• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PEREMPUAN TANI TERHADAP GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PEREMPUAN TANI TERHADAP GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian UNS NIM H0808126 2) dan 3) Dosen Fakultas Pertanian UNS

SUKOHARJO

Muhammad Sidiq P,Totok Mardikanto, Hanifah Ihsaniyati(3)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457

e-mail: how.sidiq@gmail.com HP :085728145861

Abstract: This research aims to investigate the form factor of woman farmer’s perception, to find out how the perception of women farmers of the P2KP in Sukoharjo and to determine the relationship between the factors forming and the women farmers’ perception of P2KP in Sukoharjo. The study was designed by quantitative approach. The study was conducted in 10 villages in five districts Tawangsari, Bulu, Polokarto, Bendosari and Nguter. Sampling survey was determined by proportional random sampling method. The primary and secondary data was taken by interview, records and observation method. Data analysis used partial correlation analysis. The results showed the women farmers’ perception of P2KP program in Sukoharjo Regency is high (3.75). Partial correlation analysis calculation results (r) by incorporating the information quality of P2KP program as control variables, shows that the women farmers’ perception of P2KP program in total have a significant relationship. The form factor of perception which has a significant relationship is non-formal education, cosmopolite and motivation in 95% significance level. Keywords : perception, women farmer,P2KP Program

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pembentuk persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo, mengetahui persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo dan mengetahui hubungan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan persepsi perempuan tani terhadap Gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Kabupaten Sukoharjo dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan rintisan gerakan P2KP sejak tahun 2010. Penelitian dilakukan di 10 desa pada 5 kecamatan yaitu Tawangsari, Bulu, Polokarto, Bendosari dan Nguter. Pengambilan sampel responden penelitian ditentukan dengan metode proportional random sampling. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, pencatatan, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis korelasi parsial. Hasil penelitian menunjukkan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo tergolong tinggi (3,75). Hasil perhitungan analisis korelasi parsial (r) dengan kualitas informasi gerakan P2KP sebagai variabel kontrol, diperoleh kesimpulan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP secara total memiliki hubungan yang signifikan. Beberapa variabel pembentuk persepsi yang memiliki hubungan signifikan adalah pendidikan non-formal, kekosmopolitan dan motivasi pada taraf signifikansi 95%. Kata kunci : persepsi, perempuan tani, Gerakan P2KP

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian di Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui proses produksi pertanian. Namun, tujuan dari pem-bangunan pertanian pada prakteknya sulit diwujudkan. Hal ini menjadikan ketahanan pangan yang rendah dan berpotensi menyebabkan fenomena

hunger paradox dimana telah mantapnya ketahanan pangan daerah namun kerawanan pangan masih terjadi di mana-mana.

Upaya penyediaan pangan di tingkat keluarga selama ini masih rendah. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo yang me-rupakan salah satu penyangga pangan di Jawa Tengah. Secara mikro daerah ini juga dapat mengalami kerawanan pangan. Hasil penelitian Wahyuni (2012) me-nyebutkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Ka-bupaten Sukoharjo terdiri atas ka-tegori rawan pangan sebesar 80% dan rentan pangan 20%. Sedangkan proporsi mata pencaharian terbesar masyarakat Sukoharjo adalah sebagai petani.

Dalam situasi rawan pangan, perempuan akan mengambil peran yang lebih besar untuk menjamin ketahanan pangan rumahtangga mes-kipun hanya bergerak di pola pertanian subsisten.

Mengingat besarnya peran perempuan dalam ketahanan pangan rumahtangga, maka kebijakan yang mengarah pada pemberdayaan perempuan sangat penting. Peme-rintah memiliki harapan besar terhadap program diversifikasi di sektor pertanian. Program tersebut direalisasikan dalam Peraturan Men-teri Pertanian (Permentan) No. 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Per-cepatan Penganekaragaman

Kon-sumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sum-ber Daya Lokal.

Gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo mengamanatkan pelibatan masyarakat secara aktif pada setiap tahap kegiatan. Secara riil opera-sional program belum secara aktif diikuti oleh masyarakat karena awal pelaksanaan program masih meng-gunakan pendekatan pembangunan yang bersifat top down, proses perencanaan, penentuan lokasi, penentuan tahapan kegiatan dan pelaksanaan program belum sepe-nuhnya melibatkan partisipasi masyarakat. Tanggapan perempuan tani terhadap program, sebagai peran yang paling sederhana dari masyarakat penerima belum dike-tahui. Kondisi semacam ini dikhawa-tirkan akan mengurangi dukungan masyarakat terhadap program. Pene-litian persepsi terhadap gerakan P2KP penting untuk segera dilakukan. Hal ini dikarenakan persepsi akan menentukan tingkat partisipasi seseorang.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor pembentuk persepsi per-empuan tani terhadap gerakan Percepatan Penganekaragaman Kon-sumsi Pangan (P2KP) di Kabupaten Sukoharjo. (2) Untuk mengetahui persepsi perempuan tani terhadap gerakan Percepatan Pengane-karagaman Konsumsi Pangan (P2KP) di Kabupaten Sukoharjo dan (3) Untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi perempuan tani.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive dilakukan di 10 desa yaitu Ponowaren, Tangkisan,

(3)

Puron, Tiyaran, Mojorejo, Cabeyan, Karangale, Kantil, Kedungwinong dan Pengkol pada Kecamatan Tawangsari, Bulu, Polokarto, Bendosari dan Nguter. Pengambilan sampel sebanyak 30 responden dari 100 populasi anggota kelompok pemanfaat pekarangan, ditentukan dengan metode proportional random

sampling. Data primer dan data

sekunder diambil dengan teknik wawancara, pencatatan, dan ob-servasi. Untuk mengukur kekosmopolitan, motivasi responden dan persepsi perempuan dengan rumus rataan skor. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis korelasi parsial (rx1y.x2) dengan kualitas informasi

sebagai variabel kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Pembentuk Persepsi

Pendidikan Formal

Distribusi pendidikan formal responden beragam, dari yang tidak tamat SD sampai diploma/perguruan tinggi. Pen-didikan responden yang paling banyak adalah tamat SD yaitu sebanyak 12 orang atau setara dengan 40%. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tingkat pendidikan responden ini tergolong dalam kriteria rendah.

Pendidikan Non-formal

Frekuensi responden dalam meng-ikuti pendidikan non-formal sangat aktif terkait gerakan P2KP meliputi pelatihan pengolahan pangan dari bahan lokal seperti pembuatan tepung mocaf dan olahan kue serta pelatihan pemanfaatan pekarangan. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa responden tidak memiliki kesempatan dibandingkan dengan

petani laki-laki dalam mengikuti penyuluhan. Menurut Sukesi, et.al., dalam Hastuti (2005) di dalam program penyuluhan pertanian, ditemukan kenyataan bahwa akses perempuan ke penyuluhan pertanian, persepsi dan aspirasi perempuan perlu masih perlu ditingkatkan, selama ini dalam penyuluhan pertanian sasaran utama adalah laki-laki.

Pendapatan

Distribusi pendapatan total responden cukup merata. Namun tergolong dalam kategori rendah. Pendapatan responden ini berasal dari usahatani dan non-usahatani. Mayoritas responden 56,67% memiliki pendapatan usahatani kurang dari Rp 600.000,-/musim tanam. Pendapatan usahatani yang sangat rendah disebabkan karena lahan pertanian sangat bergantung dengan kondisi alam sebagai daerah tadah hujan. Sedangkan pendapatan diluar usahatani mayoritas sudah tinggi. Responden yang memiliki pendapatan non-usahatani tinggi biasanya didukung oleh kemam-puannya mengelola usaha non-pertanian seperti berdagang.

Kekosmopolitan

Tingkat kekosmopolitan respon-den sebagian besar berada pada kategori sedang. kategori tertinggi berada pada keaktifan responden berinteraksi dengan sesama perempuan tani. Hal ini dikarenakan responden lebih nyaman berinteraksi dengan sesama perempuan tani dibandingkan dengan sumber infor-masi lainnya. Tingkat kekos-mopolitan lainnya dapat diukur dengan melihat keaktifan responden mengakses media massa untuk mendapatkan informasi seputar pertanian. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa responden masih kurang aktif dalam mengakses media informasi. Hasil observasi di lapang

(4)

menunjukkan bahwa sumber informasi yang selama ini digunakan masih terbatas pada brosur yang didapatkan dari penyuluh. Sedangkan sumber informasi lainnya seperti koran, majalah pertanian, radio, televisi, buku masih sangat jarang dimanfaatkan.

