• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata Tra, biasanya menunjukkan alat dan suasana. Berdasarkan hal itu, sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran. Dalam buku Teori Sastra, Rene Wellek dan Austin Werren berpendapat, sesuatu dapat dikatakan sastra apabila merupakan suatu kegiatan kreatif sebagai sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Selain itu, sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3).

Menurut Esten (1978: 9), sastra adalah pengungkapan dari fakta artistic dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan mempunyai efek positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Perwujudan dari fakta artistic dan imajinatif yang dikemukakan oleh Esten tersebut dapat berupa banyak hal. Salah satunya adalah komik, komik merupakan salah satu bentuk perwujudan dari sastra yang mempunyai nilai artistic.

Menurut F.Lacassin (1998: 4), komik adalah sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal karena menggabungkan gambar dengan teks. Komik berbeda dengan cerita bergambar atau sinema. Menurut Marcell Bonneff (1998: 194), komik

(2)

merupakan faktor penting dari sebuah evolusi dan dianggap sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan konsepsi khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, komik yang pada awalnya hanya berbentuk buku perlahan-lahan mulai berubah bentuk menjadi digital. Komik yang berbentuk digital inilah yang disebut dengan Webtoon. Webtoon atau webcomics ini merupakan komik digital yang didistribusikan melalui jaringan internet dan Webtoon ini merupakan komik khas berwarna yang hanya dapat diakses melalui internet yang populer di Korea Selatan. Meskipun ada sedikit perbedaan dengan komik yang asli, Webtoon tetap dapat disebut sebagai sebuah komik. Salah satu komik Webtoon yang sedang populer di Korea dan Indonesia adalah komik Webtoon berjudul Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei).

Fenomena webtoon sudah ada sejak tahun 1900an1, dimulai ketika peminat

komik sudah mulai menurun karena adanya berbagai macam hiburan lainnya. webtoon ini berbeda dengan komik pada umumnya, dimana webtoon disajikan dengan tampilan yang lebih berwarna. Tidak seperti pada komik biasa yang gambarnya hanya disajikan dengan warna hitam dan putih saja. Selain itu dengan adanya kemajuan dalam alat komunikasi dan semakin cepatnya internet, webtoon juga menjadi lebih praktis dan mudah untuk dibaca oleh semua orang. Hal ini dikarenakan webtoon kebanyakan disediakan secara gratis sehingga memudahkan orang untuk membacanya.2 Isi cerita komik biasa dan webtoon juga dapat dikatakan

1 mangabookshelf.com/565/an-introduction-to-korean-webcomics/ 2

(3)

mempunyai banyak perbedaan, salah satunya adalah perbedaan dalam genre yang ditampilkan. Webtoon tidak seperti komik dimana penulis komik harus mematuhi peraturan yang ada dalam perusahaan penerbitan tempat bernaungnya penulis tersebut. Penulis webtoon lebih mendapatkan kebebasan untuk menulis hal yang mereka inginkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing penulis. Selain itu, karena webtoon ditampilkan di sebuah website, para penulis dan pembaca dapat saling berinteraksi dengan mencantumkan komentar di halaman website tersebut. Dengan adanya interaksi tersebut tidak jarang komentar dari pembaca menjadi sebuah masukan ide cerita untuk penulis dalam melanjutkan webtoon mereka. Pembaca dapat dikatakan membawa sebuah peran besar untuk menentukan kelanjutan dari episode webtoon tersebut. Hal inilah yang menyebabkan genre dari webtoon lebih beragam dan lebih luas cakupannya dibanding dengan komik. Isi dari cerita yang disajikan di webtoon banyak yang menampilkan pengalaman pribadi penulisnya, sehingga lebih mudah mendapatkan simpati dari masyakarat dan ada juga isi webtoon yang mengajarkan bahasa Korea kepada pembacanya.3 Cerita pengalaman

pribadi penulis yang diangkat ke sebuah webtoon dan faktor lain tersebut diatas inilah yang sangat jarang bisa ditemukan di dalam sebuah komik dan hal inilah yang menyebabkan webtoon populer, memiliki sedikit keunggulan dibanding komik dan sangat menarik untuk dikaji.

Lookism memiliki arti sebagai prasangka atau diskriminasi yang didasarkan pada penampilan fisik.4 Terutama diskriminasi terhadap penampilan fisik yang dianggap

gagal untuk mencapai gagasan masyarakat terhadap suatu keindahan. Lookism ini

3

http://www.dgupost.com/news/articleView.html?idxno=1247

4

(4)

juga dapat dianggap sebagai bentuk rasisme baru, dimana orang tidak dapat menerima penampilan atau rupa wajah orang yang kurang ideal.5

Lookism dalam bahasa Korea adalah 외모지상주의 (Waemojisangjueui) yang

berasal dari kata 외모 (Waemo) yang berarti penampilan, 지상주의 (JisangJueui)

yang berarti menjunjung tinggi. Untuk itu, 외모지상주의/Waemojisangjuei

(Lookism) ini mempunyai arti pandangan yang berorientasi pada penampilan atau idealisme terhadap penampilan.

Sementara itu, penampilan menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan yang menampilkan atau ditampilkan dengan mengesankan. Masih dalam KBBI, pengertian ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angakan atau dikehendaki. Maka dari itu, penampilan yang ideal dapat diartikan sebagai sebuah perbuatan yang dilakukan untuk menampilkan sesuatu hal sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau dikehendaki.

Penampilan fisik yang dianggap ideal selalu berubah-ubah tergantung dari trend atau mode pada suatu zaman dan budaya dalam suatu negara. Trend atau mode atau penampilan yang saat ini cenderung populer dan digandrungi oleh banyak orang adalah trend penampilan seperti orang barat. Penampilan orang barat dengan bentuk wajah yang tirus dengan mata yang besar dan memiliki kelopak mata. Kemudian bentuk tubuh yang seksi dan atletis, seperti artis dan model Hollywood. Gaya pakaian mereka yang sering menggunakan pakaian dari rancangan desainer brand

5 Anonim. 2016. Penampilan Anonim.2 016.Pekerjaan.

http://wolipop.detik.com/read/2011/09/05/131034/1715737/1133/orang-berwajah-jelek-kini-bisa-sulit-dapat-kerja. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016. Pada pukul 16.00 wib.

(5)

terkenal juga banyak dijadikan acuan oleh remaja-remaja saat ini. Menurut masyarakat terutama remaja saat ini, penampilan artis dan model hollywood yang terkenal seperti itu merupakan penampilan yang dianggap ideal oleh mereka. Karena itu lah banyak dari mereka yang berusaha untuk memiliki penampilan seperti artis atau model hollywood tersebut. Orang yang tidak berpenampilan seperti mereka sering dianggap sebagai kurang baik. Namun, hal ini tergantung akan pandangan dan selera orang masing-masing.

Lookism saat ini telah menjadi suatu fenomena tertentu di masyarakat karena semakin banyaknya orang yang melihat sesuatu hanya berdasarkan penampilan fisiknya saja. Selain itu, perkembangan mode, kosmetik dan teknologi juga membuat semakin banyak orang yang peduli akan penampilan terutama pada bagian wajah. Salah satu komik di Korea Selatan yang mengangkat tema tentang Lookism ini adalah komik Webtoon yang berjudul Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) yang ditulis oleh seorang komikus bernama Park Tae Jun (박태준).

Komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) ini merupakan sebuah komik fiksi yang menceritakan tentang seorang anak SMA yang bernama Park Hyeong Seok yang selalu ditindas di sekolahnya karena ia memiliki wajah yang jelek, tubuh yang gendut dan tinggi badan yang pendek. Karena ini ia sering dijuluki dengan nama binatang oleh teman-temannya dan sering menjadi bahan ejekan. Namun, suatu hari ketika ia memutuskan untuk pindah sekolah ke kota lain, di sekolah baru tersebut ia mendapatkan semacam kekuatan untuk bisa memiliki dua tubuh sekaligus. Dua tubuh yang ia miliki tersebut, masing-masing sangat bertolak

(6)

belakang. Tubuh aslinya adalah tubuhnya yang gendut, jelek dan pendek, sedangkan tubuh ke-duanya adalah tubuh yang memiliki wajah yang tampan, tinggi dan proporsional berotot yang sangat ideal bak seorang model.

