• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 SOOKO MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 SOOKO MOJOKERTO."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA

NEGERI 1 SOOKO MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh:

Ahmad Fiqih Ahsani Zaim

D31210103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Fiqih Ahsani Zaim, Ahmad. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Surabaya. Pembimbing: Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag.

Kata kunci: Implemetasi, Pendekatan Saitifik, Pendidikan Agama Islam

Latar belakang penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam rangka menciptakan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan kurikulum tahun 2013 untuk diterapkan pada sekolah/ madrasah. Bersama dengan penerapan kurikulum 2013, pemerintah mewajibkan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah atau disebut pendekatan saintifik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam mengimplemetasikan pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X-1 di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menganalisa bagaimana proses pembelajaran pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X-1 di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto telah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat bahwa guru melaksanakan proses pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dengan mengamati melalui observasi, menanya melalui mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi melalui melakukan percobaan, mengasosiasi melalui

menalar, dan mengkomunikasikan melalui membentuk jaringan, dengan

(6)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A.Pendekatan Saintifik ... 13

(7)

xi

2. Menanya ... 22

3. Mengumpulkan Informasi ... 24

4. Mengasosiasi ... 25

5. Mengkomunikasikan ... 27

B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 28

2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 36

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 43

A.Gambaran Umum SMA Negeri 1 Sooko ... 43

1. Sejarah Singkat ... 43

2. Visi dan Misi ... 46

3. Letak Geografis ... 47

4. Sarana Prasarana ... 47

B. Metode Penelitian ... 48

1. Jenis Penelitian ... 48

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

a. Subjek Penelitian ... 49

b. Objek Penelitian ... 49

3. Metode Pengumpulan Data ... 50

a. Metode Observasi ... 50

(8)

xii

c. Metode Dokumentasi ... 51

4. Uji Keabsahan Data ... 52

5. Metode Analisis Data ... 52

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS ... 56

A.Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Sooko ... 56

1. Perencanaan ... 59

a. Mengkaji Silabus ... 60

b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran ... 62

c. Menentukan Tujuan Pembelajaran ... 66

d. Menggunakan Metode dan Strategi Pembelajaran ... 68

e. Menggunakan Media, Alat, dan Sumber Belajar ... 69

f. Penilaian ... 71

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 73

a. Mengamati ... 74

b. Menanya ... 75

c. Mmengumpulkan informasi ... 76

d. Mengasosiasi ... 77

e. Mengkomunikasikan ... 77

3. Prinsip Pembelajaran ... 78

a. Berpusat pada peserta didik ... 79

(9)

xiii

c. Kondisi menyenangkan dan menantang ... 80

d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, kinestetika ... 81

e. Strategi dan metode menyenangkan ... 82

C. Analisis ... 83

1. Hasil implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di kelas X-1 SMA Negeri 1 Sooko ... 83

a. Pendahuluan ... 84

b. Inti... 85

c. Penutup ... 93

2. Hambatan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Sooko ... 94

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 100

(10)

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I : Proses pembelajaran K13 ... 14

GAMBAR II : Komponen aktivitas ilmiah ... 18

GAMBAR III : Langkah-langkah pembelajaran saintifik ... 19

GAMBAR IV : Mengamati ... 87

GAMBAR V : Menanya ... 88

GAMBAR VI : Mengumpulkan informasi ... 90

GAMBAR VII : Mengasosiasi ... 91

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab

melalui pendidikan dapat dibentuk kepribadian anak. Pendidikan juga merupakan

salah satu kebutuhan manusia dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi

yang ada pada diri manusia.

Untuk menuju ke arah efisiensi dalam mengelola pendidikan, kegiatan belajar

mengajar di sekolah idealnya harus mengarah pada kemandirian peserta didik

dalam belajar. Menurut teori kontruktivisme, peserta didik harus dapat

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabilaaturan-aturan

itu tidak sesuai lagi.1

Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan.

Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari kurikulum

sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah

telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untk diterapkan pada

sekolah/madrasah. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi

pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan

strategi pembelajaran kurikulum sebelumnya. Perlu ada perubahan mindset dari

1

(12)

2

metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola

baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.