Motivasi

Motivasi responden untuk me-ngelola pekarangannya dalam perhitungan total tergolong tinggi (3,67). Tingkat motivasi yang sedang ditunjukkan responden pada keeng-ganannya memanfaatkan pekarangan sebagai ajang aktualisasi (gengsi) di masyarakat. Mereka beranggapan bahwa kegiatan mengelola peka-rangan kurang tepat untuk mening-katkan gengsi namun penting sebagai sumber pendapatan atau

me-nyediakan sumber pangan ke-luarga. Hal ini ditunjukkan res-ponden terhadap kesadaran me-reka yang tinggi untuk melakukan usaha penanaman dan pengo-lahan hasil pekarangan secara swadaya.

Lingkungan Sosial

Sebagian besar responden (30%) menganggap hanya terdapat 1 – 2 faktor pendukung keputusan terkait pemanfaatan pekarangan. Jawaban terbanyak yang dipilih responden mengenai faktor pendukung kegiatan usahatani di pekarangan adalah faktor opini keluarga dan opini masyarakat. Jika ingin melakukan perubahan-perubahan untuk usaha-taninya, petani juga harus mem-perhatikan pertimbangan yang diberikan oleh lingkungan sosial (Mardikanto, 1993).

Kualitas Informasi gerakan P2KP

Tabel 1. Tingkat Kualitas Informasi Gerakan P2KP Menurut Responden

Indikator Jawaban Responden Total

skor

Kualitas Informasi Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5

a. Relevansi

0.00 0.07 0.00 0.67 4.00 4.73 Sangat Tinggi b. Ketepatan waktu 0.00 0.40 1.10 1.07 0.83 3.40 Sedang c. Kelengkapan Informasi 0.00 0.73 0.30 0.80 1.67 3.50 Tinggi d. Kejelasan Informasi

0.00 0.00 0.60 1.20 2.50 4.30 Sangat Tinggi e. Frekuensi menerima

Informasi 0.03 0.33 0.80 0.93 1.50 3.60 Tinggi

Total Skor Kualitas Informasi 19,53 : 5 = 3,90 Tinggi Keterangan 1,00 – 1,80 (Sangat Rendah); 2,61 – 3,40 (Sedang); 4,21 – 5,00 (Sangat Tinggi)

1,81 – 2,60 (Rendah); 3,41 – 4,20 (Tinggi);

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 Berdasarkan tabel 1. di atas, dapat diketahui bahwa kualitas informasi yang diterima oleh responden secara total berada pada kategori yang tinggi. Informasi dapat membantu

responden dalam mempertimbangkan segala keputusan yang diambil terkait kegiatan usahatani di pekarangan.

Pada penelitian ini kualitas informasi merupakan variabel

kontrol yang ikut menentukan hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP. Untuk dapat berguna, informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai

berikut yaitu tepat kepada orangnya atau relevan, tepat waktu dan tepat nilainya atau akurat (Jogiyanto, 2005) sedangkan hal yang dapat berpengaruh terhadap keakuratan sebuah informasi adalah kelengkapan (Prabowo,2010)

(5)

Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP

Tabel 2. Persepsi Total Perempuan Tani Terhadap Gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo

Skor Variabel Skor

Total (a) Pertanyaan (b) Skor (a/b) Katego ri 1 2 3 4

Persepsi terhadap Pengertian P2KP Persepsi terhadap Tujuan P2KP Persepsi terhadap Sasaran P2KP Persepsi terhadap Mekanisme P2KP

11.23 25.67 10.16 28.07 3 7 3 7 3,75 3,67 3,38 4,01 Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Jumlah 75.13 20 3,75 Tinggi

Keterangan 1,00 – 1,80 (Sangat Rendah); 2,61 – 3,40 (Sedang); 4,21 – 5,00 (Sangat Tinggi) 1,81 – 2,60 (Rendah); 3,41 – 4,20 (Tinggi);

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2012 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui

bahwa persepsi responden sebagian besar berada pada kategori yang tinggi. Namun responden menun-jukkan keragu-raguannya terhadap sasaran gerakan P2KP. Responden ragu dengan peran mereka sendiri (perempuan tani) sebagai pelaku mengelola pekarangan. Hasil wawancara di lapang menunjukkan bahwa responden yang tergabung dalam kelompok pengolah peka-rangan merasa kegiatannya kurang

menarik karena melibatkan kekuatan fisik. Sehingga, teknis usahatani seperti pembersihan lahan, pengolahan tanah dan penanaman selama ini meminta bantuan petani pria seperti suami atau anak laki-laki dalam keluarganya.

Hubungan antara Faktor Pem-bentuk Persepsi dengan Persepsi Perempuan Tani terhadap

Ge-rakan P2KP di Kabupaten

Sukoharjo

Tabel 3. Hubungan antara Pembentuk Persepsi dengan Persepsi Perempuan Tani terhadap gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi

Variabel Kontrol Variabel Y (persepsi perempuan tani)

-none-a X1 (pembentuk persepsi) Correlation 0.497

Y (persepsi perempuan tani) Correlation 1

X2 (kualitas informasi ) Correlation 0.137

X2 (kualitas informasi)

X1 (pembentuk persepsi) Correlation 0.519 Y (persepsi perempuan tani) Correlation 1

Sumber : Analisis data primer 2012 Berdasarkan Tabel 3. hasil pengolahan data di atas, didapat nilai-nilai sebagai berikut: ryx1.x2=

0,519 dengan t hitung sebesar 4,795

lebih besar dari t tabel 2,052 sehingga

terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pembentuk persepsi (X1)

dengan persepsi perempuan tani (Y)

dengan mengontrol kualitas informasi (X2). Tingkat korelasi

antara 0,400 – 0,599 merupakan kategori hubungan yang sedang. Koefisien korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu

0,497. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kualitas informasi merupakan intervening yang keberadaannya secara signifikan turut mempengaruhi keeratan hubungan antara faktor pembentuk persepsi dan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP. Untuk mengetahui hubungan setiap sub-variabel pembentuk persepsi dengan sub-variabel persepsi dengan memasukkan variabel kontrol yaitu kualitas informasi dapat diketahui dari tabel. 4 berikut.

(6)

Tabel 4. Hubungan Faktor Pembentuk Persepsi dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan mengontrol Kualitas Informasi.

Faktor Pembentuk Persepsi

Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP *Controlling for kualitas Informasi X2

R t hit Ket. Pendidikan Formal -.057 -0.386 NS Pendidikan Non-Formal .375* 2.945 S Pendapatan -.048 -0.325 NS Kekosmopolitan .430* 3.561 S Motivasi .470* 4.072 S Lingkungan social .205 1.444 NS Df : 27 ;  = 0,05 ; t tabel : 2,052

Sumber : Pengolahan Data Primer 2012 Hubungan antara Pendidikan Formal dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi parsial (rx1.1y,x2) antara pendidikan

formal dengan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP di Kabupaten Sukoharjo adalah - 0,057 dengan arah hubungan negatif dan sangat lemah, sedangkan nilai thitung

lebih kecil dari nilai ttabel yaitu -0,386

≤ 2,052. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal belum terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%, hasil yang sama juga ditunjukkan pada tingkat kepercayaan 80%.

Kondisi di lapang yaitu tingkat pendidikan formal perempuan tani tergolong rendah dan persepsinya tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik itu perempuan tani yang memiliki pendidikan formal tinggi maupun mereka yang berpendidikan formal rendah, sama-sama memiliki sikap positif terhadap konsep pengertian, tujuan, sasaran penerima manfaat dan mekanisme gerakan P2KP. Pendidikan yang tergolong rendah ini tidak menyebabkan perempuan tani menjadi apatis dalam menanggapi gerakan P2KP. Penerimaan inovasi tersebut tidak terlepas dari kualitas

informasi yang diterima melalui saluran diluar pendidikan formal. Hubungan antara Pendidikan non-Formal dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Ge-rakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi Berdasarkan Tabel 4, terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non-formal dengan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP. Diperoleh nilai thitung

sebesar 2,945 lebih besar dari ttabel

2,052, pada taraf signifikansi 95 % dan α = 0,05 sehingga H0 ditolak.

Tingkat korelasi antara 0,20- 0,399 merupakan kategori hubungan yang lemah.

Pendidikan non-formal dalam penelitian ini erat kaitannya dengan frekuensi responden mengikuti penyuluhan. Hurlock (1999) bahwa persepsi terdiri dari aspek kognitif dan afektif. Penyuluhan gerakan P2KP selama ini berhubungan erat dengan peningkatan kemampuan kognitif. Sehingga secara signifikan dapat memberikan nilai positif tersendiri untuk membentuk pengalaman pribadi sebagai pertimbangan untuk mempersepsikan gerakan P2KP.

