• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Paparan Akut Asam Sulfat (H SO ) dan Asam Nitrat (HNO ) terhadap Penebalan. Septum Interalveolaris Tikus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Paparan Akut Asam Sulfat (H SO ) dan Asam Nitrat (HNO ) terhadap Penebalan. Septum Interalveolaris Tikus"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

The Effect of Acute Exposure Sulfuric Acid (H SO ) and Nitric Acid (HNO ) on the Interalveolar

2 4 3

Septum Thickness of Rat

1 2

Arief Darmawan , SN Nurul Makiyah 1

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta 2

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Kata Kunci:

ABSTRACT

Keywords:

Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan. Pencemaran udara berpengaruh terhadap terjadinya hujan asam. Asam sulfat (H SO ) dan asam nitrat (HNO ) dalam hujan asam dapat terinhalasi ke dalam sistem pernapasan. Alveoli 2 4 3

adalah komponen fisiologik penting dari sistem pernapasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan akut material hujan asam berupa H SO dan HNO terhadap gambaran histologi alveoli tikus. Desain penelitian ini 2 4 3

adalah quasi experiment dengan subjek penelitian tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 20 ekor jantan galur

Spraque-Dawley berumur 3 bulan dengan berat badan rata-rata 200-300 gram, terbagi dalam 4 kelompok: kelompok I (kontrol),

kelompok II (paparan H SO 8,4 mg/L), kelompok III (paparan HNO 30 mg/L) dan kelompok IV (paparan H SO 8,4 mg/L dan 2 4 3 2 4

HNO 30 mg/L). Paparan diberikan akut selama 4 jam. Pengamatan histologi dilakukan melalui pengukuran ketebalan 3

septum interalveolaris. Data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan septum interalveolaris kelompok paparan H SO 8,4 mg/L paling tebal, disusul kelompok paparan HNO 30 mg/L, kelompok 2 4 3

paparan H SO 8,4 mg/L dan HNO 30 mg/L dan terakhir kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa paparan akut material 2 4 3

hujan asam berupa H SO (182,7%) dan HNO (129,9%) menyebabkan penebalan septum interalveolaris tikus.2 4 3

Alveoli, H SO , HNO , hujan asam, ketebalan septum interalveolaris2 4 3

Air is an important factor in the life. Air pollution causes acid rain. Sulfuric acid (H SO ) and nitric acid (HNO ) in the acid rain 2 4 3 can be inhaled into the respiratory system. Alveolus is an important physiological component of the respiratory system. The purpose of this study is to determine the effect of acute exposure acid rain materials such as H SO and HNO on the 2 4 3 histological characteristics of the white rat alveoli. This research was designed as quasi experimental study with white rats as research subjects (Rattus norvegicus). Twenty male rats, Spraque-Dawley strain, 3-month-old, average weight 200-300 grams, were assigned into four groups: group I (control), group II (H SO 8,4 mg/L exposure), group III (HNO exposure to 30 2 4 3 mg/L) and group IV (H SO 8,4 mg/L and HNO 30 mg/L exposure). Acute exposure were given for four hours. Histological 2 4 3 parameter observed was the interalveolar septum thickness. Data were analyzed by using ANOVA and Tukey tests. Our results showed that group II (H SO 8,4 mg/L exposure) has the thickest interalveolar septum, followed by group III (HNO 2 4 3 exposure to 30mg/L) , group IV (H SO 8,4 mg/L and HNO 30mg/L exposure) and the last is group I (control). It can be 2 4 3 concluded that acute exposure of acid rain materials such as H SO (182,7%) and HNO (129,9%) may thicken interalveolar 2 4 3 septum of the rat.

