• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGUSAHAAN KEMIRI DI FLORES, NTT DAN LOMBOK, NTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGUSAHAAN KEMIRI DI FLORES, NTT DAN LOMBOK, NTB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Kupang

STUDI PENGUSAHAAN KEMIRI DI FLORES, NTT DAN

LOMBOK, NTB

Oleh :

Pemanfaatan hasil kemiri sebagai hasil hutan saat ini sangat mendesak karena banyak manfaat dapat diperoleh dari pengelolaannya, dan diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan konservasi hutan, tanah dan air, serta kesejahteraan masyarakat. Kemiri sebagai salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) mempunyai potensi yang cukup besar di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pemanfaatan dan pengusahaan kemiri yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Ende, Ngada dan Lombok Tengah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusahaan kemiri di Kabupaten Ende, Ngada dan Lombok Tengah terbatas pada pengusahaan kemiri isi (kemiri kupas/ ). Kegiatan yang dilakukan meliputi produksi, pemecahan dan distribusi kemiri.

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu adanya diversifikasi pengusahaan kemiri. Para pengusaha, pemerintah dan masyarakat hendaknya mengupayakan pengembangan pengusahaan arang, arang aktif dan minyak kemiri. Disamping itu perlu pengembangan tanaman kemiri dilahan kritis yang ada di Flores dan Lombok. Dengan demikian diperoleh manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat

Kata kunci : kemiri, potensi, pemanfaatan, pemecahan biji kemiri

Telah diakui bahwa pengusahaan dan pembangunan sumberdaya alam dibidang kehutanan pada masa yang lalu telah banyak mengalami kegagalan. Pemanfaatan biomassa hutan lebih ditekankan pada pemungutan kayu semata (

) sehingga cenderung tidak efektif serta merusak kelestarian sumberdaya hutan.

Saptadi Darmawan dan Rahman Kurniadi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1) ABSTRAK kernel wood oriented

(2)

Beberapa tahun belakang ini paradigma pembangunan dibidang kehutanan telah berubah menjadi pengelolaan sumberdaya hutan yang berdayaguna, melibatkan masyarakat luas dan mengembangkan perekonomian rakyat. Pengusahaan tidak terfokus lagi hanya pada upaya memproduksi kayu tapi mulai mengembangkan produk hutan lainnya seperti hasil hutan bukan kayu dan jasa hutan yang terlihat ( dan tidak terlihat ( ) seperti , sumber air, oksigen dll.

Kemiri merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang cukup potensial di Nusa Tenggara terutama Nusa Tenggara Timur. Di NTT, potensi kemiri tersebar diseluruh wilayah terutama di Kabupaten Alor, Flores Timur dan Sikka, sedangkan di NTB terbanyak di P. Sumbawa. Berdasarkan pengelompokkannya kemiri ( L Willd) termasuk dalam kelompok minyak lemak. Jenis ini mudah ditanam, cepat tumbuh dan tidak begitu banyak menuntut persyaratan tempat tumbuh sehingga dalam perkembangannya tanaman ini sudah direkomendasikan sebagai tanaman penghijauan/reboisasi.

Pengusahaan kemiri di NTT dan NTB pada umumnya masih dalam taraf industri hulu yang dilakukan oleh masyarakat petani atau pemilik pohon kemiri. Keuntungan yang mereka peroleh adalah dari hasil penjualan biji kemiri. Sebagian diantara mereka ada yang berusaha mendapatkan nilai tambah dengan cara menjual kemiri dalam bentuk kemiri kupas (kemiri isi). Cara pengupasannyapun masih dilakukan secara tradisional tergantung masing-masing daerah.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pemanfaatan dan pengusahaan kemiri yang dilakukan oleh masyarakat.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner, alat perekam dan peralatan tulis-menulis untuk membantu kegiatan wawancara.

Sebagai hasil hutan non kayu kemiri mempunyai berbagai manfaat. Buahnya dapat digunakan sebagai obat, bumbu masak,kosmetik dan berbagai manfaat lainnya. Tempurung kemiri merupakan bahan baku yang baik untuk pembuatan arang, sedangkan kayu kemiri banyak dipakai sebagai bahan bangunan dan cetakan beton.

Pengusahaan kemiri merupakan kegiatan untuk memperoleh manfaat ekonomi dari tanaman kemiri. Makin banyak produk yang dihasilkan dari tanaman kemiri maka manfaat ekonomi yang diterima masyarakat sekitar semakin besar.

Penelitian ini mengeksplorasi semua kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat dan menganalisis peluang-peluang pengusahaan lainnya. Keberhasilan memperoleh peluang baru dari pengusahaan kemiri sangat bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.

tangible) intangible ecotourism

Aleurites mollucana

II. METODE PENELITIAN

A. Bahan

(3)

C. Metode Pengumpulan Data

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengusahaan Kemiri di Flores NTT

1. Potensi Kemiri di Kabupaten Ende dan Ngada

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap para petani dan pengusaha sampel yang dipilih secara acak. Pengumpulan data primer dilakukan pada Tahun 2002 dan 2004. Pengumpulan data primer dilakukan di Kabupaten Ende, Ngada, dan Lombok Tengah.

