LAPORAN
PIMPINAN KOMISI VIII DPR R.I ATAS HASIL PEMBICARAAN TINGKAT I PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH
(DISAMPAIKAN PADA PEMBICARAAN TINGKAT II DALAM RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUB;i'...IK INDONESIA)
KAMIS, 27 OKTOBER 2011
LAPORAN
PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI ATAS HASIL PEMBICARAAN TINGKAT I PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita semua
Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat Paripurna DPR RI, Yang terhormat Saudara Menteri Agama RI beserta jajarannya; Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan RI beserta jajarannya; Yang terhormat Saudara Menteri Sosial RI beserta jajarannya;
Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM RI beserta jajarannya; (kami ucapkan selamat kepada Saudara Menteri
Hukum dan HAM RI yang baru saja dilantik)
Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri RI beserta jajarannya;
Yang terhormat Rekan-rekan Anggota DPR RI; serta Hadirin yang kami hormati.
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, bahwa pada pagi hari ini kita dapat hadir dalam majelis yang terhormat dalam rangka menjalankan tugas Konstitusional, sesuai Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 69 ayat (1) begitu juga dalam peraturan DPR RI tentang Tata Tertib Pasal 150 ayat (1) bahwa Pembicaraan Tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat Paripurna dengan kegiatan antara lain penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, dan hasil pembicaraan Tingkat I.. Dan agenda Pembicaraan Tingkat II dalam Rapat Paripurna hari ini salah satunya adalah pengambilan keputusan terhadap RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.
Hadirin yang kami hormati,
Sebelum kami laporkan hasil pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh perlu saya sampaikan bahwa pada hari ini merupakan momentum bersejarah, bahwa setelah 66 tahun bangsa kita Merdeka, Insya Allah pada hari ini bangsa Indonesia akan melakukan perubahan besar dalam sistem hukum positif tentang Pengelolaan Zakat bahwa Undang-Undang ini merupakan satu kemajuan dalam penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam hukum positif, dimana negera memiliki peran dan harus hadir memberikan pelayanan, perlindungan dan jaminan kepada seluruh fakir miskin yang menjadi mustahik utarna zakat. Apabila hal ini dapat diimplementasikan dengan sungguh-sungguh, maka hakekat "kemerdekaan" akan dirasakan oleh Saudara-saudara kita yang lemah dan belum beruntung dalam memperbaiki kualitas hidupnya. Konsepsi pemikiran tersebut menjadi dasar pertimbangan Komisi VIII DPR RI melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Adapun beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan Komisi VIII DPR RI mengajukan usul perubahan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yaitu:
Pertama adalah alasan Konstitusional, sesuai amanat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 29 menyatakan bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Disamping itu, pada. pasal 34 UUD Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa ''fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara". Hal 1n1 menjelaskan bahwa negara diamanatkan untuk memperhatikan dan mengangkat nasib masyarakat Indonesia yang terkategorikan sebagai fakir miskin. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui instrumen zakat sebagai salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan bagi Umat Islam yang mampu berdasarkan syariat Islam. Amanat Konstitusi tersebut perlu segera diwujudkan, mengingat dalam realitasnya sampai saat ini pendistribusian dan pendayagunaan zakat belum merata karena masih banyak warga masyarakat yang belum beruntung dan belum dapat memenuhi kebutuhan hak-hak dasar secara mandiri serta tidak dapat
Perlu saya sampaikan bahwa RUU tentang Pengelolan Zakat juga merupakan pengejewantahan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa dan negara, khususnya sila pertama: "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan sila kelima "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Kedua sila tersebut menekankan pada prinsip berbangsa yang berketuhanan dan berkeadilan sehingga masyarakat adil dan makmur dapat terwujud.
