• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH

METODE WESTERGREN PADA

SUHU 16°C DAN 25°C

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan

pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

Oleh :

UMMI HANI RAHMAH NIM. 13DA277050

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

CIAMIS

(2)

iv

INTISARI

Laju endap darah merupakan pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pengendapan sel eritrosit dalam plasma. Pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan pendahuluan didalam menegakkan diagnosa pasien pada penyakit peradangan dan dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit beserta keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan laju endap darah mempunyai faktor yang dapat mempengaruhi hasil. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil LED.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah terhadap variasi suhu 160C dan 250C

metode westergren.

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sampel penelitian diambil dari pasien normal yaitu pada mahasiswa/mahasiswi prodi D3 Analis Kesehatan kemudian dibuat perlakuan yaitu dilakukan pemeriksaan pada suhu 160C dan 250C. Besar sampel yang digunakan

untuk penelitian sebanyak 30 sampel. Teknik pengumpulan sampel menggunakan quota sampling.

Dari hasil penelitian gambaran hasil Laju Endap Darah pada suhu 160C cenderung rendah. Sedangkan nilai laju endap darah rendah pada

suhu 250 C cenderung tinggi.

Kata Kunci : Laju Endap Darah, Suhu 160C dan 250C

Kepustakaan : 19, 2006-2014

Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing I, 4 Nama Pembimbing II

(3)

v

AN OVERVIEW OF THE RESULTS OF THE ERYTHROCYTES SEDIMENTATION RATE METHOD WESTERGREN AT TEMPERATURE

160C AND 250C 1

Ummi Hani Rahmah2Atun Farihatun3 Minceu Sumirah4

ABSTRACT

The rate of erythrocytes sedimentation or ESR is an examination to determine the speed of deposition of erythrocytes in plasma cells. The ESR examination is the preliminary examination in the diagnosis of the disease patients at enforcing the inflammation and can be used to monitor the disease travels along with the success of the treatment. Examination of erythrocytes sedimentation has factors that can affect the results. Temperature is one of the factors that influence the outcome of the LED.

This research aims to know the image of erythrocytes sedimentation of examination results blood against temperature variations

160C and 250C methods of westergren's.

The research design used was experimental. Research samples were taken from patients in normal the student / student Prodi D3 Health Analyst then made treatment that is conducted checks on the temperature

of 160C and 250C. The sample size used for research as many as 30

samples. Sample collection technique using quota sampling.Samples were taken from normal patients that the student / student Prodi D3 Health Analyst then made treatment that is conducted checks on the temperature

of 160C and 250C. The sample size used for research as many as 30

samples. Sample collection technique using quota sampling.

From the results of the research of the image of Erythrocytes

Sedimentations Rate results at low 160C as. While the rate of creep of low

blood values at a temperature of 250 C high.

Keywords : Blood Creep Rate, The temperature of the 160C dan 250C

Library : 19, 2006-2014

Description : 1 The title of the, 2 Name Of Student, 3 The Name Of The Supervisor I, 4 Name Of Supervisor II

(4)

1 A. Latar Belakang

Pemeriksaan Hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penunjang atau penegak diagnosis. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari beberapa jenis antara lain: Kadar Hemoglobin, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), hitung jumlah trombosit, retikulosit, hematokrit, SADT dan pemeriksaan hemostasis (Fakultas Kedokteran UII, 2011). Islam mengajarkan bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu sesuai dengan ukurannya. Sesuai dengan ayat berikut :

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”(Q.S Al- Qammar ayat 49). Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan sesuatu dengan ukurannya. Ayat tersebut berkaitan dengan pemeriksaan dilaboratorium yaitu proses pemeriksaan laju endap darah. Laju Endap Darah adalah pengukuran kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma. Pemeriksaan LED saat ini bermakna sebagai penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut (Rukman 2014).

Proses pemeriksaan laju endap darah diukur menggunakan 2 metode yaitu metode wintrobe dan metode westergren. Akan tetapi perbedaan hasil pemeriksaan cara westergren dan cara wintrobe akan tampak nyata dalam kondisi patologis. Hasil pemeriksaan laju endap darah memakai cara westergren dan cara wintrobe tidak seberapa selisihnya jika laju endap darah itu dalam batas-batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan mempercepatnya laju endap darah. Sehingga dengan cara westergren didapat nilai yang

(5)

2

lebih tinggi dan lebih akurat. Hal itu disebabkan pipet westergren 2 kali lebih panjang dari wintrobe sehingga para klinisi lebih menyukai cara westergren (Gandasoebrata, 2007).

