• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi, maka persoalan pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan dapat terpecahkan, melalui “dampak tetesan ke bawah” (trickle down effect) (Kuncoro, 2010). Namun, pada perkembangan berikutnya, tuntutan terhadap sasaran pembangunan tidak hanya pada pertumbuhan, melainkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara merata, Hal ini didasarkan pada pengalaman bahwa pembangunan berorientasi terhadap pertumbuhan menimbulkan ketidakadilan dan ketidakmerataan hasil pembangunan (Suparmoko, 2002).

Dengan demikian, sasaran pembangunan pada dasarnya adalah mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata (Marfiani, dkk, 2009). Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota. Sedangkan tingkat kesejahteraan masyarakat diukur dengan kemampuan individu dan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak (Mangun, 2007).

Akan tetapi pada prakteknya, antara pertumbuhan dan keadilan atau pemerataan kesejahteraan sulit untuk direalisasikan secara bersamaan, bahkan terkadang kedua sasaran pembangunan ini dianggap sebagai suatu “trade off” yaitu apabila tujuan pertumbuhan yang ingin dicapai, maka tujuan keadilan harus dikorbankan; dan sebaliknya apabila tujuan keadilan ingin dicapai maka tujuan pertumbuhan dikorbankan (Supramoko, 2002).

Namun demikian dengan perencanaan pembangunan ekonomi yang lebih baik, matang, dan terukur, sasaran pertumbuhan dan kesejahteraan bisa tercapai secara bersamaan tanpa harus mengorbankan salah satu diantaranya (Marfiani dkk, 2009).

(2)

Pembangunan Indonesia tidak terlepas dari pandangan di atas. Pada periode tertentu pembangunan diselenggarakan dalam mengejar pertumbuhan, namun pada saat bersamaan, pembangunan digerakkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi ketimpangan, menekan kemiskinan dan pengangguran (Suparmoko, 2002).

Pelaksanaan pembangunan Indonesia selama ini juga tidak terlepas dari pandangan tersebut. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah adalah bagian integral dari suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara kesatuan, rencana pembangunannya meliputi rencana pembagunan nasional maupun rencana pembangunan dalam tataran regional. Pembangunan ekonomi nasional mempunyai dampak atas struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan (Supramoko, 2002).

Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi. Dalam penentuan kebijakan, seyogyanya memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal. Perbedaan kondisi internal dan eksternal hanyalah pada jangkauan wilayah, dimana kondisi internal meliputi wilayah daerah atau regional, sedangkan kondisi eksternal meliputi wilayah nasional. Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua pihak yang berkepentingan. Pemerintah daerah akan bertanggung jawab secara lebih penuh terhadap kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi dan akses terhadap sumber dana, kebijakan lingkungan, pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan) serta pengembangan sumberdaya manusia.

(3)

Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran paradigma dalam sistem menyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut Otonomi Daerah yang mengandung makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). Hal ini membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah yang antara lain dibidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan dengan cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Glasson (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah.

Kabupaten Cianjur termasuk daerah yang memiliki karakteristik sendiri dalam pembangunan ekonomi di daerah. Selain keterbatasan sumber daya

(4)

ekonomi yang hanya bertumpu pada sektor pertanian dan pariwisata, daerah ini juga dihadapkan pada daya saing ekonomi dengan daerah lainnya di sekitar Kabupaten Cianjur.

Kinerja perekonomi daerah Cianjur dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 menunjukan angka positif sebesar 4,53%. Pertumbuhan ini mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan LPE tahun 2009 yaitu sebesar 3,93 persen. Kondisi tersebut menunjukan bahwa secara umum kinerja ekonomi Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 relatif cukup baik dibandingkan tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan rata-rata kinerja ekonomi Jawa Barat, LPE Kabupaten Cianjur masih di bawah rata-rata LPE Jawa Barat. Selanjutnya dijelaskan dalam Gambar 1.1 .

