• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS DAN MEDICINE BALL THROW TERHADAP DAYA LEDAK OTOT LENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS DAN MEDICINE BALL THROW TERHADAP DAYA LEDAK OTOT LENGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS

DAN MEDICINE BALL THROW TERHADAP

DAYA LEDAK OTOT LENGAN

I Wyn Mahardika, I Kt Sudiana, I Nyn Sudarmada

Jurusan Ilmu Keolahragaan, FOK

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {

mahardikawayan14@gmail.com, sudiana_67@yahoo.co.id,

inyomansudarmada@yahoo.co.id

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sungguhan dengan rancangan the randomized pretest

posttest control groups design. Sampel penelitian sebanyak 45 orang ditentukan dengan

teknik simple random sampling. Daya ledak otot lengan diukur dengan two hand

medicine ball put dan data dianalisis dengan uji anava satu jalur dan uji lanjut least significant difference (LSD) pada taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan komputer program SPSS 16,0. Hasil deskripsi data penelitian daya ledak otot lengan menunjukkan peningkatan nilai rata-rata dimasing-masing kelompok. Kelompok perlakuan medicine ball scoop toss meningkat 0,30 meter, kelompok perlakuan medicine ball throw meningkat 0,69 meter, dan kelompok kontrol 0,02 meter. Hasil analisis data menggunakan anava menghasilkan nilai Fhitung 10,624 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukkan perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Maka dilanjutkan dengan mengunakan uji least significant difference (LSD) yang menunjukkan bahwa pelatihan medicine ball throw mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pelatihan

medicine ball scoop toss terhadap daya ledak otot lengan dengan mean difference

sebesar 0,3800. Dari uji analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dan terdapat perbedaan pengaruh antara kedua pelatihan serta pelatihan medicine ball throw mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pelatihan medicine ball scoop toss terhadap peningkatan daya ledak otot lengan.

Kata kunci: pelatihan medicine ball scoop toss, pelatihan medicine ball throw dan daya ledak otot lengan.

Abstract

This study was an experiment which aimed at finding out the effect of training medicine ball scoop toss and medicine ball throw to the increase explosive power arm muscles. This research was a real experiment studies the control groups of randomized pretest-posttest design. Forty-five samples are determined by simple random sampling technique. Explosive power arm muscles is measured with two hand medicine ball put and the data were analyzed by ANOVA test and test further the path of least significant difference (LSD) at a significance level (α) of 0.05 by using SPSS 16.0 program. The results of the study data description explosive power arm muscles showed an increase in the average value in the respective groups. The treatment group medicine ball scoop toss

(2)

rose 0.30 meters, medicine ball throw treatment groups increased by 0.69 meters, 0.02 meters and the control group. Results of data analysis using ANOVA F value 10.624 generate value and significance value 0.000 <0.05, which shows the difference in the effect of each group. It is followed by a test using the least significant difference (LSD) which indicates that the training medicine ball throw has a better effect than training medicine ball scoop toss the explosive power arm muscles with a mean difference of 0.3800. From the data analysis and discussion, it can be concluded that the training medicine ball scoop toss and throw medicine ball explosive power give affect toward the increased muscular arms and there was a difference between the effect of both training and medicine ball throw training have a better effect than training medicine ball scoop toss against increase in explosive power arm muscles.

Keywords : medicine ball scoop toss training, medicine ball throw training and explosive

power arm muscles

PENDAHULUAN

Sebuah bangsa agar dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga memiliki nilai yang sangat tinggi bagi suatu bangsa. Dalam berolahraga untuk mencapai prestasi yang tinggi sangat memerlukan komponen-komponen kondisi fisik yang sangat berperan penting terhadap peningkatan prestasi atlet.

