• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TBC

1. Pengertian

TBC adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar di sebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran luar, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.6) Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, tetapi sekarang sudah jarang di Eropa dan Amerika Serikat, karena perbaikan hygiene atau standar hidup. Di daerah tropik frekuensi tuberculosis paru masih tinggi.7) 2. Gejala TBC

Gejala-gejala umum yang sering muncul pada penderita TBC ialah :8) a. Gejala umum

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih b. Gejala tambahan yang sering dijumpai

Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan kurang, kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.8)

3. Mycobacterium Tuberkulosis

Mycobacterium ini berbentuk batang, mempunyai sifat khsuus tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut juga sebagai basil tahan asam (BTA) kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant (tidur) tidur lama selama beberapa tahun.3) Mycobacterium tuberculosis di temukan

(2)

oleh Robert Koch tahun 1882. Basil ini tahan asam jika basil ini diberi warna, warna itu tetap tidak dapat diangkat lagi (dengan mudah) dengan zat-zat yang mengandung asam. Cara pewarnaan yang demikian di lakukan Ziehl Nielson.9)

4. Penyebaran Mycobacterium Tuberkulosa

Penyebaran Mycobacterium Tuberkulosa yang berjuta-juta banyaknya yang berasal dari dahak si penderita yang mengering, beterbangan dalam debu-debu di udara, Mycobacterium tuberculosa yang melayang di udara akan terhirup oleh orang-orang dan akan menambah jumlah penderita baru. Bertambahnya penyakit ini disebabkan oleh adanya sumber penularan dan adanya orang-orang yang rentan. Kerentanan akan ini terjadi karena daya tahan tubuh yang rendah yang disebabkan gizi buruk, keadaan sosio ekonomi rendah dan kurangnya pengetahuan tentang cara-cara hidup yang sehat.4)

B. Penularan Penyakit TBC

Daya penularan dari seorang penderita TBC di tentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita, penyebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang di keluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada di sekitar penderita TBC. Penderita TBC mengandung banyak sekali kuman dan dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahak pada penderita TBC adalah sangat menular. Penderita yang kumannya tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (penderita BTA positif) adalah sangat kurang menular, biasanya penyakitnya lebih ringan dari penderita yang BTA positif.6)

Penderita TBC BTA positif mengeluarkan kuman-kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dan dapat tetap bertahan di udara selama beberapa jam.6)

Dust adalah bentuk partikel dengan bentuk ukuran sebagai hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai di tempat tidur serta yang tertiup

(3)

angin bersama debu lantai atau tanah. Ukuran besarnya droplet nuklei maupun dust yang sangat menentukan kemungkinan terjadinya penularan atau tidak. Pada droplet nuklei dengan ukuran besar, akan tersangkut pada jalan nafas dan dapat dibuang keluar oleh mekanisme yang terjadi dalam saluran nafas.10)

Droplet yang mengandung kuman ini terhisap oleh orang lain jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, mereka mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi, ini adalah cara bagaimana infeksi tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain, orang yang serumah dengan penderita TBC BTA positif adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar dengan kuman tuberkulosis.6)

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat terjadi penularan melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena udara yang mengandung unsur penyebab / mikroorganisme penyebab.6)

Penularan penyakit melalui udara dapat terjadi dalam bentuk droplet nuklei maupun dalam bentuk dust. Droplet dust yang keluar melalui mulut atau waktu bicara atau bernafas mempunyai ukuran yang berbeda-beda. droplet nuklei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering. Pembentukannya dapat melalui beberapa cara antara lain dengan melalui evaporasi droplet yang dibatukkan ke udara. Droplet nuklei juga dapat berbentuk dari aerolesasi materi-materi penyebab infeksi di dalam laboratorium. Karena ukurannya sangat kecil, bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang cukup lama dan dapat dihisap pada waktu bernafas dan masuk ke alat pernafasan. Penularan melalui udara memegang peran yang cukup penting pada penyakit TBC.10)

Penularan pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada droplet tersebut selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhisap ke dalam

(4)

saluran pernafasan. Setelah kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.10)

Daya perubahan dari seorang penderita di tentukan oleh banyaknya kuman yang di keluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut di anggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.3)

