• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Patriarkhi berasal dari bahasa Yunani, pater yang artinya bapak dan arche yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Patriarkhi berasal dari bahasa Yunani, pater yang artinya bapak dan arche yang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Patriarkhi

Patriarkhi berasal dari bahasa Yunani, pater yang artinya bapak dan arche yang artinya kekuasaan. Ebert mendefinisikan patriarkhi sebagai organisasi dan divisi dari semua praktek dalam pengertian dalam hal gender yang mengistimewakan salah satu jenis kelamin atas yang lain dengan kontrol laki-laki atas perempuan dalam hal seksualitas, kesuburan dan tenaga kerja.1 Lebih jauh mengenai patriarkhi akan dibahas dalam pandangan antropologi, sosiologi dan teologis. Teologis dibatasi dari dalam Alkitab.

2.1.1. Patriarkhi dari Sudut Pandang Antropologi dan Sosiologi

Kehidupan sosial suatu masyarakat yang menarik tidak dapat diabaikan begitu saja sehingga kehidupan itu diamati dan dijelaskan dalam ilmu antropologi dan sosiologi. Sikap yang umum mengenai hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dapat dijelaskan oleh ilmu sosiologi yang fokusnya pada manusia dalam hubungan bermasyarakat. Status perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial dijelaskan oleh ilmu antropologi yang fokusnya pada manusia yang hidup dalam suatu suku bangsa atau kebudayaan.

Dalam kehidupan sosial manusia terbagi dalam kelas-kelas yang menjelaskan keberadaan dan status seseorang dalam kehidupan masyarakat. Kelas-kelas bukan hanya terbagi dalam kelas tertinggi dengan bangsawan/pemilik modal hingga kelas terendah

(2)

dengan para hamba/buruh yang lazim terjadi. Pembagian kelas-kelas ada yang berdasarkan usia dalam suatu kelompok masyarakat yang disebut masyarakat suku tipe tak bernegara.2 Meskipun demikian, kelas-kelas yang dimaksudkan dalam pembagian itu hanya ditujukan untuk mengelompokkan satu jenis kelamin yakni laki-laki.3

Pembagian berdasarkan usia dapat dilihat dari suku-suku aborigin di Australia. Laki-laki berpindah dari satu tingkat usia ke tingkat lainnya selagi mereka bertumbuh. Mereka bertransisi dari anak menjadi pemuda, dari pemuda belum menikah menjadi dewasa menikah dan akhirnya memasuki tua-tua. Tingkat usia ini sedemikian pentingnya sehingga secara sosial ditandai dengan ritual berurutan dan secara fisik pada tubuh laki-laki dalam bentuk sayatan-sayatan pada dadanya. Semua ini sekali lagi dikhususkan untuk laki-laki.4

Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam kelompok masyarakat sejak sejarah dicatat selalu didominasi laki-laki. Perempuan sepertinya dipisahkan dalam sebuah status atau kelas sendiri. Posisi perempuan dianggap dalam masyarakat tergantung pada status sosial ayah atau suaminya.5 Perempuan kurang terwakili secara sosial dalam membuat keputusan dan diremehkan di tempat mereka berada, baik di lingkup umum yang kenyataannya dikuasai laki-laki maupun rumah tangga yang sebenarnya tempat perempuan lebih mendominasi.

2

Peter Worsley et. al (terj.Hartono Hadikusumo), Pengantar Sosiologi: Sebuah Pembanding Jilid 2, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, 132-133

3 ibid, 135 4 ibid, 133 5 ibid, 136

(3)

Laki-laki masih memegang peran penting dalam kelompok masyarakat. Meskipun ada hubungan sosial yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, semata-mata karena perempuan dibagikan sedikit kebebasan oleh laki-laki terdekatnya (ayah atau suami) untuk berperan dalam masyarakat demi terciptanya hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Sampai kemudian hari, gerakan sosial yang dilakukan perempuan untuk menuntut hubungan sosial yang lebih setara dengan laki-laki berkembang.

Tidak berbeda jauh dari sisi sosiologi, antropologi melihat kekuasaan laki-laki mendominasi kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan sekarang. Budaya patriarkhi banyak dianut suku-suku bangsa. Perempuan berada dalam kekuasaan laki-laki. Masyarakat yang tunduk pada budaya patriarkhi menempatkan perempuan dalam sektor domestik sedangkan sektor publik sepenuhnya adalah milik laki-laki. Perempuan diberikan kuasa atas rumah tangga.

Budaya patriarkhi yang mengikat perempuan di sektor domestik menurut antropologi dikenal sesudah suatu masa. Jauh sebelumnya, masa matriarkhal berkembang di suku-suku bangsa. Budaya yang membuat perempuan memegang kendali dan mengambil peran dalam dunia publik atau kemungkinan posisi yang setara antara laki-laki dan perempuan, sebab meskipun garis keturunan ditelusuri melalui garis ibu (perempuan), laki-laki yang masih memegang kunci dalam urusan-urusan publik.6 Contohnya, Suku Yao di Malawi meski matrilineal, tetap memberikan kepercayaan kepada laki-laki tertua dalam garis keturunan untuk mengelola urusan-urusan kelompok saudari-saudari. Atau peran penting yang dimainkan ibu dan saudar-saudari raja dalam

6

(4)

kerajaan di Afrika dengan memegang jabatan-jabatan kunci untuk menjamin keamanan raja. Pertimbangannya, sebagai perempuan, saudari-saudari raja tidak dapat menggulingkan raja dalam suatu perebutan kekuasaan.7

Dari ilmu sosial, diketahui bahwa patriarkhi telah mengakar dalam kehidupan sosial dan mendarah daging dalam keturunan umat manusia sehingga menguasai seluruh kehidupan manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam menjalani kehidupan sosial. Baik dalam sosiologi maupun antropologi menunjukkan bahwa kekuasaan laki-laki lebih diakui dibandingkan kekuasaan perempuan. Perempuan dipandang lemah dan patut dilindungi keberadaannya oleh laki-laki sehingga pergerakan perempuan dibatasi.

