan secara berlebihan akan
menjadikan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, manajemen
harus memilih penggunakan tipe pengawasan yang sesuai dengan
situasi tertentu.
Pengawasan umpan balik (feedback control) juga memberikan
manfaat yang besar bagi suatu manajemen. Pengawasan ini akan
memberikan informasi yang aktual, faktual, mutakhir, lengkap, dan
dapat dipercaya akan memberikan manfaat semaksimal mungkin
dalam peningkatan kinerja suatu organisasi di masa depan. Artinya
dengan berpatokan pada pengawasan umpan balik, suatu organisasi
dapat mengevaluasi kinerja organisasi dan mengetahui
4. Metode Pengawasan
Metode pengawasan dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Metode engawasan non-kuantitatif adalah metode-metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya metode ini untuk mengawasi
keseluruhan (overall) erformance organisasi. Teknik yang sering
digunakan dalam metode pengawasan non-kuantitatif meliputi:
. Pengamatan atau observasi (control by observation).
2. Inspeksi teratur dan langsung (control by regular and sot
insection).
3. Pelaporan lisan dan tertulis (control by reort).
4. Evaluasi pelaksanaan atau penilaian kegiatan.
5. Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan
suatu kegiatan
b. Metode engawasan kuantitatif. Metode pengawasan ini cenderung menggunakan data khusus dan data yang spesifik.
Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur dan memeriksa
kuantitas dan kualitas keluaran (outut). Teknik yang sering
digunakan dalam metode pengawasan kuantitatif meliputi:
) Pengawasan anggaran (budget).
2) Pemeriksaan efektivitas manajemen (management audit).
3) Analisis break-even (break even analysis).
5) Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu
pelaksanaan kegiatan (time erformance).
5. Teknik Pengawasan
Teknik pengawasan cenderung menggunakan dua macam
teknik yaitu:
. Pengawasan Langsung (direct control)\
Pengawasan langsung dilakukan pimpinan organisasi dengan
mengadakan pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang
dijalankan, pengawasan tersebut seperti direct insection to field (inspeksi langsung ke lapangan), on the sot observation
(observasi di tempat), dan on the sot reort (laporan di tempat).
2. Pengawasan Tidak Langsung (indirect control)
Pengawasan tidak langsung dilakukan pimpinan secara jarak
jauh. Biasanya dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh
para bawahan. Laporan ini bisa berbentuk tertulis maupun lisan.
Kekuatan dari pengawasan ini adalah waktu yang digunakan
relatif singkat dan tidak mengharuskan pimpinan untuk terjun
langsung ke lapangan. Selain itu teknik pengawasan ini juga
mempunyai kelemahan, yaitu laporan yang diterima kurang valid.
kepada pimpinannya. Padahal dalam pengambilan keputusan,
pimpinan harus mengetahui hal positif dan negatif sebagai alat
pertimbangan.
Pada dasarnya semua tipe, metode, dan teknik pengawasan yang
telah disebutkan di atas tidak berbeda dengan pembagian jenis
pengawasan menurut M. Manullang dalam bukunya “Dasar-dasar
Manajemen”. M. Manullang merangkum tipe, metode, dan teknik
pengawasan dan membaginya menjadi empat jenis, yaitu:
a. Berdasarkan subjek pengawasan
Berdasarkan subjek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern.
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang
atau badan yang di dalam lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan. Karenanya pengawasan semacam ini disebut juga
pengawasan vertikal atau formal. Pengawasan dalam bentuk ini
dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control).
Pengawasan melekat menurut Hadari Nawawi adalah proses
pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh
pimpinan unit/organisasi kerja secara berdaya guna dan berhasil
guna terhadap fungsi semua komponen yang ada di dalamnya
kekurangan-kekurangan agar dapat diperbaiki oleh pimpinan, demi tercapainya
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.
Pengawasan jenis ini biasanya disebut juga pengawasan social
(social control) atau pengawasan informal.
b. Berdasarkan waktu pengawasan
Berdasarkan waktu pengawasan, jenis pengawasan ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan refentif dan reresif. Pengawasan refentif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan di kemudian hari.
Pengawasan refentif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh seorang atasan langsung, sehingga penyimpangan
yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Pengawasan reresif adalah pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan, artinya
pengawasan tersebut dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam
pelaksanaan, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
c. Berdasarkan cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.
Berdasar pada cara mengumpulkan fakta-fakta guna
. Peninjauan ribadi (ersonal observation) adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat
sendiri pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengawasan melalui laoran lisan (oral reort) adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan
fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.
3. Pengawasan melalui laoran tertulis (written reort) adalah merupakan suatu pertanggungjawaban bawahan kepada
atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai
dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan
kepadannya.