C. Epidemiologi penyakit TBC

Epidemiologi TBC dipengaruhi oleh penyebab penyakit pejamu dan lingkungan hidup. Sumber penyakit yang utama adalah seorang penderita TBC. Basil TBC keluar dari tubuh penderita melalui batuk karena ia menelan dahak itu. Karenanya pada mereka perlu diadakan penyelidikan apakah ada basil TBC dalam isi lambungnya.9)

Sebagian besar orang yang telah terinfeksi (80-90%) belum tentu menjadi sakit TBC, untuk sementara waktu kuman yang ada dalam tubuh mereka tersebut bisa dalam keadaan dormant (tidur) dan keadaan dorman kuman tersebut dapat dialami tanpa dengan tes tuberkulin. Mereka yang menjadi sakit bisa disebut sebagai penderita TBC biasanya dalam waktu paling cepat sekitar 3-6 bulan setelah terjadi infeksi, mereka yang tidak menjadi sakit tetap memiliki resiko untuk menderita TB sepanjang sisa hidup mereka.6)

Infeksi kuman TBC yang telah terjadi biasanya tercegah oleh aksi sistem pertahanan tubuh. Hal ini menerangkan mengapa hanya 5 – 10 % selama hidupnya orang yang tidak mengidap HIV yang menjadi sakit TB jika seseorang telah mengidap HIV 10 % kemungkinan akan sakit TB dalam waktu satu tahun saja, bila perlindungan sistem dalam tubuh berkurang akibat infeksi HIV kuman yang tadinya dormant dalam tubuh seseorang yang telah terinfeksi TBC akan mulai berkembang biak menjadi kuman TBC. Bila kedua

(5)

infeksi tersebut (TBC dan HIV) terjadi pada orang yang sama jumlah penderita TBC akan meningkat sebagai akibat mudahnya untuk berkembang menjadi TBC. Peningkatan penderita TBC dari masyarakat untuk menurunkan penyabaran yang berlebihan ini adalah sangat penting untuk menemukan sendiri mungkin dan mengobati sampai sembuh semua penderita TBC yang menyebar karena infeksi HIV/ AIDS belum ada obatnya.6)

D. Pengumpulan Dahak

Spesiesmen dahak dikumpulkan atau ditampung dalam pot dahak yang bermulut lebar, dan tertutup tidak mudah pecah dan bocor, pelaksanaan pengumpulan dahak dilakukan pengumpulan dahak SPS

1. S (sewaktu) = dahak yang dikumpulkan pada saat penderita TBC, datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang penderita membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak hari ke 2

2. P (pagi) = dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari ke 2, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas

3. S (sewaktu) = dahak dikumpulkan pada petugas pada hari ke 2 saat menyerahkan dahak pada pagi.

Untuk menghindari resiko penularan, pengambilan dahak dilakukan di tempat terbuka dan jauh dari orang lain misalnya di belakang puskesmas. Jika keadaan tidak memungkinkan boleh menggunakan kamar yang menggunakan ventilasi yang cukup.

Bila seseorang sulit mengeluarkan dahak dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Di rumah : malam hari sebelum tidur, minum satu gelas teh manis atau menelan tablet gliseril guayakolat 200 mg

2. Di UPK : melakukan olah raga ringan (lari-lari kecil) kemudian menarik nafas dalam, beberapa kali. Bila terasa batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk.3)

(6)

E. Gradasi

Merupakan tingkatan kuman yang ada pada sepuntum pasien TBC yang berfungsi untuk menunujukkan keparahan penyakit dan tingkat penularan penderita.3)

F. Pewarnaan Sediaan dengan Metode Ziehl Nellsen 1. Bahan-bahan yang diperlukan

a. Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Carbol Fuchsin 0,3 % b. Botol gelas berwarna coklat berisi asam alcohol (HCL-Alkohol 3 %) c. Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Methylene Blue 0,3 % d. Rak untuk pengecatan slide (yang dapat digunakan untuk 12 slide atau

lebih)

e. Baskom untuk ditempatkan dibawah rak f. Corong dengan kertas filter

g. Pipet h. Pinset

i. Pengukur waktu (timer) j. Lampu spirtus

k. Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol berpipet berisi air l. Beberapa rak cadangan

Pewarnaan sediaan yang berupa air yang telah difiksasi, maksimum sekitar 12 slide. Harus ada jarak antara tiap sediaan untuk mencegah terjadinya kontaminasi antar sediaan.