Kemudian Park Hyeong Seok pun memutuskan untuk pergi ke sekolah barunya dengan menggunakan tubuh keduanya yang bak model tersebut agar terhindar dari penindasan yang kemungkinan akan menimpanya lagi. Semenjak menggunakan tubuh keduanya tersebut dunia pun mulai berubah untuk Park Hyeong Seok, banyak orang yang menerimanya dengan baik dan tidak memperlakukan dirinya semena-mena. Namun, setelah ia menjalani kehidupan dengan menggunakan 2 tubuh yang berbeda tersebut, Park Hyeong Seok sendiri pun mulai menyadari meskipun penampilan bukanlah segalanya namun, penampilan yang ideal sangat penting. Park Tae Jun membuat kisah webtoon ini berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Pada masa sekolah Park Tae Jun sama seperti Park Hyeong Seok yang sering dibully oleh teman-temannya. Pada saat itu, ia cenderung tidak menarik dan karakternya cenderung tertutup serta rendah diri. Ia pun kemudian harus pindah sekolah karena tidak tahan dibully terus menerus, di lingkungan baru ia berusaha untuk berubah, lebih menerima dan membuka diri. Dengan perubahan tersebut Park Tae Jun bermetamorfosis menjadi seorang yang rupawan dengan segala keahlian dan bakat yang dimilikinya.6 Penggunaan pengalaman pribadi penulis sebagai salah satu latar

belakang dari kisah webtoon ini menunjukkan ini sebagai bagian dari unsur ekstrinstik sastra.

6 Anonim. 2016. Mengenal Kreator Webtoon Lookism Park Tae Jun.

http://www.jawapos.com/read/2016/08/28/47515/mengenal-kreator-webtoon-lookism-park-tae-jun-si-cute-mantan-korban-bully. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016. Pada pukul 14.00 wib.

(7)

Seperti cerita yang ada dalam komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) ini, masyarakat Korea Selatan juga sangat menjunjung tinggi penampilan. Penampilan dianggap segalanya sehingga tidak memungkiri jika disana banyak terdapat klinik kecantikan yang menawarkan prosedur operasi plastik agar penampilan bisa berubah menjadi lebih baik. Meskipun komik Webtoon ini merupakan sebuah komik fiksi, namun komik ini mampu merepresentasikan kehidupan masyarakat Korea yang terobsesi akan sebuah penampilan. Karena itu, untuk dapat mengetahui bentuk keobsesian masyarakat Korea akan penampilan itu, penulis akan menggunakan teori Swingewood untuk menjawabnya. Selain itu, penulis juga menggunakan beberapa teori tentang diskriminasi dan bullying untuk menjelaskan bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang terjadi dalam masyarakat Korea .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana idealisme masyarakat Korea terhadap penampilan dan obsesi beserta implementasinya dalam komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei)??

b) Bagaimana bentuk diskriminasi akibat penampilan yang ditampilkan dalam Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei)?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu terdapat tujuan yang ingin dicapai, termasuk penelitian

yang dilakukan terhadap komik Webtoon Lookism

(외모지상주의/Waemojisangjuei). Penelitian terhadap Lookism

(외모지상주의/Waemojisangjuei) ini memiliki tujuan sebagai berikut :

a) Mengetahui bagaimana idealisme masyarakat Korea terhadap penampilan dan obsesi beserta implementasinya dalam komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei).

b) Mengetahui bentuk diskriminasi akibat penampilan yang ditampilkan dalam komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian komik Webtoon Lookism

(외모지상주의/Waemojisangjuei) ini dapat digolongkan ke dalam dua sisi, yaitu secara teoritis dan praktis.

a) Manfaat secara teoritis dari penelitian komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) ini adalah agar mampu mengungkapkan bagaimana idealisme, implementasi dan obsesi masyarakat Korea terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi yang diterima oleh seseorang karena penampilan dalam masyarakat Korea .

(9)

b) Manfaat secara praktis dari penelitian komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) ini adalah guna menambah wawasan para pembaca tentang sosial budaya masyarakat Korea .

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dialog antar tokoh yang terdapat dalam komik berbahasa Korea, yaitu komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei). Lingkup penelitian ini dibatasi pada gambar-gambar komik yang memuat permasalah yang akan dikaji dari bab I sampai bab IV. Penelitian skripsi ini hanya akan mengambil chapter/episode Komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) dari chapter/episode 1 hingga chapter/episode 80. Hal ini dikarenakan Komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) yang belum tamat di Korea-nya itu sendiri dan karena pada chapter/episode 1 hingga 80 memuat berbagai macam permasalahan yang dijadikan rumusan masalah dalam penelitian ini. Dialog dan gambar yang ada dalam komik ini akan diteliti menggunakan teori sosiologi sastra.

1.6 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dari penelitian komik Webtoon Lookism (외모지상주의/Waemojisangjuei) ini dilakukan dengan melihat dan beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis komik dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

(10)

Di dalam jurusan bahasa Korea terdapat penelititan oleh Ophilia Permata Sari (2015) yang berjudul “Pro dan Kontra Operasi Plastik di Korea dalam Film 200 Pounds Beauty (미녀는 괴로워 : Kajian Sosiologi Sastra).” Yang didalamnya menjelaskan dan meneliti tentang bagaimana pro dan kontra fenomena operasi plastik di Korea yang tercermin dalam film 200 Pounds Beauty.

Selain itu, di dalam jurusan Bahasa Korea juga terdapat penelitian oleh Okita Tadastra (2008) yang berjudul “Representasi Nilai Sosial Masyarakat Korea Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Komik Lee Su Il Gwa Sim Su Ae (이수일과 심수애) Karya Jo Il Jae” yang didalamnya menjelaskan mengenai nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat Korea . Dimana nilai-nilai sosial tersebut sudah mendarah daging dan turun temurun dilakukan. Nilai-nilai tersebut mengandung nilai-nilai sosial yang berkaitan erat dengan nilai-nilai konfusianisme yang ada di Korea . Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Okita Tadastra, pada penelitian ini penulis akan lebih berfokus pada arti penting penampilan bagi masyarakat Korea dan bentuk penindasan akibat penampilan yang ada di Korea itu sendiri.

1.7 Landasan Teori

Sosiologi menurut Weber (2009: 17) diartikan sebagai “ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memahami perilaku sosial secara interpretatif supaya diperoleh kejelasan mengenai sebab-sebab, proses serta efeknya”.

Dalam buku The Sociology of Literature, Swingewood (1972:11-12) memberikan batasan mengenai pengertian sosiologi dan sastra. Menurut Swingewood, sosiologi adalah pendekatan ilmiah yang menekankan analisis secara

(11)

objektif tentang manusia dalam masyarakat, tentang lembaga kemasyarakatan, dan proses-proses sosial. Selanjutnya, mengenai sastra, Swingewood menyatakan sastra juga terkait dengan dunia kemasyarakatan itu dan keinginannya melakukan perubahan terhadap dunia kemasyarakatan. Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosiobudaya yang mencatat kenyataan sosiobudaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu. Penelitian ini akan menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasan teorinya.

Berdasarkan pendapat Swingewood di atas, diperoleh gambaran bahwa antara sosiologi dan sastra memiliki persamaan dalam hal objek atau sasaran yang dibicarakan. Objek atau sasaran yang dimaksud adalah manusia dalam masyarakat serta segala aspek yang berkaitan dengan masyarakat itu. Hubungan sosiologi dengan sastra, menurut Swingewood (1972:31) bersifat dialektis atau sastra tidak hanya memberi dampak pada masyarakat tetapi juga menerima dampak dari masyarakat.

Dalam konsep sosiologi sastra Swingewood, terdapat tiga perspektif yang dapat digunakan untuk melihat fenomena sosial dalam karya sastra. Ketiga perspektif itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perspektif yang paling popular mengambil aspek dokumenter sastra yang memberikan perhatian pada cermin zaman (Swingewood dan Laurenson, 1972:13).

2. Perspektif kedua tentang sosiologi sastra mengambil cara lain dengan memberikan penekanan pada bagian produksi dan lebih khusus pada situasi sosial penulis (Swingewood dan Laurenson, 1972:17).

(12)

3. Perspektif ketiga menuntut satu keahlian yang lebih tinggi, mencoba melacak bagaimana suatu karya sastra benar-benar diterima oleh masyarakat tertentu pada suatu momen sejarah tertentu (Swingewood dan Laurenson, 1972:21).

Ketiga perspektif tersebut dapat diterapkan bersama-sama dan dapat pula dipilih salah satu untuk dijadikan alat analisis. Penelitian ini akan menggunakan perspektif pertama, yaitu dokumenter sastra yang memberikan perhatian pada cerminan zaman sebagai alat analisis datanya.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek sastra ini adalah kajian sosiologi sastra. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, peneliti melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material dengan memahami dan mencari rumusan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian. Kedua, peneliti mencari dan memilih teori yang akan digunakan sebagai teori utama.