Keadaan patologis yang meningkatkan LED diantaranya yaitu kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal) ,sifilis, tuberkulosis, demam reumatik, arthritis reumatoid dan nefritis. Sedangkan penurunan laju endap darah yaitu pada keadaan klinis yaitu pada penyakit anemia sel sabit, angina pectoris. Oleh karena itu,

International Commite for Standardization in Hematology (ICSH)

merekomendasikan pemeriksaan LED dengan metode westergren (Kiswari, 2014).

Tinggi rendahnya nilai LED dipengaruhi oleh keadaan tubuh, terutama pada saat terjadi radang. Akan tetapi pada orang anemia, pada lansia, orang hamil (trimester kedua dan ketiga) dan penyakit tuberculosis memiliki nilai LED yang tinggi. Sehingga pada orang normal dengan memiliki LED tinggi dan sebaliknya, LED normal belum tentu tidak ada masalah. Pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan penunjang yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari dokter. Biasanya dokter akan langsung melakukan pemeriksaan tambahan lain, apabila nilai pemeriksaan LED di atas normal. Sehingga mereka akan mengetahui apa yang mengakibatkan nilai LED tinggi. Pemeriksaan laju endap darah juga digunakan untuk memantau suatu perjalanan atau perkembangan dari penyakit (Nugraha, 2013).

Rangkaian pemeriksaan laboratorium meliputi pra analitik, analitik dan post analitik yang merupakan tahapan penting pada pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Kesalahan pada tahapan pra analitik memberikan persentase terbesar yaitu 68,2%, analitik 13,39% dan post analitik 18,5% (Gandasoebrata, 2010).

Menurut Kiswari (2014) menyatakan : faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan laju endap darah adalah

(6)

tabung harus diletakan pada posisi vertikal karena posisi tabung yang miring dapat mempercepat proses pengendapan sebanyak 30%, Suhu ruangan harus dalam kisaran 20º - 25ºC, lebih rendah dan lebih tinggi

suhu dapat mengubah laju endap darah. Ketika pencampuran darah dengan antikoagulan terlalu kuat menyebabkan darah menjadi lisis dan waktu pemeriksaan dilakukan dalam waktu 2 jam setelah sampel darah diperoleh.

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada daerah x terdapat instansi yang melakukan pemeriksaan LED dibawah suhu ruangan alasan teknisi laboratorium menggunakan dibawah suhu ruangan yaitu pada 16°C, karena tempat pemeriksaan bergabu ng dengan alat pemeriksaan hematologi lain. Alat tersebut stabil pada suhu 16ºC dan

bekerja sesuai prosedur pada suhu tersebut. Sedangkan tempat pemeriksaan Laju Endap Darah menggunakan suhu tersebut.

Menurut Riwidikdo dan Hani (2008) semakin rendah temperatur maka viskositas plasma menyebabkan menjadi tinggi dan menetralkan tarikan kebawah atau gumpalan sel-sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan berkurang. Hasil survey lapangan di beberapa laboratorium kebanyakan sudah menggunakan suhu ruangan dalam kisaran 25ºC. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui

gambaran hasil Laju Endap Darah pada suhu 16ºC dan suhu 25ºC

dengan menggunakan metode westergren.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana gambaran hasil laju endap darah pada suhu 16ºC dan suhu 25ºC ?”

(7)

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hasil nilai Laju Endap Darah metode westergren dibawah suhu ruangan dan suhu ruangan. 2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus penelitian yang akan dilakukan diantaranya :

a. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 16°C.

b. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 25°C.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat bagi tenaga laboratorium terhadap pemeriksaan laju endap darah meliputi :

1. Manfaat Teoritik

Manfaat teoritik dari penelitian yang dilakukan meliputi :

a. Bagi peneliti hasil pemeriksaan diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laju endap darah metode westergren pada suhu 16°C dan 25°C.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini sebagai masukan pengetahuan untuk menjadi referensi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktik

Untuk memberikan informasi kepada institusi laboran mengenai pengaruh suhu terhadap hasil pemeriksaan laju endap darah yang dilakukan dilaboratorium.

(8)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian Sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah “Perbedaan Laju Endap Darah Metode Westergren dengan Antikoagulan EDTA dan Tanpa EDTA” oleh Dinar Aryanto (2012), pada penelitian didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna.

Persamaan penelitian dengan penelitian tersebut adalah terletak pada variabel terikat yang diteliti adalah Laju Endap Darah. Perbedaan variabel bebas yaitu pada penelitian gambaran nilai Laju Endap Darah pada suhu 16ºC dan 25ºC sedangkan pada penelitian

Dinar (2012) yaitu membandingkan hasil pemeriksaan laju endap darah dengan antikoagulan EDTA dan tanpa EDTA.

(9)

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Darah a. Pengertian Darah

Darah merupakan suatu jaringan yang terdapat pada pembuluh darah yang berbentuk cair dan berwarna merah. Darah memiliki warna merah mengindikasikan bahwa oksigen yang terdapat didalamnya sangat banyak, sedangkan jika karbondioksida yang banyak terdapat didalamnya maka warna merahnya menjadi merah tua. Umumnya pada dewasa muda yang sehat memiliki darah sekitar 7% dari berat badan atau 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pemuluh darah (Wiarto, 2014).

b. Komponen-komponen darah terdiri dari :

1) Eritrosit (sel darah merah) berfungsi untuk mengangkut oksigen dan mengikat karbondioksida untuk di bawa ke paru-paru. Sel darah merah dalam tubuh dibuat oleh sumsum tulang merah, limpa dan hati kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selama 14 hari dan setelah itu akan mati.

2) Leukosit (sel darah putih). Fungsi sel darah putih adalah sebagai pertahan tubuh dari serangan penyakit dan yang berkaitan dengan imunitas.

3) Trombosit adalah sel yang bergranula yang berbentuk agregat tempat cidera pembuluh darah. Fungsi trombosit adalah pada pembekuan darah. Misalnya ketika kita mengalami cidera pada otot kemudian robek, maka

(10)

trombosit akan bergegas membekukan darah agar tidak keluar dari pembuluh darah (Wibowo, 2013).

4) Plasma adalah cairan yang berwarna kuning yang memiliki unsurfibrinogen (zat pembekuan). Fungsi plasma yaitu untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino, ke jaringan. Juga merupakan medium untuk mengangkat bahan buangan seperti urea, asam urat, dan sebagian dari karbondiosida (Pearce, 2006).

Sel darah merah memerlukan protein karena struksturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita lebih memerlukan banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu. Di tempat laboratorium pemeriksaan darah disebut dengan pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi diantaranya adalah pemeriksaan hematologi lengkap seperti Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, laju endap darah, hitung jumlah leukosit, hitung jumlah eosinofil, hitung jumlah eritrosit dan hitung jumah trombosit (Pearce, 2006).

2. Pemeriksaan Hematologi Lengkap

Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan suatu jenis pemeriksaan penunjang suatu diagnosis penyakit danuntuk melihat respons tubuh terhadap penyakit. Disamping itu pemeriksaan hematologi lengkap berfungsi untuk pemantauan suatu respon terapi yang pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

(11)

8

Pemeriksaan hematologi lengkap terdiri dari beberapa parameter :

a. Hemoglobin

Hemoglobin merupaka protein darah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi dalam hemoglobin menyebababkan darah menjadi berwarna merah. Kadar hemoglobin yang rendah dalam darah dikenal dengan istilah anemia. Penyebab anemia diantaranya: perdarahan, kekurangan gizi, gangguan sumsum tulang dan penyakit sistemik. Kadar hemoglobin yang tinggi sering ditemukan pada orang yang tinggal didataran tinggi dan perokok. Seperti penyakit radang paru-paru (tuberkulosis).

Nilai normal Hemoglobin: 1) Wanita : 12-16 g/dL 2) Laki-laki : 14-18 g/dL b. Hematokrit

Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 mL darah yang dinyatakan dalam persen (%). Nilai normal hematokrit laki-laki 40,7% - 50,3% dan untuk wanita 36,1% - 44,3%. Nilai diatas menunjukkan kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Sehingga pada penurunan dan penaikan hematokrit terjadi pada penyakit yang sama.

c. Jumlah Leukosit

Leukosit merupakan komponen darah yang berperan memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun metabolisme toksin. Nilai normal leukosit: 4000-10.000 sel/µL darah.