4. Pengawasan melalui laoran keada hal-hal yang bersifat khusus (control by excetion) adalah suatu sistem pengawasan
yang ditujukan kepada soal-soal perkecualian. Pengawasan ini
hanya dilakukan apabila diterima laporan yang menunjukkan
adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.
d. Berdasarkan objek pengawasan
Pengawasan berdasarkan objek pengawasan dibedakan atas
pengawasan di bidang-bidang berikut: roduksi, keuangan, waktu,
6. Manfaat Pengawasan
Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk
digunakan, manfaat terpenting dari pengawasan antara lain:
1. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi
nyata organisasi tersebut berada.
. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi
rencana dengan efisien dan efektif.
3. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan
dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.
4. Langkah-langkah apa yang dapat segera diambil untuk
menghargai kinerja yang memuaskan.
5. Tindakan preventif apa yang dapat segera dilakukan agar deviasi
dari standar tidak terus berlanjut.
. Pembiayaan ud}a>rabah
. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah
Dalam perbankan konvensional, pemberian pinjaman uang
dengan memakai sistem bunga oleh bank terhadap nasabah disebut
dengan kredit. Hal itu berbeda dengan perbankan syariah yang
menggunakan sistem rofit sharing, pemberian pinjaman seperti itu disebut dengan pembiayaan. Kedua istilah ini memiliki perbedaan,
baik secara prinsip maupun operasional. Kredit menandakan adanya
pemisah jenjang sosial yakni bank sebagai debitur dan nasabah
sebagai kreditur. Sedangkan dalam istilah pembiayaan antara bank
dan nasabah terjalin sebuah prinsip at-ta’a>wun, sehingga terwujudlah
bentuk artnershi dalam operasionalnya.
Pembiayaan yang ada pada perbankan syariah berdasarkan pada
prinsip jual-beli (al-bay’i), prinsip sewa-beli (ija>rah muntahia bi
tamli>k) atau berdasarkan prinsip kemintraan (atnershi) yaitu prinsip penyertaan (musya>rakah) atau prinsip bagi hasil (mud}a>rabah).
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, kegiatan pembiayaan
berdasarkan sifat penggunaannya dibagi menjadi:
. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat
dibagi dalam:
. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi, (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of sace dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (caital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan
sebagai berikut.
a. Pembiayaan Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat
likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory)
yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material),
persediaan barang dalam proses (work in rocess), dan persediaan
barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash
financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).
Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut, bank syariah
menjalin hubungan artnershi dengan nasabah. Bank bertindak sebagai s}a>h}ib al-ma>l dan nasabah sebagai mud}a>rib. Fasilitas ini dapat
diberikan untuk jangka waktu tertentu. Bagi hasil yang dilakukan
Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut
beserta nisbah yang belum dibagikan kepada bank. Skema
pembiayaan seperti ini disebut dengan pembiayaan mud}a>rabah.
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan
investasi, yakni untuk keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek
baru.
Pembiayaan investasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: )
digunakan untuk pengadaan barang-barang modal, 2) mempunyai
perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, dan 3) berjangka
waktu menengah dan panjang.
Kata mud}a>rabah berasal dari kata d}arb, berarti memukul atau berjalan. Secara teknis, pengertian mud}a>rabah adalah suatu perjanjian
kerja sama antara dua pihak atau lebih. Pihak pertama menyediakan
seluruh modal 00%, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Mud}a>rabah juga biasa disebut dengan istilah lain, yaitu qira>d}.
Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak, mazhab Hanafi, Hambali dan Zaydi. Sedangakan orang Hijaz, mazhab Maliki dan
Syafi’i menyebutnya dengan istilah qira>d}. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara mud}a>rabah dan qira>d} mempunyai arti yang
Menurut bahasa, qira>d} diambil dari kata qard}u yang berarti
al-qot}’u (potongan), karena pemilik modal memberikan potongan dari
hartanya untuk diberikan kepada pengelola agar mengusahakan harta
tersebut, dan pengelola akan memberikan potongan dari laba yang
diperoleh. Atau juga bisa diambil dari kata al-muqa>rad}atu yang berarti
al-musa>wa>tu (kesamaan), sebab pemilik modal dan pengelola
memiliki hak yang sama terhadap laba.
Mud}a>rabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan
syariah. Pembiayaan ini digunakan sebagai transaksi pembiayaan
perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam
transaksi pembiayaan mud}a>rabah, yakni kepercayaan yang diberikan oleh pemilik modal atau s}a>h}ib al-ma>l kepada pengelola atau mud}a>rib.