Pada penelitian ini akan menggunakan teori sosiologi sastra sebagai teori utamanya. Ketiga, peneliti melakukan pengumpulan data dengan memilih unsur-unsur di dalam komik yang mempresentasikan arti penting penampilan bagi masyarakat Korea . Kemudian melakukan penelitian dengan metode analisis data, menarik kesimpulan dan melakukan penulisan dan penyusunan. Terakhir, peneliti membaca kembali hasil penelitian dan merevisi hal-hal yang perlu direvisi sebelum melaporkan hasil penelitian.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, memilih unsur-unsur di dalam komik yang mempresentasikan arti penting penampilan bagi

(13)

masyarakat Korea dan unsur-unsur bentuk penindasan akibat penampilan di Korea . Kedua, menerjemahkan percakapan di dalam panel komik yang mempresentasikan keobsesian masyarakat Korea terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi akibat

penampilan yang tercermin dalam komik Webtoon Lookism

(외모지상주의/Waemojisangjuei) yang telah dipilih dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Ketiga, memaparkan, menjelaskan dan mengaitkan hal-hal yang mencakup permasalahan tersebut dengan uraian teks. Terakhir, membuat kesimpulan mengenai representasi arti penting penampilan dan bentuk penindasan akibat penampilan dalam masyarakat Korea . Setelah itu, melakukan pengumpulan data pendukung dengan melakukan studi kepustakaan. Data pendukung di dapat dari buku, kamus, artikel cetak maupun online baik dalam bahasa Korea , Inggris, maupun Indonesia.

1.8.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data juga akan dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, adalah melakukan klarifikasi data. Kedua, menganalisis data dengan menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood dan menerjemahkan dialog berdasarkan Kamus Bahasa Korea-Indonesia dan Naver dictionary. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan mencari informasi mengenai idealisme dan implementasi terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi akibat penampilan yang terjadi di Korea dengan bantuan buku dan internet. Dari analisis tersebut akan dapat disimpulkan deskripsi idealisme, implementasi dan diskriminasi terhadap penampilan bagi masyarakat Korea dan bagaimana penampilan seseorang dapat mempengaruhi

(14)

perlakuan yang diterima dari orang lain di Korea . Adapun langkah-langkah kerja kerja dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Membaca keseluruhan isi komik.

Memilih unsur-unsur di dalam komik yang merepresentasikan idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap penampilan.

Menerjemahkan percakapan di dalam panel komik yang memuat semua hal yang mengandung idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap

penampilan.

Mencari data tentang idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea .

Melakukan peng-kategorisasian data dan analisis data berdasarkan hasil dari pencarian data yang sebelumnya sudah dilakukan.

(15)

1.9 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan bab pengantar yang akan memberikan sekilas gambaran tentang penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitan dan sistematika penyajian. Bab II akan memberikan paparan pemikiran tentang idealisme dan implementasi masyarakat Korea terhadap penampilan beserta obsesinya yang terdapat dalam komik Webtoon Lookism ini. Diikuti dengan berbagai landasan teori penelitian yang dikutip dari para ahli. Pada Bab III akan dipaparkan tentang bentuk-bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang terdapat dalam komik Webtoon Lookism ini. Bab IV merupakan hasil laporan penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) peran BKK SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta masuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 55,64% yang

Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang

62.. hanya terbatas pada kemampuan membaca. Fokus ini dirasa sesuai dengan media yang akan dikembangkan. Hal ini dikarenakan gambar bersifat dominan namun tetap

Gambar 10. Jawaban siswa MW Gambar 9. Jawaban siswa AH.. Setelah peneliti selesai memeriksa hasil pekerjaan tes akhir siswa pada siklus I, maka peneliti melakukan wawancara

Sedangkan menurut Uzer Usman dalam bukunya, Belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Osborne (2002) bahwa kemampuan membaca pemahaman memiliki keterkaitan dengan kemampuan literasi sains, membaca

Fungsi Manajemen Controling Memonitor aktivitas Mengawasi dan supervisi Memeriksa laporan Mengevaluasi kemajuan pencapaian Mengendalikan dan mengoreksi Actuating Memimpin,