Data sekunder dikumpulkan dari Biro Pusat Statistik dan Situs internet Departemen Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Ende. Data sekunder diambil pada tahun 2007.

D. Metode Analisis Data

Data dianalisis secara eksploratif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kegiatan pengusahaan yang telah ada di masyarakat dan kegiatan pengusahaan lain yang mungkin dilakukan. Hasil analisis data digunakan untuk mengekplorasi peluang pengusahaan kemiri dan mengembangkannya.

Keberadaan pohon kemiri tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Ende baik pada tanah yang subur maupun tanah marginal bahkan tumbuh baik di bukit-bukit dan lereng berbatu. Pada tahun 2006 tanaman kemiri di wilayah ini seluas 4.561,9 ha dengan produksi 3.792,5 ton.

Menurut Departemen Pertanian (2007), hasil sensus pertanian tahun 2002 menujukkan bahwa luas tanaman kemiri di Kabupaten Ngada adalah 3.692 ha, dengan produksi 967 ton.

Pohon kemiri di P. Flores sebagian besar berada di luar kawasan hutan yaitu ditanah-tanah atau kebun masyarakat yang berkembang secara sporadis dari hasil gerakan penghijauan dan juga budidaya oleh masyarakat sendiri. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kab. Ngada, produksi kemiri di dalam kawasan hutan lebih kecil yaitu hanya 25 - 30 % dibandingkan dengan produksi di luar kawasan. Tentunya hal ini sangat menggembirakan karena nampaknya masyarakat mulai menyadari penting arti tanaman kemiri, terutama dari segi ekonomi dan tentunya berdampak positif pula dilihat dari aspek lingkungan. Sebagian besar petani menjadikan pohon kemiri sebagai sumber penghasilan tambahan yang cukup prospektif dimana kegiatan utama mereka adalah sebagai petani biasa (berladang, bersawah, berkebun dll).

(4)

Tabel 1. Potensi kemiri di Kabupaten Ende Tahun 2006 No. Nama Kecamatan Luas Areal Perkebunan(Ha) Luas Produktif(Ha) Produksi(ton) Produkstivitas (Kg/Ha) 1. Nangapanda 100,4 726,7 80,7 1.000 2. E n d e 986,0 671,0 687,0 1.003 3. Ende Selatan 163,1 130,0 94,9 730 4. N d o n a 464,0 363,9 363,9 1.000 5. Ndona Timur 245,3 181,4 141,7 1.000 6. Detusoko 1.935,2 1.250,5 1.029,0 800 7. Wewaria 150,1 89,6 88,5 1.000 8. Wolowaru 746,1 487,0 535,0 1.000 9. Wolojita 141,7 98,3 98,3 1.000 10. Kelimutu 306,2 193,0 212,0 1.100 11. Lio Timur 276,4 216,7 167,9 1.100 12. Maurole 287,8 185,5 193,6 957 13. Detukeli 1.138,3 674,3 674,3 1.000 14. Kota Baru 407,0 357,7 261,1 730 15. Maukaro 287,8 185,5 193,6 957 16. Pulau Ende 0 0 0 0 Jumlah 4.561,9 4.560,6 3.792,5

Sumber : Pemerintah Kabupaten Ende , 2007 Tabel 2. Kepemilikan kemiri oleh masyarakat

Kepemilikan Kemiri

No. Lokasi Sampel Pekerjaan

(petani) Pohon Luas (ha)

Produksi (kg/thn) 1. Ende Selatan 100 % 25,85 - 457,50 2. Ndona 100 % 24,05 - 363,13 3. Bajawa 100 % - 1,58 417,50 4. Soa 100 % - 0,35 482,50

Sumber : Data Primer setelah diolah dari hasil survey (2002)

Produktivitas pohon kemiri sangat bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon. Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan Kabupaten Ngada (2001), produktivitas tegakan kemiri berkisar antara 3,67 - 5,00 kg/

(5)

pohon/tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kec. Soa dan Bajawa memperlihatkan bahwa produktivitas tegakan kemiri milik masyarakat ternyata lebih besar yaitu rata-rata 13,02 kg/pohon/tahun. Perbedaan tersebut dapat mengindikasikan bahwa di kecamatan lain kemungkinan masih banyak pohon kemiri muda dengan produksi yang belum terlalu banyak. Begitu pula halnya di Kab. Ende, dimana produktivitas rata-rata yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah 7,25 kg/pohon/tahun, sedangkan dari hasil wawancara dengan masyarakat di Kec. Ende Selatan dan Kec. Ndona adalah sebesar 15.09 kg/pohon/tahun.