Pemilik modal tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari
pengelola modal dan tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan
usaha yang notabene dibiayai menggunakan dana dari pemilik modal.
Hal yang boleh dilakukan antara lain adalah pemilik modal hanya
boleh memberikan saran-saran tertentu kepada pengelola modal dalam
menjalankan atau mengelola usaha tersebut.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang
dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut
ditanggung pihak pemodal, selama bukan akibat kecurangan,
tersebut terjadi akibat kecurangan, kecerobahan atau kelalaian yang
dilakukan oleh pengelola, maka pengelola harus menanggung kerugian
tersebut. Pengelola hanya menanggung kehilangan waktu, pikiran, dan
jerih payah yang telah dicurahkan selama mengelola atau menjalankan
usaha tersebut, serta resiko kehilangan kesempatan untuk memperoleh
sebagian dari pembagian nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Landasan Hukum Pembiayaan Mud}a>rabah
Landasan hukum pembiayaan mud}a>rabah juga diatur dalam Alquran, Alhadits, ijma’, qiyas, dan fatwa DSN No.
07/DSN-MUI/IV/2003.
a. Alquran
Ayat-ayat yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, antara lain
surat al-Muzammil, ayat 20 sebagai berikut:
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongandariorang-orangyangbersamakamu.danAllah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwakamusekali-kalitidakdapatmenentukanbatas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, KarenaituBacalahapayangmudah(bagimu)dariAlQuran. diamengetahuibahwaakanadadiantarakamuorang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagiberperangdijalanAllah,MakaBacalahapayangmudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nyadisisiAllahsebagaibalasanyangpalingbaik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.
Selain ayat di atas, terdapat ayat yang lain di dalam Alquran
yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, yakni surat al-Baqarah, ayat 98 sebagai berikut: perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
Selain diwajibkan salat bagi manusia, ia juga diharapkan
melakukan upaya dan ikhtiyar dalam hidup. Hal itu sesuai
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(al-Jumu’ah: 0).
b. Alhadits
Di antara hadits yang berkaitan dengan akad mud}a>rabah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari S}uhayb
bahwa Rasulullah saw bersabda:
ْْْْ
ْْْْْْْ
ْْْْ
ْْْْْْْْ
ْْْْ
ْْْْْْْْ
ْْْْْ
ْْْْْ
ْْْْْْْْ
ْْْْْ
ْْْْْْ
ْْْْْ
ْْْْْْْْ
ْْ
ْْْْْْْ
ْْْْْْْ
ْْْْْْْْْ
ْْْْْْْْْْْ
ْْْْْْْْْ
ْْْْْ
ْْْْْْ
ْْ
ْْْْْْْْْْْْْْ
ْْ
ْْْْْْْْْ
ْْْْْْْْ
ْْْْْْْْْْْْْ
ْْْْْْْْْْ
ْْْ
ْْْْْْْْْْ
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqa>ra>d}ah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at Tijarah).
c. Ijma’
Di antara ijma’ dalam mud}a>rabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa jamaah dari sahabat menggunakan harta anak
yatim untuk mud}a>rabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
Mud}a>rabah diqiyaskan kepada al-musyaqah (menyuruh
seseorang untuk mengelola kebun). Manusia di dunia ini dibagi
menjadi dua golongan, ada yang hidup dengan berkecukupan harta
(kaya) dan ada pula yang hidup berkekurangan (miskin). Di satu
sisi, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak
memiliki modal. dan di sisi lain tidak sedikit orang kaya yang
tidak dapat mengelola hartanya. Dengan demikian, manfaat
adanya mud}a>rabah adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan tersebut.
e. Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000.
. Pembiayaan mud}a>rabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk suatu
usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini, lembaga keuangan syariah sebagai
s}a>h}ib al-ma>l (pemilik dana) membiayai 00% kebutuhan suatu
proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak
sebagai mud}a>rib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak (lembaga keuangan sayraiah dengan
pengusaha).
keuangan syariah tidak ikut serta dalam managemen
perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dan pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam
bentuk tunai dan bukan piutang.
6. Lembaga keuangan syariah sebagai penyedia dana
menanggung semua kerugian akibat dari mud}a>rabah, kecuali jika mud}a>rib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mud}a>rabah tidak ada jaminan, namun agar mud}a>rib tidak melakukan penyimpangan,
lembaga keuangan syariah dapat meminta jaminan dari
mud}a>rib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mud}a>rib terbukti melakukan pelanggaran terhadap
hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh lembaga keuangan syariah
dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mud}a>rib.
0. Dalam hal penyandang dana (lembaga keuangan syariah) tidak
melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap