• Tidak ada hasil yang ditemukan

(xxi + 92 pages + 2 charts + 12 tables + 13 appendices) Yeni Okta Triwijayanti Ngudi Waluyo School of Health

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(xxi + 92 pages + 2 charts + 12 tables + 13 appendices) Yeni Okta Triwijayanti Ngudi Waluyo School of Health"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

The Effects of Health Education by Using Lecture and Group Discussion Methods to Increase The Knowledge of Female Adolescents About The Hygiene of Genital

Organs In Senior High School 1 Ungaran (xxi + 92 pages + 2 charts + 12 tables + 13 appendices)

Yeni Okta Triwijayanti Ngudi Waluyo School of Health

Email : octaa.yheniie@gmail.com

ABSTRACT

Female adolescents often experience reproductive health problems such as white vaginal discharge. This is because female adolescents do not know much about how to maintain the hygiene of genital organs. Knowledge is one of the factors that influence a person’s behavior. To increase knowledge of female adolescents, one of the ways that can be done is by giving health education. The purpose of this study was to determine the effects of health education by using lecture and group discussion methods to increase the knowledge of female adolescents about the hygiene of genital organs in Senior High School 1 Ungaran.

This study used a quasi-experimental design by using the research method of non-equivalent pretest-posttest group. The population in this study was the tenth female graders at Senior High School 1 Ungaran as many as 200 students. The samples in this study were 20 people for lecture group and 20 people for discussion group sampled by using proportional random sampling technique. The data instrument used questionnaires. The data were analyzed by using the t-test with -value 0,05.

Based on the results of the bivariate analysis by using Wilcoxon and Mann Whitney test obtained that the p-value 0,002 <  (0,05) indicating that there was a significant difference in knowledge of female adolescents about hygiene of genital organs before and after getting health education by using lecture method with p-value 0,000 <  (0,05), there was a significant difference in knowledge of female adolescent about hygine of genital organs before and after getting the health education by using group discussion method can p-value 0,277 <  (0,05), there was not a difference in the effects of health education by using the lecture and group discussion methods to increase the knowledge of female adolescent about hygiene of genital organs.

Counselling teachers are expected to combine lecture and group discussion method in providing health education.

Keywords : Health Education, Lecture, Discussion Group, Knowledge, Hygiene of Genital Organs

(2)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan

Alat Genetalia Di SMA Negeri 1 Ungaran (xxi + 92 halaman + 2 bagan + 12 tabel + 13 lampiran)

Yeni Okta Triwijayanti Ngudi Waluyo School of Health

Email : octaa.yheniie@gmail.com

ABSTRAK

Remaja putri sering mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti keputihan. Ini dikarenakan remaja putri kurang tahu cara menjaga kebersihan alat genetalia. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan menggunakan suatu metode penelitian non equivalent pretest-postest group. Populasi yaitu seluruh siswi SMA Negeri 1 Ungaran kelas X sebanyak 200 orang. Teknik menggunakan propotional random sampling sebanyak 20 orang kelompok ceramah dan 20 orang untuk kelompok diskusi. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Data dianalisis dengan uji t-test dengan nilai  = 0,05.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney, didapatkan nilai p-value 0,002 <  (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah, p-value 0,000 <  (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode diskusi kelompok dan p-value 0,277 <  (0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia.

Saran, kepada guru Bimbingan Konseling diharapkan lebih memodifikasi atau mengkombinasikan antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok dalam memberikan pendidikan kesehatan pada remaja.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Ceramah, Diskusi Kelompok, Pengetahuan , Kebersihan Alat Genetalia

(3)

PENDAHULUAN

Masa remaja disebut juga masa adolescence (tumbuh menjadi dewasa). Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologi dan kognitif. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya (Soetjiningsih, 2007).

Tidak semua remaja di Indonesia menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologi. Terjadinya perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Saat inilah dalam kehidupan remaja diperlukan perhatian khusus agar mereka mempunyai pengetahuan yang baik tentang perubahan yang dialaminya, sehingga diharapkan mereka mempunyai perilaku yang baik terhadap kesehatan reproduksinya (Widyastuti, 2009).

Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia belum sesuai dengan harapan. Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja putri adalah keputihan, dimana keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal dan keputihan abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi juga terjadi melalui rangsangan seksual, keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (Manuaba, 2005). Masalah keputihan adalah masalah yang sudah lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Penyakit keputihan merupakan masalah yang spesifik pada wanita, dan remaja merupakan salah satu bagian dari populasi yang beresiko terkena keputihan yang perlu mendapat perhatian khusus (Selvanita, 2012).

Di Jawa Tengah sekitar 65% wanita juga mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit, seperti cacing kremi atau kuman. Remaja umumnya bersifat kurang peduli dengan keputihan pada dirinya. Padahal seharusnya remaja lebih waspada terhadap gejala keputihan (Sianturi, 2005).

Menurut hasil penelitian Wiwit (2008) di salah satu SMA Negeri Semarang didapatkan dari 50 siswi yang di wawancarai terdapat 48 (96%) siswi yang mengalami keputihan. Sebanyak 23 (47,9%) siswi yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat organ genetalia eksterna dan 25 (52,1%) siswi karena ketidakseimbangan hormon.

Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kebersihan alat genetalia salah satu yang upaya yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan alat genetalia.

Upaya peningkatan pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan pada remaja putri sangat diperlukan dukungan baik oleh pemerintah, petugas kesehatan, serta keluarga. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan pada remaja putri salah satunya adalah dengan pemberian pendidikan kesehatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genatalia, sehingga pendidikan kesehatan sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat. Terutama pengetahuan tentang kebersihan alat genetalia yang juga member banyak manfaat bagi remaja putri (Wawan dan Dewi, 2010).

Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru yang diterimanya, sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan hidup (Rakhmat, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Salah satu sumber pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tersebut dapat berupa demonstrasi, ceramah, diskusi, simulasi,

(4)

bermain peran, simposium dan seminar. Pendidikan kesehatan metode ceramah dan diskusi kelompok merupakan metode yang umum digunakan dalam pendidikan kesehatan. Pada metode ceramah dan diskusi kelompok dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo,2003).

Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan ide pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Penyuluhan metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan untuk memberikan penyuluhan, tetapi metode ini biasanya kurang menarik bagi responden karena hanya mendengarkan dan orang berbicara sehungga terkesan membosankan. Kelemahan metode ceramah ini salah satunya juga menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan maksimal karena pendengar merasa bosen dan kadang kurang memperhatikan (Hasibuan,2009).

Pemilihan metode pendidikan harus mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, tenaga, sarana serta kondisi peserta pendidikan. Diskusi kelompok telah terbukti manfaatnya sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Kelompok diskusi yang baik akan dapat mendiskusikan suatu persoalan secara sungguh-sungguh sebagai suatu persoalan dan dapat memecahkan secara bersama-sama dengan tekun. Metode diskusi sering dianggap lebih unggul dibanding dengan metode ceramah (Notoatmodjo,2003).

Pelaksanaan diskusi kelompok dapat dipandu oleh fasilitator yang dapat memfasilitasi diskusi agar dapat berjalan dengan lancar. Fasilitator juga dapat berperan sebagai narasumber bagi peserta diskusi. Pelaksanaan diskusi kelompok juga dapat dilaksanakan secara mandiri oleh remaja tanpa fasilitator. Remaja dengan kecenderungan yang dekat dengan kelompoknya, diharapkan dapat

berpartisipasi lebih aktif tanpa merasa sungkan dan lebih memahami dalam diskusi kelompok yang membahas tentang kebersihan alat genetalia (Hasibuan,2009).

Pendidikan kesehatan akan mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun media yang baik. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh efektifitas pendidikan kesehatan dengan ceramah dan diskusi kelompok dalam meningkatkan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwono (2010) tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang stress melalui ceramah pada remaja di SMPN 34 Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang stress. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hanafi (2011) tentang perbedaan pengaruh pendidikan seks metode simulasi dan diskusi kelompok terhadap sikap remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pendidikan seks metode simulasi dan metode diskusi kelompok dalam merubah sikap remaja ke arah sikap yang lebih positif.

Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan pada bulan Desember 2014 didapatkan keterangan dari guru Bimbingan Konseling (BK) bahwa di SMA Negeri 1 Ungaran belum pernah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri seperti menjaga kebersihan alat genetalia. Sedangkan hasil wawancara 4 dari 10 siswi di SMA Negeri 1 Ungaran menyatakan bahwa mereka yang pernah mengalami keputihan mengatasinya dengan cara menggunakan pantyliner. Kemudian 3 siswi yang juga pernah mengalami keputihan mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan pantyliner untuk mengatasinya tetapi mereka menggunakan air hangat untuk membersihkan alat genetalianya. Dan 3

(5)

siswi lainnya mengatakan mereka lebih memilih menggunakan cairan pembersih kewanitaan. Dari 3 siswi tersebut sebenarnya mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perawatan kebersihan alat genetalianya, sedangkan 7 siswi lainnya menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui cara menjaga kebersihan alat genetalia dengan benar sehingga mereka menggunakan pantyliner dan cairan pembersih kewanitaan untuk mengatasi keputihan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas pendidikan kesehatan tentang kebersihan alat genetalia sangatlah penting sebagai upaya pencegahan terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Karena kurangnya pengetahuan remaja mengenai cara membersihkan genetalia, sehingga akan mempengaruhi perilaku menjaga kebersihan alat genetalia. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Genetalia Di SMA Negeri 1 Ungaran Tahun 2015”.

METODE PENELITIAN

Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu, disebut eksperimen semu karena desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian ini adalah Non Equivalent Pretest-Postest Group.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

1. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Diberi

Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015 Pengetahuan tentang Kebersihan Alat Genetalia Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 11 7 2 55,0 35,0 10,0 Jumlah 20 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 11 orang (55,0%).

2. Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015 Pengetahuan tentang Kebersihan Alat Genetalia Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 5 8 7 25,0 40,0 35,0 Jumlah 20 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 8 orang (40,0%).

(6)

3. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015 Pengetahuan tentang Kebersihan Alat Genetalia Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 11 8 1 55,0 40,0 5,0 Jumlah 20 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode diskusi, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 11 orang (55,0%).

4. Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Diberi Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015 Pengetahuan tentang Kebersihan Alat Genetalia Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 1 10 9 5,0 50,0 45,0 Jumlah 20 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode diskusi, lebih banyak

responden memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 10 orang (50,0%).

B. Analisis Bivariat

1. Uji Kesetaraan Pengetahuan Remaja Putri tentang Kebersihan Alat Genetalia Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan metode Diskusi

Uji kesetaraan dilakukan dengan menguji pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum perlakuan antara kelompok metode ceramah dan metode diskusi. Hasilnya dikatakan setara atau homogen apabila tidak ada perbedaan secara bermakna antara pengetahuan responden antara kelompok ceramah dan diskusi sebelum perlakuan (p > 0,05), begitu juga sebaliknya.

Tabel 4.5 Uji Kesetaraan Pengetahuan Remaja Putri tentang Kebersihan Alat Genetalia Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan metode Diskusi di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015

Variabel Kelompok N p-value

Pengetahuan Ceramah Diskusi

20 20

0,904

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari hasil uji Mann Whitney, didapatkan p-value 0,904 >  (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum pendidikan kesehatan antara kelompok ceramah dan kelompok diskusi di SMA Negeri 1 Ungaran. Ini juga menunjukkan kedua kelompok dapat dinyatakan homogen atau setara.

Pengetahuan seseorang dapat bertambah dengan diperolehnya informasi tentang objek tertentu, dimana pengetahuan juga dapat diperoleh melalui media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya dan seluruh rangsangan

(7)

yang telah diterima dalam hal ini adalah melalui pendidikan kesehatan.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Handayani (2012) yang menunjukkan bahwa hasil analisis statistik terhadap rerata nilai pretest pengetahuan pada kelompok perlakuan diskusi kelompok dengan fasilitator, diskusi kelompok tanpa fasilitator, dan kelompok control diperoleh p=0,940 (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan yang bermakana antara ketiga kelompok responden. Dengan demikian tidak ada perbedaan pengetahuan pada kelompok ceramah dan diskusi kelompok yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang sebelum diberi perlakuan melalui pendidikan kesehatan, sehingga tidak berdampak kepada peningkatan pengetahuan tentang perilaku menjaga kebersihan alat genetalia.

2. Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia Tabel 4.6 Perbedaan Pengetahuan

Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015

Variabel Perlakuan N p-value

Pengetahuan Sebelum Sesudah

20 20

0,002

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon, didapatkan bahwa p-value 0,002 <  (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah di SMA Negeri 1 Ungaran.

