• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGAWASAN USAHA NASABAH DENGAN PEMBIAYAAN MUDARABAH DI KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PENGAWASAN USAHA NASABAH DENGAN PEMBIAYAAN MUDARABAH DI KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Tsaniyatul Karimah

NIM. C04210003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh TSANIYATUL

KARIMAH NIM.

C04210003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan bagaimana sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk merumuskan pemecahan masalah berdasarkan data-data. Data-data tersebut dihimpun melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Hal itu bertujuan menggambarkan fakta atau menjelaskan data mengenai bentuk usaha nasabah dan sistem pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya yang diterapkan terhadap usaha nasabahnya dengan pembiayaanmud{a>rabah.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah bentuk Perusahaan Perseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau Perusahaan Dagang (PD). Hal ini dikarenakan KJKS hanya memberikan pembiayaan kepada usaha yang dimiliki oleh satu orang. Selain itu, sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk memantau nasabah pembiayaan mud{a>rabah adalah pengawasan langsung dan tidak langsung, yakni pengawasan langsung yang dilaksanakan sendiri oleh Manajer KJKS dan pengawasan tidak langsung yang dilaksanakan oleh utusan KJKS. Namun KJKS memiliki strategi khusus, yakni dengan rekening bersama yang selama ini terbukti efektif untuk memantau dan meminimalisasi kemungkinan penyimpangan keuangan usaha nasabah.

(7)

SAMPUL DALAM ... i A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian... 15

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15

G. Definisi Operasional ... 16

H. Metode Penelitian... 17

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan... 18

3. Data dan Sumber Data ... 18

4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

5. Teknik Pengolahan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 23

(8)

1. Pengertian Pengawasan ... 26

2. Tahapan-tahapan Pengawasan ... 30

3. Tipe-tipe Pengawasan ... 33

4. Metode Pengawasan ... 35

5. Teknik Pengawasan ... 37

6. Manfaat Pengawasan ... 41

B. Pembiayaan Mud}a>rabah... 41 1. Pengertian PembiayaanMud}a>rabah ... 41

2. Landasan Hukum PembiayaanMud}a>rabah ... 47

3. Jenis-jenis PembiayaanMud}a>rabah ... 52

4. Rukun dan Syarat PembiayaanMud}a>rabah ... 52

BAB III BENTUK USAHA NASABAH PEMBIAYAAN

MUD{A>RABAH DAN SISTEM PENGAWASAN PADA KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA

A. Profil KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 55

B. Visi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 56

C. Misi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... D. Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... E. Deskripsi Tugas pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... F. Produk-produk KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... G. Kriteria Penerima Pembiayaan Mud{a>rabah KJKS Pilar

Mandiri Surabaya ... H. Bentuk-bentuk Usaha Nasabah dengan Pembiayaan

(9)

Surabaya ... BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA

(10)
(11)
(12)

A. Latar ฀elakang Masalah

฀Berwirausaha฀ merupakan฀ bagian฀ dari฀ salah฀ satu฀ aktivitas฀฀ kehidupan฀ manusia฀ di฀ dunia.฀ Hal฀ itu฀ disebabkan฀ karena฀ keberadaan฀ manusia฀ sebagai฀ ฀hali>fah fi> al-‘ard}฀ untuk฀ memakmurkan฀ bumi฀ dan฀ membawanya฀ ke฀ arah฀ yang฀ lebih฀ baik.฀ Akan฀ tetapi,฀ suatu฀ kenyataan฀ bahwa฀aktivitas฀berwirausaha฀merupakan฀bidang฀kehidupan฀yang฀kurang฀ berkembang฀ secara฀ memuaskan฀ di฀ kalangan฀ masyarakat฀ pribumi,฀ khususnya฀ bagi฀ umat฀ muslim฀ Indonesia.฀ Keberadaan฀ wirausaha฀ muslim฀ saat฀ini฀sangat฀dibutuhkan.฀Meraka฀tidak฀hanya฀membantu฀memperbaiki฀ perekonomian฀saja฀melainkan฀selalu฀menjadikan฀Rasulullah฀SAW฀sebagai฀ teladan฀ dalam฀ menjalankan฀ bisnisnya.฀ Sehingga฀ mereka฀ menjadi฀ wirausaha฀muslim฀yang฀selalu฀berpegang฀teguh฀pada฀ajaran฀Islam.฀Selain฀ itu฀ia฀harus฀memiliki฀sifat฀ulet,฀profesional,฀jujur,฀memegang฀amanah,฀dan฀ terpercaya.

(13)

melainkan akan bernilai ibadah pula.฀Sebagaimana฀disebutkan฀dalam฀surat฀ segala฀ penjurunya฀ dan฀ makanlah฀ sebahagian฀ dari฀ rezki-Nya.฀ dan฀ Hanya฀ kepada-Nya-lah฀kamu฀(kembali฀setelah)฀dibangkitkan”.฀

Surat฀ al-Mulk฀ ayat฀ 15,฀ memberikan฀ perintah฀ kepada฀ manusia฀ untuk฀ memenuhi฀ segala฀ kebutuhannya฀ dan฀ untuk฀ memenuhi฀ kebutuhan฀ tersebut,฀ hendaknya฀ manusia฀ mau฀ berusaha฀ untuk฀ mendapatkannya฀ dengan฀cara฀bekerja฀(berusaha).฀Dan฀segala฀apa฀yang฀dikerjakan฀manusia฀ di฀ bumi฀ akan฀ diminta฀ pertanggungjawabannya฀ di฀ akhirat฀ nanti,฀ dan฀ hal฀ inilah฀yang฀harus฀selalu฀diingat฀oleh฀manusia.฀

Selain฀ surat฀ al-Mulk฀ ayat฀ 15,฀ surat฀ an-Naba’฀ ayat฀ 10-11฀ juga฀ menjelaskan฀tentang฀anjuran฀berusaha฀atau฀bekerja.

฀฀฀   

“Dan฀kami฀jadikan฀malam฀sebagai฀pakaian.฀Dan฀kami฀jadikan฀siang฀untuk฀ mencari฀penghidupan”.฀

(14)

manusia฀untuk฀mengembangkan฀usaha฀agar฀bermanfaat฀pada฀diri฀sendiri฀ dan฀orang฀lain.฀

Dalam฀ menjalankan฀ kegiatan฀ usaha฀ tidak฀ selalu฀ berjalan฀ mulus,฀ adakalanya฀ untung,฀ merugi,฀ bahkan฀ gulung฀ tikar฀ (gagal).฀ Hal฀ itu฀ disebabkan฀oleh฀5฀faktor,฀฀yaitu:฀1)฀kurangnya฀pengetahuan฀tentang฀pasar,฀ 2)฀keusangan฀produk,฀seperti฀model฀yang฀tertinggal,฀kemasan฀yang฀kurang฀ menarik,฀ sehingga฀ menyebabkan฀ produk฀ kurang฀ diminati.฀ 3)฀ kurangnya฀ promosi.฀ Produk฀ yang฀ kurang฀ dikenal฀ oleh฀ konsumen฀ akan฀ menjadi฀ produk฀ yang฀ tidak฀ diketahui฀ apa฀ saja฀ atribut฀ positifnya.฀ 4)฀ daur฀ hidup฀ produk฀ atau฀ siklus฀ kehidupan฀ produk.฀ Semua฀ produk฀ akan฀ melewati฀ empat฀ masa,฀ dimulai฀ dari฀ masa฀ perkenalan,฀ masa฀ pertumbuhan,฀ masa฀ kedewasaan,฀ dan฀ yang฀ terakhir฀ masa฀ kemunduran.฀ Masa฀ kemunduran฀ adalah฀ masa฀ yang฀ paling฀ dikhawatirkan฀ oleh฀ para฀ usahawan,฀ karena฀ apabila฀ tidak฀ ada฀ kesiapan฀ dalam฀ menghadapinya,฀ maka฀ usaha฀ tersebut฀ akan฀terus฀mundur฀dan฀“kolaps”,฀dan฀5)฀kurangnya฀modal.฀

(15)