(12)

d. Jumlah Eritrosit

Eritrosit merupakan komponen darah paling banyak dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari tubuh ke paru-paru. Jumlah eritrosit yang tinggi biasanya ditemukan pada perokok, kasus hemokonsentrasi dan gagal jantung. Sedangkan jumlah eritrosit yang rendah ditemukan pada orang anemia, leukemia, lupus dan penyakit kanker. Nilai normal jumlah eritrosit:

1) Laki-laki : 4,6 Juta- 6,1 Juta sel/µL 2) Wanita : 4,2 Juta-5,4 Juta sel/µL e. Laju Endap Darah

Laju endap darah merupakan kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED meningkat dijumpai pada proses inflamasi akut, atritis reumatoid dan kerusakan jaringan. ICSH merekomendasikan pemeriksaan LED menggunakan Metode Westergren, Hal ini dikarenakan pipiet westergren 2 kali lebih besar dari pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih dapat terdeteksi.

f. Trombosit

Trombosit merupakan bagian dari sel darah merah yang berperan membantu proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Trombosit yang rendah dikenal dengan istilah trombositosis, biasanya orang tidak mengalami keluhan apapun. Sedangkan trombosit yang tinggi dikenal dengan istilah trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD) dan Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP). Nilai normal jumlah trombosit: 150,000-400.000 sel/µL (Kiswari, 2014).

(13)

10

3. Pengetian Laju Endap Darah

Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa Inggris disebut

erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau blood sedimentation rate (BSR) merupakan pemeriksaan untuk menentukan kecepatan

eritrosit mengendap dalam darah yang tidak membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung dengan posisi vertikal dalam waktu tertentu. LED umumnya digunakan untuk mendeteksi atau memantau adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan menunjukkan adanya penyakit (bukan tingkat keparahan) baik akut maupun kronis, sehingga pemeriksaan LED tidak bersifat spesifik. Pemeriksaan LED bertujuan untuk pemeriksaan skrining dan memantau berbagai macam penyakit infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit (Nugraha, 2013).

Laju endap darah mengukur laju pengendapan (dalam mm/jam) dari eritrosit pada suatu kolom darah yang telah diberi antikoagulan. Laju pengendapan yang meningkat menunjukan peningkatan immunoglobulin atau protein pada fase akut, yang menyebabkan eritrosit melekat satu sama lain. Peningkatan LED merupakan penanda non spesifik dari adanya radang atau infeksi (Bradley dkk, 2005).

Selain peningkatan immunoglobulin dan protein peningkatan LED akibat klinis juga dapat dipengaruhi oleh obat yang sedang dikonsumsi. Walupun LED merupakan uji yang tidak spesifik tetapi dapat mengidentifikasi terjadinya proses inflamsi (Kee, 2007).

Pada saat ini laju endap darah (LED) telah dilaporkan memiliki signifikasi klinis dengan penyakit anemia sel sabit, osteomielitis, stoke, kanker prostat dan penyakit arteri koroner. Pada kehamilan LED cukup meningkat mulai minggu ke 10-12, dan kembali normal pada 1 bulan setelah melahirkan. Hasil LED sering normal pada pasien dengan penyakit jaringan ikat, dan

(14)

infeksi, maka hasil LED yang normal tidak bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnostik. Namun dalam suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sepertiga dari pasien tanpa disertai nilai ESR kurang dari 10 mm/jam, dan menunjukan prognosis yang sangat baik, tanpa memandang umur, derajat, penyakit, atau histopatologi (Kiswari, 2014).

Ketika darah dengan antikoagulan dalam tabung dibiarkan berdiri tegak tanpa terganggu selama jangka waktu tertentu, eritrosit cenderung mengendap ke bawah. Maka dua lapisan akan terbentuk, lapisan atas berupa plasma dan bagian bawah merupakan sel darah merah. Tingkat di mana sel-sel darah merah mengendap dikenal sebagai laju endap darah. Perubahan konsentrasi kandungan protein plasma seperti fibrinogen dan globulin yang menyertai sebagian infeksi akut dan kronis cenderung akan meningkatkan pembentukan rouleaux. Oleh karena itu, peningkatan fibrinogen dalam kondisi apapun (semua penyebab kerusakan jaringan, seperti tuberculosis dan infeksi kronis lainnya) atau globulin (demam reumatik, mieloma) akan menyebabkan peningkatan laju endap darah. Sedangkan jumlah eritrosit yang tinggi, cenderung untuk menurunkan tingkat sedimentasi, sementara jumlah sel darah yang rendah cenderung mempercepat laju sedimentasi (Kiswari, 2014).