2.1.2. Patriarkhi dari Sudut Pandang Teologis

Peran perempuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh Alkitab. Bach dalam tulisannya Man’s World, Women’s Place: Sexual Politics in the Hebrew Bible (Introduction) menyatakan bahwa karakter dan sikap yang harus ditunjukkan oleh perempuan serta status dalam masyarakat Israel terlukis di Alkitab Ibrani ditulis sebagai sejarah oleh sang pemenang, kelompok dominan: laki-laki. Segala cerita mengenai perempuan di dunia dibentuk untuk kepentingan laki-laki.8 Alkitab merupakan kitab yang berisi Firman Tuhan dan wahyu Tuhan yang dibagi atas 39 kitab Perjanjian Lama, hasil seleksi buku-buku kesustraan Israel Kuno dari Bangsa Israel yang mempunyai sejarah lebih dari 1000 tahun dan 27 kitab Perjanjian Baru, hasil seleksi kesusastraan agama Kristen pada abad-abad pertama adanya agama Kristen.9

7

ibid, 137

8Alice Bach (Ed.), Women in The Hebrew Bible: a reader, New York:Routledge, 1999, xiii 9

(5)

Ord dan Coote menyatakan bahwa kita harus sadar budaya mempengaruhi penulisan Alkitab dan citra yang dipakai dalam Alkitab dalam mengungkapkan kenyataan adalah citra yang bermakna bagi umat di masa Alkitab, misalnya Allah digambarkan sebagai laki-laki sebab dalam dunia patriarkhal, laki-laki selalu menjadi penguasa.10 Hal ini dapat dimaklumi karena bangsa Israel sebagaimana sebagian besar bangsa di dunia ini merupakan bangsa yang menganut budaya patriarkhi. Meskipun demikian, ada ayat-ayat dalam Alkitab yang sering dilupakan orang dalam menafsirkan Firman Tuhan mengenai kesetaraan manusia. Kisah penciptaan manusia dalam Kejadian 1:26–27 berbunyi,

“Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Ayat tersebut memberikan pernyataan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambarNya. Ditegaskan kemudian, manusia yang dimaksudkan ialah laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejak awal Allah menciptakan laki-laki dan perempuan secara bersama, menurut gambar dan rupa Allah. Dengan demikian menegaskan bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dalam waktu yang sama dan masing-masing menurut gambar dan rupa Allah yang menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan derajat dihadapan Allah sejak awal mula diciptakan.

10

David Robert Ord & Robert B.Coote. APAKAH ALKITAB BENAR? Memahami Kebenaran Alkitab Masa

(6)

Versi penciptaan yang lain dalam Kejadian 2:21-2311 juga menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memang diciptakan sepadan untuk saling menolong dalam kehidupan mereka di sebuah taman di Eden. Barulah setelah peristiwa manusia jatuh dalam dosa karena melanggar perintah Allah untuk memakan buah dari pohon yang ada di tengah-tengah taman akibat godaan ular (Kejadian 3:1-5), laki-laki dan perempuan diberikan hukuman berbeda oleh Allah yang kemudian dijadikan alasan untuk membedakan pekerjaan perempuan dan laki-laki (Kejadian 3:16-19). Hukuman Allah ini ditafsirkan sebagai sesuatu yang harus dikerjakan dan dipatuhi. Dalam hukuman ini dinyatakan bahwa perempuan lebih berperan di rumah sebagai seorang ibu yang akan melahirkan dengan susah payah dan laki-laki akan berperan di luar rumah sebagai pencari nafkah dengan susah payah pula. Tafsiran ini menunjukkan secara jelas perbedaan tugas perempuan dan laki-laki dan membenarkan perilaku laki-laki yang berkuasa atas perempuan sepanjang masa.

Kejadian 1:27 menunjukkan manusia sebagai gambaran Allah dan manusia sebagai laki-laki dan perempuan namun penafsiran tradisional mengabaikan poin ini. Evans mengutip Hanson melihat dominasi dari metafora patriarkhi sebagai produk komunitas dengan struktur patriarkhal yang menilai ketidaksetaraan seksual dan kemudian merasa bahwa menggunakan metafora ini struktur yang tidak dapat diterima.12 Contoh yang paling jelas dan terbawa hingga kini karena pengaruh struktur patriarkhal yang lebih

11

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (TB-LAI)

12

(7)

menjunjung laki-laki terdapat dalam Mazmur 68:613 menyebutkan Allah yang disembah disapa bapak.

Di sisi lain, meskipun struktur patriarkhal lebih banyak menunjukkan sisi maskulin, Evans mengutip Martin Noth yang berkomentar mengenai Bilangan 11:12 (Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, ….”) yang mana Musa menyatakan bahwa ia bukan ibu bangsa Israel. Noth mengatakan bahwa secara implisit ini merupakan ide yang tak biasa bahwa Yahweh sendiri adalah ibu bangsa Israel dan melihat ayat ini secara tidak langsung menghubungkan Yahweh dalam konsep feminin.14 Fakta ini tidak berarti membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan dengan Allah melainkan mendukung hierarki dalam hubungan satu sama lain antara laki-laki dan perempuan.15 Laki-laki dapat memandang perempuan sebagai partner yang setara dalam setiap aspek kehidupan realitas sosial. Pandangan masyarakat bahwa posisi laki-laki selalu berada di atas perempuan harus ditinjau ulang. Pandangan bahwa pembagian tugas antara laki-laki dalam sektor publik dan perempuan dalam sektor domestik perlu diperbaiki.