Pendidikan kesehatan yang diberikan dengan menggunakan metode ceramah, memiliki berbagai kelebihan antara lain pemberi pendidikan kesehatan mudah menguasai ruangan, mudah menerangkan

bahan pengajaran dalam jumlah besar serta mudah dilaksanakan.

Pada saat pemberian pendidikan kesehatan terjadi perubahan persepsi, sehingga responden mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Hal ini dilihat saat pemberian pendidikan kesehatan, responden terlihat antusias memperhatikan materi yang diberikan.

Maka dengan memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan dapat mempengaruhi responden dalam berpikir dan bertindak, sehingga akan berdampak kepada peningkatan pengetahuan responden tentang kebersihan alat genetalia (Notoatmodjo, 2005).

3. Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia Tabel 4.7 Perbedaan Pengetahuan

Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Metode Diskusi tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015

Variabel Perlakuan N p-value

Pengetahuan Sebelum Sesudah

20 20

0,000

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon, didapatkan bahwa p-value 0,000 <  (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode diskusi di SMA Negeri 1 Ungaran.

Pendidikan kesehatan yang diberikan dengan menggunakan metode diskusi kelompok,memiliki berbagai kegunaan antara lain pemberi pendidikan kesehatan hendak memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada responden, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya, mendapatkan balikan dari responden, membantu siswa berpikir kritis, membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri

(8)

maupun teman-temannya (orang lain), membantu responden menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang terlihat baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah, serta mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Implikasinya metode diskusi lebih tepat diterapkan oleh pemberi pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia.

Pada saat pemberian pendidikan kesehatan terjadi perubahan persepsi, sehingga responden mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Hal ini dilihat saat pemberian pendidikan kesehatan, responden terlihat antusias memperhatikan materi yang diberikan. Dengan adanya perhatian tersebut maka akan memunculkan dorongan rasa ingin tahu dari diri responden yang akhirnya membuat perubahan persepsi tentang kebersihan alat genetalia sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Rasa

4. Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode Diskusi

Tabel 4.8 Perbedaan Pengetahuan Remaja tentang Kebersihan Alat Genetalia Putri Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode Diskusi di SMA Negeri 1 Ungaran, 2015 Variabel Kelompok N p-value Pengetahuan Ceramah Diskusi 20 20 0,277

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari hasil uji Mann Whitney, didapatkan nilai p-value 0,277 > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia antara sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan menggunakan metode diskusi di SMA Negeri 1 Ungaran. Ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran tahun 2015.

Pengetahuan seseorang dapat bertambah dengan diperolehnya informasi tentang objek tertentu, dimana pengetahuan juga dapat diperoleh melalui media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya dan seluruh rangsangan yang telah diterima dalam hal ini adalah melalui pendidikan kesehatan.

Pada kelompok ceramah dan diskusi kelompok sama-sama diberi pendidikan kesehatan tentang kebersihan alat genetalia sehingga terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberi perlakuan melalui pendidikan kesehatan. Dengan demikian tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan pada kelompok ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan tentang kebersihan alat genetalia.

KESIMPULAN

1. Pengetahuan remaja putri sebelum diberi pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 11 orang (55,0%)

2. Pengetahuan remaja putri sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 8 orang (40,0%).

3. Pengetahuan remaja putri sebelum diberi pendidikan kesehatan menggunakan metode diskusi kelompok, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang

(9)

tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 11 orang (55,0%).

4. Pengetahuan remaja putri sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan metode diskusi kelompok, lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan alat genetalia, yaitu sejumlah 10 orang (50,0%).

5. Ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah tentang kebersihan alat genetalia dengan p-value 0,002 <  (0,05). 6. Ada perbedaan yang signifikan

pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode diskusi kelompok tentang kebersihan alat genetalia dengan p-value p-value 0,000 <  (0,05).

7. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan responden antara kelompok ceramah dan diskusi kelompok sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang kebersihan alat genetalia dengan p-value 0,904 >  (0,05)

8. Tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia dengan p-value 0,277 > (0,05).

SARAN

1. Bagi Responden (Remaja Putri)

Diharapkan remaja putri dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya kebersihan alat genetalia dengan banyak membaca buku atau melalui media informasi lainnya, sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana cara menjaga kebersihan alat genetalianya.