Acid rain, alveoli, H SO , HNO , interalveolar septum thickness 2 4 3

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 2, Agustus 2012; Korespondensi: Arief Darmawan. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Bantul Yogyakarta Tel. (0274) 387656 Email: dokter.one@gmail.com

(2)

PENDAHULUAN (240 μL) dan air ditambahkan hingga volumenya menjadi 1000 L. Proses pembuatan larutan tersebut telah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan,

dikonversi dengan rata-rata berat tikus. namun pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan

peradaban umat manusia yang diiringi dengan Persiapan hewan uji dilakukan dengan aklimatisasi selama meningkatnya konsumsi bahan bakar fosil telah 7 hari agar hewan coba dapat menyesuaikan diri dengan memunculkan masalah krisis ekologi besar berupa lingkungannya. Pelaksanaan percobaan ini menggunakan pencemaran udara (1). Pencemaran udara sebagai 20 ekor tikus putih jantan yang dibagi secara acak ke dalam konsekuensi logis perbuatan manusia yang merusak 4 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya hujan asam ekor tikus, yaitu kelompok I (kontrol), kelompok II (paparan (2). H SO 8,4 mg/L), kelompok III (paparan HNO 30 mg/L) dan

2 4 3

kelompok IV (paparan H SO 8,4 mg/L dan HNO 30 mg/L). Asam sulfat (H SO ) dan asam nitrat (HNO ) dalam hujan 2 4 3 2 4 3

asam dapat terinhalasi dan masuk ke dalam sistem Pemaparan hewan uji (kelompok II-IV) dilakukan dengan pernapasan (3). Sistem pernapasan merupakan organ memasukkan kelompok hewan uji ke dalam kandang yang paling banyak terkena polutan udara (4), sedangkan pemaparan yang terbuat dari kaca dan telah dihubungkan alveoli adalah komponen fisiologik penting dari sistem dengan nebulizer set (asumsi 1 kandang paparan berisi 5 pernapasan (5). Tujuan penelitian ini adalah untuk tikus/1 kelompok), aklimatisasi 1 jam (1 jam pra mengetahui pengaruh paparan akut material hujan asam pemaparan), kandang diberi pakan dan minum standar, berupa asam sulfat (H SO ) dan/atau asam nitrat (HNO ) 2 4 3 kemudian masukkan masing-masing bahan uji kedalam

terhadap gambaran histologi alveoli paru tikus putih. masing-masing tabung dosis nebulizer dan dinyalakan

nebulizer hingga debu aerosol tercipta. Paparan dilakukan

METODE selama 4 jam terus-menerus atas dasar UU Kerja No.12

tahun 1948 yang berisi bahwa batas maksimal buruh Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi

bekerja adalah selama 4 jam (8) artinya buruh memiliki

experimental design dengan rancangan penelitian

post-risiko terpapar deposisi asam selama bekerja

sekurang-test only control group design (6). Subjek penelitian

kurangnya 4 jam. berupa tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 20 ekor

jantan galur Spraque-Dawley berumur 3 bulan dengan Pembedahan dilakukan 24 jam setelah pemaparan. berat badan rata-rata 200-300 gram. Dalam SIDS Initial Respon radang akut terjadi satu sampai dengan tiga hari

Assessment Report (2001), galur ini pernah digunakan (9). Alveoli yang diambil adalah alveoli pada lobus dekstra

pada studi lung histopathology yang terpapar acid aerosol pulmo tikus. Secara anatomis lobus dextra mudah oleh Last dan Pinkerton pada tahun 1997. terpapar bahan inhalan dikarenakan memiliki bronkus yang lebih pendek, lebih besar dan lebih tegak lurus Sebagai variabel bebas adalah pemaparan asam sulfat

dibanding bronkus pada lobus sinistra (10). (H SO ) 8,4 mg/l dan asam nitrat (HNO ) 30 mg/l selama 4 2 4 3