Daya ledak (power) merupakan salah satu komponen-komponen dari kondisi fisik. Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimal dengan usahannya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya (Setijono, dkk, 2001: 46). Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan otot berkontraksi secara dinamis dan eksplosif serta mengeluarkan kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Kedua unsur tersebut merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan aktivitas pada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan eksplosif (Sudiana, 2009). Jadi daya ledak otot lengan merupakan salah satu daya ledak yang dibutuhkan dalam pencapaian suatu prestasi olahraga seperti bola voli, basket, bola tangan, silat, dan lain-lain.

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting yang harus dikembangkan dalam olahraga prestasi disamping faktor lain seperti teknik, taktik dan mental atlet, sehingga dapat diperoleh prestasi

yang optimal. Untuk

mengembangkan kondisi fisik perlu adanya suatu pembinaan kondisi fisik. Pembinaan kondisi fisik merupakan hal yang paling dasar yang harus dilakukan untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal dalam olahraga.

Pelatihan kondisi fisik akan memberikan manfaat yang baik apabila diberikan pada masa adolesensi, karena masa adolensensi merupakan masa yang paling tepat dalam pencapaian kemampuan fisik yang optimal karena pada masa ini fungsi fisiologis tubuh mengalami perkembangan dengan kisaran umur 10 sampai 18 tahun untuk perempuan dan 12 sampai 20 untuk laki-laki (Sugiyanto, 1998: 8). Masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada masa kehidupan (Fauzia, 2013). Jadi seperti yang diuraikan di atas, untuk mencapai

(3)

kondisi fisik yang baik di bidang olahraga dapat diberikan pada masa adolesensi atau saat anak tersebut duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena kemampuan fisiknya sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

Sebagai salah satu komponen kondisi fisik, daya ledak dapat ditingkatkan melalui program pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat.

Dari hasil observasi peneliti pada tanggal 9 Januari 2014, secara langsung di SMP N 3 Mengwi, pembinaan komponen-komponen kondisi fisik seperti daya ledak otot lengan masih belum sepenuhnya diberikan, sehingga secara tidak langsung berdampak buruk pada prestasi olahraga di SMP N 3 Mengwi. Catatan Prestasi 3 tahun terakhir di SMP N 3 Mengwi pada salah satu cabang olahraga yaitu, cabang olahraga bola basket putra belum menunjukkan prestasi yang memuaskan dan belum sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh sekolah. Catatan 3 tahun terakhir prestasi cabang olahraga basket SMP N 3 Mengwi pada tahun 2011 tim basket putra finish di urutan ke 4, pada tahun 2012 dan 2013 tim bola basket tidak mendapatkan medali bahkan tersingkir pada babak penyisihan. Penurunan prestasi siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya pembinaan yang mengarah pada peningkatan kondisi fisik.

Terkait dengan hal di atas, maka akan ditawarkan suatu bentuk pelatihan dengan gerakan pelatihan yang lebih variatif untuk melatih komponen kondisi fisik terutama daya ledak otot lengan dengan pelatihan medicine ball throw dan medicine ball throw. Pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw merupakan

gerakan plyometrics yang dirancang untuk menggerakkan otot pinggul, tungkai dan otot-otot khusus.

Asal istilah plyometrics diperkirakan dari bahasa Yunani “plio” dan “metric” yang masing-masing berarti “lebih banyak” dan “ukuran”. Plyometrics mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot yang terlibat (Furqon dan Doewes, 2002:2). Pelatihan Plyometrics merupakan salah satu usaha yang ditujukan untuk mengembangkan daya ledak eksplosif dan kecepatan reaksi (Nala, 2002:64).

Pelatihan medicine ball scoop toss dilakukan dengan cara “posisi badan setengah jongkok, letakkan bola di antara kedua tungkai, kemudian lemparlah bola ke atas dengan mendorong pinggul ke depan dan menggerakkan bahu ke belakang agar lengan tetap terjulur penuh dan selanjutnya tangkaplah bola dan letakkan lagi di antara kedua tungkai (Hidayat, 2012). Pelatihan medicine ball scoop toss ini melibatkan otot-otot punggung bagian bawah, fleksor pinggul, lingkar bahu, lengan, dan quadrisep (Furqon dan Doewes, 2002: 62).