2. Bagi SMA Negeri 1 Ungaran

Kepada guru Bimbingan dan Konseling (BK) diharapkan lebih memodifikasi atau mengkombinasikan antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok dalam memberikan pendidikan kesehatan pada remaja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

memberikan penyuluhan, sehingga dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti serta dapat menerapkan ilmu kesehatan yang telah didapatkan selama kuliah dan dapat menggunakan media yang lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hanafi. 2011. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Seks Metode Simulasidan Diskusi Kelompok Terhadap Sikap Remaja Pada Upaya Pencegahan Periaku Seks Menyimpang. [Jurnal] : FK Keperawatan Unibraw.

Handayani. 2012. Efektifitas Metode Diskusi Kelompok Dengan Dan Tanpa Fasilitator Pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Remaja Tentang Periaku Seks Menikah. [Jurnal] : FK UGM.

Hasibuan.2009. Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Jayanti.2010. Efektifitas Penyuluhan dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk di Kecamatan Medan Denai. [Tesis]. Sumatera Utara : Perpustakaan USU

Machfoedz.2008. Pendidikan Kesehatan

Bagian dari Promosi Kesehatan edisi ke-1. Yogyakarta: Fitramaya

Manuaba.2005. Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo.2003. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo.2007. Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.

(10)

Notoatmodjo .2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka.

Prihandini.2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Demonstrasi dan Metode Leaflet Terhadap Motivasi Ibu dalam Pemberian Makanan Bergizi Bagi Balita di Posyandu Kunthisari Jetak Kabupaten Semarang. [Jurnal]: STIKES Karya Husada Semarang

Purwono.2010. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Stress Melalui Ceramah Pada Remaja di SMPN 34 Semarang. [Jurnal]: Universitas Diponegoro Semarang.

Rakhmat.2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika Ratna. 2010. Pentingnya menjaga organ

kewanitaan. Jakarta : PT. Indeks.

Riyanto A. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Roestiyah.2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sari, 2009, Gejala Keputihan. Diakses tanggal 11 Desember 2013. From: http://tanyadokter.com

Sarwono. 2006. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Selvanita, 2012, Waspadai Gejala Keputihan, Diakses tanggal 7 Desember 2013. From: http://bidankita.com

Sianturi. 2005. Keputihan Pada Remaja. Diakses tanggal 09 Desember 2014. From: http://72.14.203.104/search?q=bkkbn.go.id Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Soetjiningsih . 2007. Buku ajar tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2012. Statistika untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Uliyah. 2009. Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Wawan dan Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Widyastuti. 2009. Kesehatan reproduksi.

Yogyakarta : Fitramaya.

Wiwit.2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dengan Kejadian Keputihan di SMA Negeri 3 Semarang. [Sripsi]: STIKES Karya Husada Semarang

Referensi

Dokumen terkait

mengembangkan UKM berorientasi ekspor, pemerintah propinsi lebih mem- fokuskan pada pemilihan alternatif strategi konsentrasi untuk meninjau kembali pada penguatan di sumber daya

Modal intelektual yang bersumber dari kompetensi karyawan, struktur organisasi dan performa yang dimiliki oleh perusahaan memberikan kemampuan bagi perusahaan

Gurita merupakan salah satu hasil perikanan yang mudah rusak maka dalam penangana awal dan pengolahan bahan baku harus mendapatkan perhatian serius, sampai selesainya

Adapun saran-saran yang ingin peneliti sampaikan berkenaan dengan hasil penelitian yaitu (1) karena keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN 04 Hulu Sungai masih

Walaupun kriteria-kriteria tersebut akan lebih didetailkan sesuai dengan kondisi ekosistem daerah masing-masing namun dengan kriteria lingkungan seperti yang telah

61 Sulianto, ©Algoritma Genetik Untuk Meningkatkan Kinerja Model Tangki Standar Pada Analisa Transformasi Data Hujan Menjadi Data Aliran Sungai. 60 Media Teknik Sipil, Volume 10,

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini selain berakibat gizi lebih juga bisa menimbulkan beban zat terlarut hingga dapat menimbulkan hyperosmolarity (kelebihan tekanan

Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan menguji tingkat ketahanan terhadap infeksi penyakit kulit diplodia (B. theobromae) pada 30 individu tanaman jeruk hasil