jam pada tikus putih (Rattus norvegicus). Variabel Pengamatan histologi alveoli dilakukan di bawah tergantung adalah gambaran histologi alveoli paru pada mikroskop merek Olympus® dengan perbesaran 400 kali masing-masing tikus putih. Variabel terkendali terdiri atas melalui pengukuran terhadap ketebalan septum variabel subjek diperoleh dari jenis kelamin, umur dan interalveolaris sebagai parameter respon peradangan (9). berat badan yang relatif sama dan variabel pemeliharaan, Septum interalveolaris mengandung banyak pleksus semua subjek dipelihara dalam kandang dengan jenis dan kapiler sehingga interstisial edema mudah terjadi sebagai kualitas makanan dan minuman yang sama. akibat peningkatan permeabilitas epitel (11). Data ketebalan septum interalveolaris tersebut kemudian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dianalisis dengan one-way ANOVA (confidence intervals sediaan H SO dan HNO 2M yang diperoleh dari 2 4 3

95%) dilanjutkan uji Tukey. Laboraturium Biokimia FKIK UMY sebagai bahan uji,

formalin 10% untuk persiapan pembuatan preparat,

HASIL

pakan dan minum tikus standar. Alat yang digunakan

terdiri atas kandang aklimatisasi, tempat pakan minum Hasil penelitian ini disajikan secara kuantitatif dan tikus, kandang paparan, Nebulizer ABN Compa Mist 1 yang kualitatif untuk melihat efek paparan asam sulfat dan asam mampu mengeluarkan partikel sebanyak 0,2 ml/menit, sitrat terhadap ketebalan septum interalveolaris pulmo tempat dosis nebulizer kapasitas 10 ml, masker, tikus. Secara kuantitatif diukur ketebalan septum mikropipet, mikrometer, mikroskop, pisau bedah, interalveolaris dalam mikron.Secara kualitatif dilihat gambaran ketebalan septum secara mikroskopis. Hasil timbangan dan kamera digital.

pengamatan mikroskopik pada perbesaran 400 kali pada Pelaksanaan diawali dengan pembuatan bahan uji yang kelompok I (kontrol), kelompok II (paparan H SO 8,4

2 4

terdiri atas pembuatan larutan H SO 8,4 mg/L dan 2 4 mg/L), kelompok III (paparan HNO 30 mg/L) dan 3

pembuatan larutan HNO 30 mg/L. Dosis tersebut berasal 3 kelompok IV (paparan H SO 8,4 mg/L dan HNO 30 mg/L)

2 4 3

dari hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika bulan didapatkan gambaran histologi alveoli paru tikus yang Oktober, Nopember dan Desember 2007 pada beberapa berbeda antar kelompok. Pada kelompok I atau kelompok kota di Indonesia (7). Untuk membuat larutan H SO 2 4 kontrol yaitu kelompok yang tidak mendapatkan

8,4mg/L dibuat dari pengenceran asam sulfat pekat perlakuan apapun didapatkan gambaran alveoli relatif menjadi H SO 2M kemudian diambil 0,004 ml (4μL) dan 2 4 kompak, sedikit hiperemi, dan ditemukan mononuklear, air ditambahkan hingga volumenya menjadi 1000 L. dengan ketebalan septum interalveolaris sebesar Larutan HNO 30 mg/L dibuat dari pengenceran asam 3 38,98+8,47 μm perlapang pandang ( Gambar 1 dan Tabel

1). nitrat pekat menjadi HNO 2M kemudian diambil 0,24 ml 3

(3)

Gambar 1. Gambaran mikroskopis alveoli tikus pembesaran 400x.

Tabel 1. Rata-rata (x + SD) ketebalan septum interalveolaris pulmo tikus dalam mikron (μm) setelah paparan akut asam

sulfat (H SO ) dan/atau asam nitrat (HNO )2 4 3

a,b,c

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan signifikan

Sebelum dilakukan uji One-Way ANOVA untuk menentukan beda signifikansi antar variabel, dilakukan tes dengan uji shapiro-wilk untuk menentukan apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Sesuai hasil uji

shapiro-wilk didapatkan bahwa data tersebut terdistribusi

secara normal dan memenuhi persyaratan uji normalitas.