Pada kurikulum sebelumnya, proses pembelajaran di kelas masih kurang

mendapat perhatian. Belum semua guru melakukan inovasi pada kegiatan inti

pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, kegiatan inti pembelajaran sering disebut

dengan methodology. Bagi semua pemegang kebijakan serta semua pelaksana

pendidikan sangat penting untuk melihat metodologi pembelajaran pada

Kurikilum Tahun 2013. Metodologi ini menggamit pendekatan dan strategi

pembelajaran. Pada penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran ini, guru

masih berbeda pendapat. Ada istilah pendekatan pembelajaran, model

pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan strategi

pembelajaran. Hal ini bila diperbincangkan akan menimbulkan hal yang bersifat

debatable. Oleh karena itu, bagi guru yang terpenting adalah mengubah mindset

dan memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran

yang diterapkan pada kurikulum tahun 2013 ini dengan baik, sesuai dengan

standar proses yang telah disyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan

oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian banyak mata

pelajaran di sekolah yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan

watak dan pembinaan bangsa.2 Pendidikan Agama Islam dilakukan untuk

2 Aminuddin, Aliaras Wahid, Moh. Rofiq, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan

(13)

3

mempersiapkan peserta didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran

Islam.3

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara

konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah

diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu

pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pada kurikulum PAI tujuan akhir dari

PAI yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya berbangsa dan bernegara.4

Mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak

mulia serta mencari kebenaran-kebenaran permasalahan agama secara ilmiah

merupakan tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran PAI.

Dengan demikian materi pendidikan Agama bukan hanya mengajarkan

pengetahuan tentang Agama tetapi materi itu pun harus berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika serta dapat membentuk

kepribadian peserta didik agar memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat.

Pembelajaran pada hakikatnya sangat terkait dengan bagaimana membangun

interaksi yang baik antara dua komponen yaitu guru dan peserta didik. Dalam

interaksi di kelas, guru menjadi pusat perhatian dari para peserta didik. Mulai dari

3 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian

Muslim), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 4.

(14)

4

penampilan, kemampuan mengajar, sikap, kedisiplinan mengajar serta hal-hal

kecil yang terkadang lepas dari perhatian guru pun dapat menjadi objek penilaian

peserta didik terhadap gurunya. Tak jarang, peserta didik melakukan imitasi

terhadap kebiasaan atau pola pikir dari guru tersebut.

Interaksi yang baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan dimana guru

dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh

kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai

kebutuhan mereka. Karena itu, setiap pembelajaran terutama pembelajaran Agama

hendaknya berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum

dan mengkorelasikannya dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik.5

Selama ini, dalam pembelajaran guru PAI menjelaskan materi masih sebatas

kira-kira, khayalan dan dongeng semata, tanpa menunjukan fakta atau fenomena

yang ada di sekitar peserta didik dan pembelajaran dalam keadaan pasif yaitu guru

menerangkan, peserta didik mendengarkan, guru bertanya peserta didik menjawab

dan seterusnya. Sehingga materi yang disampaikan kurang bermakna bagi peserta

didik. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki

dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen

kurikulum. Selain itu, pelajaran yang disajikan guru kurang menantang peserta

didik untuk berpikir, akibatnya peserta didik tidak senang dengan pelajaran yang

disampaikan guru.

5 Ahmad Munjir Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama

(15)

5

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu proses pembelajaran pada

kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan

menggunakan pendekatan ilmiah. Sebagaimana Permendikbud No. 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mengisyaratkan tentang

perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan

saintifik/ ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses

pembelajaran disebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari

keberadaan Kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta

didik. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.6

Alasan pentingnya pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pelaksanaan

pembelajaran antara lain; Pertama, produk pendidikan dasar dan menengah

belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan

kemampuan anak-anak bangsa lain. Kedua, pendidik perlu memperkuat

kemampuannya dalam memfasilitasi peserta didik agar terlatih berpikir logis,

sistematis, dan ilmiah.