Koperasi฀ Jasa฀ Keuangan฀ Syariah฀ (KJKS)฀ merupakan฀ salah฀ satu฀ lembaga฀ keuangan฀ syariah฀ yang฀ kegiatan฀ usahanya฀ bergerak฀ di฀ bidang฀ pembiayaan,฀ investasi,฀ dan฀ simpanan฀ sesuai฀ dengan฀ pola฀ bagi฀ hasil฀ berdasarkan฀ prinsip-prinsip฀ syariah.฀ KJKS฀ memiliki฀ unit฀ simpan฀ pinjam฀ yang฀ terdiri฀ dari฀ dua฀ bentuk฀ usaha,฀ yaitu฀ simpanan฀ dan฀ pinjaman฀ atau฀ pembiayaan.฀ Simpanan฀ adalah฀ dana฀ yang฀ dipercayakan฀ oleh฀ anggota,฀ calon฀ anggota,฀ KJKS฀ lain,฀ dan฀ atau฀ anggotanya.฀ Sedangkan฀ pinjaman฀ atau฀ pembiayaan฀ adalah฀ penyediaan฀ uang฀ berdasarkan฀ perjanjian฀ atau฀ kesepakatan฀ pinjam฀ meminjam฀ antara฀ KJKS฀ dengan฀ anggota,฀ calon฀ anggota,฀ KJKS฀ lain฀ dan฀ atau฀ anggotanya,฀ yang฀ mewajibkan฀ pihak฀ peminjam฀untuk฀melunasi฀hutangnya฀setelah฀jangka฀waktu฀tertentu.฀

Mekanisme฀ keuangan฀ syariah฀ dengan฀ model฀ bagi฀ hasil฀ berhubungan฀ dengan฀ penghimpunan฀ dana฀ dan฀ pembiayaan,฀ terutama฀฀ berkaitan฀ dengan฀ produk฀ penyertaan฀ atau฀ kerjasama฀ usaha.฀ Dalam฀ pengembangan฀ produknya,฀ dikenal฀ dengan฀ istilah฀ s}a>h}ib al-ma>l dan฀ mud}a>rib.฀S}a>h}ib al-ma>l merupakan฀ pemilik฀ dana฀ yang฀ mempercayakan฀

dananya฀pada฀lembaga฀keuangan฀syariah.฀Seperti฀KJKS฀untuk฀mengelola฀ sesuai฀dengan฀perjanjian.฀Sedangkan฀mud}a>rib฀adalah฀kelompok฀orang฀atau฀ badan฀yang฀memperoleh฀dana฀untuk฀dijadikan฀modal฀usaha฀atau฀investasi.฀ Kerjasama฀tersebut฀disebut฀dengan฀akad฀mud}a>rabah.

(16)

telah฀ disepakati฀ pada฀ kontrak,฀ sedangkan฀ apabila฀ mengalami฀ kerugian฀ akan฀ ditanggung฀ oleh฀ pemilik฀ modal฀ selama฀ kerugian฀ itu฀ bukan฀ akibat฀ pengelola.฀ Seandainya฀ kerugian฀ itu฀ diakibatkan฀ karena฀ kecurangan฀ atau฀ kelalaian฀ pengelola,฀ pengelola฀ harus฀ bertanggung฀ jawab฀ atas฀ kerugian฀ tersebut.฀฀ Selain฀ itu฀ pembiayaan฀ mud{a>rabah฀ juga฀ harus฀ didasari฀ kepercayaan฀pihak฀s{a>h{ib al-ma>l฀atau฀pemilik฀modal฀kepada฀mud{a>rib atau฀ pengelola฀modal.฀฀

Secara฀ khusus฀mud}a>rabah฀ merupakan฀ salah฀ satu฀ roda฀ penggerak฀ perekonomian฀ suatu฀ negara฀ dengan฀ prinsip฀ bagi฀ hasil.฀ Dalam฀ hal฀ ini,฀ sektor฀ riil฀ akan฀ secara฀ signifikan฀ terus฀ tumbuh฀ dan฀ akhirnya฀ akan฀ meningkatkan฀ perekonomian฀ secara฀ umum.฀ Lebih฀ dari฀ itu,฀ pola฀ pembiayaan฀bagi฀hasil,฀selain฀merupakan฀esensi฀pembiayaan฀syariah,฀juga฀ lebih฀ cocok฀ untuk฀ menggiatkan฀ sektor฀ riil,฀ karena฀ meningkatkan฀ hubungan฀ langsung฀ dan฀ pembagian฀ resiko฀ antara฀ pemilik฀ modal฀ dengan฀ pengelola.฀฀ Meskipun฀ pembiayaan฀mud{a>rabah memiliki฀ pengaruh฀ positif฀ dalam฀ pertumbuhan฀ perekonomian,฀ akan฀ tetapi฀ masih฀ sedikit฀ sekali฀ peminat฀dari฀pembiayaan฀ini.฀Rendahnya฀minat฀penggunaan฀pembiayaan฀ mud{a>rabah dapat฀ disebabkan฀ oleh฀ besarnya฀ resiko฀ dan฀ tanggungjawab฀

(17)

Surabaya฀telah฀ada฀sejak฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀ini฀berdiri.฀Selain฀ itu,฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ juga฀ menawarkan฀ beberapa฀ macam฀ pembiayaan.฀Misalnya฀pembiayaan฀mura>bah}ah,฀qard} al-h}asan,฀ija>rah,฀dan฀ h}awa>lah.฀ Salah฀ satu฀฀ produk฀ pembiayaan฀ yang฀ ditawarkan฀ oleh฀ KJKS฀

Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ yakni฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ mampu฀ memberikan฀ bantuan฀ modal฀ pengembangan฀ usaha฀ kepada฀ nasabah฀ dengan฀ nominal฀ yang฀ cukup฀ besar,฀ yaitu฀ sampai฀ dengan฀ lebih฀ dari฀ Rp฀ 10.000.000,-฀ dan฀ nisbah฀ yang฀ disepakati฀ bersama฀ telah฀disesuaikan฀dengan฀kemampuan฀nasabah.฀

Menurut฀ data฀ yang฀ diperoleh฀ dari฀ kantor฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀terdapat฀kurang฀lebih฀3800฀orang฀warga฀binaan฀dan฀2500฀orang฀ diantaranya฀ menggunakan฀ pembiayaan฀qard} al-h}asan,฀ jumlah฀ ini฀ sangat฀ tinggi฀ dibandingkan฀ dengan฀ warga฀ binaan฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀yang฀hanya฀berjumlah฀sekitar฀8฀orang฀saja,฀hal฀ini฀ disebabkan฀ adanya฀ keraguan฀ pada฀ diri฀ nasabah฀ pada฀ kemampuannya฀ mengembalikan฀ modal฀ yang฀ diberikan฀ oleh฀ KJKS.฀ Pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dikhususkan฀ untuk฀

pembiayaan฀ produktif฀ seperti฀ modal฀ usaha,฀ sedangkan฀ pembiayaan฀qard} al-h}asan฀ ditujukan฀ kepada฀ warga฀ binaan฀฀ agar฀ tidak฀ bergantung฀ kepada฀

(18)

pula.฀ Misalnya฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ berbentuk฀ Usaha฀ Dagang฀ (UD)฀ atau฀ Perusahaan฀Perorangan.฀

Nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ yang฀ berjumlah฀ kurang฀ lebih฀ 8฀ orang฀ tersebut฀฀ tersebar฀ di฀ beberapa฀ kota฀ di฀ pulau฀ Jawa,฀ termasuk฀ di฀ Jawa฀ Barat.฀ Untuk฀ melakukan฀ proses฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ nasabah฀ yang฀ berada฀di฀luar฀kota฀harus฀datang฀langsung฀ke฀kantor฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀ yang฀ berlokasi฀ di฀ Perum฀ IKIP฀ Gunung฀ Anyar฀ B-48฀ Surabaya.฀฀ Sehingga฀ dapat฀diketahui฀bahwa฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah pada฀KJKS฀Pilar฀ Mandiri฀ tidak฀ hanya฀ berada฀ di฀ Jawa฀ Timur,฀ khususnya฀ kota฀ Surabaya฀ saja,฀melainkan฀di฀beberapa฀kota฀di฀pulau฀Jawa.฀

Saat฀ ini฀ masalah฀ kredit฀ macet฀ banyak฀ dialami฀ oleh฀ bank฀ dan฀ lembaga฀ keuangan฀ di฀ Indonesia,฀ misalnya฀ pada฀ Bank฀ Syariah฀ Mandiri฀ yang฀ mengalami฀ peningkatan฀ rasio฀ pembiayaan฀ bermasalah฀ atau฀Non Performing finance (NPF)฀ per฀ Juni฀ 2014฀ menjadi฀ level฀ 12,5%฀ dari฀ level฀

7,1%฀ pada฀ tahun฀ 2013.฀฀ Cara฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ untuk฀ mengatasi฀ masalah฀ kredit฀ macet฀ pada฀ pembiayaan฀ mud{a>rabah adalah฀dengan฀rekening฀bersama.฀

(19)

belum฀ pernah฀ terjadi฀ permasalahan฀ pembiayaan฀ seperti฀ kredit฀ macet฀ ataupun฀ nasabah฀ yang฀ kabur฀ dari฀ tanggungjawabnya฀ mengangsur฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ sehingga฀ pembukaan฀rekening฀bersama฀dirasa฀menjadi฀strategi฀yang฀paling฀efektif฀ dalam฀pengawasan฀usaha฀nasabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

Melihat฀keadaan฀seperti฀itu,฀maka฀perlu฀adanya฀pengawasan฀yang฀ dilakukan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀kepada฀nasabah฀pembiayaan฀ mud}a>rabah฀untuk฀mengontrol฀penggunaan฀modal฀usaha฀oleh฀nasabah.฀Hal฀

itu฀ bertujuan฀ untuk฀ mengetahui฀ perkembangan฀ usaha฀ yang฀ dibiayainya,฀ terlebih฀lagi฀usaha฀yang฀dibiayai฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀tidak฀ hanya฀ berada฀ di฀ wilayah฀ Jawa฀ Timur฀ saja.฀ Pengawasan฀ ini฀ sangat฀ dibutuhkan฀untuk฀mengantisipasi฀kemungkinan฀terjadinya฀penyimpangan-penyimpangan฀ dalam฀ pelaksanaan฀ kesepakatan฀ yang฀ telah฀ disetujui฀ oleh฀ kedua฀ belah฀ pihak.฀ Selain฀ itu฀ juga฀ untuk฀ mengetahui฀ keefektifan฀ pemberian฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ pengembangan฀ usaha฀ yang฀ dilakukan฀oleh฀nasabah.

Ada฀ banyak฀ sebutan฀ bagi฀ fungsi฀ pengawasan,฀ antara฀ lain฀ controlling, evaluating, appraising,฀ atau฀correcting.฀ Sebutan฀controlling

(20)

pekerjaan฀yang฀sedang฀dilaksanakan฀berjalan฀sesuai฀dengan฀rencana฀yang฀ telah฀ditentukan฀sebelumnya.฀

Pengawasan฀dalam฀pandangan฀Islam฀dilakukan฀untuk฀meluruskan฀ yang฀ tidak฀ lurus,฀ mengoreksi฀ yang฀ salah,฀ dan฀ membenarkan฀ yang฀ hak.฀ Pengawasan฀ dalam฀ Islam฀ terbagi฀ menjadi฀ dua,฀ pertama,฀ pengawasan฀ berasal฀dari฀diri฀sendiri฀yang฀bersumber฀dari฀tauhid฀dan฀keimanan฀kepada฀ Allah.฀Seseorang฀yang฀yakin฀bahwa฀Allah฀selalu฀mengawasi฀hamba-Nya,฀ maka฀ orang฀ tersebut฀ akan฀ bertindak฀ hati-hati.฀Kedua,฀ pengawasan฀ yang฀ berasal฀ dari฀ luar฀ diri฀ sendiri.฀ Sistem฀ pengawasan฀ ini฀ terdiri฀ atas฀ mekanisme฀ pengawasan฀ pimpinan฀ yang฀ berkaitan฀ dengan฀ penyelesaian฀ tugas฀yang฀telah฀didelegasikan,฀kesesuaian฀antara฀penyelesaian฀tugas฀dan฀ perencanaan฀tugas,฀dan฀lain-lain.฀

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ peneliti฀ tertarik฀ untuk฀ meneliti฀ lebih฀ dalam฀ mengenai฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dalam฀ mengawasi฀ semua฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀dibiayainya฀serta฀perkembangan฀usaha฀tersebut.

฀. Identifikasi dan ฀atasan Masalah 1. Identifikasi฀Masalah

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ dapat฀ diidentifikasikan฀ masalah฀sebagai฀berikut:

(21)

b. Jenis-jenis฀ lembaga฀ keuangan฀ syariah฀ nonbank฀ yang฀ ada฀ di฀ Indonesia.

c. Macam-macam฀produk฀yang฀ditawarkan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri. d. Bentuk-bentuk฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀KJKS฀

Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

e. Bentuk-bentuk฀ pengawasan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ terhadap฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.

2. Batasan฀Masalah

Mengingat฀ luasnya฀ masalah฀ dalam฀ studi฀ ini,฀ maka฀ diperlukan฀ adanya฀pembatasan฀masalah฀agar฀pembahasan฀lebih฀terfokus฀yaitu: a. Bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀

KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

b. Analisis฀ sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ dapat฀ dirumuskan฀ beberapa฀permasalahan฀sebagai฀berikut:

1. Bagaimana฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya?

(22)

D. Kajian Pustaka

Kajian฀ pustaka฀ adalah฀ deskripsi฀ singkat฀ mengenai฀ kajian฀ atau฀ penelitian฀yang฀sudah฀dilakukan฀di฀seputar฀masalah฀yang฀diteliti฀sehingga฀ terlihat฀ jelas฀ bahwa฀ kajian฀ yang฀ akan฀ dilakukan฀ ini฀ tidak฀ merupakan฀ pengulangan฀duplikasi฀dari฀kajian฀atau฀penelitian฀yang฀telah฀ada.฀

Secara฀ umum,฀ penelitian฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀ dan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀telah฀dilakukan฀oleh฀banyak฀peneliti฀sebelumnya.฀ Adapun฀di฀antara฀penelitian฀tersebut฀adalah฀sebagai฀berikut:

1. Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Ana฀ Yatim dan Fa฀ir Mis฀in Al-Kahfi Surabaya, oleh฀Nurul฀Jannatin.฀Skripsi฀ini฀membahas฀

tentang฀ fungsi฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ Yayasan฀ Anak฀ Yatim฀ dan฀ Fakir฀ Miskin฀ Al-Kahfi฀ Surabaya฀ dalam฀ mengawasi฀ program฀ kerjanya.฀ Hasil฀ penelitian฀ tersebut฀ antara฀ lain฀ fungsi฀ pengawasan฀ program฀ kerja฀ Yayasan฀ Anak฀ Yatim฀ dan฀ Fakir฀ Miskin฀ Surabaya,฀ dilakukan฀ dengan฀ dua฀ cara฀ yakni pengawasan langsung,฀ ketua฀ yayasan฀ meninjau฀ langsung฀ ke฀ lapangan฀ dan฀ mengamati฀ serta฀ menilai฀ program฀ kerja.฀ Selain฀ itu,฀ pengawasan tidak฀ langsung฀ juga฀ dilakukan,฀ yaitu฀ berupa฀ laporan-laporan฀ tertulis฀ yang฀ disampaikan฀ pada฀ rapat฀ bulanan,฀ sekaligus฀ laporan฀ lisan฀ yang฀ disampaikan฀ pengurus฀kepada฀ketua฀yayasan.

(23)

penerapan฀sistem฀pengawasan฀kerja฀di฀Bank฀Rakyat฀Indonesia฀Syariah฀ Surabaya฀ telah฀ menerapkan฀ sebagian฀ proses฀ pengawasan฀ yaitu฀ penentuan฀dan฀penetapan฀standar฀yaitu฀menggunakan฀standar฀tujuan,฀ karena฀ organisasi฀ ini฀ menerapkan฀ sistem฀ pengawasan฀ langsung฀ dan฀ tidak฀langsung,฀untuk฀pengukuran฀dilaksanakan฀perbulan฀yaitu฀setiap฀ satu฀ bulan฀ sekali฀ diadakan฀ pertemuan฀ yang฀ isinya฀ membahas฀ semua฀ kegiatan฀operasional฀kerja฀yang฀sudah฀dilakukan฀maupun฀yang฀sedang฀ dengan฀metode฀diskusi฀langsung.