Manusia yakni laki-laki dan perempuan diciptakan Allah menurut gambar dan rupaNya yang berarti bahwa laki-laki dan perempuan ini, masing-masing mewakili image Allah yang sempurna karena itu laki-laki dan perempuan yang mewarisinya perlu berpartner untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna. Dengan kata lain, apa yang

13

Mazmur 68:6 “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus” (TB-LAI)

14

Mary J. Evans, Woman in The Bible, Illinois: Intervarsity Press Downers Grove, 1983, 22 15

(8)

terjadi dalam masyarakat perlu dibangun pemahaman bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh peluang-peluang kerja yang diperoleh laki-laki. Jauh sebelum Musa menyatakan pernyataannya itu, dalam Keluaran 15:2016 telah diakui peranan perempuan dalam kehidupan kultus bangsa Israel. Miryam, saudara perempuan Harun dan Musa disebut sebagai nabiah orang Israel. Musa sendiri diakui sebagai nabi bagi bangsa Israel (Ulangan 34:10)17 dan saudara laki-lakinya Harun dipilih oleh Tuhan menjadi imam (Keluaran 28:1)18 dikemudian hari dalam Mikha 6:419, lebih jelas dikemukakan posisi Miryam yang setara dengan kedua saudara laki-lakinya.

Posisi Miryam yang diakui ini menjelaskan kepada kita bahwa pada masa Israel Kuno, ketika mereka terbentuk menjadi suatu bangsa dan mempunyai pimpinan, laki-laki dan perempuan diberikan peluang yang sama dan menjadi partner dalam melaksanakan tugas-tugas publik. Tidak ada perbedaan mencolok yang menyatakan bahwa perempuan identik dengan pekerjaan domestik dan laki-laki dengan pekerjaan publik. Pandangan mengenai kerjasama antara laki-laki dan perempuan demi kelangsungan bangsa sepertinya merupakan hal yang wajar terjadi saat itu. Miryam sebagai perempuan bekerja sama dengan kedua saudaranya, Musa dan Harun dalam menyatakan kehendak Tuhan untuk bangsa Israel dengan mengemban tugasnya sebagai seorang nabiah. Miryam diberi

16

Keluaran 15:20 “Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari” (TB-LAI)

17

Ulangan 34:10 “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel” (TB-LAI)

18

Keluaran 28:1 “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku — Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.” (TB-LAI)

19

Mikha 6:4 “Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu” (TB-LAI)

(9)

kedudukan yang sejajar dengan saudara laki-lakinya. Pada masa ini kesetaraan antara perempuan dan laki-laki tidak menjadi masalah karena perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama meskipun hanya sedikit perempuan yang terlibat dalam kehidupan publik.

Selain Miryam, tercatat dalam kitab Perjanjian Lama pada saat bangsa Israel berada di bawah sistem pemerintahan sebagai kerajaan disebut juga nama Hulda, seorang nabiah yang hidup pada masa pemerintahan raja Yosia (II Raja-raja 22:14). Ia yang ditemui ketika Yosia ingin meminta petunjuk dari Tuhan atas perkataan yang tertulis dalam gulungan kitab Taurat yang ditemukan kembali di Bait Allah. Penting dicatat sekali lagi bahwa perempuan pada masa itu dihargai jabatannya oleh seorang raja yang berkuasa. Hulda yang seorang nabiah ditemui oleh rekannya seorang imam, imam Hilkia. Tak cukup hanya seorang imam, panitera dan hamba raja Yehuda juga ikut pergi meminta pendapat Hulda. Jelas suatu kepercayaan yang besar diberikan kepada perempuan oleh laki-laki, meskipun sudah ada gulungan kitab yang bisa ditafsirkan imam. Hulda sebagai perempuan dihargai perannya sebagai nabiah. Hulda dengan yang bernubuat akan kejatuhan Yehuda dengan malapetaka yang akan menimpa kerajaan itu dan penduduknya apabila mereka tetap berpaling dari Allah sehingga bangsa Israel kembali menyembah Allah.

Bukti turut sertanya peran perempuan dalam perjalanan bangsa Israel menimbulkan spekulasi bahwa budaya patriarkhi pada masa bangsa Israel hidup dalam Perjanjian Lama tidak mendiskriminasikan perempuan begitu jauh dalam pandangan bahwa perempuan tidak memiliki bakat dalam melaksanakan tugas publik dan lebih tepat dalam pekerjaan domestik. Pengakuan ini lebih baik lagi jika kitab Perjanjian Baru ditelusuri dan melihat

(10)

peran serta perempuan di dalamnya. Pertama-tama dalam keempat Injil dan surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru.

Kisah pelayanan Yesus jika ditelusuri juga tak lepas dari peran perempuan. Bahkan sejak kehadirannya di dunia ini hingga kematian dan berita mengenai kebangkitannya, peran serta perempuan sangat besar di dalamnya. Di samping ada Yusuf yang berperan sebagai bapaknya, ada Maria sebagai ibunya yang melahirkan dan merawatnya. Perempuan-perempuan yang melayani dan mengikutinya dalam pelayanannya seperti Maria Magdalena, Yohana, Susana dan perempuan lainnya. Mereka ini membantu Yesus dalam pelayanannya dengan menyerahkan hidup mereka dan juga harta milik mereka demi pelayanan. Meskipun dalam kitab suci, peran mereka tidak begitu ditonjolkan sehingga memberi kesan mereka hanya dianggap figuran dan tidak terhitung dalam jumlah murid Yesus karena yang disebut dan dihitung sebagai murid Yesus hanyalah duabelas murid laki-lakinya.

Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi perhatian Yesus kepada mereka karena mereka perempuan. Perempuan-perempuan itupun disebut sebagai pengikut Yesus dan diperbolehkan mengikuti dan membantu pelayanan.20 Ini menggambarkan bahwa Yesus menghargai perempuan. Perempuan dipandang sebagai partner yang setara pada masa pelayanannya di dunia. Yesus memberikan contoh yang baik kepada pengikutnya. Laki-laki dapat bekerjasama dengan perempuan karena perempuan mampu melaksanakan tugas yang sama yang dilakukan laki-laki. Tidak ada perbedaan dalam harkat dan

20

(11)

martabat seseorang karena orang itu laki-laki atau perempuan. Semuanya mempunyai hak untuk melakukan apa yang disukainya.