Namun demikian dari hasil pengamatan dalam penentuan produktivitas belum dilakukan dengan akurat karena masih berdasarkan asumsi-asumsi dan belum didasarkan pada pengukuran langsung di lapangan. Sehingga dalam hal ini perlu dilakukan kegiatan pengukuran produktivitas pohon dalam menghasilkan buah/biji kemiri secara langsung dengan membuat plot pengamatan. Data yang akan diperoleh tersebut dapat dimanfaatkan dalam perhitungan produksi yang lebih mendekati kenyataan yang ada dan dapat melihat produksi setiap bulannya dalam satu tahun.

Budidaya kemiri telah dikenal baik oleh masyarakat, teknik penanaman dikembangkan dari biji dan cabutan anakan yang tumbuh disekitar pohon kemiri. Masyarakat lebih menyukai penggunaan biji betina untuk disemaikan dibandingkan biji jantan karena mempunyai produktivitas yang lebih baik. Menurut masyarakat, ditingkat persemaian persentase biji tumbuh menjadi anakan berkisar 50 - 60 persen, sedangkan persentase tumbuh di lapangan antara 50 - 60 persen (bila ditanam langsung dilapangan) dan dapat ditingkatkan mendekati 100 persen apabila sebelum ditanam dikondisikan terlebih dahulu dalam (bambu pengganti polibag) selama seminggu.

Berdasarkan pengalaman masyarakat di daerah survei, buah dari pohon kemiri yang masih muda (awal berbuah) banyak yang rontok dikarenakan pohonnya yang belum matang (tangkai buahnya kurang kuat) sehingga hasil yang didapat juga tidak banyak yaitu sekitar 2-6 kg/pohon/tahun.

Panen raya kemiri berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan Maret tergantung daerah dan keadaan cuaca. Cara pemungutan buah kemiri tidak dilakukan sekaligus karena masa berbuahnya yang juga tidak serentak untuk setiap pohon. Pemanenan buah kemiri tidak dilakukan dengan cara memetik langsung dari pohonnya namun dibiarkan jatuh ke tanah. Buah yang telah jatuh dibiarkan beberapa hari menunggu terkumpul dalam jumlah cukup banyak disamping itu juga membiarkan kulit buah kemiri menjadi rapuh sehingga mudah dikupas.

Sistem pemungutan yang dilakukan secara bertahap menyebabkan petani umumnya tidak menggunakan tenaga buruh untuk mengambil buah dari sekitar pohon kemiri ke rumahnya, selain juga untuk menekan/menghilangkan pengeluaran berupa biaya pengangkutan. Penggunaan buruh biasanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki pohon dalam jumlah banyak atau areal pohon kemiri yang cukup luas. Pembayaran upah dapat dilakukan berdasarkan jam kerja maupun borongan dalam

2. Budidaya

3. Pemanenan

(6)

satu hari (setengah hari). Upah per jam dihitung sebesar Rp. 2.500,- dan untuk borongan sebesar Rp. 10.000,-.

Tabel 3. Waktu panen dan penanganan buah kemiri

No. Kecamatan Bul an Panen Raya Lama Penyimpanan

di Rumah (hari)

Lama Penjemuran (hari)

1 Ende Selatan Oktober – Maret 6,5 (3 – 7) 8,0 (3 -11)

2 Ndona Oktober – Maret 4,8 (2 – 7) 8,1 (6 – 10)

3 Bajawa Oktober – Desember 3,5 (2 – 7) 3,2 (3 – 5)

4 Soa Agustus – Desember 3,0 (2 – 4) 4,5 (3 – 7)

Sumber : Data Primer setelah diolah dari hasil survey (2002) 4. Penanganan Pasca Panen

Buah kemiri yang mereka peroleh kemudian dibersihkan dari kulit buah yang masih tersisa dan setelah itu dijemur selama 1 - 3 hari tergantung dari panasnya matahari. Biji kemiri kemudian disimpan dalam karung untuk menunggu dijual. Penjemuran dilakukan guna menghindari terjadinya kerusakan pada biji kemiri jika disimpan dalam waktu cukup lama. Lama penyimpanan biji kemiri tergantung dari kebutuhan dari masing-masing petani. Bagi mereka yang terdesak dari segi ekonomi maka akan segera menjual biji kemirinya walaupun harga di pasaran sedang turun sebagai akibat dari panen raya. Namun mereka yang memiliki perokonomian cukup mampu maka akan menahan penjualan hingga menunggu harga membaik. Berdasarkan hasil survei sebagaimana disajikan pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa lama penyimpanan biji kemiri oleh petani umumnya hanya berkisar 2 - 7 hari.

Penjulan kemiri sebagian besar dalam bentuk kemiri isi (biji kemiri yang telah dikupas). Jadi sebelum masyarakat menjual biji kemiri simpanannya, mereka terlebih dahulu memecahkan (pengupasan) biji kemiri tersebut. Pengangkutan kemiri dari rumah ke pasar atau tempat jual beli dilakukan oleh mereka sendiri, jika menggunakan tenaga buruh maka menunggu sampai buah kemiri yang dikumpulkan cukup banyak. Biaya pengangkutan sangat bervariasi tergantung dari jaraknya yaitu antara Rp. 500,- sampai dengan Rp. 6.000,- per karungnya.