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah,

selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi

pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk

(16)

6

melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau

kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta didik dibelajarkan dan

dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini

apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berfikir

logis, runtut dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi

(High Order Thingking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang

berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom Practice” telah

mengingatkan tentang pentingnya membelajarkan para peserta didik tentang

fakta-fakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.7

Melihat realitas tersebut, dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan

global dan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, oleh karena itu sebagai pendidik

guru PAI sedapat mungkin harus menciptakan pembelajaran selain dengan tetap

mengacu pada Standar Proses dimana pembelajarannya diciptakan suasana yang

memuat Ekplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi, juga dengan mengedepankan

kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan. Sehingga peserta didik akan dapat dengan benar menguasai

materi yang dipelajari dengan baik dan peserta didik dapat menemukan sendiri

informasi yang kompleks dan informasi yang baru dalam materi pembelajaran

tersebut.

7 Ahmad Sudrajad, Pendekatan Ilmiah/Saintifik dalam Proses Pembelajaran, dalam

(17)

7

Penulis memilih SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto sebagai objek penelitian

dikarenakan SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto merupakan salah satu SMA di

Kabupaten Mojokerto yang ditunjuk oleh Kemendikbud menggunakan Kurikulum

2013, sehingga dalam pembelajarannya pun sudah disesuaikan dengan kurikulum

2013. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Mahfud selaku guru PAI SMA

Negeri 1 Sooko Mojokerto.

Proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto dan guru PAI

khususnya telah menerapkan pendekatan saintifik dikarenakan sudah

mempersiapkan dengan perubahan kurikulum yang telah dicanangkan oleh

pemerintah. Tujuan digunakannya pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI

yaitu, supaya pembelajaran lebih menarik, peserta didik lebih aktif, wawasan

peserta didik semakin luas, interaksi guru dan peserta didik terjalin, dapat

memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar, serta materi yang

disampaikan guru dapat tersimpan lama dalam memori peserta didik. Berangkat

dari latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul

“IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 SOOKO MOJOKERTO”.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi

permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan

(18)

8

jelas dan terfokus. Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, dapat dirumuskan

bahwa yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di

SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto kelas X-1?

2. Apa hambatan implementasi pendekatan sainrifik dalam pebelajaran PAI di

SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto kelas X-1?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI

di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto kelas X-1.

2. Untuk mengetahui hambatan implementasi pendekatan sainrifik dalam

pebelajaran PAI di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto kelas X-1.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan

khususnya:

1. Secara Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan

yang berhubungan dengan pendidikan Islam.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan tentang pendekatan saintifik

(19)

9

2. Secara Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya dapat

dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk dapat

membantu pengembangan kualitas pembelajaran, khususnya PAI.

b. Sebagai upaya untuk membelajarkan diri dalam penggunaan pendekatan

saintifik dalam semua mata pelajaran, khususnya mata pelajaran PAI.

E. Definisi Operasional

1. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang

diusung oleh Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik terdiri lima langkah.

Langkah tersebut biasa disingkat 5M, yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari Langkah-

langkah-langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan

suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi

pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatam

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,

(20)

10

hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami

berbagai materi menggunaka pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal

dari mana saja, kapan saja, tidak bergantug pada informasi searah dari guru.

Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diharapkan

untuk mendorong peserta didik dalam mencaritahu dari berbagai sumber

melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.8

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran menurut Oemar Hamalik: “Sebagai suatu kombinasi yang

tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.9 Adapun

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Muhaimin adalah

“Suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong

belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama

Islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun

mempelajari Islam sebagai pengetahuan.”.10

Dengan demikian pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai upaya

membuat peserta didik dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar dan

tertarik untuk terus menerus mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam

8 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia: 2014), 34.

(21)

11

kurikulum agama Islam sebagai kebutuhan peserta didik secara menyeluruh

yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku

seseorang baik dalam kognitif, efektif dan psikomotorik.

Pemaknaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan bimbingan

menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran Pendidikan

Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi insan kamil.