Kemudian pada masa Paulus, dalam surat-surat Paulus tercatat bahwa perempuan tidak lagi menjadi partner yang mengimbangi laki-laki. Status perempuan turun drastis dan dianggap kelompok masyarakat kelas rendah. Bukan karena ketidakmampuan perempuan dalam menangani pekerjaan publik terutama dalam bidang keagamaan tetapi karena lagi-lagi kebudayaan menjadi faktor utamanya. Budaya patriarkhi yang melekat pada bangsa-bangsa yang menjadi tempat misi Paulus merupakan alasannya. Perempuan dikekang kebebasannya berkarya dalam komunitas.

Perempuan, pertama-tama ialah milik ayahnya. Setelah menikah, ia merupakan milik suaminya.21 Dengan kata lain, perempuan berada di bawah kuasa laki-laki. Perempuan tidak bebas menentukan pilihannya. Ia harus tunduk pada suaminya. Ini sesuai dengan pendapat Mies yang menyatakan bahwa meskipun secara harafiah patriarkhi berarti kekuasaan bapak, sebenarnya melampaui kekuasaan bapak karena termasuk aturan suami, bos laki-laki, laki-laki yang berkuasa dalam lembaga-lembaga masyarakat, dalam politik dan ekonomi. Singkatnya, Mies menyebutnya sebagai ’liga laki-laki’ (the men’s league) atau ’rumah laki-laki’ (men’s house).22

Kita bisa berpendapat bahwa pada zaman Paulus, perempuan begitu direndahkan. Ini bisa dikatakan sebagai suatu kemerosotan dan ketidakberhasilan Paulus dalam

21

Dien Sumiyatiningsih, “Kedudukan dan Peranan Wanita dalam Pemerintah Gereja di Lingkungan Gereja Kristen Jawa”, Gema, Desember 1986, 38

22

Maria Mies, Patriarchy and Accumaltion on a World Scale : Women in the International Division of

(12)

pelayanan yang dilakukannya. Meskipun Paulus memberitakan Injil yang sama, yang diberitakan Yesus dan mengikuti panutannya ini namun Paulus tidak berani menembus kebudayaan komunitas tempat ia memberitakan Injil mengenai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Meski Paulus berhasil memberitakan Injil kepada bangsa non Yahudi namun kebudayaan mereka belum bisa ditembusnya.23 Kita bisa mengatakan bahwa Yesus dalam memberitakan Injil juga menekankan bahwa keselamatan Allah berlaku bagi semua orang. Yesus menembus kebiasaan masyarakat tempatNya memberitakan Injil dengan tidak membedakan perlakuan antara laki-laki dan perempuan maupun tuan dan hamba.

Tulisan dalam keempat Injil jelas memberikan laporan bahwa Yesus lebih dekat dengan orang-orang yang berada di lapisan menengah ke bawah, orang-orang yang dianggap “sampah” masyarakat. Di lain pihak Paulus bisa dikatakan tergesa-gesa karena pesan eskatologis24 yang disampaikannya kepada orang-orang yang dijangkaunya sehingga ia lebih mementingkan Injil yang menjangkau sebanyak mungkin orang tanpa harus repot-repot memperbaiki budaya yang ada saat itu. Atas kepentingan menjangkau sebanyak mungkin orang untuk mengenal Injil, Paulus memasukkan aturan komunitas tempat misinya dalam aturan kultus.

Lebih jauh Paulus menyatakan dalam aturan ibadah dengan mementingkan laki-laki di atas segalanya dan berkuasa atas perempuan. Laki-laki yang menjadi penatua. Perempuan dilarang memimpin laki-laki dan berbicara di depan umum meskipun itu dengan suaminya sendiri. Bagaimana mungkin menjadi pemimpin apabila dilarang

23

Anne Hommes, “Emansipasi Wanita”, Gema, Desember 1986, 12 24

(13)

berbicara di depan umum? Perempuan benar-benar dikekang kebebasannya. Inilah budaya patriarkhi yang benar-benar mendekati definisinya, kekuasaan bapak/laki-laki yang mendominasi, mensubordinasi, dan mendiskriminasikan kaum perempuan dalam segala bidang kehidupan, baik menyangkut badannya, seksualitasnya, pekerjaannya, maupun statusnya entah dalam keluarga, jemaat atau masyarakat. Segala bidang kehidupan bersifat androsentris, yaitu berpusat pada laki-laki.25

Paulus tidak bisa mengikuti teladan Yesus yang sangat menjunjung kesetaraan manusia laki-laki dan manusia perempuan.26 Paulus tidak dapat menembus budaya komunitas tempatnya memberitakan Injil. Meskipun demikian, ada pandangan Paulus mengenai kesetaraan yang tersirat dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada

laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus

Yesus”(Galatia 3:27-28).

Mungkin ayat ini dapat dijadikan acuan bahwa sebenarnya Paulus memandang kesamaderajatan perempuan dan laki-laki namun melakukannya dalam praktek sangat sulit dilakukan mengingat Paulus menyatakan hal yang bertolak belakang dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat yang berbeda, seperti dalam I Korintus 11:7 dan 927, dan

25

M. Nur Widi, Eklesiologi ardas Keuskupan Agung Semarang, Yogyakarta: Kanisius, 2009, 126 26

Dien Sumiyatiningsih, “Kedudukan dan Peranan Wanita dalam Pemerintah Gereja di Lingkungan Gereja Kristen Jawa”, Gema, Desember 1986, 38

27

I Korintus 11:7,9 “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki; Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.” (TB LAI)

(14)

Titus 2:3-528. Sekali lagi kebudayaan yang dianut komunitas misinya menjadi bahan pertimbangan Paulus dalam menetapkan aturan dalam kultus yang diperkenalkannya.29 Setidaknya ayat ini memberikan makna baru dalam sikap Paulus membuat aturan-aturan mengenai laki-laki dan perempuan. Peranan perempuan dan statusnya dalam komunitas pada masa Paulus ini berkaitan dengan apa yang dikatakan Simone De Beauvoir dalam tulisannya “The Second Sex”. De Beauvoir menyatakan bahwa secara hakekat perempuan tidak diciptakan sebagai makhluk inferior tetapi ia menjadi inferior karena struktur kekuasaan dalam masyarakat berada di tangan laki-laki. Masyarakat melihat segala hal termasuk perempuan, dengan sudut pandang laki-laki. Laki-laki menciptakan imaji bagi perempuan dalam kedaulatannya. Imaji tersebut diciptakan sesuai kebutuhan mereka.30

2.2 Kepemimpinan Partnership

Partnership merupakan istilah ketika orang-orang melakukan pekerjaan secara bersama-sama sebagai sebuah tim dengan semangat kerjasama yang tinggi dan partisipasi aktif. Semua anggota dari komunitas atau kelompok berbagi kepentingan yang menguntungkan, kewajiban dan bersama menghadapi tantangan.31 Definisi kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks di mana seseorang mempengaruhi

28

Titus 2:3-5 “Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. (TB-LAI)

29

Dien Sumiyatiningsih, “Kedudukan dan Peranan Wanita dalam Pemerintah Gereja di Lingkungan Gereja Kristen Jawa”, Gema, Desember 1986, 39

30

Eka Warisma Wardani, Belenggu-Belenggu Patriarki: Sebuah Pemikiran Feminisme Psikoanalisis Toni

Morrison dalam The Bluest Eye, Semarang: FIB UNDIP, 2009, 36

31

(15)

orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya lebih kohesif dan masuk akal.32 Definisi yang lain, kepemimpinan adalah sebuah tindakan melayani komunitas secara keseluruhan. Sebagai organisasi dan sebagai individual berusaha berada di garis depan menjadi pelopor jalan baru untuk mempertinggi kehidupan orang dengan perkembangan ketidakmampuan, keluarga mereka dan komunitas berbagi kita.33

Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan partnership adalah suatu proses kompleks yang dipengaruhi seseorang atau beberapa orang dalam suatu komunitas secara keseluruhan dan bersama-sama sebagai suatu tim yang saling berbagi kewajiban dan menghadapi tantangan secara bersama-sama dengan keterlibatan semua anggota berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan menetapkan arah serta bertanggung jawab atas hasil-hasil dan dampak-dampak dari tindakan kelompok atau organisasi.

Dalam model kepemimpinan partnership, akan ditemukan sebuah demokratis dan struktur sosial egalitarian, kemitraan sejajar antara laki-laki dan perempuan.34 Kepemimpinan partnership lahir atas kesadaran bahwa kepemimpinan tidak sepenuhnya milik kaum yang lebih kuat, dalam hal ini kaum laki-laki melainkan milik semua orang yang berpotensi untuk melakukan kepemimpinan baik itu laki-laki dan perempuan. Alasan yang lain ialah bahwa dalam hal kepemimpinan membutuhkan kerjasama yang

32

Bernardine R. Wirjana &Susilo Supardo, Kepemimpinan :Dasar-dasar dan Pengembangannya, Yogyakarta: ANDI, 2005, 3

33 Op.cit 34

(16)

baik antara perempuan dan laki-laki bukan sebagai atasan dan bawahan melainkan menjadi partner dalam kepemimpinan untuk terselenggaranya keberlangsungan organisasi atau kelompok yang dipimpin.

Kepemimpinan partnership dalam tulisan ini mengenai kerjasama antara perempuan dan laki-laki dalam suatu kelompok atau organisasi. Kerjasama yang dilakukan tanpa memandang satu pihak lebih lemah dari pihak yang lain melainkan kerjasama yang saling mendukung satu sama lain demi kemajuan komunitas yang dipimpin. Kepemimpinan tidak didominasi pihak yang dianggap kuat dalam hal ini laki-laki, tetapi memberi kesempatan kepada perempuan yang mampu melaksanakan tugas memimpin kelompok dengan bermitra dengan laki-laki.

2.3 Feminis Liberal

Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina yang dalam bahasa Inggris femine artinya memiliki sifat-sifat sebagai perempuan. Kemudian ditambah akhiran ‘ism’ menjadi feminism yang berarti hal ikhwal mengenai perempuan atau paham mengenai perempuan. Feminisme adalah sebuah wawasan sosial, yang berakar dalam pengalaman kaum perempuan menyangkut diskriminasi dan penindasan oleh karena jenis kelamin, suatu gerakan yang memperjuangkan pembebasan kaum perempuan dari semua bentuk seksisme dan sebuah metode analisis ilmiah yang digunakan pada hampir semua cabang ilmu.35

Paham Liberal ialah falsafah yang meletakkan kebebasan individu sebagai nilai politik tertinggi. Liberalisme menekankan hak-hak pribadi serta kesamarataan peluang.

35

(17)

Dalam pemahaman liberalisme, pelbagai aliran dengan nama “liberal” mungkin mempunyai dasar dan pandangan yang berlainan, tetapi secara umumnya aliran-aliran ini bersetuju dengan prinsip-prinsip berikut termasuk kebebasan berfikir dan kebebasan bersuara, batasan kepada kuasa kerajaan, kedaulatan undang-undang, hak individu atas harta persendirian, pasaran bebas dan sistem pemerintahan.36

Sejarah Israel yang tertulis dalam Kitab Suci dan menjadi referensi berjuta orang penganut agama yang berasal dari komunitas ini tidak bisa dipungkiri bahkan dalam kehidupan sekarang. Namun melihat fakta-fakta yang mencatat bahwa laki-laki dan perempuan selayaknya berpartner sesuai dengan kehendak awal Sang Pencipta, membuat perempuan memutuskan untuk tidak tinggal diam pada abad ini. Perempuan memperjuangkan statusnya untuk kembali menjadi partner yang setara dengan laki-laki dalam komunitas sekarang dengan mengobarkan paham feminisme.

Ruether menyatakan bahwa feminisme liberal berakar dalam antropologi Alkitab dan skolastik tetapi merupakan renovasi radikal dari komponen patriarkhal dari tradisi-tradisi di bawah pengaruh abad ke 18. Liberalisme menolak tradisi-tradisi klasik yang mengidentifikasi sifat atau perintah penciptaan dengan patriarkhi.37 Para feminis percaya bahwa perempuan tidak dapat dirugikan karena jenis kelaminnya oleh karena itu perempuan harus mendapat pengakuan kemartabatan sebagai manusia yang setara dengan

36

www.isomwebs.com, Liberalisme, diunduh 28 Juni 2012 37

(18)

laki-laki. Perempuan mempunyai kesempatan untuk hidup seutuhnya dan sebebasnya sesuai pilihan hidup sendiri.38

Perempuan berjuang untuk bisa kembali mendapat haknya melakukan hal yang disukainya sama seperti laki-laki. Begitu banyak alasan yang bisa dikemukakan agar perempuan bisa sebebas laki-laki dalam menentukan pilihan hidupnya namun semuanya dapat disimpulkan dengan alasan yang sudah jelas ada dan terlupakan sejak berabad-abad yang lalu, alasan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara untuk saling melengkapi tugas masing-masing oleh karena itu laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam melakukan segala sesuatu di dunia ini.

Feminisme liberal merupakan bentuk feminisme yang beranggapan bahwa subordinasi kaum perempuan berakar dalam kendala-kendala legal yang mengucilkan atau menghalangi keterlibatan penuh dan setara dari kaum perempuan dalam ajang publik.39 Feminisme liberal berakar pada perampasan feminis dari tradisi liberal mengenai persamaan hak yang berakar pada ajaran tentang sifat umum manusia. Feminis liberal terfokus pada pengecualian bersejarah perempuan dari akses dan hak yang sama dalam ruang publik dengan berusaha untuk membongkar struktur sejarah hukum patriarkhi yang menyangkal hak-hak perempuan sebagai orang dewasa yang otonom dan mencari persamaan penuh perempuan di depan hukum sebagai warganegara.40

Paham ini mungkin menjadi ancaman bagi laki-laki pada masa sekarang yang begitu terbuai dengan penerimaan komunitas yang besar akan status mereka sebagai

38

Gadis Arivia, Feminis:Sebuah Kata Hati, Jakarta:Penerbit Buku Kompas, 2006, 95 39

Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, Maumere : Penerbit Ledalero, 2002, 436 40

(19)

laki atau bisa jadi menjadi suatu jalan keluar yang baik bagi laki-laki yang merasa terintimidasi karena harus bertindak selayaknya tuntutan komunitas untuk berperilaku sebagai laki-laki yang berkuasa sendiri atas semesta alam dengan kembali menjadikan perempuan partner kerja yang setara.41 Tentu saja ini masih menjadi pilihan yang sulit dengan patriarkhi yang telah berakar begitu dalam.

Feminisme Liberal ialah teori mengenai kebebasan individual bagi perempuan. Mary Wollstonecraft mendeskripsikan perempuan sebagai agen rasional yang ‘inferioritasnya’ disebabkan oleh pendidikan yang rendah. Hal ini bisa ditelaah dengan persamaan kesempatan untuk perempuan. Feminisme liberal komtemporer menyepakati optimisme Wollstonecraft bahwa akar dari penindasan perempuan terletak pada tidak adanya hak sipil yang sama dan peluang pendidikan yang sama. Inti dari keyakinan liberal mengenai seksualitas adalah pandangan bahwa kehidupan pribadi seseorang tidak semestinya menjadi objek peraturan masyarakat.42

Perempuan dibatasi perannya dalam kehidupan masyarakat sehingga perempuan tidak bisa melakukan hal-hal yang sama seperti laki-laki karena pembatasan yang dibuat laki-laki dalam segala aspek kehidupan terhadap perempuan. Perempuan akhirnya harus berjuang memberantas penindasan yang harus dialaminya atas ketidaktahuannya karena sedikit kesempatan yang dimiliki untuk mendapat tempat dalam masyarakat. Feminis liberal berkeinginan untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi perempuan

41

Stephen B. Boyd, The Men We Long To Be, Ohio:The Pilgrim Press, 2005, 11 42

(20)

dalam akademi, forum maupun pasar. Ditekankan bahwa masyarakat patriarkhal mencampuradukkan seks dan gender dan menganggap hanya pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminin yang layak bagi perempuan.43

Friedan dalam bukunya The Second Stage menawarkan pendekatan dengan menggunakan ide androgini untuk melawan kecenderungan masyarakat tradisional yang menghargai secara tinggi sifat maskulin dan merendahkan sifat feminin.44 Friedan mendorong laki-laki dan perempuan untuk bekerja menuju masa depan yang androgin, yang di dalamnya semua manusia akan mengkombinasikan di dalam dirinya sifat mental dan perilaku yang maskulin dan feminin.45

2.4. Budaya Patriarkhi Israel

Kita harus sadar bahwa budaya mempengaruhi penulisan Alkitab dan citra yang dipakai dalam Alkitab dalam mengungkapkan kenyataan adalah citra yang bermakna bagi umat di masa Alkitab, misalnya Allah digambarkan sebagai laki-laki karena mengingat dalam dunia patriarkhal, laki-laki selalu menjadi penguasa.46 Riwayat ini berakibat juga pada agama dan gereja yang merupakan sejarah milik laki-laki dan mengesampingkan perempuan. Sejarah Israel mula-mula selalu berorientasi pada laki-laki dan mengesampingkan perempuan. Sebagaimana yang terdapat dalam Alkitab dan buku-buku sejarah, bangsa Israel merupakan keturunan dari Abraham yang disebut sebagai bapak semua orang percaya dan pahlawan iman dalam Alkitab. Kisah Abraham ini merupakan

43

Rosemarie Putnam Tong, Feminis Thought, Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, 2006, 48-49 44

ibid, 50 45

ibid, 46 46

David Robert Ord & Robert B.Coote. APAKAH ALKITAB BENAR? Memahami Kebenaran Alkitab Masa

(21)

bukti bahwa laki-laki lebih diperhitungkan sebagai seseorang yang berpengaruh dan mempunyai kuasa daripada perempuan. Para pahlawan iman dalam sejarah Israel sebagai bangsa dan kultus menonjolkan laki-laki seperti Abraham dan Musa, meskipun ada juga Sara (istri Abraham) dan Zipora (istri Musa) dalam cerita, namun mereka tidak ikut disebut sebagai pahlawan iman. Peran mereka hanya sebagai istri dari suami mereka.