Keterangan :

a. Kelompok I (kontrol), terlihat septum interalveolaris tipis Analisis dengan uji ANOVA didapatkan hasil bahwa pada

b. Kelompok II (paparan H SO 8,4 mg/L), tampak septum interalveolaris 2 4 masing-masing kelompok berbeda bermakna yaitu menebal ditunjukkan dengan nilai p=0,000. Hasil uji Tukey c. Kelompok III (paparan HNO 30 mg/L), edema dan penebalan septum 3 menunjukkan kelompok II dan III berbeda bermakna interalveolaris dengan kontrol namun kelompok IV tidak berbeda d. Kelompok IV (paparan H SO 8,4 mg/L dan HNO 30 mg/L), septum 2 4 3

bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam

sedikit menebal

sulfat saja atau asam nitrat saja memberikan hasil septum

*Tanda panah menunjukkan septum interalveolaris

interalveolaris yang lebih tebal, sedangkan kombinasi keduanya tidak.

Pada kelompok II yaitu kelompok tikus yang mendapat DISKUSI

perlakuan dengan pemaparan asam sulfat (H SO ) 8,4 2 4 Pengamatan histologi melalui pengukuran terhadap

mg/L, gambaran histologi menunjukan alveoli mengalami ketebalan septum interalveolaris masing-masing edema serta terlihat adanya kerusakan jaringan, selain itu kelompok pada penelitian ini menunjukkan perbedaan juga terlihat adanya mononuklear yang berjumlah 41,6 yang signifikan. Ketebalan septum interalveolaris perlapang pandang. Hal ini menunjukan bahwa jaringan kelompok II (paparan H SO 8,4 mg/L) paling tebal

2 4

alveoli pulmo tikus mengalami peradangan. Setelah (71,23+5,11 μm), yang menunjukkan tingkat kerusakan pengukuran ketebalan septum interalveolaris dibawah alveoli tertinggi dibandingkan kelompok lainnya dengan mikroskop didapatkan bahwa tebal septum interalveolaris gambaran histologi menunjukan alveoli mengalami edema adalah 71,23+5,11 μm perlapang pandang. serta terlihat adanya kerusakan jaringan. Selain itu juga terlihat adanya mononuklear yang berjumlah 41,6 Pada kelompok III yaitu kelompok tikus yang diberi

perlapang pandang yang menandakan telah terjadi paparan asam nitrat (HNO ) 30 mg/L didapatkan 3 peradangan.

gambaran hiperemi, alveoli terjadi kerusakan dan edema

Pada kelompok 4 diberi perlakuan dengan pemaparan dapat ditemukan serta mononuklear terhitung berjumlah

akut asam sulfat (H SO ) 8,4 mg/L selama 4 jam. Asam 2 4

30 perlapang pandang. Jika dibandingkan dengan

sulfat (H SO ) merupakan asam kuat dan dapat ditemukan 2 4

kelompok II, penebalan yang terjadi lebih sedikit yaitu

pada deposisi hujan asam (7). Dengan menggunakan dosis sebesar 50,62+6,00 μm perlapang pandang dilihat dari tertinggi deposisi basah asam sulfat (H SO ) pada hujan

2 4

hasil pengukuran ketebalan septum interalveolaris asam yang ada di Indonesia hasil analisis Badan (Gambar 1). Meteorologi dan Geofisika tahun 2007, pada penelitian ini memberikan gambaran berupa penebalan septum Pada kelompok IV yaitu kelompok tikus yang mendapat

interalveolaris sebagai parameter kerusakan alveoli. perlakuan berupa paparan asam sulfat (H SO ) 8,4 mg/L 2 4

Akibat iritasi zat asam dapat memberikan gambaran dan asam nitrat (HNO ) 30 mg/L, dijumpai gambaran 3 berupa kerusakan alveoli paru (12). Kerusakan alveoli paru

alveoli relatif kompak, ditemukan sedikit kerusakan dapat menyebabkan stimulasi proses inflamasi, interstisial jaringan dan mononuklear ditemukan berjumlah 5,6 edema dan regenerasi sel (13). Stimulasi proses inflamasi perlapang pandang. Tingkat ketebalan septum ditunjukkan dengan ditemukannya mononuklear yang interalveolaris tidak berbeda bermakna dengan kelompok berjumlah 41,6 perlapang pandang. Pada proses inflamasi I (kontrol) dan kelompok III (paparan HNO 30 mg/L). Pada 3 terjadi pelepasan mediator seperti histamin, leukotrien, Tabel 1 dapat dilihat septum interalveolaris pulmo yang prostaglandin, faktor kemotaktik neutrofil dan faktor aktivasi platelet serta sitokin, yang secara fungsional paling tipis ada pada kelompok I (kontrol), sedangkan

menyebabkan peningkatan permeabilitas epitel dan paling tebal adalah kelompok II (paparan H SO 8,4 mg/L), 2 4

menyebabkan edema (14). diikuti kelompok III (paparan HNO 30 mg/L) dan 3

kelompok IV (paparan H SO 8,4 mg/L dan HNO 30 mg/L).2 4 3 Septum interalveolaris mengandung banyak pleksus

Kelompok Ketebalanseptum

Kelompok I (kontrol) 38,98

Kelompok II (paparan H2SO48,4mg/L) 71,23

Kelompok III (paparan HNO330mg/L) 50,62

Kelompok IV (paparan H2SO48,4mg/L dan HNO330mg/L) 43,90

interalveolaris + 8,47a + 5,11b + 6,00c + 2,99ac A B C D

(4)

kapiler sehingga interstisial edema mudah terjadi sebagai asam nitrat (HNO ) memang memberikan respon berupa 3

akibat peningkatan permeabilitas epitel (11). Pada kerusakan dan peradangan terhadap parenkim paru serta kelompok II ini interstisial edema sangat jelas tampak penebalan septum interalveolaris (21).

pada penebalan septum interalveolaris dengan tingkat

Pemilihan pemaparan dengan dosis tunggal dan campuran ketebalan sebesar 71,23+5,11 μm perlapang pandang.

didasarkan atas komposisi dan kombinasi serta Asam sulfat dapat menyebabkan penebalan septum konsentrasi kimia dari air hujan yang sangat bervariasi interalveolaris (15), sedangkan untuk regenerasi sel tidak

tergantung jenis dan distribusi sumber aerosol, asap ditemukan. Kerusakan epitel alveoli memiliki kemampuan

pabrik, emisi transportasi dan proses kimia yang terjadi di regenerasi yang terbatas tetapi normalnya, sel squamous

udara. Pengasaman terutama terkait dengan emisi SO dan x

alveolar akan berganti tiap 21 hari (16).

NOx, karena gas-gas tersebut adalah prekursor asam besar Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan bagaimana seperti H SO dan HNO (22).

2 4 3

zat asam dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.

Pembahasan ini semakin menarik ketika hasil penelitian Mekanisme dasar efek dari paparan zat asam

sekurang-menunjukan bahwa kelompok IV yaitu kelompok tikus kurangnya ada dua hal antara lain karena pH yang rendah,

yang mendapat perlakuan berupa paparan asam sulfat perubahan keseimbangan antara defens dan toxicity (17).