Gambar 1.1 Perbandingan LPE Cianjur dengan JABAR tahun 2001-2010 Sumber : BPS Cianjur 2011

Secara absolut struktur ekonomi kabupaten Cianjur dapat dilihat dari nilai PDRB Kabupaten Cianjur atas harga konstan antar periode Tahun 2006 sampai 2010, pada tabel 1.2 di bawah ini

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cianjur Atas Dasar Harga

3.69 3.74 3.68 3.97 3.82 3.34 4.18 4.04 3.93 4.43 3.9 3.97 4.02 4.12 4.56 3.76 4.21 4.29

6.2 6.48

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

LPE Cianjur dan JABAR

(5)

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah) No LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 3.235.266 3.287.763 3.345.527 3.531.105 3 611 107 2 Perdagangan dan penggalian 8.678 9.129 9.633 9.896 9 680 3 Industri dan pengolahan 188.701 201.434 215.971 220.749 234.148

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 53.147 56.370 60.016 62.688 68.368 5 Bangunan 218.435 231.475 246.301 249.343 269.278 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.783.336 1.902.882 2.018.070 2.088.530 2.237.943 7 Pengangkutan dan Komunikasi 498.456 537.049 575.276 595.396 612.602 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 372.662 388.568 406.628 401.464 432.210 9 Jasa-jasa 689.543 728.290 762.234 781.025 824.543 Produk Domestik Regional bruto 7.048.228 7.342.965 7.639.661 7.940.199 8.299.883

Sumber : Cianjur dalam Angka, 2011

Kabupaten Cianjur, terdiri atas 32 Kecamatan dan 348 Desa, secara tipologi kewilayahan terbagai ke dalam tiga tipologi, yaitu Wilayah Cianjur bagian utara sebagian besar masuk tipologi I dan tipologi III, Cianjur tengah, kondisi wilayahnya masuk tipologi II, selebihnya tipologi I atau lebih maju, sedangkan Cianjur bagian Selatan termasuk ke dalam tipologi wilayah III sebagai wilayah tertinggal. Dari kondisi ini terdapat kesenjangan antara wilayah Cianjur bagian utara, tengah dengan selatan (Hery, 2009).

Disparitas kinerja pembangunan ekonomi antar wilayah pembangunan di Cianjur, dapat dijelaskan dalam Gambar 1.2 di bawah ini :

(6)

Gambar 1.2 Perbandingan PDRB antar Wilayah Pembangunan di Cianjur (atas dasar harga konstan dalam jutaan)

Sumber : BPS Cianjur 2005

Ketimpangan antar wilayah pembangunan seperti yang dijelaskan dalam Gambar 1.2, telah menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat Cianjur Selatan dan memotivasi masyarakat untuk membentuk daerah otonom baru Kabupaten Cianjur Selatan. Gagasan tersebut, setidaknya sudah diperjuangkan dalam dua kali kesempatan, yaitu tahun 1999 dan tahun 2008 (Bapeda Cianjur, 2010). Namun sampai saat ini, aspirasi tersebut masih belum terwujud mengingat berbagai syarat administratif, politik, dan sosial ekonomi yang memerlukan pengkajian terlebih dahulu.

Oleh karena itu, kajian pembangunan daerah ini dimaksudkan untuk mengenal dan menggali potensi ekonomi Cianjur Selatan dan kesiapan wilayah ini untuk membentuk daerah otonom baru, maka pertanyaan utama dalam kajian ini adalah “bagaimana kesiapan potensi ekonomi Cianjur Selatan dan strategi

pembangunan ekonominya mampu menempatkan daerah tersebut memiliki kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan?”

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan yang telah dilaksanakan menyebabkan disparitas ekonomi di wilayah Cianjur Selatan, sementara potensi ekonomi wilayah tersebut merupakan kekuatan internal dalam proses pembangunan. Potensi ekonomi di wilayah Cianjur Selatan dapat dioptimalkan dengan suatu perencanaan strategis.

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 2000 2001 2002 2003 2004 960773.02 1106486.05 1242778.08 1390049.88 1560988.37 3841142.88 4351592.99 4930106.58 5612344.79 6381810.75 Wilsel wilteng wilut

(7)

Salah satu kebijakan pemerintah untuk menggali potensi suatu daerah adalah dengan memberikan kesempatan untuk mengelola sendiri potensi ekonominya. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu kajian, khususnya kajian ekonomi, agar daerah tersebut siap untuk mencapai suatu kemandirian dalam pembangunan.

Menelaah pembangunan dengan memperhatikan persoalan yang terjadi di masing-masing kecamatan meliputi penelaahan terhadap perbedaan keadaan dan potensi ekonomi serta pengaruhnya terhadap perekonomian secara keseluruhan. Perekonomian daerah dipengaruhi oleh perekonomian daerah lain sehingga untuk merumuskan kebijakan ekonomi di Cianjur Selatan, identifikasi keadaan dan kondisi perekonomiannya sangat diperlukan. Kajian ini difokuskan pada potensi ekonomi yang meliputi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia yang dicerminkan oleh karakteristik tenaga kerja, tingkat pendapatan daerah, serta sarana dan prasarana pembangunan. Dengan demikian, permasalahan spesifik dalam kajian ini adalah “potensi ekonomi mana yang merupakan potensi unggulan sehingga dapat menjadi penggerak perekonomian di Cianjur Selatan?”