Pemecahan biji kemiri dilakukan dengan cara sederhana menggunakan alat yang berasal dari kulit pelepah lontar atau kelapa bagian luar (tipis) yang dilipat dimana sekitar 5 cm dari ujung lipatan diikat. Biji kemiri dimasukkan pada lubang pelepah yang ada diujung tersebut kemudian dipukul-pukulkan pada batu. Apabila masih sulit biji kemiri diambil menggunakan ujung pisau. Sebelum dipecahkan, biji kemiri dijemur dahulu selama 3 - 11 hari (Tabel 3) tergantung panasnya matahari. Pemanasan dilakukan untuk memudahkan pemecahan dan meningkatkan persentase keutuhan kemiri isi. Dengan menggunakan cara ini masyarakat rata-rata mampu

(7)

memecahkan biji kemiri 9,47 kg/hr dengan persentase kemiri utuh rata-rata sebesar 75,95 % (Tabel 4).

Kegiatan masyarakat mengupas/memecahkan biji kemiri dilakukan dirumah mereka masing-masing oleh seluruh anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak) disaat mereka memiliki waktu senggang. Sangat sedikit sekali pengupasan biji kemiri dilakukan dengan cara diupahkan pada orang lain terkecuali bagi mereka yang memiliki pohon kemiri dalam jumlah besar itupun jumlahnya sangat sedikit.

Masyarakat pernah mendapatkan bantuan mesin pemecah biji kemiri dari bantuan luar negeri dengan kapasitas yang besar. Pemecahan dengan mesin tidak dilakukan dengan alasan kapasitas terpasang mesin tidak sebanding dengan jumlah kemiri yang diproduksi rumah tangga dan hasilnya pun kurang baik (banyak kemiri isi yang tidak utuh). Selain itu keberadaan lokasi kemiri yang menyebar meningkatkan biaya untuk mencapai lokasi mesin.

Tabel 4 . Pemecahan biji kemiri dan pemanfaatan tempurungnya oleh masyarakat

Pemanfaatan Tempurung Kemiri

No. Kecamatan Produktivitas

Pemecahan Biji Kemiri (kg/org/hr) Persentase kemiri Utuh (%) Jenis Persentase 1 Ende Selatan 10,4 (7 – 13) 73,75 - Dibuang/dibakar 100 2 Ndona 8,75 (3 – 14) 64,48 - Dibuang/dibakar 100 3 Bajawa 8,75 (7 – 10) 80,00 - Pengeras jalan 100 4 Soa 9,98 (6 – 12) 85,55 - Dibuang/bakar - Lantai rumah 65 35

Sumber : Data primer setelah diolah dari hasil survey (2002)

Untuk menjaga kualitas kemiri isi agar diperoleh harga jual yang baik maka dilakukan pengeringan dengan cara penjemuran. Penjemuran dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga kemiri isi akan terhindar atau paling tidak akan menunda terjadinya proses penjamuran. Bila terkena jamur, warna kemiri akan berubah menjadi hijau sampai coklat kehitaman.

Secara garis besar rantai pemasaran kemiri isi diantaranya adalah sebagai berikut, melalui jalur :

1). Petani- pedagang dipasar lokal - pengumpul - pedagang besar - Surabaya 2). Petani - pengumpul - pedagang besar - Surabaya

3). Petani - pedagang besar -Surabaya

4). Petani - pedagang di pasar lokal/kabupaten

(8)

Penjualan kemiri isi di pasar lokal mempunyai harga yang lebih baik dibanding menjualnya kepada pengumpul. Namun kemampuan daya serap terhadap komoditi kemiri isi dipasar lokal sangat terbatas. Apabila pasar sudah tidak mampu menyerap lagi maka para pemilik kemiri akan menjualnya kepada pengumpul untuk selanjutnya di perdagangkan antar pulau terutama ke Surabaya.

Harga kemiri isi di tingkat petani dipedesaan di Kab. Ngada berkisar antara Rp. 4.800,- sampai dengan Rp. 5.075,- per kg dan di Kab. Ende antara Rp. 5.668,-sampai dengan Rp. 5.770,- per kg. Harga tersebut dapat lebih rendah sekitar Rp. 500,-sampai Rp. 1.000,- per kg bila pembeli langsung datang ke rumah penduduk/petani. Selisih harga tersebut sebagai akibat dari adanya pengalihan biaya pengangkutan yang dibebankan pada pembeli. Sedangkan harga biji kemiri berkisar antara Rp. 1.000,-sampai Rp. 1.500,-.