Kedua, secara ideologis RUU tentang Pengelolaan Zakat menggambarkan bagaimana tanggung jawab Negara dan kesungguhan Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkata.n kualitas umat melalui pengelolaan zakat yang efektif dan efisien, sehingga Negara benar-benar dan bersungguh-sungguh menjalankan amanat dasar bernegara ini. Hal yang penting adalah Negara tidak hanya memberikan bantuan atau santunan yang sifatnya hanya untuk jangka pendek, melainkan juga harus merubah paradigma dengan memberdayakan dan mendorong adanya kema.ndirian untuk memberdayaka.n dirinya, bahkan dengan adanya RUU ini, fakir miskin dan mustahik lainnya da.pa.t berhimpun diri membangun usaha ekonomi yang produktif dan bisa bersaing serta. berkompetisi seperti yang telah dilakukan di Negara lain hingga menjadikan dirinya pada tingkatan sebagai muzakki:, tidak lagi musta.hik zakat.
Ketiga, secara filosofis, RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh juga bertujuan memotong mata rantai kemiskinan. Dalam hal ini Negara harus terus berusaha melakukan perbaikan dala.m memenuhi kebutuhan dasar bagi fakir miskin, baik kebutuhan pangan, sandang dan perumahan termasuk, kebutuhen pendidikan dan kesehatan karena.nya perlu ada perubahan para.digma zakat untuk pemberdayaan.
Keempat, secara sos.io politik, RUU tentang Pengelolaan Zaka.t, infaq dan Shodaqoh hendak mendorong adanya integrasi, sinergi dan koordinasi yang jelas dalam Pengelolaan Zakat dan dana sosial keagamaan lainnya yang ditangani oleh BAZNAS, dapat terpadu dan terintegrasi dari pusat hingga ke daerah sehingga menciptakan program-program yang tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu bagi fakir miskin sebagai mustahik utama zakat.
Kelima, pendistribusian dan pendayagunaan zakat dilakukan dengan menyusun target-target C;apaian, dengan merubah paradigma yang mengkombinasikan kegiatan aspiratif serta program-program inovatif, dan kreatif yang menjadi terobosan baru. Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan ekonomi lokal (kearifan lokal), pelibatan berbagai stake hoZder/pemangku kepentingan, sehingga konsep yang diterapkan dalam pendistribusian serta pendayagunaan Zakat dan dana sosial keagamaan lainnya di Indonesia merupakan konsep Pengelolaan Zakat yang mencerminkan nilai-nilai budaya, agama dan berbagai struktur sosial yang beragam.
Keenam, bahwa UU No 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat merupakan salah satu kemajuan dalam penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam hukum positif, namun demikian pelaksanaan UU No.38 tahun 1999 dirasakan masih belum optimal untuk mengakomodir penyelenggaraan kewajiban zakat dalam sistem yang profesional karenanya Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti.
Berdasarkan keenam alasan fundamental tersebut, Komisi VIII DPR RI melakukan usul inisiatif perubahan terhadap Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat agar kebijakan pengelolaan zakat dapat dilakukan secara terarah, terpadu dan terkoordinasi dengan baik serta disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Hadirin yang kami hormati,
Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, dan berdasarkan Surat Presiden RI kepada Ketua DPR RI Nomor: R.76/Pres/09/2010 tertanggal 29 September 2011 Perihal: Penunjukan wakil untuk membahas RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Maka Komisi VIII DPR RI dan pemerintah, masing-masing membentuk Panitia Kerja RUU tentang Pengelolaan Zakat, infaq dan Shodaqoh yang bertugas membahas substansi rancangan undang-undang atau materi lain yang diputuskan dalam rapat kerja komisi, rapat kerja Badan Legislasi.
Anggota Panja RUU tentang Pengelolaan Zakat, infaq dan Shodaqoh
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
orang anggota dari F.PD, 4 orang anggota dari F.PG, 4 orang anggota dari F.PDI-Perjuangan, 2 orang anggota dari F.PKS, 2 orang anggota dari F.PAN, 1 orang anggota dari F.PPP, 1 orang anggota dari F.PKB, 1 orang anggota dari F.Gerindra, dan 1 orang anggota dari F.Hanura. Sedangkan Panja Pemerintah sebagaimana Surat Menteri Agama RI kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Nomor: MA/54/2011, tertanggal 22 Maret 2011 tentang Wakil Pemerintah untuk pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, infaq dan Shodaqoh adalah sebanyak 20 orang yang terdiri dari Kementerian Agama RI, Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Sosial RI, Kementerian Keuangan RI, Kementerian Hukum dan HAM RI serta BAZNAS.