Fase-fase pengendapan eritrosit terdiri dari tiga fase yaitu: a. Fase pertama. Disebut juga phase of aggregation, pada fase

ini eritrosit mulai saling menyatukan diri sehingga pengendapan eritrosit dalam fase ini cenderung lambat yang berlangsung dalam waktu 10 menit.

b. Fase kedua. Pada fase ini pengendapan eritrosit berlangsung cepat, karena setelah terjadi agregasi maka rasio antara volume dengan luas permukaannya menjadi mengecil

(15)

12

sehingga pengendapan berlangsung cepat selama 40 menit. Dan pada fase ini terbentuk formasi rouleaux (saling menumpuk).

c. Fase ketiga. Pada fase ini kecepatan pengendapan mulai berkurang eritrosit akan mengendapan dan akan mengisi ruang atau celah yang kosong pada tumpukan eritrosit yang lain dan berlangsung selama 10 menit (Nugraha, 2013).

4. Macam-macam Metode pemeriksaan LED.

Pemeriksaan LED dikenal dengan 3 metode: a. Metode Westergren

Metode westergren merupakan metode yang banyak digunakan karena metode ini sangat sederhana sehingga ICSH telah merekomendasikan sebagai metode referensi. Antikoagulan yang digunakan adalah spesimen darah Na-sitrat 3,8% menggunakan tabung westergren (Nugraha, 2013). b. Metode Wintrobe

Metode wintrobe menggunakan tabung wintrobe. Selain itu metodeini memiliki kurang sensitif dalam menentukan sistem aktivitas penyakit disbanding metode westergren (Priyana, 2010)

c. Metode Automatis

Metode automatis digunakan untuk mengukur LED yaitu ESR ves-MATIC 20 merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur 20 sampel darah secara otomatis (Kiswari, 2014).

(16)

5. Masalah Klinis

a. Penurunan LED

Penurunan laju endap darah terjadi pada penyakit anemia sel sabit mononucleosis infeksius, atritis degenatif, angina pektoris.

b. Peningkatan LED

Peningkatan laju endap darah pada kondisi Atritis reumatoid, MCL akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal) limfosarkoma, endokarditis bakterial, hepatitis, sifilis, tuberculosis, SLE, Kehamilan (trimester kedua dan trimester ketiga).

Nilai Normal LED menurut metode westergren : 1) Laki-laki : 0-10 mm/jam 2) Wanita : 0-15 mm/jam 3) Orang lanjut usia > 60 tahun : 0-20 mm/jam (Kiswari, 2014).

Laju endap darah meningkat menunjukkan meningkatnya kadar imunoglobulin atau protein fase akut, yang menyebabkan eritrosit saling melekat satu sama lain. Peningkatan LED merupakan penanda non spesifik dari adanya peradangan atau infeksi. LED sangat tinggi (> 100 mm/jam) menunjukkan :

1) Mieloma multiple

2) Lupus eritematosus sistemik (SLE)

3) Arteritis temporalis, kanker dan infeksi kronis termasuk tuberculosis (Bradley dkk, 2005).

Makna LED dalam pemeriksaan klinik. Apabila nilai LED yang normal dapat memberikan petunjuk ada tidaknya kemungkinan penyakit yang serius. Sebaliknya apabila nilai LED tidak normal, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnostik yang pasti. LED merupakan

(17)

14

pemeriksaan yang tidak spesifik, LED bisa meningkat pada keadaan patologi seperti adanya peradangan. Umumnya nilai LED normal pada penyakit-penyakit infeksi lokal yang kecil atau penyakit akut seperti apendisitis akut, infeksi selaput lendir dengan reaksi sedikit radang, dan pada lesi-lesi kulit. Akan tetapi LED meningkat pada penyakit tuberkulosis, infeksi kronis, demam reumatik, arthiris dan nefritis (Kiswari, 2014).