Hubungan antara Pendapatan dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi

Berdasarkan Tabel 4, terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendapatan dengan

(7)

gerakan P2KP. Hal ini dapat dilihat

dari nilai - thitung < ttabel < thitung,

dengan thitung sebesar (-0.048) dan

ttabel adalah 2,052, pada taraf

signifikansi 95 %, hal ini berarti H0

diterima. Pendapatan responden berhubungan tidak signifikan dengan persepsinya terhadap gerakan P2KP. Hal ini menunjukkan bahwa per-timbangan responden dalam menilai sebuah program tidak didasarkan pada tinggi rendahnya pendapatan, tetapi cenderung dipengaruhi oleh faktor lainnya. Responden de-ngan pendapatan yang tinggi belum tentu bersedia untuk me-ngikuti suatu program, dimana semakin tinggi pendapatan akan menyebabkan responden enggan mengikuti gerakan P2KP.

Hubungan antara Kekos-mopolitan dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi Tabel 4. menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan persepsi perempuan tani terhadap gerakan P2KP dengan mengontrol variabel kualitas informasi, dengan nilai r adalah 0.430 dan nilai thitung sebesar

3,561 dan ttabel sebesar 2,052 pada

tingkat kepercayaan 95%. Semakin tinggi tingkat kekosmopolitan seseorang maka penilaian terhadap gerakan P2KP akan semakin baik. Hal ini mengandung arti bahwa untuk meningkatkan kesadaran per-empuan tani tentang pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan dapat dilakukan dengan mengajak perempuan tani agar lebih kosmopolit.

Hubungan antara Motivasi dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi responden untuk

mengolah pekarangan dengan persepsinya terhadap gerakan P2KP. Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan angka 0.470 sehingga diperoleh t hitung sebesar 4,072 dengan ttabel sebesar 2,052 pada  =

5% sehingga t hitung > t tabel maka H0

ditolak. Hubungan yang sig-nifikan antara motivasi dan persepsi dapat disebabkan karena semakin tinggi motivasi seseorang untuk maju akan men-dukung penilaiannya ter-hadap pengertian gerakan P2KP. Hal ini mengandung arti bahwa antara motivasi dan pengertian P2KP sama-sama memiliki arah tujuan yang sama.

Hubungan antara Lingkungan Sosial dan Persepsi Perempuan Tani terhadap Gerakan P2KP dengan Mengontrol Kualitas Informasi Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara lingkungan sosial dengan persepsi gerakan P2KP. Hasil perhitungan antara lingkungan sosial dengan persepsi per-empuan tani terhadap gerakan P2KP dengan mengontrol va-riabel kualitas informasi dengan nilai r 0,205 serta nilai thitung 1,444 jika diuji dengan

ttabel sebesar 2,052 atau pada tingkat

kepercayaan 95% sehingga thitung >

ttabel maka H0 diterima. Namun, jika

diuji pada tingkat kepercayaan 80% faktor lingkungan sosial ber-hubungan secara signifikan karena berada pada nilai t hitung 1,444 > t tabel

1,314 maka H0 ditolak. Menurut

Walgito (1997) lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan tersebut terdapat interaksi antara individu satu dengan lainnya. Lingkungan sosial responden mempengaruhi tingkat pemahaman serta adopsi dari teknologi baru, dimana dalam lingkungan sosial terdapat elemen-elemen masyarakat.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut (1) Pendidikan formal responden berada dalam kategori rendah (2) Pendidikan non-formal responden berada dalam kategori tinggi. (3) Distribusi pendapatan dari usahatani berada pada kategori sangat rendah (4) Pendapatan dari non-usahatani berada pada kategori tinggi (5) Tingkat kekosmopolitan responden dalam kategori sedang. (6) Tingkat motivasi responden mengelola pekarangan berada pada kategori tinggi. (7) Lingkungan sosial yang mempengaruhi persepsi berada pada kategori rendah (8) Persepsi responden terhadap gerakan P2KP berada pada kategori tinggi (9) Kualitas informasi berada pada kategori tinggi dan merupakan

intervening yang keberadaannya

secara signifikan mempengaruhi keeratan hubungan (10) Faktor pembentuk persepsi yang berhubungan signifikan dengan persepsi perempuan tani adalah pendidikan non-formal, kekos-mopolitan dan motivasi (11) Faktor pembentuk persepsi yang berhubungan tidak signifikan dengan persepsi perempuan tani adalah pendidikan formal, pendapatan dan lingkungan sosial.