Penjualan kemiri dalam bentuk kemiri isi dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding menjualnya dalam bentuk biji kemiri. Berdasarkan data hasil survei lapangan dan data Dinas Kehutanan, rata-rata harga biji kemiri adalah Rp. 1.250 per kg dan kemiri isi Rp. 5.250 per kg. Berat kemiri isi sekitar 33,33 persen dari berat biji kemiri, sehingga apabila menjual 1 kg kemiri isi maka akan setara dengan menjual 3 kg biji kemiri. Penjualan biji kemiri sebanyak 3 kg akan diperoleh penghasilan sebesar Rp. 3.750,- sedangkan dengan menjualan 1 kg kemiri isi diperoleh Rp. 5.250,-per kg sehingga terdapat selisih Rp. 1.500,-. Selisih tersebut dapat dikategorikan sebagai jasa yang diterima oleh masyarakat dari hasil pengupasan biji kemiri.

Dari uraian diatas, ditinjau dari pengusahaan kemiri tampak bahwa usaha jual beli kemiri merupakan yang memberikan manfaat bagi para pelakunya

Hasil wawancara (pada tahun 2002) menunjukkan bahwa pengusahaan kemiri di Kabupaten Ende dan Ngada baru terbatas pada penjualan kemiri isi (100%). Padahal masih banyak bagian lain dari kemiri yang dapat dijadikan nilai tambah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Pengusahaan kemiri di Kab. Ende dan Kab. Ngada terutama disektor hulu belum dilakukan secara optimal. Pohon kemiri yang diusahakan merupakan hasil penghijauan dan budidaya. Penyebarannya berada di dalam dan di luar kawasan hutan terutama di tempat-tempat dengan tingkat kelerangan yang cukup tinggi. Sulitnya medan tersebut menyebabkan masyarakat pemilik pohon kemiri tidak melakukan pemeliharaan secara intensif bahkan terhadap pohon kemiri di kebun-kebun mereka dengan kondisi kelerengan yang cukup landai.

Produksi kemiri sangat ditentukan oleh banyak cabang dan luasan tajuk yang terbentuk. Pembentukan cabang dapat dilakukan pada saat pohon masih muda. Ruang tumbuh pohon kemiri yang terlalu rapat menyebabkan tanaman ini kurang berkembang dengan baik terutama dalam pembentukan tajuknya dan penjarangan hampir tidak pernah dilakukan.

Pemangkasan tanaman merupakan salah satu tahapan dalam pemeliharaan tanaman kemiri. Menurut Sunanto (1994), pemangkasan mempunyai beberapa manfaat diantaranya: percabangan menjadi lebih banyak dan tanaman tidak terlalu tinggi sehingga memudahkan pertumbuhan hasilnya, dapat mempermudah bagian tanaman yang sudah tua dan dapat mempercepat tanaman berbunga dan berbuah.

multi player effect

(9)

Apabila dilakukan secara intensif maka pengusahaan kemiri ini akan sangat menguntungkan. Menurut Karyawan (1997), secara usaha hutan rakyat kemiri seluas 1 hektar dengan perhitungan umur tanaman kemiri produktif hingga umur 35 tahun, maka dalam jangka waktu 10 tahun usaha hutan rakyat kemiri dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 7.539.950,- atau rata-rata Rp. 753.995,- per tahun (tahun 1997, saat itu kurs rupiah terhadap dolar AS sekitar Rp. 3.000,-). Pendapatan lain dari kegiatan hutan rakyat ini adalah hasil panen tumpangsari.

Dengan sistem pengusahaan yang berlangsung seperti saat ini maka pihak petani terutama petani kecil dengan jumlah kepemilikan tanaman kemiri terbatas berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Kebutuhan hidup yang mendesak menyebabkan mereka menjual kemiri secepatnya setelah panen walaupun pada saat itu harga jual kurang menguntungkan. Pembentukan koperasi dapat dijadikan sebagai lembaga untuk melindungi para petani kecil agar memperoleh keuntungan yang lebih memadai. Petani dengan modal yang cukup akan menyimpan biji kemiri bila harga sedang turun dan menjualnya setelah ada kenaikan harga.

Harga jual kemiri cenderung lebih ditentukan oleh pedagang besar dengan dalih harga yang mereka tetapkan telah disesuaikan dengan harga di Jawa (terutama Surabaya), sehingga petani berada dalam posisi lemah. Sebenarnya persyaratan mutu kemiri dapat dijadikan sebagai parameter penentuan harga tentunya dengan dukungan dari instansi terkait. Selama ini persyaratan mutu bukan menjadi hal yang mutlak dalam penentuan harga yang terjadi.

Tempurung kemiri sebagai hasil sampingan dari proses pengupasan biji kemiri belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Pada Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa pemanfaatan tempurung kemiri belum menghasilkan nilai ekonomis dimana sebagian besar dibuang/dibakar begitu saja dan sebagian lagi dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pengeras jalan dan lantai rumah. Apabila dilihat dari potensinya maka prospek pemanfaatan tempurung kemiri cukup cerah. Berat tempurung kemiri mencapai 66,33 % (2/3) dari keseluruhan berat bijinya.