6. Faktor- Faktor yang mempengaruhi LED

a. Faktor eritrosit

Eritrosit dengan bentuk abnormal atau tidak teratur, seperti sel sabit atau sferosit, menghambat pembentukan

rouleaux sehingga menurunkan LED (Kiswari, 2014).

b. Faktor Plasma

LED dipercepat oleh peningkatan fibrinogen dan globulin. Albumin dan lesitin dapat menghambat sedimentasi sedangkan peningkatan kolesterol mempercepat LED (Kiswari, 2014).

c. Antikoagulan

Penambahan antikoagulan yang berlebihan dapat meningkatkan nilai LED. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1mL darah (Gandasoebrata, 2010).

d. Waktu

Waktu pemeriksaan LED harus dikerjakan maksimal 2 jam setelah pengambilan darah. Apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam maka bentuk eritrosit akan berubah dan akan mempercepat pengendapan (Santi Kurnia dkk, 2012).

(18)

e. Kemiringan

Kemiringan tabung dapat meningkatkan nilai LED. Kemiringan 30 dapat meningkatkan nilai LED sebanyak 30%

(Nugraha, 2013). f. Suhu

Pemeriksaan harus dilakukan dalam suhu 20-250C

lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat mempengaruhi nilai LED. Apabila darah telah disimpan dalam keadaan dingin maka darah tersebut harus disesuaikan pada suhu ruangan terlebih dahulu (Kiswari, 2014).

g. Viskositas

Semakin rendah suhu menyebabkan viskositas plasma menjadi tinggi dan menetralkan tarikan ke bawah atau mengendapnya sel darah merah menjadi lambat (Riswanto, 2013).

7. Antikoagualan

Antikoagulan merupakan zat yang ditambahkan kedalam darah yang bertujuan untuk menghambat proses pembekuan darah. Antikoagulan diberikan berdasarkan keperluan pemeriksaan karena sifat zat aditif yang ditambahkan memiliki pengaruh yang berbeda pada spesimen. Jenis antikoagulan yang digunakan dilaboratorium adalah :

a. EDTA (Ethylene diamine tetraacetate) merupakan garam nartium yang mengubah ion kalsium dari darah bentuk bukan ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya eritrosit dan bentuk lekosit juga mencegah terjadinya gumpalan trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1mL darah.

b. Natrium sitrat 3,8% merupakan larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan

(19)

16

hemoragik dan untuk laju endap darah metode westergren (Gandasoebrata, 2010).

8. Suhu

a. Pengertian Suhu

Suhu merupakan faktor teknis yang terdapat pada pemeriksaan laboratorium klinik. Sebaiknya pemeriksaan Laju Endap Darah dilakukan pada suhu ruangan. Tinggi rendahnya suhu pemeriksaan dapat mempengaruhi pada hasil pemeriksaan laju endap darah yang dilakukan (Gandasoebrata, 2010).

Pengukuran suhu dilakukan untuk memverifikasi suhu dalam suatu ruang atau perangkat yangakan digunakan apakah sudah sesuai dengan batas suhu yang telah ditentukan. Termometer yang digunakan laboratorium kimia paling popular adalah termometer cair (air raksa) dan termoster probe. Semua termometer harus diverifikasi terlebih dahulu dengan termometer yang bersertifikat sebelum digunakan. Misal NIST SRM 934 adalah merkuri dalam termometer kaca dengan titik kalibrasi 00C, 250C, 300C dan

350C. Sehingga rincian verifikasi kalibrasi terhadap resiko

termometer telah tergambar sebelum digunakan. Selain itu NIST juga menggunakan beberapa bahan yang mudah mencair pada suhu telah diketahui kemudian di uji, termasuk gallium (SRM) yang meleleh pada suhu 29.7720C dan

rubidium (SRM 1969) yang meleleh pada suhu 39,30C.

Menurut NIST (National Institute of Standarts and Technology) suhu optimum dilaboratorium yaitu pada suhu 200C hal ini

disebabkan semakin tinggi dan semakin rendah suhu yang ditentukan dapat mempengaruhi spesimen yang akan dianalisis (D.Pb. Burtis, dkk, 2008).

(20)

b. Pengaruh suhu terhadap LED

Suhu dapat mempengaruhi nilai uji yang berhubungan dengan cairan tubuh. Paparan panas akut dapat meningkatkan volume plasma dan mempengaruhi komposisinya. Pada Pemeriksaan Laju endap darah dilakukan dalam suhu 20-250C. Lebih rendah dan lebih tinggi suhu dapat

mempengaruhi nilai LED (Kiswari, 2014).