Penentuan arah pembangunan daerah selain mempertimbangkan penyebaran alokasi kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya termasuk penyebaran pusat pelayanan, juga mempertimbangkan penyebaran potensi dan sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah. Dari penyebaran tersebut dapat diketahui ketimpangan spasial yang terjadi. Kecamatan yang kurang berkembang diprioritaskan dalam rangka memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya sedangkan kecamatan yang berkembang diprioritaskan karena wilayah tersebut memiliki potensi pertumbuhan untuk tumbuh di atas kekuatan sendiri dan dapat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Hal itu secara tidak langsung dapat meningkatkan interaksi spasial baik internal maupun eksternal yang mendukung perkembangan daerah tersebut. Terkait dengan penanggulangan ketimpangan pembangunan, “bagaimana penyebaran sumber daya alam, fasilitas dan prasarana pembangunan di daerah Cianjur Selatan, sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan?” merupakan pertanyaan spesifik yang kedua yang menarik untuk dikaji dalam kajian pembangunan daerah ini.

(8)

Penentuan prioritas pembangunan merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi hasil dari pembangunan itu sendiri. Prioritas atau kebijakan yang salah arah akan menyebabkan ketidakselarasan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk ketimpangan sektoral, kelompok, teknologi, maupun ketimbangan spasial (antar kecamatan). Secara umum, rencana strategis sangat bermanfaat dalam pencapain tujuan pembangunan Kabupaten Cianjur terutama untuk mengatasi disparitas pembangunan di wilayah pembangunan Cianjur Selatan. Begitupun dalam rencana pembentukan Kabupaten Cianjur Selatan, penentuan arah pembangunan akan menentukan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Cianjur Selatan. Terkait dengan hal tersebut, permasalahan spesifik selanjutnya dalam kajian ini adalah “bagaimana rumusan alternatif strategi dan prioritas pembangunan ekonomi untuk mendukung kemandirian di Cianjur Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari kajian ini adalah untuk menganalisis kesiapan potensi ekonomi di Wilayah Cianjur Selatan serta merumuskan strategi pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan di Wilayah Cianjur Selatan. Tujuan spesifik dari kajian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sektor-sektor basis yang akan diproritaskan sebagai sektor unggulan sehingga dapat menjadi penggerak ekonomi di Cianjur Selatan.

2. Mengidentifikasi penyebaran sumber daya alam, fasilitas dan prasarana pembangunan di daerah Cianjur Selatan, sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan 3. Merancang berbagai alternatif strategi dan prioritas pembangunan

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil kajian pembangunan daerah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi pengambilan kebijakan dalam pembangunan ekonomi di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan. Selain itu, diharapkan bermanfaat bagi kajian-kajian berikutnya di bidang yang sama.

Gambar

Gambar  1.2  Perbandingan  PDRB  antar  Wilayah  Pembangunan  di  Cianjur  (atas  dasar  harga konstan dalam jutaan)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengalami proses fermentasi maka akan terjadi perubahan pada kandungan senyawa kimia yang ada didalam nira yakni ditandai dengan menurunnya nilai derajat

Bila ditinjau dari sudut solvabilitas, yang diukur dengan menggunakan primary ratio menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan pada tahun

Merupakan landasan teori yang penulis gali dari data kepustakaan, yang memuat: Pengertian Manajemen, fungsi manajemen, Keterampilan dalam Manajemen, Opti māl isasi Peran Na

Dengan posisi yang berada ditengah- tengah antara pusat ekonomi nasional yakni Jakarta dan Surabaya, menjadikan Kota Semarang semakin strategis.. Sebagai Ibukota

Hama ganjur merupakan jenis hama yang seperti lalat, hama ganjur akan menyerang tanaman padi jika penanaman terlambat dan memiliki serangan paling kuat pada saat bulan februari

Metode Case Based Reasoning (CBR) yang diimplementasikan pada Sistem Pendukung Keputusan Konseling Siswa dapat memberikan solusi untuk masalah perilaku siswa,

Menurut McPherson dan Moller 2006 bahwa senyawa MgCl2 dalam reaksi PCR akan terurai menjadi Mg 2+ yang berfungsi sebagai kofaktor yang menstimulasi aktifitas DNA

Aria Duta Panel, perusahaan melakukan perhitungan penyusutan aset tetapnya dari 2007-2013 terjadi kesalahan cara perhitungan dari estimasi masa manfaat aset tetap