Pemanfaatan sederhana limbah tempurung kemiri yang mudah dilakukan adalah dengan menjadikannya sebagai arang. Teknologi pembuatan arang sangat sederhana dan murah serta mudah dilakukan. Sifat fisik tempurung kemiri yang keras menandakan bahwa bahan tersebut mempunyai kadar lignin yang tinggi dan baik digunakan sebagai arang.

Menurut hasil wawancara (pada tahun 2002), hambatan utama pengusahaan arang kemiri adalah sulitnya pemasaran. Arang kemiri belum digunakan sebagai sumber energi oleh masyarakat. Padahal kebutuhan energi untuk masyarakat sangat tinggi, terutama saat ini dimana harga minyak semakin melambung. Untuk itu perlu dilakukan promosi agar sumber energi tersebut laku di pasaran.

Produk lainnya yang memiliki peluang untuk dikembangkan adalah pembuatan minyak kemiri. Kendala yang dihadapi adalah rendahnya minat pengusaha lokal untuk membangun industri minyak kemiri. Mereka lebih menyukai pemasaran kemiri isi. Menurut hasil wawancara (pada tahun 2002) pengusahaan kemiri isi lebih disukai karena lebih mudah dan tingkat pengembalian modalnya relatif lebih tinggi

hypotetik

(10)

dan cepat. Diperlukan berbagai upaya untuk mengembangkan industri minyak kemiri, misalnya pembentukan industri model untuk mengusahakan minyak kemiri.

Pengusahaan kemiri di Lombok Nusa Tenggara Barat hampir sama dengan di Kabupaten Ende dan Ngada. Kegiatan usaha terbatas pada kemiri isi. Kegiatan yang dilakukan meliputi produksi kemiri (penanaman), pemecahan kemiri, dan distribusi kemiri isi.

Lokasi penelitian pengusahaan kemiri di Lombok adalah Desa Aik Darek, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, tepatnya di Dusun Pancor Dahu. Dusun ini telah di kenal sebagai sentra industri pemecah biji kemiri. Masyarakat di Dusun ini mengandalkan hidupnya dari usaha pemecah biji kemiri karena sedikit sekali diantara mereka yang memiliki lahan pertanian atau keterampilan lainnya. Pengusaha kemiri dalam skala besar hanya terdapat dalam jumlah kecil dan sebagian besarnya merupakan buruh pemecah biji kemiri. Perbedaan tersebut lebih disebabkan oleh besar-kecilnya modal yang dimiliki. Kemampuan mereka dalam satu keluarga sebenarnya dapat menghasilkan kemiri isi lebih dari 30 kg per hari. Namun demikian terdapat keterbatasan bahan baku biji kemiri terutama dimasa tidak musim panen kemiri.

Keterbatasan mereka dalam mengembangkan usaha ini adalah kecilnya modal yang mereka miliki. Modal untuk membeli biji kemiri satu ton mencapai Rp. 2.150.000,- pada musim panen dan diluar musim panen mencapai Rp. 2.500.000,-(diterima di tempat pembeli). Keseluruhan proses pengerjaannya hingga kemiri isi siap jual hanya membutuhkan waktu 3 - 4 hari. Semakin besar modal yang mereka miliki maka semakin banyak bahan baku yang dapat dibeli terutama di saat harga biji kemiri murah. Sebagian bahan baku tersebut mereka simpan sebagai stok di saat biji kemiri sulit didapat atau harga tinggi. Sehingga hanya pengusaha dengan modal besar saja yang dapat terus berkembang.

Biji kemiri diperoleh dari pasar setempat dalam jumlah kecil dan sebagian besar berasal dari pedagang antar pulau yang membawa biji kemiri dari P. Sumbawa dan P. Flores dengan menggunakan truk-truk besar. Pada musim panen kemiri, pengusaha besar membutuhkan sekitar 40 ton bahkan pada saat panen raya kebutuhannya mencapai 60 - 100 ton setiap bulannya. Sedangkan pada saat tidak musim kebutuhan biji kemiri hanya 12 ton.

B. Pengusahaan Kemiri di Lombok NTB

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha besar, keuntungan bersih yang mereka peroleh adalah sekitar Rp. 75.000 per ton biji kemiri. Sedangkan berdasarkan perhitungan dengan asumsi harga biji kemiri Rp. 2.150.000,- per ton, upah perebusan Rp. 20.000 per ton biji kemiri, upah pemecahan Rp. 350 per kg kemiri isi, rendemen kemiri isi 32 % dan harga jual kemiri isi Rp. 7.500 per kg maka keuntungan yang akan diperoleh pengusaha besar adalah Rp. 118.000 per ton biji kemiri. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan diatas merupakan hasil wawancara dengan pengusaha dan buruh pemecah biji kemiri. Selisih keuntungan antara hasil perhitungan dengan pendapatan yang dikemukankan oleh pengusaha adalah sebesar Rp. 43.000. Perbedaan keuntungan tersebut terjadi karena adanya pengeluaran-pengeluaran diluar asumsi yang telah ditetapkan yaitu seperti pembelian peralatan atau kelengkapan kegiatan produksi (karung, terpal tempayan dll). Apabila produksi

(11)

berlangsung dalam keadaan normal maka akan membutuhkan bahan baku biji kemiri sekitar 30 - 40 ton per bulan untuk setiap pengusaha besar. Sehingga keuntungan bersih yang diterima oleh pengusahan besar adalah Rp. 2.250.000,- - Rp. 3.000.000,setiap bulannya dengan modal untuk membeli biji kemiri sebesar Rp. 64.500.000, -Rp. 86.000.000,- per bulan. Keuntungan yang diperoleh tentunya tidak stabil seperti yang diperkirakan. Perubahan harga biji kemiri dan kemiri isi serta ketersediaan bahan baku menjadi faktor penentu dari keuntungan yang diperoleh.