2. Cara pewarnaan

a. Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak dengan hapusan dahak menghadap keatas

b. Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3 % pada hapusan dahak sampai menutupi seluruh permukaan sediaan dahak

c. Panaskan dengan nyala api spirtus sampai keluar uap selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila mendidih atau kering maka carbl fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat terlihat seperti kuman TBC

(7)

d. Singkirkan api spirtus. Diamkan sediaan selama 5 menit

e. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas terbuang

f. Teteskan sediaan dengan asam alkohol (HCL Alkohol 3 %) sampai warna merah fuchsin hilang

g. Bilas dengan air mengalir pelan

h. Teteskan larutan Methylen Blue 0,3 % pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan

i. Diamkan 10-20 detik

j. Bilas dengan air mengalir pelan

k. Keringkan sediaan diatas rak pengering di udara terbuka (jangan di bawah sinar matahari langsung)

3. Pembacaan sediaan

Sediaan yang telah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah mikroskop binokuler.

a. Pembacaan sediaan dahak

1) Cari lebih dahulu lapang pandang dengan objektif 10 x 2) Teteskan satu tetes minyak emersi diatas hapusan dahak

3) Periksa dengan menggunakan lensa okuler 10 x dan objektif 100 x 4) Carilah Basil Tahan asam (BTA) yang berbentuk batang berwarna

merah

5) Periksa paling sedikit 100 tapang pandang atau dalam waktu kurang lebih 10 menit, dengan cara menggeserkan sediaan menurut arah seperti dibawah ini.

6) Sediaan dahak yang diperiksa kemudian direndam dalam xylol selama 15-30 menit, lalu disimpan dalam kotak sediaan. Bila menggunakan anisol, sediaan dahak tidak diredam dalam xylol

(8)

b. Pembacaan hasil

Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :

1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif 2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah

kuman yang ditemukan

3) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+)

4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+), minimal dibaca 50 lapang pandang

5) Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+), minimal dibaca 20 lapang pandang.

Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapang pandang, pemeriksaan harus diulang dengan specimen dahak yang baru. Bila hasilnya tetap 1-3 BTA, hasilnya dilaporkan negative. Bila ditemukan 4-9 BTA, dilaporkan positif.

4. Pencatatan Hasil Pembacaan

Hasil bacaan harus dicatat dalam buku register laboratorium (TB 04). Tiap catatan hasil pembacaan, diberi nomor register laboratorium sesuai urutan tanggal pemeriksaan. Alasan pemeriksaan (apakah untuk diagnosis atau untuk follow-up pengobatan) penting untuk dicantumkan. Hasil pemeriksaan dengan memasukkan 1+, 2+ atau 3 + sesuai gradasi hasil pembacaan ditulis dengan tanda rumput pada kotak yang sesuai. 3)

G. Penegakan Diagnosis TBC

Diagnosis TBC menular ditegakkan berdasarkan gejala batuk berdahak lebih dari 3 minggu dan ditemukan 2 kali BTA positif pada pemeriksaan mikroskopik dahak 3 kali (sewaktu, pagi, waktu)

1. Pemeriksaan bakteriologis

Tanda pasti penderita TBC ditetapkan dengan pemeriksaan dahak 3 kali (sewaktu, pagi, waktu) identik dengan pemeriksaan kultur.

(9)

Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mikroskopis dari dahak yang dibuat sediaan apus dan diwarnai secara Zieh Neelsen. Bila kuman Basil Tahan Asam dijumpai 2 kali dari 3 kali pemeriksaan penderita disebut penderita BTA positif atau menular.3)

2. Pemeriksaan radiologis (foto rontgen)

Apabila dari 3 kali pemeriksaan BTA negatif sedangkan secara klinis mendukung sebagai TBC, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen. Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan radiologis (foto rontgen) belum merupakan diagnosis pasti. Kelainan – kelainan yang dijumpai pada foto rontgen thorax mungkin dapat disebabkan oleh tuberculosis (sejumlah keadaan lain), dimana pada foto rontgen tersebut tidak selalu spesifik untuk TBC. Pada beberapa orang yang menderita dapat mempunyai gambaran foto rontgen thorax seperti TBC.3)

H. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Hasil pemeriksaan dahak dibagi dalam 3) 1. TBC BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TBC aktif.3)

2. TBC BTA negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto roentgen dada menunjukkan gambaran TBC aktif

TBC BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan.3)

I. Faktor-faktor yang terkait dengan terjadinya TBC 1. Jenis kelamin

TBC membunuh 1 juta wanita setiap tahun. Di Indonesia kasus baru TBC, hampir separuh adalah wanita. TBC menyerang sebagian besar

(10)

wanita pada usia yang paling produktif. Beberapa alasan para wanita tidak didiagnosis sebagaimana mestinya atau tidak mendapat pengobatan yang kuat.5)

a. Tidak ada waktu karena kesibukan mengurus keluarga b. Masalah biaya transportasi

c. Perlunya teman pria yang mendampingi pergi ke fasilitas kesehatan d. Stigma atau cacat karena beberapa bentuk TBC dapat mengakibatkan

kemandulan

e. Tingkat pendidikan yang relatif masih rendah sehingga keterbatasan informasi tentang gejala dan pengobatan TBC

f. Faktor sosial budaya 2. Usia

Insiden tertinggi TBC biasanya mengenai usia dewasa muda. Tiga per empat TBC berusia 15 – 49 tahun.5)

3. Status gizi

Penyebab utama berkembangnya TBC di Indonesia ialah masih rendahnya pendapatan perkapita yang mengakibatkan kurang terpeliharanya gizi serta nutrisi yang diperlukan tubuh untuk menolak kehadiran kuman penyakit

Taraf gizi dapat merupakan determinan yang penting bagi terjadinya penyakit infeksi. Pada gizi yang baik tubuh memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan diri dari gangguan penyakit infeksi tetapi bila keadaan gizi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi menurun, oleh karena itu setiap bentuk gangguan gizi meskipun dalam kondisi gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.4)

4. Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yang merupakan rangkaian yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar

(11)

untuk mencapai suatu keadaan dimana individu atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup dengan cara memelihara dan melindungi dan meningkatkan kesehatan.Pengetahuan TBC perlu dilakukan karena masalah TBC banyak berkaitan dengan masalah perilaku masyarakat. Pengetahuan dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta masyarakat dalam penaggulangan TBC.21)

5. Pekerjaan

Banyak orang yang mengidap TBC bukan karena keturunan, melainkan tertular oleh kuman atau basilnya. Asalnya bisa dari lingkungan rumah, dipasar, diterminal, distasiun, dan ditempat umum. Penderita TBC membuang ludah, ada basil TBC-nya. Basil ini mengering lalu diterbangkan oleh angin kemana-mana. Ukuran basilnya sangat kecil tak tampak oleh mata telanjang, memerlukan kaca pembesar mikroskop untuk dapat melihatnya. Kuman terbang terbawa angin dan jatuh ketanah dan kemana-mana.2)

6. Pendidikan

Penyakit TBC sukar diberantas karena dua hal: Pertama karena penyakit ini gejalanya ringan dan tidak begitu mengganggu. Sering orang tidak tahu kalau tubuhnya mengidap TBC. Hal kedua karena pengobatan memakan waktu yang lama, pasien TBC sukar untuk tertib berobat. Mereka menghentikan sendiri pengobatannya, banyak pasien yang berobat setengah jalan. Mereka belum sepenuhnya sembuh, hal ini disebabkan rendahnya pendidikan yang mereka miliki tetapi tidak menutup kemungkinan mereka mempunyai pendidikan yang tinggi tetapi tidak tahu hal-hal yang harus dilakukan untuk kesembuhan penyakitnya.2)

J. Penularan Penyakit TBC Yang terjadi pada penderita TBC:

1. Pada orang-orang yang serumah dengan penderita TBC

Penderita dengan spuntum (+) sering kali menginfeksi anggota keluarga, ini karena keluarga hidup dalam kontak yang erat. Percikan