3. Analisis Pembiayaan Mud}a>rabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah

Surabaya), oleh฀ Nazilatul฀ Muna.฀ Penelitian฀ ini฀ membahas฀ tentang฀

pengaruh฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ terhadap฀ perubahan฀ pendapatan฀ usaha฀ kecil.฀ Dan฀ hasil฀ dari฀ penelitian฀ tersebut฀ diketahui฀ gambaran฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ di฀ BMT฀ Amanah฀ Ummah฀ Surabaya฀ dan฀ dugaan฀ rata-rata฀ pendapatan฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ melakukan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ di฀ BMT฀ Amanah฀ Ummah฀ Surabaya฀ mengalami฀peningkatan฀setelah฀melakukan฀pembiayaan฀dibandingkan฀ dengan฀sebelum฀melakukan฀pembiayaan.

4. Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Kelaya฀an Perila฀u Calon Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah Mi฀ro,

(24)

mendapatkan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ Penelitian฀ ini฀ juga฀ memaparkan฀ bahwa฀ ada฀ 6฀ faktor,฀ yaitu฀ 6C฀(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economic dan Compliance)฀ dalam฀

menganalisis฀ penilaian฀ pembiayaan.฀ Dan฀ hasil฀ penelitian฀ ini฀ menyebutkan฀bahwa฀pada฀KJKS฀BMT฀Amanah฀Ummah฀terdapat฀satu฀ faktor฀ yang฀ dominan฀ dalam฀ penilaian฀ kelayakan฀ calon฀ nasabah฀ pembiyaan฀mud}a>rabah฀mikro,฀yakni฀faktor฀character.

5. Analisis Usaha Mi฀ro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mud}a>rabah dari BMT At-Taqwa Halmahera Di Kota Semarang, oleh฀

Fitri฀ Ananda.฀฀ Dalam฀ penelitian฀ ini,฀ peneliti฀ menganalisis฀ perbedaan฀ dan฀perkembangan฀Usaha฀Mikro฀dan฀Kecil฀(UMK)฀antara฀sebelum฀dan฀ sesudah฀ memperoleh฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ dari฀ BMT฀ At฀ Taqwa฀ Halmahera฀ yang฀ meliputi฀ modal฀ usaha,฀ omzet฀ penjualan฀ dan฀ keuntungan.฀ Hasil฀ penelitian฀ tersebut฀ diketahui฀ adanya฀ peningkatan฀ modal฀usaha฀sebesar฀92%,฀peningkatan฀penjualan฀sebesar฀103%,฀dan฀ peningkatan฀keuntungan฀sebesar฀65%฀yang฀dialami฀oleh฀pelaku฀usaha฀ mikro฀ dan฀ kecil฀ setelah฀ mendapatkan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ dari฀ BMT฀At฀Taqwa฀Halmahera฀di฀kota฀Semarang.฀

6. Efe฀tivitas Pembiayaan Mud}a>rabah Oleh Ban฀ Syariah Mandiri Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo, oleh฀ Laily฀ Sa’adah.฀ Penelitian฀ ini฀ menjelaskan฀

(25)

CV฀ Arto฀ Metal฀ dari฀ bahaya฀ bunga฀ dan฀ perolehan฀ keuntungan฀ yang฀ terus฀ meningkat฀ sehingga฀ CV฀ Arto฀ Metal฀ kembali฀ mengajukan฀ pembiayaan฀di฀tahun฀berikutnya.

Berdasarkan฀ beberapa฀ penelitian,฀ secara฀ khusus฀ sampai฀ saat฀ ini฀ belum฀ ada฀ yang฀ membahas฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀suatu฀lembaga฀keuangan฀seperti฀KJKS.฀Atas฀ dasar฀ itu,฀ peneliti฀ tertarik฀ untuk฀ melakukan฀ penelitian฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀usaha฀nasabah฀฀pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀KJKS.฀

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan฀ rumusan฀ masalah฀ di฀ atas,฀ maka฀ tujuan฀ yang฀ ingin฀ dicapai฀dalam฀penelitian฀ini฀adalah฀untuk฀sebagai฀berikut:

1. Untuk฀ mendeskripsikan฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

2. Untuk฀ menganalisis฀ sistem฀ pengawasan฀ terhadap฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀pembiayaan฀mud}a>rabah di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan฀Teoritas

a. Diharapkan฀ dapat฀ berguna฀ untuk฀ membangun,฀ memperkuat฀ dan฀ menyempurnakan฀teori฀yang฀telah฀ada.฀

(26)

diteliti,฀ dengan฀ menjadikannya฀ sebagai฀ sumber฀ informasi฀ bagi฀ penulis฀ dan฀ pihak฀ lain฀ yang฀ ingin฀ mengetahui฀ permasalahan฀ tersebut฀secara฀mendalam.

2. Kegunaan฀Praktis

a. Sebagai฀ referensi฀ pada฀ organisasi฀ atau฀ perusahaan฀ secara฀ umum฀ dalam฀menggunakan฀teori฀pemberian฀modal฀kerja,฀pendampingan฀ dan฀ pembinaan฀ dalam฀ pengembangan฀ usaha฀ serta฀ teori฀ pengawasan฀pembiayaan.

b. Sebagai฀ tambahan฀ referensi฀ agar฀ dapat฀ mengembangkan฀ sistem฀ pengawasan฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ KJKS฀ Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

G. Definisi Operasional

Dari฀judul฀penelitian฀di฀atas,฀terdapat฀beberapa฀penjelasan฀tentang฀ pengertian฀yang฀bersifat฀operasional฀dan฀konsep฀atau฀variabel฀penelitian฀ sehingga฀ bisa฀ dijadikan฀ acuan฀ dalam฀ menelusuri,฀ menguji฀ atau฀ menukar฀ variabel฀tersebut฀melalui฀penelitian,฀yakni:

1. Sistem฀pengawasan฀usaha฀nasabah.

(27)

penyimpangan-penyimpangan,฀serta฀mengambil฀tindakan฀koreksi฀yang฀ diperlukan฀ untuk฀ menjamin฀ bahwa฀ sumber฀ daya฀ perusahaan฀ dipergunakan฀dengan฀cara฀paling฀efektif฀dan฀efisien฀dalam฀pencapaian฀ tujuan-tujuan฀perusahaan.

2. Pembiayaan฀mud}a>rabah.

Pembiayaan฀mud}a>rabah adalah฀ perjanjian฀ antara฀ penanam฀ dana฀ dan฀ pengelola฀ dana฀ untuk฀ melakukan฀ usaha฀ tertentu,฀ dengan฀ pembagian฀keuntungan฀antara฀kedua฀belah฀pihak฀sesuai฀dengan฀nisbah฀ yang฀telah฀disepakati฀sebelumnya.฀

3. KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ adalah฀ salah฀ satu฀ koperasi฀ di฀ Surabaya฀yang฀kegiatan฀usahanya฀bergerak฀di฀bidang฀pembiayaan฀dan฀ simpanan฀sesuai฀pola฀bagi฀hasil.

H. Metode Penelitian 1. Jenis฀Penelitian

Penelitian฀ ini฀ termasuk฀ jenis฀ penelitian฀ lapangan฀ atau฀ field research.฀Hal฀itu฀disebabkan฀karena฀kegiatan฀penelitian฀dilakukan฀di฀

lokasi฀ yang฀ sebenarnya.฀ Penelitian฀ ini฀ digunakan฀ untuk฀ melihat฀ fenomena฀atau฀perilaku฀yang฀terjadi฀di฀lapangan.

(28)

Dalam฀ penelitian฀ ini,฀ penulis฀ akan฀ menganalisis฀ sistem฀ pengawasan฀yang฀digunakan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀dalam฀ mengontrol฀ penggunaan฀ modal฀ usaha฀ dan฀ perkembangan฀ usaha฀ yang฀ telah฀dibiayai.

2. Lokasi฀Penelitian฀dan฀Alasan฀Pemilihan

Penelitian฀ ini฀ dilakukan฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Yayasan฀ Nurul฀ Hayat฀ Surabaya฀ yang฀ berlokasi฀ Perum฀ IKIP฀ Gunung฀ Anyar฀ B-48฀ Surabaya.฀ Alasan฀ peneliti฀ memilih฀ penelitian฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ini฀karena฀ingin฀mengetahui฀sistem฀pengawasan฀pada฀usaha฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀Surabaya.

3. Data฀dan฀Sumber฀Data a. Data฀

Data฀ adalah฀ semua฀ hasil฀ observasi฀ atau฀ pengukuran฀ yang฀ telah฀ dicatat฀ untuk฀ suatu฀ keperluan฀ tertentu.฀฀ Data฀ yang฀ diambil฀ untuk฀penelitian฀ini฀adalah฀

(29)

dan฀ data฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ dilakukan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀Surabaya.฀

2. Data฀ Sekunder฀ adalah฀ data฀ yang฀ diterbitkan฀ atau฀ digunakan฀ oleh฀ organisasi฀ yang฀ bukan฀ pengolahan.฀฀ Data฀ tersebut฀ diperoleh฀ peneliti฀ dari฀ kantor฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ meliputi฀ data฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dan฀ data฀ profil฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀Hayat.

b. Sumber฀Data

Sumber฀ data฀ adalah฀ sumber฀ darimana฀ data฀ akan฀ digali,฀ sumber฀ tersebut฀ bisa฀ berupa฀ orang,฀ dokumen฀ pustaka,฀ barang,฀ keadaan,฀atau฀lainnya.฀

a. Sumber฀ Primer฀ adalah฀ sumber฀ pertama฀ dimana฀ sebuah฀ data฀ dihasilkan,฀฀yaitu฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀ Hayat,฀yakni฀keterangan฀dari฀pihak-pihak฀yang฀terkait฀dengan฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ yaitu฀ manajer฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀Hayat.฀

(30)

pendukung฀ ini฀ berasal฀ dari฀ buku-buku฀ maupun฀ literatur฀ lain฀ yang฀meliputi:

1. Fatwa฀DSN฀No.฀07/DSN-MUI/IV/2000

2. Muhammad฀Syafi’i฀Antonio,฀Ban฀ Syariah Dari Teori Ke Pra฀ti฀.

3. M.฀Manullang,฀Dasar-dasar Manajemen. 4. Rachmat฀Syafe’i,฀Fiqih Muamalah.

5. Sondang฀P.฀Siagian,฀Manajemen Strateji฀. 6. T.฀Hani฀Handoko,฀Manajemen.

Data฀ dan฀ sumber฀ data฀ yang฀ diperlukan฀ oleh฀ peneliti฀ ini฀ adalah฀ data฀literatur,฀data฀dokumenter,฀dan฀data฀empirik฀atau฀lapangan.฀Data฀ yang฀ diperlukan฀ meliputi฀ data฀ tentang฀ bentuk฀ usaha฀ milik฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah dan฀ data฀ tentang฀ sistem฀ yang฀digunakan฀untuk฀mengawasi฀atau฀mengontrol฀penggunaan฀modal฀ usaha฀dengan฀akad฀pembiayaan฀mud}a>rabah.฀Peneliti฀memperoleh฀data฀ dari฀manajer฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.฀Data฀tersebut฀digunakan฀ untuk฀ memperoleh฀ keterangan-keterangan฀ yang฀ berkaitan฀ dengan฀ sistem฀ pengawasan฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀Pilar฀Mandiri.฀

4. Teknik฀Pengumpulan฀Data

(31)

peneliti฀untuk฀mendapatkan฀informasi฀atau฀keterangan฀maupun฀bukti-bukti฀ yang฀ diperlukan฀ untuk฀ melakukan฀ penelitian.฀ Dalam฀ pengumpulan฀data฀dapat฀menggunakan฀metode:

a. Observasi

Observasi฀sering฀disebut฀juga฀sebagai฀metode฀pengamatan.฀ Ringkasnya฀ metode฀ observasi฀ adalah฀ cara฀ pengumpulan฀ data฀ dengan฀ melakukan฀ pencatatan฀ secara฀ cermat฀ dan฀ sistematik.฀ Dalam฀ penelitian฀ ini฀ peneliti฀ terjun฀ langsung฀ ke฀ lapangan,฀ yakni฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ selain฀ itu฀ juga฀ peneliti฀ akan฀ mengamati฀ cara-cara฀ yang฀ digunakan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀dalam฀melakukan฀pengawasan฀kepada฀usaha฀nasabah.฀ b. Wawancara฀(Interview)

Menurut฀ pengertiannya฀ wawancara฀ (interview)฀ adalah฀ metode฀ pengumpulan฀ data฀ dengan฀ cara฀ bertanya฀ langsung฀ (berkomunikasi฀ langsung)฀ dengan฀ responden.฀฀ Dalam฀ hal฀ ini,฀ peneliti฀ akan฀ melakukan฀ wawancara฀ kepada฀ pihak-pihak฀ yang฀ terkait,฀yaitu฀Manajer฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀dan฀nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah.

c. Dokumentasi

(32)

5. Teknik฀Pengolahan฀Data

a. Editing,฀ yaitu฀ pemeriksaan฀ kembali฀ dari฀ semua฀ data฀ yang฀ diperoleh฀ terutama฀ dari฀ segi฀ kelengkapannya,฀ kejelasan฀ makna,฀ keselarasan฀antara฀data฀yang฀ada฀dan฀relevansi฀dengan฀penelitian.฀ Dalam฀hal฀ini,฀penulis฀akan฀mengambil฀data฀yang฀akan฀dianalisis฀ dengan฀rumusan฀masalah฀saja.

b. Organiting,฀yaitu฀menyusun฀sekaligus฀mensistematiskan฀data฀yang฀ diperoleh฀ dengan฀ memaparkan฀ apa฀ yang฀ telah฀ direncanakan฀ sebelumnya฀sehingga฀siap฀dilakukan฀analisis฀lebih฀lanjut.฀Peneliti฀ melakukan฀ pengelompokan฀ data฀ yang฀ dibutuhkan฀ untuk฀ menganalis฀ dan฀ menyusun฀ data฀ tersebut฀ dengan฀ sistematis฀ untuk฀ memudahkan฀penulis฀dalam฀menganalisa฀data.

c. Analisis Data,฀yaitu฀proses฀penyederhanaan฀data฀ke฀bentuk฀yang฀ lebih฀mudah฀dibaca฀dan฀diinterpretasikan฀.

d. Penemuan Hasil,฀ yaitu฀ dengan฀ menganalisis฀ data฀ yang฀ telah฀ diperoleh฀dari฀penelitian฀untuk฀memperoleh฀kesimpulan฀mengenai฀ kebenaran฀fakta฀yang฀ditemukan,฀yang฀akhirnya฀menjadi฀jawaban฀ atas฀rumusan฀masalah.

6. Teknik฀Analisis฀Data

(33)

pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ dalam฀ mengawasi฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ Kemudian฀ data฀ tersebut฀ dianalisis฀dalam฀pengaruhnya฀terhadap฀ketepatan฀penggunaan฀sistem฀ pengawasan฀ di฀ KJKS฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ dengan฀ mud}a>rabah.

Teknik฀ deskriptif฀ analisis฀ digunakan฀ peneliti฀ untuk฀ menggambarkan฀ atau฀ menjelaskan฀ data฀ yang฀ telah฀ diperoleh฀ dari฀ wawancara,฀ observasi,฀ dan฀ studi฀ dokumen.฀ Dengan฀ demikain฀ data฀ yang฀ sudah฀ terkumpul฀ kemudian฀ dijelaskan,฀ sehingga฀ berbagai฀ masalah฀yang฀timbul฀dapat฀diuraikan฀dengan฀jelas฀dan฀tepat.฀

I. Sistematika Pembahasan

Sistem฀pembahasan฀ini฀bertujuan฀agar฀penyusunan฀skripsi฀terarah฀ sesuai฀dengan฀bidang฀kajian฀dan฀untuk฀mempermudah฀pembahasan,฀dalam฀ skripsi฀ ini฀ dibagi฀ menjadi฀ lima฀ bab,฀ dari฀ lima฀ bab฀ terdiri฀ dari฀ beberapa฀ sub-sub.฀ Bab฀ satu฀ dengan฀ yang฀ lainnya฀ saling฀ berhubungan฀ sebagai฀ pembahasan฀ yang฀ utuh.฀ Adapun฀ sistematika฀ pembahasan฀ adalah฀ sebagai฀ berikut:

(34)

Bab฀฀edua,฀ merupakan฀ pembahasan฀ tentang฀ landasan฀ teori฀ yang฀ memuat฀ tentang฀ deskripsi฀ pengawasan,฀ meliputi:฀ pengertian,฀ tahapan,฀ tipe-tipe,฀ metode,฀ teknik฀ serta฀ manfaat.฀ Sedangkan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah,฀ yang฀ meliputi:฀ pengertian฀ pembiayaan฀mud}a>rabah,฀ landasan฀

hukum฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah,฀ jenis-jenis฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah,฀ rukun,฀dan฀syarat฀pembiayaan฀mud}a>rabah.