Untuk itu penanaman Pembelajaran PAI sangat penting dalam membentuk dan

mendasari peserta didik.Dengan penanaman pembelajaran PAI sejak dini

diharapkan mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk

berpedoman pada agama Islam.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran mengenai isi laporan ini, maka sistematika

pembahasannya disusun secara rapi dan sistematis dari bab I sampai bab V

seperti berikut ini:

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang Latar Belakang

Masalah, Batasan masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Definisi Istilah atau Definisi Operasional, Sistematika

Pembahasan.

BAB II Kajian Teori. Dalam bab ini berisi pembahasan tentang

teori-teori yang berhubungan dengan rumusan penelitian di atas. Yaitu tentang

(22)

12

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian, sumber

dan jenis data penelitian, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas

serta analisis data.

BAB IV Temuan Penelitian dan Analisis. Bab ini membahas tentang hasil

penelitian yang telah dilakukan dan ditulis dengan sistematika: Latar belakang

objek penelitian, penyajian dan analisis data yang menjadi inti dari penulisan

skripsi ini.

BAB V Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran–saran

yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yang diikuti dengan

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Saintifik

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pendekatan

adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas

pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,

metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan.11

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran

yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).12

Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang merujuk pada teknik-teknik

investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau

mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut

ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti

11 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, 32.

12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana

(24)

14

dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik. Karena itu, pendekatan ilmiah umumnya memuat serial

aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian

memformulasi dan menguji hipotesis.13

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik

menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai

berikut:

Gambar I

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013

13Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan“Pendekatan-pendekatan..., 1.

Keterampilan

(Tahu Bagaimana)

Pengetahuan

(Tahu Apa) Sikap

(Tahu Mengapa)

Produktif Inovativ

(25)

15

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan

saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,

bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada

informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang

diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari

tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.14

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan

keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,

meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan

proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut

harus semakin berkurang dengan semakin tingginya kelas peserta didik.

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner,

teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar

14 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, (Jakarta : Ghalia

(26)

16

penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner. Pertama,

individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan

pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses

penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang

merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang

dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik

kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan

maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian

dengan proses kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan

metode saintifik.15

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan

perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau

struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan

mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah,

skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses

yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi

dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang

mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip

ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.

Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan

(27)

17

ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga

cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya

penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.16

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila

peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari

namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu

berada dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat

perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan

masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih

mampu.17

Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik yang melibatkan keterampilan proses sains

dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik

dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, dan melatih peserta didik

dalam mengkomunikasikan ide-ide. Hal ini diharapkan mampu mendorong

terciptanya kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa bahwa belajar itu

merupakan suatu kebutuhan, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang tinggi.

16Ibid., 35.

(28)

18

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik

(ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang

dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah

pada umunya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui

pegamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti

dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.18 Aktivitas yang

dilakukan dalam kegiatan ilmiah pada umumnya adalah sebagai berikut.

Gambar II

Komponen Aktivitas Ilmiah

Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung

oleh Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik terdiri lima langkah. Langkah tersebut

biasa disingkat 5M, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik

18Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2014), 51.

Observasi

Teori dan Model

Eksperimen

Hipotesis Hasil/Data

(29)

19

merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains. Proses

pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum

2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan

ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti

ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau

sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat-sifat-sifat non-ilmiah.19

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah

sebagai berikut :

Gambar III

Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

1. Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah

pada langkah pembelajaran mengamati (observing). Observasi adalah

menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi.20 Dengan metode

observasi, peserta didik akan merasa tertantang mengekplosrasi rasa ingin

tahunya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang.

19 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, 37. 20 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, 54.