+ (H SO ) 8,4 mg/L dan asam nitrat (HNO ) 30 mg/L, ternyata 2 4 3

Ion H pada asam sulfat (H SO ) akan diabsorpsi kedalam 2 4 memiliki ketebalan septum interalveolaris yang tidak

mukus dan bereaksi dengan jaringan epitel alveoli serta

berbeda bermakna dengan kelompok I dan III yaitu menyebabkan peningkatan permeabilitas seperti edema

sebesar 43,90+2,99 μm perlapang pandang. Sebelumnya dan beberapa efek lainnya (18). Peristiwa yang

+ kelompok IV ini diduga memiliki tingkat kerusakan

diakibatkan absorpsi H sebetulnya dapat dinetralisasi

terparah atas dasar dosis yang terkombinasi. Pada oleh amonia yang ada di saluran pernapasan yang

kelompok IV ini dijumpai gambaran alveoli relatif kompak, berfungsi sebagai defens (19). Kerusakan akibat zat asam

ditemukan sedikit kerusakan jaringan dan sel pada saluran pernapasan dipengaruhi oleh beberapa

mononuklear ditemukan berjumlah 5,6 perlapang faktor, yaitu karakteristik agregat dan sifat kelarutan

pandang. dalam air serta jumlah zat (14). Diameter partikel akan

mempengaruhi lokasi terjadinya deposit. Partikel >10 µm Fenomena ini terjadi dimungkinkan karena ketidakstabilan akan terdeposit di saluran napas atas dan partikel <5 µm larutan 2M yang digunakan serta interaksi kimia antara akan masuk ke saluran pernapasan bagian distal hingga asam sulfat (H SO ), asam nitrat (HNO ) atau senyawa 2 4 3

alveoli. Pada penelitian ini, aerosol asam sulfat (H SO ) dan 2 4 lainnya yang menghasilkan efek antagonis. Asam sulfat asam nitrat (HNO ) diinhalasikan menggunakan 3 (H SO ) dapat berinteraksi dengan beberapa polutan 2 4 Compressor Nebulizer ABN Compa Mist 1 berkapasitas termasuk O dan NO . Interaksi dengan O lebih sering dan 3 2 3

5ml dengan kemampuan mengeluarkan partikel menyebabkan fibrosis paru namun sebetulnya interaksi berukuran 0,5-10 μm sebanyak 0,2 ml/menit, sehingga tersebut dapat berupa faktor sinergis, additive atau dapat dipastikan mampu menjangkau hingga alveoli dan antagonis dengan alasan yang belum diketahui (23), menyebabkan penebalan septum interalveolaris. sedangkan interaksi dengan NO jarang terjadi. 2

Aerosol yang mudah larut dalam air akan menimbulkan Asam nitrat (HNO ) terbentuk melalui reaksi fotokatalitik di 3

efek pada saluran napas atas sedangkan gas yang tidak atmosfer pada siang hari antara nitrogen dioksida (NO ) 2

mudah larut dalam air akan menimbulkan efek di alveoli. dengan radikal hidroksil sebagai berikut: NO + OH à HNO , 2 3

Senyawa sulfat sangat larut dalam air. Zat asam yang sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara nitrogen mudah larut dalam air dalam jumlah besar dapat dioksida (NO ) dengan ozon (24). Pemaparan hewan uji 2

menimbulkan kerusakan sampai ke alveoli, misalnya asam dilakukan mulai pukul 10.00 WIB berturut-turut mulai kelompok II hingga kelompok IV, sehingga pemaparan sulfat (H SO ) 8,4 mg/L dalam penelitian ini, mampu 2 4

terhadap kelompok IV dilakukan tepat pukul 18.00 s.d menyebabkan penebalan septum interalveolaris hingga

22.00 (malam hari). Proses ini menimbulkan reaksi yang 71,23+5,11 μm.

lebih komplek melibatkan banyak senyawa sekurang-Selain terjadi kerusakan struktur anatomi dan histologi

kurangnya antara asam sulfat (H SO ), asam nitrat (HNO ) 2 4 3

paru, pemaparan asam sulfat (H SO ) dapat menyebabkan 2 4 dan mungkin melibatkan ozon (O ) yang diduga 3

gangguan fungsi paru. Paparan asam sulfat (H SO ) 2 4 menghasilkan efek antagonis. Reaksi pembentukan ozon

menurunkan Total Lung Capacity (TLC) dan Vital Capacity

permukaan terutama terjadi di daerah dengan tingkat (VC) serta Functional Residual Capacity (FRC) yang

polusi tinggi atau bisa juga beberapa kilometer dari berlangsung dua hingga tiga hari setelah pemaparan (20).