Hadirin yang kami hormati,
Pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh diawali dengan Rapat Kerja antara Komisi VIII DPR RI dengan Pemerintah pada Serrin, 28 Maret 2011 Masa Persidangan III Tahun Sidang 2010-2011 yang menyepakati jadwal dan mekanisme pembahasan serta mengesahkan Panitia Kerja (Panja) RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Selanjutnya pembahasan DIM Dilakukan melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Komisi VIII DPR RI dengan Pemerintah sebanyak 7 (tujuh) kali dan Rapat Konsinyering 2 (dua) kali, Terhitung mulai tanggal 28 Maret 2011 sampai dengan 17 Oktober 2011.
Selanjutnya, sebagai bentuk akomodasi amanat UU no. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pasal 96 ayat (1) bahwa Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/ atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, maka setelah dilakukan penyelarasan keseluruhan DIM oleh Tim Sinkronisasi, dan dilaporkan kepada panja lalu Panja membentuk 3 (tiga) Tim Kunjungan Kerja spesifik untuk dilakukan uji publik atas RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh ke Provinsi Gorontalo, Aceh, dan Jawa Barat pada tanggal 7-8 Oktober 2011 dan 13 Oktober 2011 dengan harapan sebelum disahkannya RUU tentang Pengelolaan Zakat, infaq dan Shodaqoh ini mendapat umpan balik (feed back) dari pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga setelah RUU tersebut disahkan dapat implementatif.
Hadirin yang berbahagia,
Setelah mencermati pembahasan dan substansi materi RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh dapat dicermati, Ada beberapa hal pokok dalam RUU yang perlu kami laporkan kepada Rapat Paripurna pagi hari ini terkait dengan hasil kesepakatan dalam pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh:
Pertama, sebagaimana kesepakatan Panja Komisi VIII DPR RI dengan Panja Pemerintah pada rapat Konsinyering hari Jum'at 18 Juni 2011 Pukul 21.00 bahwa judul RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh berubah menjadi Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, sedangkan Pengaturan pengelolaan infaq, shadaqah dan dana sosial keagamaan lainnya diatur sebagai norma tambahan (extra norms); sebagaimana rumusan RUU tentang Pengelolaan Zakat pasal 28 ayat (1),
(2)' (3).
Kedua, hal-hal penting yang diatur dalam RUU tentang Pengelolaan Zakat ini an tara lain:
1. Adanya penguatan kelembagaan BAZNAS dimana BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri (pasal 5), dan BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
2. Pola hubungan BAZNAS yang terdiri dari BAZNAS (Tingkat Nasional), BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota menjadi bersifat hirarkis. Dimana dalam UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pola hubungannya hanya bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif.
3. Organisasi BAZNAS Tingkat Nasional menggunakan pola komisioner yang keanggotaannya berjumlah 11 (sebelas) orang anggota yang terdiri atas 8 (delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang unsur Pemerintah dengan masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan, serta keanggotaan BAZNAS diangkat oleh Presiden atas usul Menteri dan anggota BAZNAS da:ri unsur masyarakat diangkat setelah mendapat pertimbangan DPR RI.
4. Adanya pengaturan terhadap Lembaga Amil Zakat bentukan masyarakat dengan beberapa persyaratan pembentukannya serta dalam melaksanakan fungsinya, ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan organ1sas1, mekanisme perizinan, pembentukan perwakilan, pelaporan, dan pertanggungjawaban LAZ diatur dalam Peraturan Pemerintah ..