Laki-laki dalam bangsa Israel mempunyai peran yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dengan menjadi pemimpin/kepala dalam keluarga maupun kaumnya. Laki-laki yang telah berkeluarga merupakan seorang tuan dalam keluarganya, tuan atas perempuan (istrinya), anak-anak, hamba-hambanya, ternak dan harta miliknya. Singkatnya, laki-laki yang berkuasa atas semua yang bergerak maupun tak bergerak. Dalam kehidupan Israel kuno, keluarga membentuk unit sosial yang mendasar dan yang paling penting ialah gabungan keluarga atau keluarga yang diperluas. Kadang-kadang sebanyak tiga generasi hidup dalam sebuah rumpun keluarga. Keluarga yang teramat besar membentuk suatu kaum atau klan. Kerajaan Israel Kuno sendiri terbentuk dari keluarga besar yang terdiri dari semua keluarga di Israel Kuno.47

Di dalam rumah tangga ini, otoritas tertinggi dipegang sang bapak keluarga. Setiap perkataan yang keluar dari mulutnya mengandung otoritas memerintah. Anak laki-laki yang sulung diberi bagian dua kali lipat dari harta bapaknya, memperoleh status dan otoritas istimewa, sebagai contoh ialah ucapan berkat Ishak kepada Yakub “Jadilah tuan atas saudara-saudaramu dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu” (Kej 27:29).48

47

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 39

48

(22)

Sistem legal dari masyarakat patriarkhal, dalam peraturan mengenai warisan merugikan perempuan karena hanya laki-laki yang mewarisi harta milik keluarga yang diturunkan dari bapak kepada anak laki-laki dan jika tidak mempunyai anak laki-laki barulah diturunkan kepada anak perempuan yang kemudian wajib menikah dengan laki-laki dari lingkungan keluarga sendiri dengan demikian akan mengabadikan nama sang bapak.49

Dalam perihal berumah tangga, motivasi ekonomi lebih penting dari pada alasan romantik. Tujuan utama berumah tangga adalah untuk mempunyai dan membesarkan anak. Saat anak perempuannya menikah, sang bapak mendapat mahar pengantin yang dianggap sebagai ganti rugi hilangnya anak perempuan. Perempuan adalah kaum subordinat. Seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan “tuan”. Suami adalah majikan atas istrinya.50Kaum perempuan memegang peranan di latar belakang saja. Para pria selalu merindukan kehadiran perempuan di sisi mereka, untuk dijadikan istri yang ideal yang melahirkan anak-anak dalam keluarga. Perempuan ditempatkan pada pusat keluarga sebagai penjaga keluarga dan menjadi ibu yang melahirkan anak, membesarkan mereka, dan mengurusi segala tetek bengek keperluan hidup sehari-hari.

Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga bukanlah peran yang mudah dan ringan. Seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya harus mengalami pengalaman “susah payah” seperti yang telah diingatkan kepada Hawa (Kejadian 3:16)51, dan

49 ibid, 56 50 ibid, 60-61 51

Kej 3:16, “Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; …” (TB-LAI)

(23)

mengandung resiko meninggal dunia pada waktu proses kelahiran itu berlangsung52 namun seorang perempuan Israel harus memiliki anak demi kelangsungan hidup keluarga karena Israel merupakan masyarakat pronatalis.53 Para ibu Israel mempunyai beban moril dalam keluarga Israel karena meskipun anak yang dilahirkannya dihargai dan dianggap sebagai karunia Tuhan dan berkat dariNya, mempunyai anak laki-laki lebih disukai dibandingkan dengan mempunyai anak perempuan dengan alasan anak laki-laki yang akan meneruskan nama keluarga dan membantu bekerja di pertanian keluarga.54

Kaum perempuan melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuat dan dirancang kaum lelaki, karena pada hakikatnya mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan itu,55 karakter dan sikap yang harus ditunjukkan oleh perempuan serta status dalam masyarakat Israel terlukis di Alkitab Ibrani ditulis sebagai sejarah oleh sang pemenang, kelompok dominan: laki-laki. Segala cerita mengenai perempuan di dunia dibentuk untuk kepentingan laki-laki.56 Patut diakui bahwa Alkitab ditulis dan disusun laki-laki yang tidak punya perhatian khusus pada peran perempuan dan hanya fokus pada aspek kehidupan laki-laki yang di dalamnya perempuan tidak terlibat langsung dan sumbangsih perempuan hanya minimal. Aturan-aturan dalam masyarakat lebih ditujukan

52

Wilson Nadeak, Perempuan-Perempuan Pemberani, Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2005, 10-11 53

pronatalis, mematuhi perintah Allah dengan serius mengenai “beranakcuculah dan bertambah banyak” dalam Kej 1:28 (King & Stager, 45)

54

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 46

55

Wilson Nadeak, Perempuan-Perempuan Pemberani, Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2005, 5 56Alice Bach (Ed.), Women in The Hebrew Bible: a reader, New York:Routledge, 1999, xiii

(24)

pada laki-laki. Perempuan menjalankan otoritasnya dalam rumah tangga sebagai seorang ibu.57