sumber polusi akibat tertiup angin (25). Di sisi lain, Zat asam berhubungan dengan penurunan fungsi dan

netralisasi keasaman dalam air hujan dapat dicapai dengan kerusakan paru (9). baik oleh kalsium karbonat (CaCO ) dalam debu di udara

3

Pada kelompok III yaitu kelompok tikus yang diberi dan dengan amonia yang dibebaskan dari sumber industri, paparan asam nitrat (HNO ) 30 mg/L didapatkan 3 pertanian, dan lainnya (22). Sumber kalsium karbonat gambaran hiperemi, kerusakan alveoli dan edema dapat dalam bentuk batu kapur yang digunakan sebagai bahan ditemukan serta mononuklear berjumlah 30 perlapang konstruksi banyak ditemukan di sekitar area pemaparan pandang. Hasil ini logis dikarenakan tingkat keasamam hewan uji. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian asam nitrat (HNO ) tidak lebih kuat dari asam sulfat (H SO ) 3 2 4 ini adalah bahwa paparan akut material hujan asam sehingga memposisikan kelompok III sebagai urutan berupa asam sulfat (H SO ) dan asam nitrat (HNO ) dosis 2 4 3

kedua setelah kelompok II (paparan asam sulfat) pada tunggal dapat menimbulkan kerusakan pada paru yang penelitian ini dengan ketebalan septum interalveolaris ditunjukkan dengan penebalan septum interalveoaris sebesar 50,62+6,00 μm perlapang pandang. Paparan alveoli paru tikus putih.

(5)

DAFTAR PUSTAKA 13. O'Connor DJ. Crash Course Pathology. 2nd edition. Oxford: Mosby; 2004; p. 115.

1. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya

terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. [Makalah]. 14. Munthe E, Yunus, Faisal, Wiyono WH, dan Ikhsan M.

Airlangga University Press, Surabaya. 1997. Pengaruh Inhalasi Sulfur Dioksida terhadap Kesehatan Paru. Cermin Dunia Kedokteran. 2003;

2. Budiwati T, Setyawati W, dan Indrawati. Hujan Asam

138: 29-33.

dan Dampaknya terhadap Lingkungan di Cekungan

Bandung [Versi elektronik]. Pusat Pemanfaatan Sains 15. Zelikoff JT, Frampton MW, Morrow PE, et al. Effects of Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Inhaled Sulfuric Acid Aerosols on Pulmonary Antariksa Nasional. (Online) 2008. www.dirgantara- Immunocompetence: A Comparative Study in Humans

lapan.or.id/jizonpolud/abstrak/dampak%20acid%20 and Animals. Inhalation Toxicologi. 2007; 9(8): 731-rain-bdg-2008.doc [diakses tanggal 9 April 2009]. 752.

3. Koenig JQ, Covert DS, and Pierson WE. Effects of 16. Bergman RA, Afifi AK, and Heidger PM. Saunders Text

Inhalation of Acidic Compounds on Pulmonary and Riview Series Histology. Philadelphia: Saunders Function in Allergic Adolescent Subjects. Company; 1996; hal. 228-239.

Environmental Health Perspectives. 1989; 79:

173-17. Holma. Effects of Inhaled Acids on Airway Mucus and 178.

Its Concequences for Health. Environmental Health

4. Kumar V, Cotran R, and Robbins S. Robbins Basic Perspectives. 1989; 79: 109-113

Pathology. 7th edition. Philadelphia: Saunders; 2003;

18. Culp DJ, Latchney LR, Frampton MW, et al. hal. 266-268.

Composition of Human Airway Mucins and Effects

5. Guyton AC and Hall JE. Textbook of Medical after Inhalation of Acid Aerosol. American Journal of

Physiology. 11th edition. Philadelphia: Elsevier Physiology. 1995; 269(3): 358-370.