Mengamati Menanya Mengumpul

kan Informasi Mengasosiasi

(30)

20

Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang

akan dipelajari sehingga peserta didik mendapatkan fakta berupa data yang

objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik

melalui panca indera, dan panca indera peserta didik akan menyerap berbagai

hal-hal yang terjadi disekitar dengan merekam, mencatat, dan mengingat.21

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka

pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan

matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan

mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.22 Metode mengamati sangat

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi

peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang

dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.23

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan

peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk

keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut. Selama proses

21 Hamzah dan Nurdin Muhammad,Belajar Dengan Pendekatan Paikem, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), 40.

22 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, 54.

23 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta, Gava Media, 2014),

(31)

21

pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara

pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan

observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.

a. Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses

pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin

diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara

sistematis di bawah bimbingan guru.

b. Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur

dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku

mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam

kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat

dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang

diobservasi.24

Dalam pembelajaran pendidikan agama islam pada tingkat pendidikan

dasar aspek mengamati dapat dilakukan dengan mengamati fenomena alam

dan ciptaan Allah terutama fenomena alam dan ciptaan Allah yang ada

disekitar peserta didik. Hal ini sesuai dengan konsep pendekatan Contextual

Teaching Learning yang mengkaitkan anatara pengetahuan yang akan

dipelajari dengan pengalaman hidup peserta didik, sehingga apa yang di

pelajari dapat memberikan kesan yang mendalam bagi peserta didik. Untuk

24 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, ( : Kata Pena,

(32)

22

peserta didik pada tingkat pendidikan menengah dalam aspek mengamati ini,

guru dapat mengajak peserta didik untuk merenungkan peristiwa-peristiwa

kehidupan manusia yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga

peserta didik dapat merenungkan dan menghayati hikmah dari

peristiwa-peristiwa itu sebagai pembelajaran yang sangat berharga.

Kompetensi yang dikembangkan pada langkah ini adalah melatih

kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Dalam hal ini, guru menyajikan

perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran.25

2. Menanya (Questioning)

Langkah kedua dalam pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah

questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai

dari pertanyaan faktual sampai pertanyaan hipotetik). Kompetensi yang

dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan

belajar sepanjang hayat.26

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas

kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk

25 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 a Tahun 2013 tentang

Implementasi kurikulumTentang Implementasi Kurikulum, 43.

(33)

23

dapat mengajukan pertanyaan - pertanyaan tentang yang hasil pengamatan

objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta,

konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang

bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,

masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke

tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara

mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta

didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi

yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai

yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber

yang beragam.27

Dalam pendidikan agama islam, aspek bertanya ini dilakukan untuk

mengajak anak untuk dapat memahami doktrin-doktrin agama yang

ditanamkan pada diri peserta didik agar menjadi sebuah pri nsip yang

mengkarakter dalam kehidupan peserta didik. Umpamanya dalam

mengilmiahkan pemahaman anak tentang dosa dan neraka, guru dapat

menggiring pemikiran anak untuk berfikir dan melakukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai apa sebenarnya dosa itu, mengapa setiap orang malu

jika dosanya diketahui oleh orang lain. Mengapa setiap mendengar kata

(34)

24

neraka semua manusia merasa takut, bagaimana sebenarnya neraka itu,

berapa derajat sebenarnya panasnya api neraka itu dan lain sebagainya.

Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh

pengetahuan. Karena itu, bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan

berfikir peserta didik. Demikian pula, bertanya merupakan bagian penting

dalam melaksanakan pembelajaran inquiry, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah, dan mengarahkan perhatian pada aspek

yang belum diketahuinya28. Dalam kegiatan menanya, guru membuka

kesempatan sacara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa

yang dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.

3. Mengumpulkan Informasi (Experimenting)

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tidak lanjut dari bertanya.

Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat

membaca buku lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih

teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dalam Permendikbud Nomor 81a

tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kajian/aktivitas

wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.29 Metode yang digunakan

(35)

25

dalam mengarahkan peserta didik adalah dengan mengajukan pertanyaan yang

dapat mengembangkan ide mereka dan membantu peserta didik berfikir secara

mendalam.30

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk mengembangkan sikap teliti,

jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara

yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang

hayat.31

4. Mengasosiasi (Associating)

Langkah berikutnya pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah

(Associating) mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar. Pada proses

pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dalam Kurikulum 2013

menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif.

Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih

aktif daripada guru. Aktivitas menalar dalam konteks proses pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi yakni

mengacu kepada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan

peristiwa-peristiwa kemudian menjadikannya penggalan memori diotak.32

Dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud

Nomor 81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah

(36)

26

dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen

maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan keterkaitan informasi

dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi

tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap

jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur

dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dan menyimpulkan. Peserta

didik pun di bina untuk memiliki ketrampilan agar dapat menerapkan dan

memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal atau

masalah yang baru dihadapinya.33

Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran

deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik

simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat

umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari

kasus-kasus yag bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi

simpulan bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak pada

observasi inderawi atau pengalaman empirik.

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan

dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum meuju pada

hal yang bersiat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola

33 Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2010),

(37)

27

silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang

umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam

bagian-bagiannya yang khusus.34

5. Mengkomunikasikan

Dalam kegiatan mengkomunikasikan, pendidik diharapkan memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah mereka

pelajari. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil

belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Peserta didik

diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian

ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya

dapat lebih terasah. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar,

saran, atau perbaikan mengenai apa yang di presentasikan oleh rekannya.35

Dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, kegiatan

mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.36

Kompetensi yang dikembangkan yaitu untuk mengembangkan sikap jujur,

teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat

dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang

baik dan benar.

34 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, 75-76. 35 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, 80.

36 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.81a Tahun 2013 Tentang Implementasi

(38)

28

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Hilgrad dan Bower dalam Fudyartanto, belajar (To learn) memiliki

arti:

1) To gain knowledge, comprehension, or mastery of through experience

or study; 2) To fix in the mind or memory; memorize; 3) To acquire

trough experience; 4) To become in forme to find out.

Atinya, 1) memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui

pengalaman, 2) mengingat, 3) menguasai pengalaman, dan 4) mendapatkan

informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar

adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.37

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

sebanyakbanyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa

banyak materi yang dikuasai peserta didik. Adapun pengertian belajar secara

kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling peserta didik.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan tadi, belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relativ menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif.

37 Fudyartanto, Ki RBS, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jogjakarta: Global Pustaka

(39)

29

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20

Tahun 2003, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber balajar pada suatu lingkungan belajar38. Jadi pada

intinya proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik,

peserta didik dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

Pembelajaran menurut Oemar Hamalik: “Sebagai suatu kombinasi yang

tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.39

Menurut Meril, Pembelajaran merupakan kegiatan dimana seseorang

secara sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku

atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.40

Pembelajaran adalah upaya guru membelajarkan peserta didik melalui

kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode yang optimal

untuk mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan berdasarkan kondisi yang

ada.41 Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan

oleh peserta didik atau murid.42

38 UU RI No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), 5. 39 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 57.

40 Muhaimin .et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 164.

(40)

30

Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan peserta

didik untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan

yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi

landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan

sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar

berkelanjutan secara mandiri.

Salah satu tujuan dari pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan

berpikir peserta didik dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi

peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus menyediakan peluang

di dalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan peserta didik

lebih besar.

Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3

aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek

psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan

tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat

berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan

intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan

kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional.

Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk

kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas.

Secara umum pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang

(41)

31

Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits serta melalui

proses ijtihad para ulama’ mengembangkan pendidikan Agama Islam pada

tingkat yang rinci.

Di dalan GBPP SD dan MI mata pelajaran pendidikan Agama Islam

kurikulum 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan

Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan kerukunan antar

umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.43

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan Agama

Islam adalah bimbingan yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran Agama Islam dari peserta

didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga

sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kulitas dan

kesalehan pribadi itu diharapka mampu memancar keluar dalam hubungan

keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama

(sesama muslim) ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non

muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara, sehingga dapat terwujud

persatuan nasional.