Bab฀฀etiga,฀ pada฀ bab฀ ini฀ merupakan฀ pembahasan฀ tentang฀ profil฀ singkat,฀ visi฀ dan฀ misi,฀ struktur฀ kepengurusan,฀ personalia฀ dan฀ deskripsi฀ tugas,฀ jenis-jenis฀ produk,฀ kriteria฀฀ penerima฀ pembiayaan,฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ serta฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ dalam฀mengawasi฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah.

Bab฀฀eempat,฀ merupakan฀ analisis฀ terkait฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀dan฀sistem฀pengawasan฀pada฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀dengan฀ mud}a>rabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

(35)

A. Pengawasan

฀. Pengertian Pengawasan

Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan. Sedangkan

menurut T. Hani Handoko, pengawasan antara lain adalah proses

untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen

tercapai. Selain itu menurut M. Manullang, pengawasan merupakan

suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah

dilaksanakan, menilainya, dan mengoreksi bila perlu dengan maksud

supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan

keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional

guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,

pengawasan adalah suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh

manajemen untuk memastikan segala sesuatu yang telah direncanakan

dan diorganisasikan berjalan sesuai dengan standar yang telah

ditentukan. Apabila tidak berjalan dengan semestinya, maka harus

(36)

dilakukan koreksi terhadap kegiatan yang sedang berjalan agar tetap

mencapai apa yang telah direncanakan.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk

menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan

atas tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan pengawasan akan lebih

efektif apabila dilakukan sebelum terjadi penyelewengan atau

penyimpangan. Sehingga lebih bersifat mencegah (pengawasan

฀reventif) dibandingkan dengan tindakan pengawasan yang dilakukan

sesudah terjadinya penyimpangan (pengawasan re฀resif). Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu pelaksanakan kebijakan

yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan

secara efektif dan efisien.

Kata “pengawasan” sering dianggap memiliki konotasi yang

tidak menyenangkan. Pengawasan dianggap akan mengancam

kebebasan dan otonomi pribadi. Pengawasan yang berlebihan akan

menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang

akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Sebaliknya

pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan

sumber daya dan menyulitkan pencapaian tujuan. Sehingga seorang

manajer harus menemukan keseimbangan antara pengawasan

organisasi dan pengawasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan

(37)

Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah

tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu

penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan

kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengantisipasi

kasus-kasus tersebut dan menjamin tercapainya tujuan, maka perlu

adanya pengawasan dalam sebuah organisasi. Adapun faktor-faktor

penyebab pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi,

antara lain:

a. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tidak dapat dihindari. Melalui

fungsi pengawasan, manajer mendeteksi perubahan-perubahan

yang berpengaruh pada barang atau jasa organisasi. Sehingga

mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan

yang diciptakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

b. Peningkatan kom฀leksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan

berhati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa

kualitas dan profitabilitas atau keuntungan tetap terjaga.

Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan

lebih efisien dan efektif. Yang dimaksud dengan pengawasan

efektif adalah

฀. Pengawasan yang lebih menjamin pada tindakan-tindakan

(38)

terjadinya deviasi atau penyimpangan selama kegiatan

operasional berlangsung sehingga dapat diambil tindakan

sedini mungkin. Apabila penyimpangan tersebut terus

berlanjut dapat diartikan bahwa tidak terlaksanakannya

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang

efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan

menemukan siapa yang salah, melainkan mencari dan

menemukan faktor penyebab ketidakberesan dalam

operasionalisasi rencana, meskipun hal ini pada akhirnya harus

ditemukan.

2. Selain itu, pengawasan harus bermanfaat sebagai instrumen

untuk menentukan bentuk imbalan dan penghargaan bagi

mereka yang menampilkan perilaku yang positif dan kinerja

yang memuaskan.

c. Kesalahan-kesalahan. Bila bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi

pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering

membuat kesalahan-kesalahan. Sistem pengawasan

memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut

sebelum menjadi kritis.

d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Ketika manajer mendelegasikan sebuah wewenang kepada bawahannya,

(39)

Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah

melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah

dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem

tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas

bawahan.

2. Tahapan-tahapan Pengawasan

Dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan suatu organisasi,

dibutuhkan paling tidak lima tahapan atau langkah.

฀. Peneta฀an standar ฀elaksanaan, tujuannya adalah sebagai sasaran atau target pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk patokan

dalam pengambilan keputusan. Ada tiga bentuk standar umum yang

digunakan:

a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah

langganan, dan kualitas produk.

b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan

mencangkup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,

pendapatan penjualan, dan sejenisnya.

c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu

suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.

(40)

3. Pengukuran ฀elaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan

dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus.

Cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a)

pengamatan atau observasi, b) laporan (lisan atau tertulis), c)

metode otomatis, dan d) inspeksi, pengujian atau pengambilan

sampel.

4. Perbandingan ฀elaksanaan dengan standar dan analisa ฀enyim฀angan. Kegiatan itu digunakan untuk mengetahui penyebab

terjadinya penyimpangan sehingga dapat dilakukan analisis

penyebabnya. Selain itu juga digunakan sebagai alat pengambilan

keputasan bagi manajer.

5. Pengambilan tindakan koreksi bila di฀erlukan. Bila terjadi penyimpangan, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan.

Namun sebaliknya apabila dalam proses pengawasan berlangsung

dengan mengukur hasil kerja dengan membandingkan dengan

standar tetapi tidak menemukan adanya penyimpangan, maka

tindakan koreksi tidak perlu dilakukan. Menurut Ulbert Silalahi,

terdapat dua tindakan korektif, yaitu:

a. Tindakan korektif segera (immediate corrective action) atau

yang sering dilukiskan sebagai ฀utting out fires, yaitu tindakan koreksi terhadap berbagai hal yang masih merupakan

(41)

Pembandingan kegiatan dengan standar dan analisa

penyimpangan Pengukuran pelaksanaan

kegiatan

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

Penetapan standar pelaksanaan kegiatan

Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

b. Tindakan korektif mendasar (basic corrective action) yaitu

tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi atau kasus-kasus. Dengan kata lain, melakukan tindakan

koreksi terhadap deviasi atau penyimpangan yang terjadi dengan

terlebih dahulu mencari serta mendapatkan sumber-sumber

informasi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan.

Secara umum, tahapan-tahapan pengawasan digambarkan

sebagai berikut:

= Tindakan koreksi

3. Tipe-tipe Pengawasan

Pengawasan dasar dibagi menjadi beberapa tipe, seperti

diungkapkan oleh T. Hani Handoko. Fungsi pengawasan dapat dibagi

(42)

a. Pengawasan ฀endahuluan (feedforward control) atau biasa disebut

dengan steering controls. Pengawasan ini dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau

penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan

koreksi untuk dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu

terselesaikan. Pendekatan pengawasan pendahuluan ini lebih aktif

dan agresif, yakni dengan mendeteksi masalah-masalah dan

mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah

terjadi.

b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan ฀elaksanaan kegiatan (concurrent control) atau pengawasan “iya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”. Pengawasan ini dilakukan

selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini

merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus

disetujui dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum

kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam

peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan

pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan um฀an balik (feedback controls) atau ฀ast-action controls. Pengawasan ini bertujuan mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab

penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan

(43)

di masa depan. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran

dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Ketiga bentuk pengawasan di atas sangat bermanfaat bagi

manajemen. Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dan

pengawasan yang dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent

control) memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi

dan tetap dapat mencapai tujuan. Namun kedua tipe pengawasan

tersebut memiliki beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terlebih

dahulu sebelum penggunaannya, yaitu biaya keduanya mahal, banyak

kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dimonitor secara

terus-menerus, dan pengawasan dilakukan secara berlebihan akan

menjadikan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, manajemen

harus memilih penggunakan tipe pengawasan yang sesuai dengan

situasi tertentu.

Pengawasan umpan balik (feedback control) juga memberikan

manfaat yang besar bagi suatu manajemen. Pengawasan ini akan

memberikan informasi yang aktual, faktual, mutakhir, lengkap, dan

dapat dipercaya akan memberikan manfaat semaksimal mungkin

dalam peningkatan kinerja suatu organisasi di masa depan. Artinya

dengan berpatokan pada pengawasan umpan balik, suatu organisasi

dapat mengevaluasi kinerja organisasi dan mengetahui

(44)

4. Metode Pengawasan

Metode pengawasan dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Metode ฀engawasan non-kuantitatif adalah metode-metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya metode ini untuk mengawasi

keseluruhan (overall) ฀erformance organisasi. Teknik yang sering

digunakan dalam metode pengawasan non-kuantitatif meliputi:

฀. Pengamatan atau observasi (control by observation).