Sedangkan Pelatihan medicine ball throw dilakukan dengan cara posisi berlutut dengan kedua lutut kira-kira selebar bahu, peganglah bola di belakang kepala dengan kedua lengan di tekuk, kemudian lemparlah bola ke depan sejauh mungkin dengan menekuk togok ke depan. Pelatihan medicine ball throw melibatkan otot-otot bahu, lengan, dada, dan togok. (Furqon dan Doewes, 2002: 67).

Keunggulan dari pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw dibandingkan dengan pelatihan yang lainnya, yaitu (1) dilihat dari gerakan tidak terlalu sulit untuk dilakukan, (2) pelatihan ini

(4)

tidak memerlukan tempat yang terlalu luas, dan (3) gerakan yang dilakukan menekankan pada lemparan untuk mencapai ketinggian yang maksimum dan kecepatan yang maksimum gerakan tangan, yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga bola basket. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat, (2012) yang menyatakan “bahwa penelitian medicine ball scoop toss dan medicine ball throw memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot lengan”. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk mengkaji “Pengaruh Pelatihan Medicine Ball Scoop Toss dan Medicine Ball Throw terhadap Daya Ledak Otot Lengan Pada Siswa Putra Kelas VII SMP N 3 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen sungguhan (true experimental) dengan rancangan the randomized pretest-posttest control group design (Kanca, 2006:73). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII di SMP N 3 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 181 orang yang terbagi dalam 10 kelas. Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Akan tetapi, dalam teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling, maka kemungkinan akan muncul rentangan antara 3 sampai 4 kelas untuk memenuhi jumlah sampel yang akan diperlukan. Tempat pelatihan dilakukan di Lapangan Mekepuh, Buduk, Badung dan waktu penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dan dilakukan pada pagi hari pukul 06.30 WITA.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah two hand medicine ball put untuk mengukur daya ledak otot lengan dengan validitas 0,77 dan reliabilitas 0,81 (Nurhasan, 2000:130). Untuk pengujian hipotesis terdapat pengaruh pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan menggunakan uji-t independent dan uji anava satu jalur serta uji least significant difference (LSD) dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Sebelum menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas data. Uji normalitas data ini dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya, yaitu jika signifikansi yang diperoleh lebih besar dari , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal (Candiasa, 2004:8). Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors diperoleh nilai signifikansi 0,143, 0,200, 0,200 > 0,05, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas data yang menggunakan uji levene. Uji homogenitas data dilakukan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (Candiasa, 2004:8). Kriteria pengujiannya, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih

(5)

besar dari , maka variansi setiap sampel sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari , maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene diperoleh nilai signifikansi 0,651 > 0,05, maka variansi setiap sampel sama (homogen).

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian.

Pengujian hipotesis pengaruh pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dilakukan dengan menggunakan uji-t independent. Kriteria keputusannya, yaitu apabila nilai signifikansi thitung lebih kecil dari 0,05, berarti terdapat peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan, sedangkan jika nilai signifikansi thitung lebih besar dari 0.05, berarti tidak ada peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji-t Independent Pelatihan Medicine Ball Scoop Toss Sumber data t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-tailed)

Daya Ledak Otot Lengan 2,140 28 0,041

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Independent Pelatihan Medicine Ball Throw Sumber data t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-tailed)

Daya Ledak Otot Lengan 5,243 28 0,000

Berdasarkan hasil uji-t independent untuk kelompok pelatihan medicine ball scoop toss diperoleh thitung sebesar 2,140 dengan nilai signifikansi 0,041. Nilai signifikansi 0,041 < 0,05, maka terdapat peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan. sedangkan untuk kelompok pelatihan knee tuck jump diperoleh thitung sebesar 5,243 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap daya ledak otot lengan..