Modal yang diperlukan untuk menjadi pengusaha sangat besar sehingga hanya sebagian kecil saja mayarakat di desa tersebut yang bertindak sebagai pengusaha besar. Masyarakat lainnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pemecah biji kemiri dengan pendapatan sebesar Rp. 105.000, - 315.000,- per bulannya sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Pemecahan/pengupasan biji kemiri dilakukan dengan cara manual tanpa menggunakan mesin pemecah biji kemiri. Sistem kerja pada kegiatan pengusahaan ini melalui jalur:

(1) Pengusaha besar sebagai pembeli biji kemiri proses pemasakan/perebusan dan pemecahan/pengupasan biji kemiri diupahkan pada buruh pengeringan kemiri isi dilakukan oleh pengusaha besar kemiri isi dikemas dan dijual kepasar atau pembeli yang datang

(2) Pengusaha sedang semua proses pengolahan dikerjakan oleh satu keluarga besar kemiri isi dikemas dan dijual ke pasar atau pembeli yang datang

(3) Pengusaha kecil (buruh) mengambil biji kemiri dari pengusaha besar untuk dimasak/direbus dan dipecahkan/dikupas kemiri isi diserahkan ke pengusaha besar (buruh menerima upah)

à à à à à à à

Tabel 5. Pendapatan masyarakat sebagai buruh pemecah biji kemiri

Responden ke Pendidikan Jenis Kegiatan Produksi Kemiri Isi (kg/hari) Upah Pemecahan (Rp./kg)

Pendapatan per bulan (30 hari) 1 SD Pemecah 15 – 20 350 157.500 - 210.000 2 SMP Pemecah 15 – 20 350 157.500 - 210.000 3 SD Pemecah 25 – 30 350 262.500 - 315.000 4 SD Pemecah 20 – 25 350 210.000 - 262.500 5 - Pemecah 10 – 12 350 105.000 - 126.000 6 SD Pemecah 20 – 25 350 210.000 - 262.500 7 SMP Pemecah 15 – 20 350 157.500 - 210.000 8 - Pemecah 20 – 25 350 210.000 - 262.500 9 SD Pemecah 15 – 20 350 157.500 - 210.000 10 SMP Pemecah 15 – 20 350 157.500 - 210.000 11 SMP Pemecah 25 – 28 350 262.500 - 294.000

(12)

Tabel 6. Tahapan kegiatan pengusahaan pemecahan biji kemiri

No. Jenis Pekerjaan Produktivitas Upah

(Rp) Lama Pekerjaan Ketarangan 1. Penjemuran biji kemiri 500 kg biji kemiri

- 1 hari Dikerjakan oleh

pemilik

2. Perebusan biji 600 kg biji

kemiri 125 – 200 per kg biji kemiri 2 – 3 jam 1 drum menampung 150 kg biji

3. Perendaman biji 600 kg biji

kemiri

- 16 jam Termasuk dalam

upah perebusan 4. Pemecahan 10 - 30 kg kemiri isi 300 – 350/kg kemiri isi - Rendemen 31 % 5. Pengeringan 100 – 150 kg kemiri isi - 1 – 2 hari dengan penjemuran 19 jam dengan pengasapan Dikerjakan oleh pemilik/tidak diupahkan

Sumber : Data primer setelah diolah dari hasil survei (2004)

Harapan terbesar yang didambakan oleh sebagian besar pengusaha menengah dan buruh adalah adanya bantuan modal terutama untuk membeli biji kemiri. Bantuan modal bagi pengusaha tentunya akan menambah volume produksi dan secara langsung akan menyerap tenaga kerja baru.

Peluang lain yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan limbah tempurung kemiri. Pemanfaatannya selama ini dijadikan sebagai bahan bakar untuk memasak biji kemiri dan pengeringan kemiri isi dengan sistem pengasapan, dibuang dan sebagian kecil dijual dengan harga Rp. 5.000,- per karung (pembeli belum banyak). Potensi tempurung kemiri sesungguhnya cukup besar yaitu mencapai 2/3 dari berat biji kemiri. Apabila pengusaha besar dalam satu bulan mampu mengolah 30 ton biji kemiri maka akan menghasilkan 20 ton tempurung kemiri. Pemanfaatan tempurung yang paling memungkinkan adalah menjadikannya sebagai arang. Proses pengarangan sangat sederhana dan mudah dilakukan.