Saran

Perempuan tani harus mening-katkan produksi tanaman pangan dari lahan pekarangan sekaligus harus mampu menjual hasil pekarangan untuk keberlang-sungan usahataninya.

Mengingat pentingnya informasi gerakan P2KP, Badan Ketahanan Pangan Sukoharjo bekerjasama dengan pemerintah

desa melalui tokoh masyarakat, perguruan tinggi dan swasta harus bekerjasama untuk melakukan pelatihan kepada perempuan tani dari sisi produksi on-farm dan off-farm untuk mendukung ketahanan pangan keluarga dengan wadah diskusi berupakelompok P2KP, kelompok PKK, Arisan dan Pengajian sehingga infromasi gerakan P2KP tidak terputus.

DAFTAR PUSTAKA

Hastuti. E.L. 2005. Aksessibilitas Masyarakat Terhadap Kelembagaan Pembiayaan Pertanian Di Pedesaan.

Jurnal SOCA. Vol. 5, No. 2

Juli 2005. Universitas Udayana.

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi

Perkembangan Suatu

Pendekatan Sepanjang Ren-tang Kehidupan (terjemahan Istiwidayanti & Soedjarwo).

Erlangga. Jakarta.

Jogiyanto. 2005. Sistem Teknologi

Informasi. Andi. Yogyakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan

Pembangunan Pertanian.

UNS press. Surakarta.

Prabowo, B.H. 2010. Kualitas Informasi. http://bhpbowo. wordpress.com /2010/07/01/ kualitas-infor-masi/. Diakses pada 1 November 2012. Sumarwan, U. 2003. Perilaku

Konsumen Teori dan

Pene-rapannya Dalam.

Pe-masaran. Ghalia Indonesia.

Jakarta

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar

Komunikasi Pertanian. Pe-nerbit Universitas Indonesia

(UI-Press). Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

(9)

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi offset.

Yogyakarta

Prabowo, B.H. 2010. Kualitas Informasi.

http://bhpbowo.wordpress.co m /2010/07/01/kualitas-infor-masi/. Diakses pada 1 November 2012.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Pene-rapannya Dalam. Pema-saran. Ghalia Indonesia. Jakarta

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar

Komunikasi Pertanian. Pen-erbit Universitas Indonesia

(UI-Press). Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi offset.

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kualitas Informasi Gerakan P2KP Menurut Responden
Tabel  2.  Persepsi  Total  Perempuan  Tani  Terhadap  Gerakan  P2KP  di  Kabupaten  Sukoharjo
Tabel    4.  Hubungan  Faktor  Pembentuk  Persepsi  dan  Persepsi  Perempuan  Tani  terhadap Gerakan P2KP dengan mengontrol Kualitas Informasi

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Edison (2003) dalam Hasan dan Edison (2007) bahwa pengasapan dengan suhu yang tinggi tidak dapat dilakukan pada

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% menunjukkan bahwa penambahan bubuk bunga rosella terhadap intensitas warna kuning pada sosis yang dihasilkan berbeda nyata

pengembang lain, maka pengembang baru yang meneruskan atau mengembangkan kembali aplikasi tersebut akan memiliki kesulitan dalam hal seperti, kesulitan untuk melacak apabila

Penilaian terhadap kegiatan upaya kesehatan wajib puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan upaya kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan

Selain itu menurut Peraturan BI nomor 8/4/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance  bagi Bank Umum, komisaris independen adalah anggota dewan Komisaris yang tidak

Apotek Gedong Kuning belum memisahkan tanggung jawab fungsional untuk penjualan, pen- erimaan kas, dan administrasi. 2) Unsur Otorisasi dan Prosedur Pencatatan Apotek

Hafid Hadeli se- laku Direktur Utama Adira Finance men- gatakan, generasi muda harus memiliki bekal untuk dapat bersaing di dunia kerja, oleh karenanya menjadi tanggung jawab

Pada hasil olah data penelitian, terlihat bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara menghitung, membayar dan melaporkan terhadap kinerja pegawai pajak. Dapat