Pengujian hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan diuji dengan menggunakan uji anava satu jalur pada taraf signifikan (α) 0,05. Kriteria pengujiannya, yaitu jika nilai signifikansi anava lebih kecil dari α (sig anava < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan anava lebih besar dari α (sig anava > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Candiasa, 2010: 70). Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.8

(6)

Tabel 4.8 Hasil Uji Anava Satu Jalur Pelatihan Medicine Ball Scoop Toss, Pelatihan Medicine Ball Throw dan Kelompok Kontrol

Sum of Squares Df Mean Square F Sig Between Groups Within Groups Total 4,108 8,120 12,228 2 42 44 2,054 0,193 10,624 0,000

Berdasarkan hasil uji anava satu jalur data daya ledak otot lengan diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,624 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Sehingga hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan. Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan, maka dilakukan uji lanjut atau uji

pembanding least significant difference (LSD) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Dan untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan.

Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Lengan

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Medicine Ball Scoo Toss

Medicine Ball Throw

-0,3800

*

0,3600

*

0,1606

0,1606

0,023

0,030

-0,704

-0,036

-0,056

0,684

Kontrol Medicine Ball Throw

Medicine Ball Scoo Toss

0,3800

*

0,7400

*

0,1606

0,1606

0,023

0,000

0,056

0,416

0,704

1,064

Kontrol Kontrol

Medicine Ball Scoo Toss

-0,3600

*

-0,7400

*

0,1606

0,1606

0,030

0,000

-0,684

-1,064

0,036

-0,416

Medicine Ball Throw

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Hasil uji least significant

difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok perlakuan pelatihan medicine ball scoop toss dengan medicine ball throw 0,023 dan untuk kelompok

kontrol 0,030. Sedangkan nilai signifikansi kelompok perlakuan pelatihan medicine ball throw dengan kelompok kontrol 0,000. Nilai signifikansi 0,023, 0,030 dan 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat

(7)

perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok terhadap daya ledak otot lengan. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot lengan diperoleh perbandingan kelompok pelatihan medicine ball scoop toss lebih kecil dibandingkan dengan kelompok pelatihan medicine ball throw sebesar -0,3800 dan kelompok pelatihan medicine ball scoop toss lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 0,3600. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan medicine ball throw lebih besar dibandingkan kelompok pelatihan medicine ball scoop toss sebesar 0,3800 dan kelompok pelatihan medicine ball throw lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 0,7400. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan dengan kelompok pelatihan medicine ball scoop toss sebesar -0,3600 dan kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan medicine ball throw sebesar -0,7400.

Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) daya ledak otot lengan pelatihan medicine ball throw mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dari pada pelatihan medicine ball scoop toss dengan hasil mean difference sebesar 0,3800. Sehingga hipotesis penelitian terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan.

Pembahasan

Hasil analisis uji-t independent dan uji anava satu jalur serta uji least significant difference (LSD) yang sudah dibahas di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dan

perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok serta pelatihan medicine ball throw mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot lengan dari pada pelatihan medicine ball scoop toss.

Pelatihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan kian hari jumlah beban pelatihannya kian bertambah (Harsono, dkk., 2005: 43). Pelatihan adalah proses penyempurnaan kemampuan olahraga, yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama yang terprogram sistematis dan berkesinambungan serta memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar dalam upaya meningkatkan kemampuan fungsional tubuh untuk mencapai tujuan tertentu. Pelatihan akan memberikan dampak yang nyata terutama pada fungsi organ tubuh, baik itu pada saat melakukan pelatihan maupun setelah melakukan pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu kunci sukses dalam mencapai prestasi individu, sehingga dalam pelatihannya harus dilakukan sebaik-baiknya.

Tujuan pelatihan dalam bidang olahraga adalah untuk memperbaiki kemampuan teknik (keterampilan) atau penampilan atlet sesuai dengan kebutuhan dalam bidang olahraga spesialisasi atau yang digeluti dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan menjaga kesehatan (Nala, 2002: 40).