43 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Penerannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama,

(42)

32

Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefinisikan Pendidikan

Agama Islam dengan:”Proses mengubah tingkah laku individu pada

kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran

sebagai suatu aktivitas asasi dalam masyarakat.”44 Pengertian ini lebih

menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju yang

baik, dari yang minimal menuju yang maksimal, dari yang potensial menjadi

yang aktual, dari yang pasif menuju yang aktif. Cara mengubah tingkah laku

itu melalui proses pengajaran. Perubahan tingkah laku itu tidak saja berhenti

pada level individu, tetapi juga mencakup level masyarakat, sehingga

menghasilkan kesalehan sosial.

Menurut Zakiyah Daradjat. pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha untuk menimba dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai

pandangan hidup45. Jadi, pendidikan agama yang merupakan usaha sadar

yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

44 Omar Muhammad al-Toumi Javed al-Sahlani dalam, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 399.

(43)

33

Muhammad Fadhil al-jamali mengajukan pengertian Pendidikan Agama

Islam dengan:”Upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia

untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan

yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang

berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.”46

Tayar Yusuf, mengartikan pendidikan Agama Islam sebagai usahasadar

generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan

keterampilan kepada generasi muda kelak menjadi manusia bertaqwa kepada

Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal

sesuai dengan ajaran Islam47. Pengertian diatas, menunjukkan adanya usaha

yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi penerusnya dengan tujuan

agar suatu saat nanti benar-benar menjadi manusia yang taat dan patuh

kepada Allah SWT.

Dari beberapa pengertian di atas, bahwa pendidikan agam Islam yang

harus dilakukan umat Islam adalah pendidikan yang mengarahkan manusia

kearah akhlak yang mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan

terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang

dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan semua itu

46 Muhammad Fadhil al-Jamali, Falsafah Pendidikan dalam Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986),

3.

47 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:

(44)

34

tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

Agama Islam, oleh karena itu, pendidikan Agama Islam itu terdapat proses

transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan, maka akan mencakup dua hal:

(a) mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau

akhlak Islam, (b) mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran

Islam, subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Muhaimin

adalah “Suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar,

terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari

agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang benar

maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.”.48

Jadi, pembelajaran pendidikan Agama Islam yaitu membelajarkan peserta

didik menggunakan asas pendidikan dan teori belajar yang merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan Agama Islam yang didalamnya

terdapat proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik kepada pesrta

didik dengan menggunakan bahan atau materi-materi pendidikan Agama

Islam.

Menurut Zuhairini, bahan atau materi pembelajaran pendidikan Agama

Islam. Sebagaimana diketahui ajaran pokok Islam meliputi:

a. Masalah keimanan (Aqidah) adalah bersifat I’tikad batin, mengajarkan ke

-Esa-an Allah.

(45)

35

b. Masalah keislaman (Syari’ah) adalah hubungan dengan alam lahir

dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur

pergaulan hidup dan kehidupan bangsa.

c. Masalah ihsan (Akhlak) adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap

penyempurnaan bagi kedua diatas dan mengajarkan tata cara pergaulan

hidup manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman,

rukun Islam dan akhlak. Dari ketiga hal tersebut lahirlah beberapa keilmuan

agama yaitu: ilmu tauhid,ilmu figh dan ilmu akhlak. Tiga kelompok ilmu

agama ini kemudian dilengkapi dengan pembatasan rukun Islam dan materi

pendidikan agama Islam yaitu: al-Qur’an dan Hadits, serta ditambah dengan

sejarah Islam (tarikh) sehingga secara berurutan: (1) ilmu tauhid atau

ketuhanan, (2) ilmu fiqih, (3) al-Qur’an, (4) hadits, (5) akhlak, (6) tarikh49.

Dalam penyusunan materi pokok dalam kurikulum pendidikan Agama di

sekolah pengembangannya dilakukan melalui pendekatan dalam:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan

b. Hubungan manusia dengan manusia

c. Hubungan manusia dengan alam50.