Pada suhu yang rendah kekentalan darah akan meningkat dan laju endap darah akan menurun sedangkan pada suhu yang tinggi kekentalan darah menjadi rendah sehingga nilai laju endap darah meningkat. Pada suhu tinggi akan terjadi proses percepatan pengendapan, sebaliknya ketika suhu rendah maka akan memperlambat proses pengendapan. Dalam peningkatan suhu ini, pada proses pelekatan sel eritrosit dapat meningkatkan terjadinya rouleaux (penumpukan) dan akibatnya akan mempercepat laju endap darah sehingga nilai laju endap darah akan tinggi (Jou JM, 2011).

Selain itu tinggi rendahnya nilai pada LED dipengaruhi juga oleh keadaan suhu tubuh, terutama pada saat terjadi radang dan penggunaan konsumsi obat terapi. Akan tetapi pada orang anemia, dalam kehamilan dan paralansia memiliki nilai LED yang tinggi. Sehingga pada orang normal bias memiliki LED tinggi dan sebaliknya LED normal belum tentu tidak ada masalah (Azhar, 2009).

(21)

18

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Pre Analitik

1. Identitas pasien 2. Pengambilan sampel Faktor Analitik 1. Eritrosit 2. Plasma 3. Waktu 4. Kemiringan 5. Antikoagulan 6. Suhu 7. Viskositas

Faktor Post Analitik 1. Pelaporan hasil 2. Validasi hasil

Nilai LED

(22)

31

Nuzul & Terjemah. Jakarta : Penerbit Magfirah Pustaka.

Azhar, M (2009). Media Pembelajaran Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bradley John, Wayne David, Rubenstein David (2005). Lecture Notes :

Kedokteran Klinis Ed.6. Jakarta : Penerbit Erlangga.

D.Pb. Burtis A. Carl, D.M Ashwood R. Edward & D.M Bruns, E. David (2008). Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry [diakses 22 Februari 2015].

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (2011). Buku Panduan

Praktikum Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi.

YogyaKarta : FK-UI.

Jou.J.M (2010). ICSH review of the measurent of the erythrocyte

sedimentation rate. Barcelona: International Journal of

Laboratory Hematologi.

Kee, Joyce Le fever (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &

Diagnostik Ed. 6. Jakarta : Penerbit EGC.

Kiswari, Rukman (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Nugraha, Gilang (2013). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Dasar. Jakarta : Penerbit CV. Trans Info Media.

Pearce , Evelyne (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta PT Gramedia.

Priyana, Adi (2010) Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan

Kedokteran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Penertbit Universitas

Trisakti.

R. Gandasoebrata (2010). Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riswanto, (2013) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia & Kanal Medika

Riwidikdo H dan Hani Ruslan Ahmad (2008). Fisika Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendikia.Press.

(23)

32

Santi Kurnia, Maya Ni Wayan, AP Santa Ngurah Agung Anak, Hadi Fathol (2012). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah

Dengan Anti koagulan EDTA Terhadap Variasi Suhu 16°C, 20°C DAN 27°C Metode Westergren . diakses pada 26 Oktober 2014].

Sugiono (2013). Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfbeta.

Syaifudin (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa

Keperawatan Ed. 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Wiarto, Giri (2014). Mengenal Fungsi Sel Tubuh Manusia. Yogyakarta : Penerbit Gosyen Publishing.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Pre Analitik

Referensi

Dokumen terkait

Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Skripsi Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat.. Guna

Form profil jurusan digunakan untuk memasukkan standar kriteria penilaian masing- masing jurusan. Pada Gambar 6 ditunjukkan tampilan profil jurusan yang dapat diisi

Tsunami merupakan suatu siri ombak besar yang mempunyai jarak gelombang dan jangka masa yang agak panjang disebabkan oleh gangguan atau perubahan pada dasar laut

Jumlah Padukuhan yang difasilitasi stimulan material untuk pembangunan Infrastruktur padukuhan padukuhan 365 5 Peningkatan daya dukung dan produktivitas

Pada tahap penyimpulan ini pemimpin kelompok melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota

UNTUK DITAMPAL..

Demikianlah bahwa Hazairin dalam urusan kewarisan dengan sistem kewarisan bilateral membawa corak baru berbeda dengan fiqh Ahlu Sunnah wal Jannah/ madzhab Syafi’i dengan

Respon masyarakat.. Hasil pengamatan yaitu 1) keadaan kandang lembab dan becek, 2) kondisi ayam banyak ayam yang sudah selayaknya diafkir (tua) dan ayam yang masih dara yang masih