2. Inspeksi teratur dan langsung (control by regular and s฀ot

ins฀ection).

3. Pelaporan lisan dan tertulis (control by re฀ort).

4. Evaluasi pelaksanaan atau penilaian kegiatan.

5. Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan

suatu kegiatan

b. Metode ฀engawasan kuantitatif. Metode pengawasan ini cenderung menggunakan data khusus dan data yang spesifik.

Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur dan memeriksa

kuantitas dan kualitas keluaran (out฀ut). Teknik yang sering

digunakan dalam metode pengawasan kuantitatif meliputi:

฀) Pengawasan anggaran (budget).

2) Pemeriksaan efektivitas manajemen (management audit).

3) Analisis break-even (break even analysis).

(45)

5) Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu

pelaksanaan kegiatan (time ฀erformance).

5. Teknik Pengawasan

Teknik pengawasan cenderung menggunakan dua macam

teknik yaitu:

฀. Pengawasan Langsung (direct control)\

Pengawasan langsung dilakukan pimpinan organisasi dengan

mengadakan pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang

dijalankan, pengawasan tersebut seperti direct ins฀ection to field (inspeksi langsung ke lapangan), on the s฀ot observation

(observasi di tempat), dan on the s฀ot re฀ort (laporan di tempat).

2. Pengawasan Tidak Langsung (indirect control)

Pengawasan tidak langsung dilakukan pimpinan secara jarak

jauh. Biasanya dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh

para bawahan. Laporan ini bisa berbentuk tertulis maupun lisan.

Kekuatan dari pengawasan ini adalah waktu yang digunakan

relatif singkat dan tidak mengharuskan pimpinan untuk terjun

langsung ke lapangan. Selain itu teknik pengawasan ini juga

mempunyai kelemahan, yaitu laporan yang diterima kurang valid.

(46)

kepada pimpinannya. Padahal dalam pengambilan keputusan,

pimpinan harus mengetahui hal positif dan negatif sebagai alat

pertimbangan.

Pada dasarnya semua tipe, metode, dan teknik pengawasan yang

telah disebutkan di atas tidak berbeda dengan pembagian jenis

pengawasan menurut M. Manullang dalam bukunya “Dasar-dasar

Manajemen”. M. Manullang merangkum tipe, metode, dan teknik

pengawasan dan membaginya menjadi empat jenis, yaitu:

a. Berdasarkan subjek pengawasan

Berdasarkan subjek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern.

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang

atau badan yang di dalam lingkungan unit organisasi yang

bersangkutan. Karenanya pengawasan semacam ini disebut juga

pengawasan vertikal atau formal. Pengawasan dalam bentuk ini

dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau

pengawasan melekat (built in control).

Pengawasan melekat menurut Hadari Nawawi adalah proses

pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh

pimpinan unit/organisasi kerja secara berdaya guna dan berhasil

guna terhadap fungsi semua komponen yang ada di dalamnya

(47)

kekurangan-kekurangan agar dapat diperbaiki oleh pimpinan, demi tercapainya

tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh

unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.

Pengawasan jenis ini biasanya disebut juga pengawasan social

(social control) atau pengawasan informal.

b. Berdasarkan waktu pengawasan

Berdasarkan waktu pengawasan, jenis pengawasan ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan ฀refentif dan re฀resif. Pengawasan ฀refentif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap

suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga

dapat mencegah terjadinya penyimpangan di kemudian hari.

Pengawasan ฀refentif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh seorang atasan langsung, sehingga penyimpangan

yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Pengawasan re฀resif adalah pengawasan yang dilakukan

terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan, artinya

pengawasan tersebut dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam

pelaksanaan, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan

kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

c. Berdasarkan cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.

Berdasar pada cara mengumpulkan fakta-fakta guna

(48)

฀. Peninjauan ฀ribadi (฀ersonal observation) adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat

sendiri pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan melalui la฀oran lisan (oral re฀ort) adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan

fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.

3. Pengawasan melalui la฀oran tertulis (written re฀ort) adalah merupakan suatu pertanggungjawaban bawahan kepada

atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai

dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan

kepadannya.

4. Pengawasan melalui la฀oran ke฀ada hal-hal yang bersifat khusus (control by exce฀tion) adalah suatu sistem pengawasan

yang ditujukan kepada soal-soal perkecualian. Pengawasan ini

hanya dilakukan apabila diterima laporan yang menunjukkan

adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

d. Berdasarkan objek pengawasan

Pengawasan berdasarkan objek pengawasan dibedakan atas

pengawasan di bidang-bidang berikut: ฀roduksi, keuangan, waktu,

(49)

6. Manfaat Pengawasan

Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk

digunakan, manfaat terpenting dari pengawasan antara lain:

1. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi

nyata organisasi tersebut berada.

฀. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi

rencana dengan efisien dan efektif.

3. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan

dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.

4. Langkah-langkah apa yang dapat segera diambil untuk

menghargai kinerja yang memuaskan.

5. Tindakan preventif apa yang dapat segera dilakukan agar deviasi

dari standar tidak terus berlanjut.

฀. Pembiayaan ฀ud}a>rabah

฀. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah

Dalam perbankan konvensional, pemberian pinjaman uang

dengan memakai sistem bunga oleh bank terhadap nasabah disebut

dengan kredit. Hal itu berbeda dengan perbankan syariah yang

menggunakan sistem ฀rofit sharing, pemberian pinjaman seperti itu disebut dengan pembiayaan. Kedua istilah ini memiliki perbedaan,

baik secara prinsip maupun operasional. Kredit menandakan adanya

(50)

pemisah jenjang sosial yakni bank sebagai debitur dan nasabah

sebagai kreditur. Sedangkan dalam istilah pembiayaan antara bank

dan nasabah terjalin sebuah prinsip at-ta’a>wun, sehingga terwujudlah

bentuk ฀artnershi฀ dalam operasionalnya.

Pembiayaan yang ada pada perbankan syariah berdasarkan pada

prinsip jual-beli (al-bay’i), prinsip sewa-beli (ija>rah muntahia bi

tamli>k) atau berdasarkan prinsip kemintraan (฀atnershi฀) yaitu prinsip penyertaan (musya>rakah) atau prinsip bagi hasil (mud}a>rabah).

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, kegiatan pembiayaan

berdasarkan sifat penggunaannya dibagi menjadi:

฀. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun

investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan.

Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat

dibagi dalam:

฀. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi

(51)

jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan

kualitas atau mutu hasil produksi, (b) untuk keperluan

perdagangan atau peningkatan utility of s฀ace dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (ca฀ital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu.

Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan

sebagai berikut.

a. Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat

likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory)

yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material),

persediaan barang dalam proses (work in ฀rocess), dan persediaan

barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja

merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash

financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).

Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut, bank syariah

menjalin hubungan ฀artnershi฀ dengan nasabah. Bank bertindak sebagai s}a>h}ib al-ma>l dan nasabah sebagai mud}a>rib. Fasilitas ini dapat

diberikan untuk jangka waktu tertentu. Bagi hasil yang dilakukan

(52)

Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut

beserta nisbah yang belum dibagikan kepada bank. Skema

pembiayaan seperti ini disebut dengan pembiayaan mud}a>rabah.

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan

investasi, yakni untuk keperluan penambahan modal guna

mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek

baru.

Pembiayaan investasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ฀)

digunakan untuk pengadaan barang-barang modal, 2) mempunyai

perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, dan 3) berjangka

waktu menengah dan panjang.

Kata mud}a>rabah berasal dari kata d}arb, berarti memukul atau berjalan. Secara teknis, pengertian mud}a>rabah adalah suatu perjanjian

kerja sama antara dua pihak atau lebih. Pihak pertama menyediakan

seluruh modal ฀00%, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.

Mud}a>rabah juga biasa disebut dengan istilah lain, yaitu qira>d}.

Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak, mazhab Hanafi, Hambali dan Zaydi. Sedangakan orang Hijaz, mazhab Maliki dan

Syafi’i menyebutnya dengan istilah qira>d}. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara mud}a>rabah dan qira>d} mempunyai arti yang

(53)

Menurut bahasa, qira>d} diambil dari kata qard}u yang berarti

al-qot}’u (potongan), karena pemilik modal memberikan potongan dari

hartanya untuk diberikan kepada pengelola agar mengusahakan harta

tersebut, dan pengelola akan memberikan potongan dari laba yang

diperoleh. Atau juga bisa diambil dari kata al-muqa>rad}atu yang berarti

al-musa>wa>tu (kesamaan), sebab pemilik modal dan pengelola

memiliki hak yang sama terhadap laba.

Mud}a>rabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan

syariah. Pembiayaan ini digunakan sebagai transaksi pembiayaan

perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan

kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam

transaksi pembiayaan mud}a>rabah, yakni kepercayaan yang diberikan oleh pemilik modal atau s}a>h}ib al-ma>l kepada pengelola atau mud}a>rib.

Pemilik modal tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari

pengelola modal dan tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan

usaha yang notabene dibiayai menggunakan dana dari pemilik modal.

Hal yang boleh dilakukan antara lain adalah pemilik modal hanya

boleh memberikan saran-saran tertentu kepada pengelola modal dalam

menjalankan atau mengelola usaha tersebut.

Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang

dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut

ditanggung pihak pemodal, selama bukan akibat kecurangan,

(54)

tersebut terjadi akibat kecurangan, kecerobahan atau kelalaian yang

dilakukan oleh pengelola, maka pengelola harus menanggung kerugian

tersebut. Pengelola hanya menanggung kehilangan waktu, pikiran, dan

jerih payah yang telah dicurahkan selama mengelola atau menjalankan

usaha tersebut, serta resiko kehilangan kesempatan untuk memperoleh

sebagian dari pembagian nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2. Landasan Hukum Pembiayaan Mud}a>rabah

Landasan hukum pembiayaan mud}a>rabah juga diatur dalam Alquran, Alhadits, ijma’, qiyas, dan fatwa DSN No.

07/DSN-MUI/IV/2003.

a. Alquran

Ayat-ayat yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, antara lain

surat al-Muzammil, ayat 20 sebagai berikut:

(55)

seperdua฀ malam฀ atau฀ sepertiganya฀ dan฀ (demikian฀ pula)฀ segolongan฀dari฀orang-orang฀yang฀bersama฀kamu.฀dan฀Allah฀ menetapkan฀ ukuran฀ malam฀ dan฀ siang.฀ Allah฀ mengetahui฀ bahwa฀kamu฀sekali-kali฀tidak฀dapat฀menentukan฀batas-batas฀ waktu-waktu฀ itu,฀ Maka฀ dia฀ memberi฀ keringanan฀ kepadamu,฀ Karena฀itu฀Bacalah฀apa฀yang฀mudah฀(bagimu)฀dari฀Al฀Quran.฀ dia฀mengetahui฀bahwa฀akan฀ada฀di฀antara฀kamu฀orang-orang฀ yang฀ sakit฀ dan฀ orang-orang฀ yang฀ berjalan฀ di฀ muka฀ bumi฀ mencari฀ sebagian฀ karunia฀ Allah;฀ dan฀ orang-orang฀ yang฀ lain฀ lagi฀berperang฀di฀jalan฀Allah,฀Maka฀Bacalah฀apa฀yang฀mudah฀ (bagimu)฀ dari฀ Al฀ Quran฀ dan฀ Dirikanlah฀ sembahyang,฀ tunaikanlah฀ zakat฀ dan฀ berikanlah฀ pinjaman฀ kepada฀ Allah฀ pinjaman฀ yang฀ baik.฀ dan฀ kebaikan฀ apa฀ saja฀ yang฀ kamu฀ perbuat฀ untuk฀ dirimu฀ niscaya฀ kamu฀ memperoleh฀ (balasan)nya฀di฀sisi฀Allah฀sebagai฀balasan฀yang฀paling฀baik฀ dan฀ yang฀ paling฀ besar฀ pahalanya.฀ dan฀ mohonlah฀ ampunan฀ kepada฀ Allah;฀ Sesungguhnya฀ Allah฀ Maha฀ Pengampun฀ lagi฀ Maha฀Penyayang.

Selain ayat di atas, terdapat ayat yang lain di dalam Alquran

yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, yakni surat al-Baqarah, ayat ฀98 sebagai berikut: perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

Selain diwajibkan salat bagi manusia, ia juga diharapkan

melakukan upaya dan ikhtiyar dalam hidup. Hal itu sesuai

(56)

฀   

฀฀

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(al-Jumu’ah: ฀0).

b. Alhadits

Di antara hadits yang berkaitan dengan akad mud}a>rabah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari S}uhayb

bahwa Rasulullah saw bersabda:

ْْْْ

ْْْْْْْ

ْْْْ

ْْْْْْْْ

ْْْْ

ْْْْْْْْ

ْْْْْ

ْْْْْ

ْْْْْْْْ

ْْْْْ

ْْْْْْ

ْْْْْ

ْْْْْْْْ

ْْ

ْْْْْْْ

ْْْْْْْ

ْْْْْْْْْ

ْْْْْْْْْْْ

ْْْْْْْْْ

ْْْْْ

ْْْْْْ

ْْ

ْْْْْْْْْْْْْْ

ْْ

ْْْْْْْْْ

ْْْْْْْْ

ْْْْْْْْْْْْْ

ْْْْْْْْْْ

ْْْ

ْْْْْْْْْْ

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqa>ra>d}ah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at Tijarah).

c. Ijma’

Di antara ijma’ dalam mud}a>rabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa jamaah dari sahabat menggunakan harta anak

yatim untuk mud}a>rabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.

(57)

Mud}a>rabah diqiyaskan kepada al-musyaqah (menyuruh

seseorang untuk mengelola kebun). Manusia di dunia ini dibagi

menjadi dua golongan, ada yang hidup dengan berkecukupan harta

(kaya) dan ada pula yang hidup berkekurangan (miskin). Di satu

sisi, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak

memiliki modal. dan di sisi lain tidak sedikit orang kaya yang

tidak dapat mengelola hartanya. Dengan demikian, manfaat

adanya mud}a>rabah adalah untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan tersebut.

e. Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000.

฀. Pembiayaan mud}a>rabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk suatu

usaha yang produktif.

2. Dalam pembiayaan ini, lembaga keuangan syariah sebagai

s}a>h}ib al-ma>l (pemilik dana) membiayai ฀00% kebutuhan suatu

proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak

sebagai mud}a>rib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan

pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak (lembaga keuangan sayraiah dengan

pengusaha).

(58)

keuangan syariah tidak ikut serta dalam managemen

perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dan pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam

bentuk tunai dan bukan piutang.

6. Lembaga keuangan syariah sebagai penyedia dana

menanggung semua kerugian akibat dari mud}a>rabah, kecuali jika mud}a>rib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mud}a>rabah tidak ada jaminan, namun agar mud}a>rib tidak melakukan penyimpangan,

lembaga keuangan syariah dapat meminta jaminan dari

mud}a>rib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mud}a>rib terbukti melakukan pelanggaran terhadap

hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme

pembagian keuntungan diatur oleh lembaga keuangan syariah

dengan memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mud}a>rib.

฀0. Dalam hal penyandang dana (lembaga keuangan syariah) tidak

melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap

Gambar

Gambar Mesin

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden atas pertanyan-pertanyaan yang diajukan sebagaimana dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa 1). Responden memahami arti

 Hasil riset : hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar (90%) hasil lain berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK)..  Potensi kayu:

 bahan lain $@, drip pipe, dsb( sebagai komponen jaringan. Dan gambarkan layout jaringannya, mulai dari sumber air<pompa.. )egulating 5tick<Dripper  3.. Dari pembahasan

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung ditandai dengan klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas, TD : 120/90 mmHg, suhu

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh makna kerja dan budaya organisasi terhadap perilaku kewargaan organisasi pada guru di SMAN X dapat diambil

[r]

Semua kegiatan perencanaan kebutuhan bahan baku pada PT LePrim Globalindo Utama harus ditentukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, untuk itu ditentukan

sebagian keluarga di Indonesia. Komunikasi dan interaksi sosial antara orang tua dan anak menjadi terbatas dan kurang berkualitas. Akibatnya proses tumbuh