(12)

ludah yang besar jatuh ke tanah tetapi yang lebih kecil tidak terlihat, tersisa dan bergerak ke udara. Di luar ruangan atau dalam ruangan dalam ventilasi yang baik percikan ludah kecil akan terbawa oleh gerakan udara tapi dalam ruangan tertutup, rumah dan tempat kecil akan terdapat dalam udara dan bertambah banyak sesuai dengan frekuensi batuk. Setiap orang yang satu ruangan penderita dan bernafas dengan udara yang sama memiliki resiko menghisap kuman tuberculosis terutama yang dekat dengan penderita. Lebih bahaya lagi bila penderita tidak perduli dan tidak menutup mulutnya, apabila sedang batuk atau bersin hal ini dapat sebagai sumber penularan pada orang-orang serumah dengan penderita ini oleh karena itu harus diperhatikan juga riwayat keluarga apakah orang tua atau kakek nenek mempunyai riwayat batuk pengobatan TBC.5)

2. Pada tetangga dengan penderita TBC

Kekebalan kelompok adalah istilah yang digunakan untuk mengemukakan kekebalan suatu kelompok tertentu terhadap penularan penyakit yang ada di sekitar mereka. Kekebalan merupakan tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam menilai pengaruh pada masyarakat secara umum ialah proporsi tingkat kekebalan masyarakat yang dianggap mempunyai cukup daya tangkal untuk mencegah terjadinya penularan. Dan juga masyarakat yang berpenduduk padat proporsi tersebut tidak menahan suatu penularan yang terjadi hal lain yang harus diperhatikan walaupun proporsi tingkat kekebalan cukup tinggi namun keadaan sosio kultural berbeda dengan yang lainnya atau ada factor lain yang menyebabkan tingkat kekebalannya lebih rendah dan akan memudahkan terjadinya penularannya.10)

3. Pada perawat penderita TBC

Perawat merupakan orang yang terdekat dengan penderita dan bersama dengan penderita dalam waktu yang lama pula dengan demikian

(13)

penularan yang terjadi sangat potensial. TBC penyakit ini pada umumnya dari manusia ke manusia dan hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja. Dengan demikian reservoir satu-satunya hanya manusia saja. Suatu lingkaran penularan dari manusia ke manusia, bentuk lingkaran penularan ini merupakan bentuk khusus dari penyakit tuberculosis dimana secara umum manusia merupakan subyek utama.10)

K. Pengobatan Tuberkulosis

Tujuan pengobatan tuberculosis adalah menyembuhkan penderita, mencegah, kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan

1. Jenis dan Dosis OAT a.Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. dosis harian yang dianjurkan 5 mg/BB, sedangkan untuk pengobatan interminten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

b.Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB, diberkan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

c.Pirasinamis (Z)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kiuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

d.Streptomisin

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan

(14)

dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.

e.Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dengan dosis 30 mg/kg BB.

2. Prinsip dan Paduan Pengobatan Tuberkulosis. a. Prinsip pengobatan Tuberkulosis

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kebal obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO).

Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu : Tahap Intensif

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negative (konversi) pada pengobatan terakhir intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

Tahap Lanjutan.

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting

(15)

untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

b. Paduan OAT

WHO dan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :

1. Kategori 1 (2 HRZE / 4 H3R3)

Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (Z), dan Etambutol (E). obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isonasid (H), dan Rifampisin (R), diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3). Obat ini diberikan :

a.Penderita baru TBC paru BTA positif.

b.Penderita TBC paru BTA negative roentgen positif c.Enderita TBC ekstra paru berat.

2. Kategori 2 (2 HRZES / HRZE / 5 H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri 2 bulan dengan isoniasid (H), Rifamisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan isoniasid (H), Rifampisin (P), Pirasinamid (Z), dan Etambutol setiap hari. Setlah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HR yang diberikan 3 kali dalam seminggu. Pemberian stretomisin diberikan setelah penderita selesai minum obat. Obat ini diberikan untuk :

a.Penderita kambuh (relaps) b.Penderita gagal (failure)

c.Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) 3. Kategori 2 (2 HRZES / HRZE / 5 H3R3E3)

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari

(16)

HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :

a.Penderita baru BTA negative dan rontgen poitif sakit ringan. b.Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. 4. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil emeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan positif (HRZE) setiap hari selama 1 bulan. 3)

L. Pemantauan Hasil Pengobatan Tuberkulosis

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologist dalam memantau kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak 2 kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negative bila kedua specimen tersebut negatif. Bila salah satu specimen positif, maka hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Pemeriksaan ulang dahak dilakukan pada :

1. Akhir Tahap Intensif

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 2 pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 3 pengobatan ulang penderita BTA ositif dengan kategori 2. pemeriksaan dahak pada akhir tahap intensif dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi konversi dahak, yaitu perubahan dari BTA positif menjadi negative.