Ketiga, mengenai hubungan zakat terhadap pajak, pad.a mulanya Panja menginginkan agar Zakat menjadi kredit/pengurang pajak. Namun, hal tersebut bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2008 (sebagai perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan), pasal 9 ayat (1) huruf (g). Sesuai undang-undang tersebut, Panja menyepakati bahwa zakat yang dibayarkan oleh Muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak (Pasal 22).
Ke empat, terkait dengan pembiayaan lembaga BAZNAS (Pasal 30, 31,dan 32) disepakati bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan APBN dan Hak Amil. Untuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan APBD dan Hak Amil, juga dapat dibiayai oleh APBN, serta LAZ dapat menggunakan Hak Amil untuk membiayai kegiatan operasional.
Hadirin yang kami hormati,
Perlu saya laporkan dalam Rapat Paripurna ini bahwa struktur RUU tentang Pengelolaan Zakat adalah terdiri dari 11 (sebelas) Bab dan 47 (empat puluh tujuh) Pasal, yaitu:
BAB I Ketentuan Umum, terdiri dari 4 (empat) pasal.
BAB II Badan Amil Zakat Nasional, terdiri dari 4 (empat) bagian dan 16 Pasal. BAB III Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan Dan Pelaporan,
terdiri dari 5 (lima) bagian dan 9 (sembilan) Pasal. BAB IV Pembiayaan, terdiri dari 4 (empat) Pasal.
BAB V Pembinaan Dan Pengawasan, terdiri dari 1 (satu) Pasal. BAB VI Peran Serta Masyarakat., terdiri dari 1 (satu) Pasal. BAB VII Sanksi Administratif, terdiri dari 1 ( satu) Pasal. BAB VIII Larangan, terdiri dari 2 (dua) Pasal.
BAB IX Ketentuan Pidana, terdiri dari 4 (empat) Pasal. BAB X Ketentuan Peralihan, terdiri dari 1 (satu) Pasal.
Hadirin, Pimpinan, dan Anggota Sidang yang kami hormati,
Setelah melakukan Rapat-Rapat yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya hasil pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat telah dilaporkan kepada Komisi VIII DPR RI, pada tanggal 19 Oktober 2011 dalam Forum Rapat Kerja dengan agenda utama mendengarkan laporan hasil Panitia Kerja atas pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh yang dilanjutkan penyampaian Pendapat Akhir mini Fraksi-Fraksi serta sambutan Pemerintah. Dalam Rapat Kerja tersebut semua fraksi menyetujui RUU tentang Pengelolaan Zakat diajukan dalam Pembicaraan Tingkat II dalam Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan menjadi Undang-Undang.
Selanjutnya perlu saya sampaikan bahwa nantinya dalam rangka melaksanakan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat mengamanatkan pembentukan 8 (delapan) Peraturan Pemerintah, dan 2 (dua) Peraturan Menteri.
Hadirin yang kami hormati,
Itulah beberapa hal pokok yang terkandung dalam RUU tentang Pengelolaan Zakat. Selanjutnya besar harapan kami setelah RUU iini disahkan, kepada Pemerintah segera melakukan sosialisasi serta menyusun beberapa peraturan pelaksanaannya, agar UU ini dapat berlaku efektif.
Sebelum mengakhir laporan ini, izinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh komponen masyarakat yang proaktif berpartisipasi menyampaikan aspirasi, kepada seluruh Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI, semua Fraksi dan Pemerintah yang telah bersungguh-sungguh dan serius menyelesaikan pembahasan RUU ini. Kami mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi kepada seluruh media masa cetak maupun eletronik yang telah berpartisipasi menyebarluaskan informasi dan meliput selama proses pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat ini dan kepada Kesekretariatan dan seluruh staf ahli serta semua pihak yang tidak bisa kami sebut satu persatu atas kerjasamanya, sehingga pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat dapat selesai sesuai yang direncanakan.
Demikian laporan hasil pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, atas perhatian hadirin yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi usaha kita bersama. Amin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
,Jakarta, 27 Oktober 2011 PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI
WAKIL KETUA,
H. GONDO RADITYO GAMBIRO