Saunders Inc.; 2005; hal. 471-481.

19. Utell MJ, Mariglio JA, Morrow PE, Gibb FR, and Speers 6. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. DM. Effects of Inhaled Acid Aerosols on Respiratory Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2002; hal. 156-172 Function: The Role of Endogenous Ammonia. Journal dan hal. 185-191. of Aerosol Medicine and Pulmonary Drug Delivery. 7. Badan Meteorologi dan Geofisika. Komposisi Kimia 1989; 2(2): 141-147.

Air Hujan Bulan Oktober, Nopember dan Desember 20. Mary. Furnace Generated Acid Aerosols: Speciation 2007. (Online) 2007. http://www.bmg.go.id and Pulmonary Effects. Environmental Health

/dataDetail.bmkg?Jenis=Teks&IDS=0530535451163

Perspectives. 1989; 79: 147-150. 022369&IDD=3619482754679169517 [diakses

21. Kleinman MT, Phalen FR, Mautz WJ, Mannix RC, tanggal 20 April 2009]

McClure TR, and Clocker TT. Health Effect of Acid 8. Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948.

Aerosols Formed by Atmospheric Mixtures.

(Online). http://legislasi.mahkamahagung.

Environmental Health Perspectives. 1989; 79: 137-go.id/docs/UU/1948/UU%20NO%2012%20TH%201

145 948.pdf [diakses tanggal 20 April 2009]

22. Kraningtyas R. Tingkat Keasaman Air Hujan di Kota 9. Smargiassi A, Kosatsky T, Hicks J, et al. Risk of

Semarang. [Tesis]. Universitas Diponegoro, Asthmatic Episodes in Children Exposed to Sulfur

Semarang. 2009.

Dioxide Stack Emissions from a Refinery Point Source

in Montreal, Canada. Environmental Health 23. Graham. Review, Discussion and Summary: Perspectives. 2009; 117 (4): 653-659. Toxicology. Environmental Health Perspectives. 1989;

79: 191-194. 10. Snell R. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.

Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. 24. Sumahamijaya I. Hujan Asam Menghancurkan Bumi. (Online) Maret 2009. http://majarimagazine.com 11. Fawcett DW and Jensh R. Bloom & Fawcett's Concise

/2009/03/hujan-asam-mencegah-global-warming-Histology. 2nd edition. New York: Oxford University

menghancurkan-bumi/ [diakses tanggal 9 April 2009]. Press Inc.: 2002; hal. 225-236.

25. LAPAN. Ozon (O ). (Online) 2009. http://www. 12. Junqueira LC and Carneiro J. Basic Histology Text and 3

dirgantara-lapan.or.id /jizonpolud/htm/ ozon.htm

Atlas. 11th edition. New York: The McGraw-Hill

Gambar

Gambar 1. Gambaran mikroskopis alveoli tikus pembesaran  400x.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Coefficient of Performance (COP) is used to evaluate heat pump cropping system that can be obtained based on calculating temperature of groundwater,

Berdasarkan data dan keterangan yang penulis peroleh dari kantor Desa Semukut Kecamatan Pulau Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti adalah salah satu Desa Kecamatan Pulau

Seperti telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang

Pada kapal dengan lunas batang, lunas dalam tengah dapat terdiri dari profil atau pelat.. vertical yang diletakkan di atas lunas yang memanjang mulai dari fore peak sampai pada

Oleh karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan ayam

Proses perencanaan pembelajaran ( Plan) dalam pelaksanaan LSLC di Banjarbaru... Proses pelaksanaan pembelajaran open class ( Do) dalam pelaksanaan LSLC

Pada penyelenggaraannya, Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi dan Rancangan Undang- Undang Kejahatan dan Keamanan Siber dapat menjadi jawaban untuk