Bila pemeriksaan ulang dahak akhir tahap intensif pada penderita baru dan penderita pengobatan ulang BTA positif, dahak menjadi BTA negative

(17)

pengobatan diteruskan ketahap lanjutan. Bila pada pemeriksaan ulang dahak pada tahap akhir intensif penderita BTA negative roentgen positif dahak menjadi BTA positif, penderita dianggap gagal dan dimulai pengobatan dari permulaan dengan kategori 2.

2. Sebulan Sebelum Akhir Pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 5 pengobatan penderita baruBTA positif dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 7 pengobatan penderita BTA positif dengan kategori 2. 3. Akhir Pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 6 pengobatan pada penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke 8 pengobatan ulang BTA positif dengan kategori 2. pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan (AP) bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (sembuh atau gagal). Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap, dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turut hasilnya negative (yaitu pada AP dan atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow u sebelumnnya) 3)

M. Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut

Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai : sembuh, pengobatan lengkap, meninggal, pindah (transfer out), defaulter (lalai), / DO dan gagal.

1. Sembuh

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah meyelesaikan pengobatannya secara lengkap, dan pemeriksaan ulang dahak paling sedikit 2 kali berturut-turut hasilnya negative (yaitu pada AP dan atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow up sebelumnya). 2. Pengobatan lengkap

Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali

(18)

berturut-turut negative. Tindak lanjut : penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap. 3. Meninggal

Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun.

4. Pindah

Adalah penderita yang pindah berobat ke daerah lain. Tindak lanjut : penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru.

5. Defaulted dan Drop out

Adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

6. Gagal

a. Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.

b. Penderita BTA negative yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke 2 menjadi positif.

(19)

N. Kerangka Teori Pengelolaan spuntum Reservoir / sumber penularan Perilaku penderita a. Batuk b. Bersin c. Meludah d. Bicara Dust Droplet nuklei M. Tuberkulosis diudara

Daya tahan tubuh

Terhirup manusia Faktor pendukung terjadinya TBC a. Jenis kelamin b. Usia c. Status gizi Kejadian TBC

Sumber : Dep. Kes. RI, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta, Cetakan ke 8, 2002

O. Kerangka Konsep

variabel bebas variabel terikat

Gradasi kuman Penderita TBC BTA(+) 1. Sumber penularan 2. Faktor karakteristik - jenis kelamin - umur - pengetahuan - pekerjaan - pendidikan

(20)

P. Hipotesa

a. Ada hubungan antara sumber penularan dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

b. Ada hubungan antara Jenis Kelamin dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

c. Ada hubungan antara Umur dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

d. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

e. Ada hubungan antara Pekerjaan dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

f. Ada hubungan antara Pendidikan dengan Gradasi kuman pada penderita TBC BTA(+).

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Alloh S.W.T yang telah meletakkan pada tulisan-tulisan huruf berbagai macam rahasia yang tidak ada bandingannya ,dan yang telah menyusun berbagai

Gejala klinis yang ditunjukkan udang vaname (L. vannamei) sampel dan udang vaname (L. vannamei) yang diinfeksi oleh 5 bakteri berbeda pada uji Postulat Koch mengakibatkan gejala

Polri sebagai aparat negara penegak hukum adalah sebagai penyidik atas tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, segala aturan umum tentang

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan

cakada yang telah mendafar di ;idak signifikan. Ini menja_ Partai Gerindra ini. Kita target di catatir bagi partai untuk rampung }ebruari.. a.

Hasil analisis n-gain pada nilai kompetensi keterampilan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai kompetensi keterampilan siswa dengan me- nerapkan model

Sesuai dengan pernyataan Sjafei et al (2002), bahwa dalam kandungan limbah cair apabila memiliki nilai COD yang tinggi namun nilai BOD rendah hal ini

pada Tabe 4.3, dari total 17 failure mode menunjukkan bahwa 0% kategori A hal ini dikarenakan Failure Mode tidak mempunyai konsekuensi safety terhadap personel