Tanggung jawab lain yang dibebankan pada perempuan ialah penyediaan makanan dan pakaian.58 Perempuan mengambil bagian juga dalam aktivitas komunitas sehari-hari termasuk peribadatan. Perempuan digambarkan menari, menyanyi dan memainkan alat musik. Perempuan mengambil bagian dalam perayaan panen dan ada juga rujukan dalam Alkitab (2 Samuel 6:19)59 bahwa perempuan ikut dalam sajian makan korban.60 Meskipun demikian, perempuan hanyalah sekedar partisipan dalam peribadatan karena kultus dan segala hal yang berhubungan dengan keagamaan merupakan lembaga milik kaum laki-laki dan keimaman secara ekslusif adalah milik laki-laki. Dibawah rezim keimaman laki-laki, dinyatakan bahwa perempuan tidak memiliki hak dalam dunia politik dan juga tidak memiliki hak dalam dunia keagamaan.61

Sebelum krisis, kehidupan awal bangsa Israel agak egaliter perihal kesetaraan dalam kehidupan masyarakat yang berarti bahwa baik perempuan dan laki-laki bekerja untuk kelangsungan hidup mereka dalam bidang pertanian, mengingat bangsa Israel

57

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 55

58

penggambaran istri yang ideal terdapat dalam Ams 31:10-29, berkaitan dengan berbagai peran perempuan dalam rumah tangga

59

Dalam 2 Sam 6:19 ketika Daud membawa Tabut ke dalam kota Daud, “dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis”

60

Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 58

61

Robert B. Coote & David R. Ord, Pada Mulanya: Penciptaan dan Sejarah Keimaman (terj.Jesicca Pattinasarany), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 87

(25)

menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian. Semua orang melakukan pekerjaan di lapangan baik laki-laki maupun perempuan melakukan jenis pekerjaan yang sebagian besar sama. Dalam mempertahankan ekonomi keluarga tidak ada pilihan lain selain bekerja keras untuk mendapatkan makanan yang cukup, meskipun demikian perubahan situasi mengharuskan strategi baru untuk bertahan hidup karena lebih banyak orang yang diperlukan untuk bekerja agar dapat bertahan hidup.62

Sebelumnya telah disebutkan bahwa kelahiran seorang anak sangat berharga bagi keluarga Israel namun bukan berarti menjadi suatu hal yang mudah dilakukan tanpa biaya dan resiko karena pada masa itu melahirkan merupakan kejadian yang berbahaya dan mengancam jiwa sehingga melahirkan adalah penyebab utama kematian di kalangan perempuan. Strategi dibutuhkan agar setiap orang dapat bekerja setiap hari dan melahirkan anak akan memberikan satu pekerja di masa depan dalam pertukaran mempertaruhkan kehidupan seorang perempuan yang penting bagi kelangsungan hidup keluarga sekarang hanya ketika kebutuhan untuk pertumbuhan penduduk agar mencapai tingkat yang lebih tinggi sehingga masuk akal melakukan segala kemungkinan untuk mendorong pertumbuhan tanpa mempedulikan yang lain.63

Pada akhirnya harus menciptakan hukum dan tradisi baru. Dalam sistem baru, ibu hamil menerima tingkat perlindungan yang lebih besar. Peraturan yang baru ini mengurangi kejadian keguguran dan meningkatkan angka kelahiran namun pergeseran ini berakibat pada berubahnya peran perempuan. Perempuan bukan lagi sebagai mitra yang

62

Jon L. Berquist, Reclaiming Her Story : the witness of women in the Old Testament, St.Louis-Missouri : Chalice Press, 1992,18

63

(26)

sejajar dengan pria dalam segala bidang karena perempuan sekarang menerima perlindungan khusus dari hukum. Kelangsungan hidup masyarakat bergantung pada perempuan sehingga keterlibatan perempuan dalam tugas lapangan harus dikurangi.64

Solusi dalam masalah telah terselesaikan. Perubahan yang terjadi sangat efektif dalam menyelesaikan krisis yang terjadi namun setelah populasi telah cukup meningkat, hukum-hukum yang telah ditetapkan tidak berubah lagi. Krisis yang memaksa ketidaksetaraan sementara telah menjadi permanen karena menyadari fakta bahwa peristiwa tersebut menimbulkan kekuasaan yang menguntungkan bagi pihak laki-laki dalam masyarakat. 65 Maka budaya dan hukum yang awalnya bertujuan baik demi meningkatkan populasi masyarakat telah disalahgunakan bertahun-tahun setelahnya demi keuntungan pihak pemenang yang dominan. Laki-laki tetap berkuasa dan melakukan setiap pekerjaan di lapangan dan perempuan harus menetap di dalam rumah karena perempuan harus dilindungi, namun tentunya dengan alasan yang berbeda sekarang.

64 ibid 65

Referensi

Dokumen terkait

(1) PSH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a digunakan dalam rangka melaksanakan pekerjaan harian non-lapangan, melaksanakan koordinasi pengamanan

Untuk itu Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto mengeluarkan instruksi kepada seluruh kader dan simpatisan untuk bekerja keras mememangkan pasangan Nomor Urut 3

Pengujian yang dilakukan adalah dengan membuat suatu tampilan visualisasi data dari sensor jarak menggunakan sensor ultrasonik, yang akan ditampilkan dalam

Sebuah website yang memiliki database yang dapat menghubungkan antara pengunjung situs dengan administrator situs tersebut serta dapat melakukan perubahan atau penambahan

Penerima Wasiat Menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu seseorang baik laki maupun perempuan yang mendapat wasiat dari pemberi wasiat yang tidak dinyatakan dihukum

Bagian irisan_1 dan irisan_2 digunakan untuk mengembalikan nilai yang telah dipetakan dalam ROM pada Bagian Mapper, sedangkan bagian penggabungan digunakan untuk

(1)Konsep dasar ekonomi moneter: ruang lingkup ekonomi, moneter, teori lahirnya uang, bahan/jenis uang, definisi uang, peranan dan fungsi uang, (2)Konsep dasar ekonomi moneter:

Tahap pertama untuk melaksanakan program tersebut adalah menyediakan daya tampung sekolah yang cukup untuk jenjang SMTP pada seluruh daerah di negara kita.. Sebagai