Dengan demikian, maka pelatihan ditujukan untuk meningkatkan pengembangan fisik baik menyeluruh maupun khusus terhadap pematangan strategi dan teknik permainan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, menanamkan kemauan dan disiplin yang tinggi, pengoptimalan persiapan tim dan olahraga beregu, memelihara kebugaran jasmani dan

(8)

kesehatan serta mencegah kemungkinan terjadinya cedera.

Dengan pemberian pelatihan yang menerapkan prinsip-prinsip dasar pelatihan dan tidak mengabaikan intensitas, volume dan frekuensi pelatihan, akan dapat memberikan efek yang positif pada anatomi dan fisiologi otot. Untuk mengembangkan daya ledak otot diperlukan pelatihan yang dapat meningkatkan organ-organ tubuh khususnya kemampuan otot terutama otot-otot anggota gerak atas.

Peningkatan yang terjadi antara pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw disebabkan oleh diberikannya pelatihan secara terprogram dan sistematis selama 12 kali pertemuan atau selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu yang mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot yang secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan. Pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw merupakan pelatihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya ledak otot lengan. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Hidayat (2012), yang menyatakan bahwa dengan memberikan pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw dapat meningkatkan kekuatan otot dan kecepatan otot yang merupakan unsur penting di dalam daya ledak otot lengan.

Selain itu, rangkaian gerakan dari kedua pelatihan ini yang membuat otot berkontraksi dengan sangat kuat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot (hipertrofi otot). Efek dari hipertrofi otot tersebut adalah kekuatan otot lengan akan meningkat. Pertambahan massa otot disebabkan oleh bertambahnya myofibril/serabut halus otot sehingga sel otot bertambah besar dan terjadi

hipertrofi (Setijono, dkk., 2001: 23). Semua hipertrofi otot diakibatkan dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serabut otot, yang menyebabkan pembesaran masing-masing serabut otot (Guyton dan Hall, 2008: 1117). Selain itu, peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel-sel otot akibat pelatihan, maka akan dapat menyebabkan fungsi dari mitokondria lebih efektif. Dengan adanya peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot sehingga secara fisiologis merangsang perbaikan pengambilan oksigen” (Nala, 2002: 53). ). Disamping itu akibat dari pelatihan yang teratur dan maksimal mitokondria melakukan replikasi sehingga dapat mengerahkan sistem energi dominan untuk selalu siap menyediakan energi yang diperlukan (Guyton dan Hall, 2008: 1113).

Melalui peningkatan jumlah dan sel-sel serabut otot lengan ini, maka akan dapat meningkatkan kekuatan otot lengan. Selain meningkatkan kekuatan otot lengan, kecepatan otot lengan juga akan meningkat dengan adanya gerakan melempar yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang. Peningkatan kekuatan dan kecepatan otot lengan akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan. Hal ini didasarkan atas dua unsur penting yang ada di dalam daya ledak, yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot. Sehingga pelatihan medicine ball scoop toss dan medicine ball throw berpengaruh terhadap daya ledak otot lengan.

Peninjauan lebih lanjut terkait keunggulan pelatihan medicine ball throw dari pada pelatihan medicine ball scoop toss dikarenakan mekanisme gerakannya dalam melakukan atau melaksanakan pelatihan medicine ball throw ini,

(9)

memiliki keefektifan di dalam pelaksanaannya, karena kontraksi otot yang dilakukan menyebabkan otot-otot bahu, lengan, dada, dan togokn berkontraksi secara menyeluruh sehingga fungsi dari otot lengan tersebut lebih besar dibandingkan pelatihan medicine ball scoop toss yang hanya melempar keatas dengan jarak yang tidak maksimal dalam pembebanan pada otot lengan, selain itu, dari pelatihan yang diberikan hanya sedikit melibatkan otot-otot lengan dan lebih bayak melibatkan otot-otot seperti otot-otot punggung bagian bawah, fleksor pinggul, dan quadrisep. Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Hidayat, dkk (2012) menyatakan, “bahwa pelatihan medicine ball throw lebih baik dibandingkan dengan pelatihan medicine ball scoop toss, karena pelatihan medicine ball throw lebih efektif dalam meningkatkan daya ledak otot lengan dengan adanya gerakan melempar ke depan dengan kekuatan penuh”.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu (1) pelatihan medicine ball scoop toss berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014. (2) pelatihan medicine ball throw berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014. dan (3) terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw terhadap peningkatan daya ledak otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014.

Dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu (1) Untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot lengan dapat diberikan pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw. (2) Disarankan bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan medicine ball scoop toss dan pelatihan medicine ball throw yang terprogram dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan unsur kondisi fisik terutama daya ledak otot lengan. (3) Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk menggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

DAFTAR RUJUKAN

Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha.

Fauzia, Yuniko Febby Husnul. 2013. Hubungan Indeks Masa Tubuh Dan Usia Dengan Kadar Asam Urat Pada Remaja Pra-Obese Dan Obese Di Purwokerto. Tersedia pada http://www. google.com/keperawatan. unsoed.ac.id (diakses pada 8 Februari 2014).

Furqon H, M dan Muchsin Doewes. 2002. Plaiometrik: Untuk Meningkatkan Power. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Guyton, A.C., Hall, J.E. 1996. Fisiologi Kedokteran

(10)

(terjemahan). Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harsono, dkk. 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB Hidayat, dkk. 2012. “Perbedaan

Pengaruh Latihan Medicine Ball Scoop Toss Dengan Latihan Medicine Ball Throw Terhadap Power Otot Lengan Bahu Pada Tim Bolavoli Putri Sman Olahraga Provinsi Riau”. Tersedia pada http://www. google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= jurnal%20latihan%20medicine %20ball%20medicine%20ball %20daya%20ledak%20otot%2 0lengan%20pdf. (diakses pada tangal 17 Mei 2013).

Nala, Ngurah. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali.

Kanca, I Nyoman. 2006. Buku Ajar Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Setijono, dkk. 2001. Instruktur Fitness. Surabaya: Unesa University Press.

Sudiana, I Ketut. 2009 Pengaruh Pelatihan Loncat Tegak di Tanah Berpasir dan Tidak Berpasir Terhadap Kekuatan, Kecepatan, dan Power Otot

Tungkai. Tersedia pada http://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/I ndex.Php/Jpp/Article/View/ 1742/1527. (diakses pada tanggal 13 Februari 2014) Sugiyanto. 1998. Perkembangan

dan Belajar motorik. Jakarta: Universitas Terbuka.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

memasukan dokumen penawaran lelang sederhana pengadaan bahan kimia TA 2015 Laboratorium Forensik Cabang Palembang dengan rincian sebagai berikut : ---.. /._

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Anggraeni, “Pada aspek kemampuan karyawan mutasi penempatan jabatan karyawan saat ini sebagian besar sudah sesuai dengan kompetensi

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terlihat memiliki dimensi pengaturan yang relative lebih luas dibanding dengan

Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010.. LKPJ GUBERNUR JAWA

Hal ini terlihat pada persentase nilai rata-rata pada siklus adalah jika persentase ini dikaitkan dengan hasil observasi dimana anak mampu memainkan permainan Golf

Peraturan Kepala Badan Pertanaan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Hal ini menunjukan bahwa Hotel Grand Royal Panghegar Bandung perlu mengoptimalkan manajemen karir untuk meningkatkan motivasi berprestasi karyawan, karena manajemen karir

Aplikasi ini dapat digunakan sebagai media alternatif bagi pengunjung TMII untuk mendapatkan informasi mengenai sarana rekreasi yang disediakan oleh TMII melalui komputer sebagai