1. Pengusahaan kemiri mempunyai pengaruh yang besar baik secara ekonomi maupun bagi kelestarian lingkungan, dimana pohon kemiri dapat ditanam ditanah-tanah marjinal dan dilereng-lereng terjal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(13)

2. Untuk meningkatkan produksi biji kemiri perlu dilakukan pemeliharaan terhadap pohon kemiri.

3. Pengusahaan yang dilakukan oleh masyarakat baru terbatas pada penjualan kemiri isi. Nilai tambah yang diperoleh terbatas dari kegiatan produksi kemiri, pemecahan biji kemiri dan distribusi kemiri isi.

4. Teknik-teknik yang dilakukan pada kegiatan pengusahan kemiri di lokasi survei masih sangat sederhana terutama pada kegiatan pasca panen.

5. Pemecahan biji kemiri secara manual nampaknya masih menjadi pilihan yang paling memungkinkan selama belum adanya mesin pemecah biji kemiri yang baik. Keutuhan biji kemiri hasil pemecahan secara manual masih lebih tinggi dari pada penggunaan mesin pemecah biji kemiri.

6. Limbah tempurung kemiri mempunyai prospek yang baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif dalam bentuk arang, terlebih lagi saat ini harga minyak dunia terus merangkak naik.

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini

1. Para pengusaha, pemerintah dan masyarakat hendaknya mengupayakan pengem-bangan pembuatan arang kemiri sebagai energi alternatif.

2. Mengingat lahan kritis di Kabupaten Ende, Ngada dan Lombok Tengah cukup luas perlu diupayakan pengembangan kemiri di lahan-lahan tersebut. Pengembangan kemiri dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan dan pendapatan masyarakat. Selain itu perlu dilakukan peremajaan pohon kemiri di lahan-lahan yang telah ditanami kemiri.

3. Pengetahuan dan kemampuan masyarakat petani yang terbatas mengakibatkan daya tawar mereka sangat rendah sehingga perlu dilakukan pendampingan berupa penyuluhan dan pemberian bantuan modal serta penguatan kelembagaan.

Badan Pusat Statistik. 2001. Ngada Dalam Angka 2001. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada.

Departemen Pertanian. 2007. Produksi Kemiri Menurut Kabupaten. Karyawan, K. A., dan Harisetijono. 1997. Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Ekspose/Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Pemerintah Kabupaten Ende. 2007. Data Produksi Kemiri Tahun 2006. .

Sunanto H. 1994. Budidaya Kemiri, Komoditas Ekspor. Kanisius. Yogyakarta B. Saran

DAFTRA PUSTAKA

http://database.deptan.go.id/bdspweb/bdsp2007/hasilKom.asp

http://www.ende.go.id/src/index.php?menu=potdar&&submenu= pertanian

Gambar

Tabel 1. Potensi kemiri di Kabupaten Ende Tahun 2006 No. Nama Kecamatan Luas Areal Perkebunan(Ha) Luas Produktif(Ha) Produksi(ton) Produkstivitas(Kg/Ha) 1
Tabel 3. Waktu panen dan penanganan buah kemiri
Tabel 4 . Pemecahan biji kemiri dan pemanfaatan tempurungnya oleh masyarakat Pemanfaatan Tempurung KemiriNo.KecamatanProduktivitas
Tabel 5. Pendapatan masyarakat sebagai buruh pemecah biji kemiri Responden ke Pendidikan Jenis Kegiatan Produksi Kemiri Isi (kg/hari) Upah Pemecahan(Rp./kg)
+2

Referensi

Dokumen terkait

This research have demonstrated the feasibility of using Global Positioning System (GPS) in near real-time mapping for flood monitoring system especially in providing positions

Upaya pemerintah dalam memberdayakan dan mengembangkan tanaman sagu adalah dengan melakukan beberapa penelitian guna tercapainya pengembangan klaster sagu di

Kombinasi fermentasi cairan kopi dengan ekstrak buah jambu biji ( Psidium guajava ) memberikan pengaruh yang beda nyata terhadap nilai derajat keasaman (pH),

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman kopi robusta maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 14 dan SPL 16 masing-masing

Job Daily Activity adalah form yang memuat semua kejadian–kejadian yang terjadi selama 1 shift jam kerja yang dimana bisa menurunkan kinerja Uptime tiap mesin pada

Guru mengamalkan strategi berpusatkan pelajar, dengan niat untuk membantu pelajar mengubah pandangan mereka terhadap dunia dan konsep tentang sesuatu fenomena yang sedang

7elakukan sosialisasi SP %an implementasi serta membuat %a-tar tilik %an SP harus %i revisi 7elakukan evaluasi terha%ap kesesuaian %an )ukti tin%ak lan'ut terha%ap hasil

Jika sebuah event terdeteksi ketika sebuah obyek ada didalam composite state, maka akan bisa mentrigger transition keluar dari composite state itu sendiri maupun dari sub state