49 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 60-61 50 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama &Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: Rajagrafindo

(46)

36

Ruang kingkup pembahasan, luas dan mendalam tergantung kepada jenis

lembaga pendidikan yang bersangkutan, tingkatan kelas, tujuan kemampuan

anak-anak sebagai konsumennya.sementara itu secara empirik dalam

pelaksanaan pendidikan Agama masih dirasakan terjadinya kesenjangan

antara peran dan harapan yang ingin di capai dengan terbatasnya alokasi

waktu yang disediakan. Untuk sekolah-sekolah agama tentunya

pembahasannya lebih luas, mendalam dan terperinci dari pada sekolahan

umum, demikian pula perdebatan untuk tingkatan rendah dan tingginya kelas

yang tinggi.

2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai

berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik

kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Sekolah hanya berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam

diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan

ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup

(47)

37

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata

dan nirnyata), system dan fungsionalnya.

f. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara

optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang

lain.51

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam

pendidikan, sesuai dengan ungkapan Breiter bahwa Pendidikan adalah

persoalan tujuan dan fokus, belajar itu mempunyai tujuan agar peserta didik

dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai

makhluk sosial52.

Kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan

peserta didik, maka mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan

51 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 11.

(48)

38

kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai,

dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam

petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi peserta didik, dan dia harus

mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan

dapat terukur53. Oleh karena itu tujuan pembelajaran merupakan salah satu

aspek yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab

segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan

pembelajaran tersebut.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kreteria sebagai

berikut:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam

situasi bermain peran.

b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku peserta didik dalam bentuk dapat

diukur dan dapat diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkah minimal perilaku yang dikehendaki.54

Secara umum tujuan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah

bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

(49)

39

yang terus berkembang dalam keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara serta untuk dapat melanjudkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.55

Tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara,

tujuan akhir, dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan

dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau

dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang ingin dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dengan

sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta

didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia

menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis

yang akan dicapai dengan sejumlah pendidikan tertentu56.

Adapun tujuan utama atau pokok dari Pendidikan Agama Islam yaitu

mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Dengan kata lain, tujuan

Pendidikan Agama Islam sejalan dengan misi Islam sendiri, yaitu:

mempertinggi nilai-nilai akhlak, sampai mencapai tingkat akhlak

al-karimah.57

55 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 135.

56 Armai Arief Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

18-19.

57Jalaludin dan Usman Sa’id, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),

(50)

40

Dari beberapa tujuan tersebut dapat ditarik kesimpulan beberapa dimensi

yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan

agama Islam, yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atua penalatan (intelektual) serta keilmuan

peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik

dalam menjalankan ajaran Islam.

d. Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di

imani, dipahami dan di hayati atau diinternalisasi oleh pesrta didik itu

mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,

mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam

kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta mengaktulisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI

(kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:

al-Qur’an-hadits, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh

(sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada

kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu:

Gambar

GAMBAR I : Proses pembelajaran K13 ...................................................................
Gambar I   Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
Gambar II  Komponen Aktivitas Ilmiah
Gambar III Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Cara pembentukan super angle dengan cara merubah faktor pada front wheel alignment seperti penyetelan camber negatif ,caster tetap ,toe angel dibentuk ke stelan toe in

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis break even point yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

Jumlah Saham yang ditawarkan 1.130.197.731 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

Tidak dikirim oleh negara yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata yang dimaksud. Jika membandingkan kriteria yang tercantum dalam Pasal 47 Protokol Tambahan

sederajat untuk memastikan sakelar tersebut bebas tegangan. b) Pada pelayanan dari luar, keadaan kedudukan pemisah harus dapat dilihat dengan mudah dari tempat pelayanan. c)

Diagram Nol Sistem Berjalan Permintaan Pelayanan jasa 1.0 Pembuatan SPT (Pemeriksaan) 2.0 Pembuatan Laporan 6.0 Pembuatan Invoice 5.0 Pembuatan SPT (Service) 4.0 Penawaran

Pengembangan media pembelajaran komik manga digital berbasis android pada materi sistem hormon untuk kelas XI di MAN 2 BandarLampung yang memudahkan pemahaman

Puji syukur setinggi-tingginya bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan berkah dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul