• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA

LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PUTRI SWASTANTI PANE

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Putri Swastanti Pane

(4)
(5)

ABSTRAK

PUTRI SWASTANTI PANE. Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh Rimbawan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah contoh sebanyak 90 orang. Teknik penarikan contoh dilakukan dengan metode multistage

sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Sebanyak 13.33%

contoh memiliki tingkat kepatuhan yang baik terhadap label pangan, 72.22% berada pada kategori cukup, dan 14.44% memiliki tingkat kepatuhan yang kurang. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan mengenai susu dan pengetahuan mengenai label dengan jenjang semester. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan antara persepsi membaca label pangan dengan sikap terhadap klaim produk susu (p <0.05). Selain itu, adanya hubungan antara persepsi dan sikap dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan mengenai label pangan dengan persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan.

Kata kunci : pengetahuan, persepsi, sikap, susu, tingkat kepatuhan ABSTRACT

PUTRI SWASTANTI PANE. Analysis of Compliance Level on Reading Food

Label among Nutritional Science Students of Bogor Agricultural University.

Supervised by RIMBAWAN.

The aim of this study was to analyze the compliance levels on reading food label among nutritional science students of Bogor Agricultural University (IPB). The design of this study was cross sectional which involved 90 sample students. The sampling method was multistage sampling. Nutritional science students were grouped based on difference years in entering IPB. This study was conducted on March 2016. The result of this study showed as many as 13.33% samples had a good compliance levels on reading food label, as many as 72.22% were in sufficient category, and as many as 14.44% had a poor compliance levels on reading food label. Spearman correlation test showed that there was correlation in knowledge about milk and knowledge about food label among students with semester levels of samples. Spearman correlation test showed that there was significant correlation between perception of reading food label and attitude toward to milk product claims (p<0.05). There was also correlation between perception, attitude, and compliance levels on reading food label. There was no correlation between knowledge about food label with perception, attitude, and compliance levels on reading food label.

(6)
(7)

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA

LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PUTRI SWASTANTI PANE

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari program studi ilmu gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor

Nama : Putri Swastanti Pane NIM : I14120011 Disetujui oleh Dr. Rimbawan Pembimbing Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus :

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berhasil diselesaikan berkat bantuan dan dukungan banyak pihak kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, serta motivasi kepada penulis.

2. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan banyak bimbingan, wawasan, pengetahuan, dan motivasi kepada penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu dan penguji yang

telah memberikan arahan dan pembelajaran yang berharga bagi penulis. 4. Seluruh teman-teman Gizi Masyarakat mulai dari angkatan 49 (AKG 49), 50

(AUREGIO), 51 (CREAVASTA), dan Gizi 52 yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

5. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Teman-teman AKG 49 atas segala doa, bantuan, semangat dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan staf Gizi Masyarakat yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan berharga dan bantuan yang memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2016

(12)
(13)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Tujuan Umum 2 Tujuan Khusus 2 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6

Desain, Lokasi, dan Waktu 6

Jumlah dan Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7 Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Gambaran Karakteristik Contoh 13 Gambaran Karakteristik Keluarga 15 Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan 17

Pengetahuan Mengenai Susu 18

Pengetahuan Mengenai Label Pangan 19 Persepsi Mengenai Label Pangan 20 Sikap Terhadap Klaim Produk Susu 21 Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan 22 Peringkat Prioritas Membaca Keterangan Label Pangan 23 Produk Susu yang Dikonsumsi Contoh 25

Hubungan antara Variabel 31

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

(14)

ii

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 42

RIWAYAT HIDUP 53

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 8 2 Kategori penilaian variabel karakteristik individu dan keluarga 10 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 13 4 Sebaran contoh berdasarkan usia 14 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku 14 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 15 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua 15 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua 16 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua 16 10 Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi label 17 11 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu 18 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan 19 13 Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan 20 14 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu 21 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan 22 16 Sebaran contoh berdasarkan peringkat prioritas membaca keterangan

label

24 17 Sebaran contoh berdasarkan merek produk susu yang dikonsumsi 25 18 Sebaran contoh berdasarkan alasan mengonsumsi produk susu 26 19 Harga produk susu yang dikonsumsi contoh 26 20 Kelengkapan keterangan label yang tercantum pada produk susu 27 21 Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan 28 22 Hubungan sumber informasi memperoleh label dengan pengetahuan,

persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan

31 23 Hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan mengenai susu

dan label pangan

32 24 Hubungan karakteristik individu dengan persepsi, sikap, dan tingkat

kepatuhan membaca label pangan

33 25 Hubungan karakteristik keluarga dengan pengetahuan mengenai susu

dan label pangan

33 26 Hubungan karakteristik keluarga dengan persepsi, sikap, dan tingkat

kepatuhan membaca label pangan

34 27 Hubungan antara pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai

label, persepsi mengenai label pangan dengan sikap terhadap klaim produk susu

35

28 Hubungan antara pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan

(15)

iii

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 5

2 Skema proses penarikan contoh penelitian 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil survei terhadap mahasiswa IPB mengenai produk pangan kemasan yang paling sering dikonsumsi

42

2 Uji normalitas data 42

3 Hasil korelasi sumber memperoleh informasi mengenai label dengan pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan

42

(16)
(17)
(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keamanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan setiap orang untuk hidup sehat dan aman. Pangan dikatakan aman apabila kondisi pangan secara keseluruhan baik secara jasmani dan rohani memenuhi kriteria pangan yang aman. Pangan tersebut bebas dari segala cemaran yang membahayakan konsumen, baik cemaran secara biologis, fisika, maupun kimiawi. Pangan yang aman dan bergizi serta bermutu tinggi berperan penting bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan kecerdasan serta derajat kesehatan masyarakat (Saparinto 2006).

Salah satu pesan yang tercantum dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) menyatakan pentingnya membaca label pangan. Label pangan adalah setiap keterangan tentang pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan berdasarkan Undang undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan. Membaca label pangan pada produk kemasan dengan benar dan tepat berfungsi untuk melindungi konsumen dari konsumsi pangan yang tidak aman. Selain itu, membaca label pangan juga bermanfaat bagi konsumen untuk mengetahui informasi nilai gizi yang tertera serta mengetahui kebenaran informasi produk terutama produk yang memiliki klaim terkait gizi, kesehatan, ataupun hal lainnya.

Survei yang dilakukan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada tahun 2007 menyebutkan bahwa hanya sebesar 6.7% konsumen di Indonesia yang memperhatikan kelengkapan label pangan suatu produk. Hasil berbeda ditunjukkan oleh survei yang dilakukan oleh Food Safety Authority of

Ireland (2009) yang menunjukkan bahwa sebesar 25% konsumen di Irlandia

selalu membaca label pangan ketika membeli suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Zahara dan Triyanti (2009) pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa yang patuh membaca label informasi zat gizi dan komposisi masing-masing adalah sebesar 39.1% dan 38.9%. Kondisi ini mencerminkan bahwa konsumen yang patuh membaca label pangan di Indonesia masih tergolong rendah, meskipun ada perbedaan yang cukup nyata antara mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dengan konsumen di Indonesia pada umumnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan bahwa pada tahun 2015 pada triwulan IV sebanyak 742 (20.62%) label pangan dari 3 598 label produk pangan yang diidentifikasi tidak memenuhi ketentuan (TMK). Selain itu, sebanyak 1 130 (40.56%) dari 2 786 iklan pangan juga tidak memenuhi ketentuan. Kondisi ini mencerminkan bahwa banyak produsen yang masih tidak sadar akan pentingnya memenuhi peraturan yang telah ditetapkan. Pangan TMK dapat berdampak pada jaminan keamanan pangan konsumen.

Klaim gizi dan kesehatan saat ini sering ditemukan pada banyak jenis produk pangan, khususnya produk susu. Susu merupakan pangan yang diyakini memiliki manfaat yang baik bagi konsumen. Survei pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui produk

(20)

2

pangan kemasan yang paling banyak dikonsumsi. Mahasiswa yang mengisi survei berjumlah 124 orang. Sebagian besar mahasiswa (47.58%) memilih susu sebagai produk yang paling sering dikonsumsi. Oleh karena itu, susu menjadi bagian dari penelitian ini.

Peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPOM RI Nomor 13 tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan menyebutkan bahwa klaim dalam label dan iklan pangan olahan harus benar, tidak menyesatkan, dan perlu dikendalikan. Peraturan mengenai klaim diperlukan agar masyarakat dapat terlindung dari pangan yang tidak aman. Masyarakat juga perlu dilindungi dari klaim dalam label dan iklan pangan olahan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan. Oleh karena itu, industri pangan maupun produsen yang bergerak di bidang pangan wajib menaati segala peraturan yang telah ditetapkan agar keselamatan konsumen dapat terjaga, termasuk saat menyatakan klaim terhadap produk yang akan dijual.

Pemahaman dan pelaksanaan aturan yang telah ditetapkan mengenai label pangan seharusnya dijalankan oleh setiap orang, khususnya mahasiswa gizi. Mahasiswa sebagai civitas akademika diharapkan mampu memahami, mengawasi, dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan sebagai contoh yang baik bagi masyarakat. Hal tersebut dapat tercermin melalui pengetahuan yang baik mengenai label pangan serta patuh terhadap membaca label pangan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan membaca label pangan memiliki dampak positif dalam mencegah konsumsi pangan yang tidak aman.

Tujuan Penelitian Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor.

Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor.

2. Mengidentifikasi hubungan antara jenjang semester dengan pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. 3. Menganalisis prioritas contoh dalam membaca keterangan label pada

kemasan pangan.

4. Mengidentifikasi merek dan harga produk susu yang dikonsumsi contoh. 5. Menganalisis kesesuaian keterangan label dan klaim yang dicantumkan pada

produk susu yang dikonsumsi contoh dengan peraturan BPOM.

6. Menganalisis hubungan pengetahuan, persepsi, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor.

(21)

3

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adanya hubungan antara jenjang semester dengan pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan.

2. Adanya hubungan antara pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa gizi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap label pangan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi industri pangan sebagai bahan masukan dalam mencantumkan informasi label pangan secara tepat dan benar sesuai dengan prosedur. Hasil penelitian ini dapat disampaikan kepada pemerintah, khususnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengkaji sejauh mana label pangan dan klaim produk dapat dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa.

(22)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Membaca keterangan label pangan adalah salah satu aspek penting yang harus diperhatikan konsumen sebelum membeli produk. Kebiasaan membaca label pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan uang saku) serta karakteristik keluarga (jumlah keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Pengetahuan mengenai label, persepsi, dan sikap juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Selain itu, sumber informasi mengenai label dan jenjang semester (lamanya pendidikan) dapat mempengaruhi seseorang dalam membaca label pangan.

Usia, jenis, kelamin, dan uang saku dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Semakin tinggi usia, maka pada umumnya tingkat pengetahuan akan semakin tinggi yang dapat berdampak pula pada kebiasaan atau perilaku seseorang terhadap suatu hal, termasuk membaca keterangan label pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Cowburn dan Stockley (2004) menyebutkan bahwa faktor internal berupa usia, jenis kelamin, dan pendapatan memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membaca label pangan berupa informasi nilai gizi. Keluarga merupakan sarana utama dalam membentuk pola pikir seseorang yang nantinya akan berdampak pada pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku. Oleh karena itu, keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk kebiasaan dalam membaca keterangan label.

Pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku merupakan variabel-variabel yang saling berkaitan satu sama lain. Seseorang dengan pengetahuan yang baik cenderung akan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dengan cara pandang (persepsi) yang baik pula. Hal tersebut selanjutnya akan berdampak pada sikap dan cara berperilaku. Pemahaman yang kurang mengenai suatu produk cenderung menjadi suatu hambatan dalam menggunakan produk (Signal et al. 2008). Memiliki sikap yang baik dan peduli dalam membaca keterangan label juga akan berdampak pada tingkat kepatuhan membaca label pangan.

Pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Sumarwan 2002). Jenjang semester yang lebih tinggi biasanya memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula, terutama pada program studi yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena semester yang lebih tinggi mendapatkan pelajaran yang lebih banyak mengenai gizi dan label pangan dibandingkan semester dengan jenjang yang lebih rendah. Selain itu, sumber informasi yang dimiliki juga berdampak pada tingkat pengetahuan yang juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membaca label pangan. Seseorang yang memiliki banyak sumber pengetahuan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih tinggi.

(23)

5

Keterangan :

= Variabel yang dianalisis = Hubungan yang dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis tingkat kepatuhan membaca label pangan pada mahasiswa gizi IPB

Karakteristik individu 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Uang saku Karakteristik keluarga 1. Jumlah keluarga 2. Pendapatan orang tua 3. Pendidikan orang tua Sumber informasi label Jenjang semester Pemilihan pangan

Persepsi mengenai label pangan

Pengetahuan mengenai label pangan

Sikap terhadap klaim produk

Tingkat kepatuhan membaca label pangan

(24)

6

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu sebuah desain penelitian dengan cara mengumpulkan data dalam satu waktu serta tidak berkelanjutan. Lokasi penelitian berada di kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara

purposive yang didasarkan pada pengambilan contoh karena kampus Dramaga

IPB memiliki mahasiswa mayor Ilmu Gizi yang mendapatkan mata kuliah dengan materi label pangan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah mahasiswa mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor yang dibedakan berdasarkan angkatan ketika masuk IPB, yaitu semester 2, 4, 6, dan 8. Jumlah contoh penelitian ditentukan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005). Penarikan contoh didasarkan pada jumlah populasi mahasiswa gizi.

n = = = 81 Keterangan:

n = jumlah mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh

N = jumlah populasi mahasiswa mayor Ilmu Gizi IPB semester 2, 4, 6, 8 e = batas kesalahan pengambilan contoh (10%)

Jumlah contoh penelitian dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebesar 81 contoh. Jumlah yang dijadikan sebagai contoh penelitian menjadi 90 orang untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam penarikan contoh. Penentuan jumlah contoh setiap angkatan dilakukan secara proporsional dengan cara acak dan ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dari masing-masing angkatan dan lapis jenis kelamin. Sebaran contoh dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel melalui multistage sampling. Teknik penarikan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.

ni = Keterangan:

ni = jumlah contoh tiap subpopulasi Ni = total subpopulasi

N = total populasi

(25)

7

Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner terstruktur kepada contoh. Contoh mengisi sendiri kuesioner yang diberikan setelah diberikan instruksi untuk mengisi kuesioner tersebut. Pengumpulan kuesioner dilakukan pada hari yang sama dengan pengisian kuesioner untuk mengurangi adanya bias pada jawaban contoh. Kuesioner segera dikumpulkan setelah contoh selesai mengisi kuesioner.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer didasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dibuat. Data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan besarnya uang saku) serta karakteristik keluarga (jumlah keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Data primer lain yang dikumpulkan, yaitu sumber memperoleh informasi mengenai label, tingkat (semester) mahasiswa gizi, prioritas contoh dalam membaca keterangan label, produk susu yang dikonsumsi contoh, alasan contoh mengonsumsi produk tersebut, pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label, persepsi mengenai label, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan.

Survei kepada mahasiswa Institut Pertanian Bogor dilakukan untuk mengetahui produk kemasan yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa (47.58%) memilih produk susu sehingga produk susu menjadi bagian dari penelitian ini. Survei produk susu yang dikonsumsi contoh Mahasiswa Gizi (439 orang) Semester 2 (81 orang) Semester 4 (106 orang) Semester 6 (118 orang) Semester 8 (134 orang) Ni L=16 orang P=65 orang Ni L=10 orang P=96 orang Ni L=18 orang P=100 orang Ni L=25 orang P=109 orang ni L=3 orang P=13 orang ni L=3 orang P=20 orang ni L=3 orang P=21 orang ni L=5 orang P=22 orang

(26)

8

kemudian dilakukan di salah satu supermarket di wilayah Dramaga Bogor untuk mengetahui harga, keterangan label pangan, dan keterangan klaim yang tertera pada kemasan. Survei ke supermarket dilakukan setelah mengetahui merek produk susu yang dikonsumsi oleh contoh pada penelitian ini. Survei produk susu dilaksanakan pada bulan April 2016.

Data sekunder diperoleh dari Komisi Pendidikan Departemen Gizi Masyarakat untuk mengetahui jumlah mahasiswa gizi mulai dari semester 2,4 ,6, dan 8 serta data jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari jurnal, skripsi, dan bacaan lainnya sebagai acuan dan perbandingan pada penelitian ini.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No. Variabel Jenis data Cara pengumpulan 1 Karakteristik individu -Usia

-Jenis kelamin -Uang saku

Kuesioner

2 Karakteristik keluarga -Jumlah keluarga -Pekerjaan orang tua -Pendidikan orang tua -Pendapatan orang tua

Kuesioner

3 Sumber informasi label Sumber informasi label Kuesioner 4 Prioritas membaca label Urutan prioritas membaca

keterangan label

Kuesioner Produk susu yang

dikonsumsi

Jenis (merek) produk susu Kuesioner 5 Tingkat (semester) Semester 2, semester 4,

semester 6, semester 8

Kuesioner 6 Pengetahuan mengenai susu kandungan zat gizi pada

susu, jenis protein pada susu, jenis karbohidrat pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu

Kuesioner

7 Pengetahuan mengenai label pangan

pengertian label pangan, ketetapan peraturan undang-undang terkait label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan

Kuesioner

8 Persepsi merngenai label pangan

pentingnya memiliki pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam pencantuman label

(27)

9

Tabel 1 Jenis dan cara pengumuplan data (lanjutan)

No. Variabel Jenis data Cara pengumpulan 9 Sikap terhadap klaim produk

susu

pemahaman jenis klaim yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV

Kuesioner

10 Kepatuhan membaca label pangan

kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib

Kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package for Social

Science (SPSS) version 16.0 for windows. Data diolah berupa entry, coding, editing, dan cleaning yang selanjutnya akan dilakukan analisis. Analisis statistik

deskriptif yang digunakan meliputi rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, tabulasi silang, dan standar deviasi. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan besarnya uang saku) serta karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua). Selain itu, analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk mengidentifikasi variabel lain, yaitu sumber memperoleh informasi mengenai label pangan, pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel.

Sebagian besar pengkategorian data didasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median. Perhitungan data yang memiliki distribusi normal menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi, sedangkan data yang memiliki distribusi tidak normal menggunakan nilai median dan inter quartil range (IQR) (Hastono 2008). Pengolahan data dengan analisis statistik inferensia juga dilakukan pada penelitian ini. Analisis statistik inferensia meliputi uji normalitas, uji korelasi, dan uji validitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data tergolong normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Data yang normal pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan membaca label pangan, sementara variabel lain memiliki sebaran data yang tidak normal. Hubungan

(28)

10

antara usia, uang saku, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua dilakukan menggunakan uji Spearman. Selain itu, uji korelasi Spearman juga dilakukan untuk melihat hubungan antara sumber memperoleh informasi dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Uji korelasi Spearman juga digunakan untuk melihat hubungan antara pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan dengan jenjang semester. Hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan dilakukan dengan uji Chi Square. Hubungan antara variabel pengetahuan, persepsi, sikap, dan tingkat kepatuhan menggunakan uji korelasi Spearman.

Pertanyaan pada kuesioner sebagian besar merupakan pertanyaan tertutup. Uji validitas dan realibilitas kuesioner dilakukan sebelum pengambilan data. Sebanyak 35 orang responden dipilih untuk mengisi kuesioner. Pertanyaan yang diuji validitas dan reliabilitasnya meliputi pengetahuan mengenai susu, pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Ada beberapa pertanyaan yang tidak valid sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dihapus agar pertanyaan yang diajukan menjadi valid. Setiap bagian pertanyaan juga dilakukan uji realibilitas untuk mengetahui kekonsistenan pertanyaan.

Karakteristik Individu dan Keluarga

Karakteristik individu didasarkan pada usia, jenis kelamin, dan besar uang saku, serta jenjang semester contoh. Karakteristik keluarga didasarkan pada jumlah keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua. Berikut ini merupakan tabel rujukan mengenai kategori penilaian variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Tabel 2 Kategori penilaian variabel karakteristik individu

No. Karakteristik contoh Kategori Acuan 1 Usia <18 tahun

18-21 tahun >21 tahun

Nilai kuartil data 2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan 3 Uang saku <Rp800 000 Rp800 000 – Rp1 500 000 >Rp1 500 000 Nilai kuartil data 4 Tingkat (semester) Semester 2

Semester 4 Semester 6 Semester 8 1 Jumlah keluarga ≤ 4 orang (kecil)

5-7 orang (sedang) ≥8 orang (besar) BKKBN (1998) 2 Pendapatan orang tua < Rp2 000 000 Rp2 000 000 – Rp7 500 000 >Rp7 500 000 Nilai kuartil data 3 Pendidikan orang tua

Tidak sekolah, Tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/sederajat, S1/S2/S3

4 Pekerjaan orang tua Tidak bekerja, PNS/Polri/ABRI, BUMN, Pegawai swasta, Petani, Buruh, Pedagang, Wirausaha, Yang lain

(29)

11

Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan

Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan terdiri dari media, buku, teman, dan lainnya. Setiap sumber informasi diberikan nilai 1 sehingga total maksimum nilai contoh dalam sumber memperoleh informasi mengenai label pangan yaitu 4. Nilai minimum adalah 0.

Pengetahuan Mengenai Susu

Variabel pengetahuan mengenai susu dinilai berdasarkan kemampuan contoh menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan susu. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah dan nilai 1 pada jawaban benar. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori pengetahuan susu dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80), cukup (60-80), dan kurang (<60).

Pengetahuan Mengenai Label Pangan

Variabel pengetahuan mengenai label pangan dinilai berdasarkan kemampuan contoh menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan label pangan. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah dan nilai 1 pada jawaban benar. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori pengetahuan label dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>73), cukup (53-73), dan kurang (<53).

Persepsi Mengenai Label Pangan

Variabel persepsi mengenai label pangan diukur melalui pernyataan-pernyataan dengan hasil data ordinal. Penelitian dilakukan menggunakan skala

Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” yang diberi skor

penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masing-masing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori persepsi mengenai label pangan dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>93), cukup (82.75-93), dan kurang (<82.75).

Sikap Terhadap Klaim Produk Susu

Variabel sikap terhadap klaim produk susu diukur melalui pernyataan-pernyataan dengan hasil data ordinal. Penelitian dilakukan menggunakan skala

Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” yang diberi skor

penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai median dan kuartil. Kategori sikap terhadap klaim produk susu dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80.75), cukup (69.50-80.75), dan kurang (<69.50).

(30)

12

Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan

Variabel kepatuhan membaca label pangan dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan contoh dalam membaca label pangan. Empat pilihan jawaban yang disediakan yaitu, “selalu”, “sering”, “jarang”, dan tidak pernah. Pilihan jawaban “selalu” diberikan nilai 4, “sering diberikan nilai 3, “jarang” diberikan nilai 2, dan “tidak pernah” diberikan nilai 1. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi tiga menurut nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Kategori tingkat kepatuhan membaca label pangan dibedakan menjadi tiga, yaitu baik (>80.49), cukup (62.14-80.49), dan kurang (<62.14).

Definisi Operasional

Contoh mahasiswa gizi Institut Pertanian Bogor mulai dari semester dua, empat,

enam, dan delapan pada tahun 2016.

Label pangan keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk

yang dikonsumsi oleh contoh yang dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun keduanya.

Karakteristik individu ciri khas contoh yang mungkin berpengaruh terhadap

pengetahuan label pangan, persepsi, kepatuhan membaca label pangan, dan sikap terhadap klaim produk susu meliputi jenis kelamin, usia, dan uang saku.

Karakteristik keluarga faktor-faktor pada keluarga yang mungkin berpengaruh

terhadap pengetahuan mengenai label pangan, persepsi mengenai label pangan, sikap terhadap klaim produk susu, dan kepatuhan membaca label pangan meliputi jumlah keluarga, pendapatan orang tua, dan pendidikan orang tua.

Pengetahuan mengenai label pangan semua informasi yang dimiliki contoh

mengenai label pangan yang dinilai berdasarkan skala salah (0) dan benar (1) dan dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang. Pertanyaan yang diajukan meliputi pengertian label pangan, ketetapan peraturan undang-undang terkait label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan.

Pengetahuan mengenai susu semua informasi yang dimiliki contoh mengenai

susu yang dinilai berdasarkan skala salah (0) dan benar (1) dan dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang. Pertanyaan yang diajukan meliputi kandungan zat gizi pada susu, jenis protein pada susu, jenis karbohidrat pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu.

Peringkat membaca label pangan kebiasaan contoh dalam memprioritaskan

membaca keterangan pada label pangan yang pertama kali diperhatikan saat membaca keterangan label.

Persepsi mahasiswa terhadap label pangan dan klaim produk penilaian atau

sudut pandang contoh mengenai label produk pangan. Kuesioner persepsi mengenai label pangan dinyatakan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju). Pertanyaan yang diajukan meliputi pentingnya memiliki pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam pencantuman label.

(31)

13

Sikap mahasiswa terhadap klaim produk susu kecenderungan contoh dalam

bersikap terhadap klaim produk susu. Kuesioner sikap terhadap klaim produk susu dinyatakan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju). Pertanyaan yang diajukan meliputi pemahaman jenis klaim yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV.

Sumber memperoleh informasi mengenai label pangan semua informasi yang

diperoleh contoh melalui sumber, yaitu media, buku, teman, dan lainnya. Nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 0.

Tingkat kepatuhan mahasiswa membaca label pangan kebiasaan contoh dalam

membaca label produk pangan pada kemasan. Kuesioner perilaku membaca label pangan terdiri dari empat pilihan jawaban (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, dan 4=selalu). Pertanyaan yang diajukan meliputi kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib.

Uang saku sejumlah uang yang diterima contoh dalam satu bulan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Karakteristik Contoh Jenis Kelamin

Contoh pada penelitian ini meliputi mahasiswa perempuan dan laki-laki dan dibagi berdasarkan jenjang semester. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dirujuk pada Tabel 3. Berikut ini merupakan tabel rujukan hasil perhitungan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n %

Laki-laki 3 18.75 3 13.04 3 12.50 5 18.52 14 15.56 Perempuan 13 81.25 20 86.96 21 87.50 22 81.48 76 84.44 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00

Sebagian besar contoh (84.44%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan sisanya (15.56%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase sebaran contoh terbanyak berada pada jenjang semester 8, sedangkan contoh terkecil adalah semester 2. Pembagian ini diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah contoh secara multistage sampling berdasarkan lapis jenis kelamin. Penentuan jumlah contoh ini dilakukan secara proporsional.

(32)

14

Usia

Usia contoh dikategorikan berdasarkan nilai kuartil dan diperoleh tiga kategori, yaitu <19 tahun, 19-21 tahun, dan >21 tahun. Sebaran contoh berdasarkan usia dirujuk pada Tabel 4. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % <19 tahun 7 43.75 3 13.04 0 0.00 0 0.00 10 11.11 19-21 tahun 9 56.25 20 86.96 23 95.83 21 77.78 73 81.11 >21 tahun 0 0.00 0 0.00 1 4.17 6 22.22 7 7.78 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00 Min-Maks 17-19 18-21 19-21 19-22 17-22 Rata-rata±SD 18.44±0.73 19.30±0.74 20.29±0.75 21.00±0.65 19.32±1.19

Sebagian besar contoh (81.1%) berusia diantara 19-21 tahun dengan rata-rata usia seluruh contoh 19.32 tahun. Perbedaan usia antar contoh tidak terpaut jauh. Contoh yang berada pada jenjang semester 2 memiliki persentase usia <19 tahun yang lebih besar dibandingkan dengan semester yang lain. Contoh yang berada pada jenjang semester 8 memiliki persentase usia >21 tahun yang lebih besar dibandingkan contoh pada jenjang semester lainnya.

Uang Saku

Uang saku contoh dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu <Rp 800 000, Rp800 000 – Rp1 500 000, dan > Rp1 500 000. Pengkategorian ini didasarkan pada nilai kuartil data. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dirujuk pada Tabel 5. Berikut ini merupakan tabel deskripsi uang saku contoh.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

Uang saku Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % < Rp800 000 3 18.75 6 26.09 6 25.00 3 11.11 18 20.00 Rp800 000 - Rp1 500 000 13 81.25 14 60.87 15 62.50 23 85.19 65 72.22 > Rp1 500 000 0 0.00 3 13.04 3 12.50 1 3.70 7 7.78 Total 16 100 23 100 24 100 27 100 90 100 Min-Maks Rp300 000 - Rp3 000 000 Rata-rata±SD Rp111 296.3±Rp358 842

Sebagian besar contoh (72.22%) memiliki uang saku yang berada pada kategori Rp800 000 – Rp1 500 000. Contoh dengan uang saku terbesar, yaitu lebih dari Rp1 500 000 paling banyak ditemukan pada semester 4. Uang saku terkecil (kurang dari Rp800 000) juga paling banyak ditemukan pada semester 4. Rata-rata uang saku contoh adalah Rp111 296.3 dengan standar deviasi adalah Rp358 842.

(33)

15

Gambaran Karakteristik Keluarga Contoh Besar Keluiarga

BKKBN (1998) mengkategorikan besar keluarga menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dirujuk pada Tabel 6. Berikut ini merupakan hasil perhitungan besar keluarga.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

keluarga n % n % n % n % n %

Kecil 9 56.25 9 39.13 9 37.50 8 29.63 35 38.89 Sedang 7 43.75 14 60.87 14 58.33 18 66.67 53 58.89 Besar 0 0.00 0 0.00 1 4.17 1 3.70 2 2.22

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (58.89%) keluarga contoh berada pada kategori keluarga sedang. Hanya sebesar 2.22% keluarga contoh yang berada pada kategori besar, dan sisanya termasuk kategori kecil. Besar keluarga dengan kategori keluarga kecil paling banyak ditemukan di semester 2, sedangkan kategori keluarga sedang paling banyak ditemukan pada semester 8.

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua didasarkan pada jenjang sekolah, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma, dan S1/S2/S3. Berikut ini merupakan sebaran pendidikan orang tua conrtoh.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Ayah Tidak sekolah 0 0.00 0 0.00 1 4.17 0 0.00 1 1.11 Tidak tamat SD 0 0.00 1 4.35 1 4.17 1 3.70 3 3.33 SD/sederajat 3 18.75 1 4.35 2 8.33 1 3.70 7 7.78 SMP/sederajat 0 0.00 1 4.35 4 16.67 0 0.00 5 5.56 SMA/sederajat 8 50.00 5 21.74 8 33.33 11 40.74 32 35.56 Diploma 1 6.25 0 0.00 1 4.17 1 3.70 3 3.33 S1/S2/S3 4 25.00 15 65.22 7 29.17 13 48.15 39 43.33 Total 16 100.00 23 100 24 100 27 100.00 90 100 Ibu Tidak sekolah 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Tidak tamat SD 0 0.00 1 4.35 1 4.17 2 7.41 4 4.44 SD/sederajat 2 12.50 1 4.3 5 5 20.83 2 7.41 10 11.11 SMP/sederajat 0 0.00 3 13.04 3 12.50 4 14.81 10 11.11 SMA/sederajat 7 43.75 7 30.43 7 29.17 11 40.74 32 35.56 Diploma 0 0.00 3 13.04 2 8.33 3 11.11 8 8.89 S1/S2/S3 7 43.75 8 34.78 6 25.00 5 18.52 26 28.89 Total 16 100 23 100 24 100 27 100 90 100

(34)

16

Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar (43.33%) ayah contoh berpendidikan Sarjana, diikuti dengan pendidikan SMA/sederajat sebesar 35.56%, sedangkan persentase terkecil yaitu tidak bersekolah sebesar 1.11%. Pendidikan ibu paling besar berada pada tingkat SMA/sederajat, yaitu 35.56%, lalu diikuti dengan pendidikan Sarjana sebesar 28.89%.

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari Rp2 000 000, Rp2 000 000 – Rp7 500 000, dan lebih dari Rp7 500 000. Pengkategorian ini didasarkan pada nilai kuartil dari sebaran data. Berikut ini merupakan hasil sebaran pendapatan orang tua contoh.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua

Pendapatan orang tua Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total n % n % n % n % n % < Rp2 000 000 1 6.25 4 17.39 5 20.83 7 25.93 17 18.89 Rp2 000 000 - Rp7 500 000 12 75.00 15 65.22 13 54.17 12 44.44 52 57.78 > Rp7 500 000 3 18.75 4 17.39 6 25.00 8 29.63 21 23.33 Total 16 100 23 100 24 100 27 100 90 100 Min-Maks Rp800 000 - Rp40 000 000 Rata-rata±SD Rp5 673 367±Rp 5 775 735

Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari setengah orang tua contoh (57.78%) memiliki pendapatan Rp2 000 000 – Rp7 500 000, lalu sebanyak 23.33% memiliki pendapatan lebih besar dari Rp7 500 000, sedangkan sisanya memiliki pendapatan kurang dari Rp2 000 000. Orang tua contoh dengan pendapatan lebih besar dari Rp7 500 000 paling banyak ditemukan pada semester 8. Pendapatan kurang dari Rp2 000 000 paling banyak ditemukan di semester 8.

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua contoh dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/Polri/ABRI, BUMN, pegawai swasta, petani, buruh, pedagang, wirausaha, dan yang lain. Tabel 9 berikut ini merupakan rujukan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Ayah Tidak bekerja 0 0.00 0 0.00 1 4.17 0 0.00 1 1.11 PNS/Polri/ABRI 4 25.00 7 30.43 5 20.83 12 44.44 28 31.11 BUMN 1 6.25 0 0.00 2 8.33 2 7.41 5 5.56 Pegawai swasta 5 31.25 6 26.09 3 12.50 3 11.11 17 18.89 Petani 0 0.00 1 4.35 0 0.00 2 7.41 3 3.33 Buruh 0 0.00 3 13.04 2 8.33 2 7.41 7 7.78 Pedagang 1 6.25 0 0.00 2 8.33 2 7.41 5 5.56 Wirausaha 2 12.50 4 17.39 5 20.83 1 3.70 12 13.33 Yang lain 3 18.75 2 8.70 4 16.67 3 11.11 12 13.33 Total 16 100.0 23 100.0 24 100.0 27 100.0 90 100.0

(35)

17

Tabel 9 Sebaran pekerjaan orang tua contoh (lanjutan)

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Ibu Tidak bekerja 7 43.75 16 69.57 15 62.50 22 81.48 60 66.67 PNS/Polri/ABRI 4 25.00 5 21.74 3 12.50 3 11.11 15 16.67 BUMN 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Pegawai swasta 1 6.25 1 4.35 2 8.33 1 3.70 5 5.56 Petani 1 6.25 0 0.00 1 4.17 0 0.00 2 2.22 Buruh 0 0.00 0 0.00 1 4.17 1 3.70 2 2.22 Pedagang 2 12.50 0 0.00 1 4.17 0 0.00 3 3.33 Wirausaha 1 6.25 1 4.35 0 0.00 0 0.00 2 2.22 Yang lain 0 0.00 0 0.00 1 4.17 0 0.00 1 1.11 Total 16 100.0 23 100.0 24 100.0 27 100.0 90 100.0

Hampir sebagian besar (31.11%) ayah contoh bekerja sebagai PNS/Polri/ABRI, diikuti oleh pegawai swasta (18.89%), dan persentase terendah yaitu tidak bekerja (1.11%). Lebih dari setengah (66.67%) ibu contoh tidak bekerja, diikuti persentase kedua terbesar yaitu PNS/Polri/ABRI (16.67%), dan persentase terendah yaitu BUMN (0.00%).

Sumber Memperoleh Informasi Mengenai Label Pangan

Informasi merupakan segala sesuatu baik berupa data, fakta, maupun pesan yang diterima sehingga menjadi makna bagi seseorang. Informasi yang diperoleh akan membentuk pengetahuan. Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 10. Berikut ini merupakan beberapa jenis sumber informasi mengenai label yang diperoleh contoh.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sumber memperoleh informasi mengenai label pangan

Sumber informasi

Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n %

Media 5 31.25 8 34.78 8 33.33 12 44.44 33 36.67 Buku 7 43.75 10 43.48 5 20.83 6 22.22 28 31.11 Teman 0 0.00 1 4.35 2 8.33 1 3.70 4 4.44 Lainnya 0 0.00 2 8.70 0 0.00 0 0.00 2 2.22

Tabel 10 menunjukkan persentase terbesar dalam mendapatkan sumber informasi mengenai label pangan (36.67%) yaitu media. Penelitian ini belum membedakan secara spesifik jenis media yang digunakan contoh dalam mendapatkan informasi mengenai label pangan. Persentase terkecil (2.22%) mengenai sumber memperoleh informasi mengenai label yang diperoleh contoh yaitu lainnya, berupa informasi dari orang tua dan kakak. Sumber informasi media paling banyak ditemukan pada semester 8, sedangkan buku paling banyak pada

(36)

18

semester 4. Seluruh contoh telah mendapatkan materi kuliah mengenai label pangan sehingga seluruh contoh telah mengetahui label pangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 34.7% contoh memperoleh informasi mengenai label pangan melalui media internet. Sebagian yang lain (16%) mendapatkan informasi dari media cetak, sebanyak 28.5% mendapatkan informasi dari media elektronik, sedangkan sisanya berasal dari kerabat, keluarga, penyuluhan. Hasil dari penelitian ini dan penelitian Widuri tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memperoleh informasi mengenai label pangan yang berasal dari media.

Pengetahuan Mengenai Susu

Pengetahuan merupakan segala informasi yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal. Pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan kandungan zat gizi pada susu, manfaat susu, jenis-jenis susu menurut teknik pembuatannya, dan contoh pangan turunan susu. Hampir seluruh contoh dapat menjawab dengan benar mengenai kandungan zat gizi yang terdapat pada susu. Selain itu, sebagian besar contoh juga dapat menjawab dengan benar mengenai pangan turunan susu. Namun, banyak contoh yang masih salah menjawab pertanyaan mengenai manfaat dan jenis susu menurut teknik pembuatannya. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu dirujuk pada Tabel 11. Berikut ini merupakan sebaran pengetahuan mengenai susu contoh.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai susu

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Baik 0 0.00 3 13.04 3 12.50 6 22.22 12 13.33 Cukup 9 56.25 17 73.91 19 79.17 17 62.96 62 68.89 Kurang 7 43.75 3 13.04 2 8.33 4 14.81 16 17.78 Total 16 100 23 100 24 100 27 100 90 100 Min-Maks 30-80 50-90 30-90 30-100 30-100 Rata-rata±SD 55±14.60 73.48±12.28 73.33±13.07 72.59±16.07 69.89±15.54 Uji Spearman (p) 0.006* *Nyata pada 0.05

Tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah contoh (68.89%) memiliki pengetahuan susu pada kategori cukup dan hanya 13.33% yang berada pada kategori baik, sedangkan sisanya berada pada kategori kurang. Rata-rata pengetahuan mengenai susu semester 4 lebih tinggi dibandingkan semester lainnya. Namun, semester 8 memiliki persentase kategori baik paling besar dibandingkan semester lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena semester 8 telah memperoleh pengetahuan gizi yang lebih banyak di kuliah dibandingkan semester lainnya sehingga informasi yang diperoleh lebih banyak dibandingkan semester lainnya. Informasi memiliki peran penting dalam meningkatkan pengetahuan (Contento 2011). Uji Spearman yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai susu dengan jenjang semester menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara jenjang semester dengan pengetahuan

(37)

19

mengenai susu. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi jenjang semester, maka pengetahuan mengenai susu semakin tinggi.

Program studi Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor memiliki sistem kurikulum dengan mata kuliah Ilmu Bahan Makanan. Mata kuliah Ilmu Bahan Makanan diberikan pada semester 3. Salah satu materi yang diajarkan adalah mengenai susu. Tabel 11 memperlihatkan bahwa contoh yang berada pada semester 4 memiliki rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan semester lainnya. Contoh yang berada pada semester 4 baru saja mendapatkan materi mengenai susu pada mata kuliah Ilmu Bahan Makanan dibandingkan semester 6 dan 8, sedangkan contoh pada semester 2 belum mendapatkan mata kuliah Ilmu Bahan Makanan. Adanya kemungkinkan contoh yang berada pada semester 4 masih mengingat dengan jelas materi mengenai susu yang diberikan pada saat kuliah dapat menjadi penyebab rata-rata pengetahuan mengenai susu contoh semester 4 paling tinggi dibandingkan dengan contoh pada semester 2, 6, dan 8.

Pengetahuan Mengenai Label Pangan

Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner antara lain berupa pengertian label pangan, ketetapan peraturan undang-undang mengenai label pangan, keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan, keterangan mengenai informasi nilai gizi, syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan, dan sebagainya. Hampir seluruh contoh mampu menjawab pengertian label pangan dan ketetapan peraturan undang-undang mengenai label pangan dengan benar. Sebagian besar contoh menjawab dengan benar mengenai keterangan yang wajib dicantumkan pada label kemasan pangan. Sementara itu, pertanyaan mengenai keterangan pada informasi nilai gizi dan syarat pencantuman klaim pada kemasan pangan memiliki proporsi yang hampir sama antara jawaban yang benar dan salah pada contoh. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 12. Berikut ini merupakan sebaran pengetahuan mengenai label pangan contoh.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan mengenai label pangan

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Baik 4 25.00 4 17.39 12 50.00 6 22.22 26 28.89 Cukup 7 43.75 10 43.48 9 37.50 18 66.67 44 48.89 Kurang 5 31.25 9 39.13 3 12.50 3 11.11 20 22.22 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00 Min-Maks 33-80 47-73 47-80 40-100 33-100 Rata-rata±SD 57.92±13.04 55.94±9.99 68.06±10.76 64.44±13.83 62.07±12.78 Uji Spearman (p) 0.003* *Nyata pada 0.05

Persentase terbesar (48.89%) contoh memiliki pengetahuan mengenai label pangan pada kategori cukup dan sebanyak 28.89% berada pada kategori baik, sedangkan sisanya berada pada kategori kurang. Rata-rata pengetahuan mengenai label pangan contoh pada semester 6 lebih tinggi dibandingkan

(38)

20

semester lainnya, sedangkan rata-rata terendah berada pada contoh semester 4. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara jenjang semester dengan pengetahuan mengenai label pangan. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Sumarwan 2002).

Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi terhadap pengetahuan mengenai label pangan berada pada semester 6. Pembelajaran mengenai label pangan pada program studi Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor pertama kali didapatkan pada saat semester 2 pada mata kuliah Ilmu Gizi Dasar. Pemahaman mengenai materi kuliah label pangan diberikan kembali saat mahasiswa berada di semester 5 pada mata kuliah Evaluasi Nilai Gizi. Contoh yang berada pada semester 6 dan 8 telah mendapatkan materi kuliah mengenai label pangan sebanyak dua kali. Contoh yang baru saja mendapatkan materi mengenai label pangan adalah semester 6 dan semester 2.

Pembahasan tentang pengetahuan mengenai susu pada subbab sebelumnya juga memperoleh hasil bahwa contoh yang baru saja mendapatkan materi mengenai susu juga memiliki rata-rata tertinggi. Hal ini dapat disebabkan karena contoh masih mengingat dengan jelas materi kuliah yang diberikan. Sistem memori manusia memiliki 3 tahapan, yaitu memori sensorik (sensory information

storage), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka

panjang (long term memory) (Norman 2013). Informasi yang diperoleh seseorang akan dikirim ke otak yang selanjutnya akan membuka pemikiran untuk kembali mengingat informasi yang diterima. Adanya perbedaan dalam menafsirkan informasi yang diterima dapat dikaitkan dengan jangka waktu objek tersebut diterima oleh otak. Hal ini dapat menjadi alasan bahwa contoh pada semester 4 memiliki rata-rata tertinggi untuk pengetahuan mengenai susu dan semester 6 untuk pengetahuan mengenai label pangan.

Persepsi Mengenai Label Pangan

Persepsi mengenai label pangan dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi pentingnya memiliki pengetahuan mengenai label pangan, pentingnya membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan pada kemasan pangan dan keterangan lain yang tercantum pada label pangan, kejujuran produsen dalam mencantumkan keterangan label pada kemasan, dan sebagainya. Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan dirujuk pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai label pangan

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Baik 5 31.25 7 30.43 2 8.33 9 33.33 23 25.56 Cukup 8 50.00 10 43.48 15 62.50 12 44.44 45 50.00 Kurang 3 18.75 6 26.09 7 29.17 6 22.22 22 24.44 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00 Min-Maks 75-98 73-97 73-95 72-100 72-100 Rata-rata±SD 88±6.69 86.88±7.25 84.79±5.30 87.28±8.17 86.57±6.97 Uji Spearman (p) 0.771

(39)

21

Sebagian besar contoh (50.00%) memiliki persepsi yang cukup mengenai label pangan. Sebanyak 25.56% contoh berada pada kategori baik, dan sisanya kurang. Semester yang memiliki rata-rata tertinggi berada pada semester 2, sedangkan rata-rata terendah berada pada semester 6. Uji hubungan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara jenjang semester dengan persepsi mengenai label pangan. Hal ini menunjukkan bahwa contoh dengan semester yang lebih tinggi belum tentu memiliki persepsi mengenai label pangan yang tinggi (baik) pula, begitupun sebaliknya.

Persepsi merupakan suatu proses dalam menafsirkan hal-hal yang berkenaan dengan stimuli yang diterima seseorang. Stimuli tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam alat indera manusia. Setiap orang cenderung memiliki persepsi yang berbeda yang akan mempengaruhi tindakan manusia secara nyata (Sugihartono et al. 2007). Persepsi mengenai label pangan pada penelitian ini dianalisis untuk mengetahui sejauh mana contoh dapat menerima keberadaan keterangan label pangan sebagai suatu hal yang penting diperhatikan sebelum membeli kemasn pangan. Contoh dengan persepsi yang baik mengenai label pangan cenderung merasa bahwa membaca keterangan-keterangan yang ada pada label sebagai suatu hal yang penting. Persepsi yang baik tersebut dapat dilanjutkan melalui sikap yang baik pula sehingga akan berdampak pada implementasi berupa kebiasaan contoh dalam membaca keterangan label pangan. Hasil yang diperoleh pada Tabel 13 menggambarkan bahwa hanya sebesar 25.56% contoh yang dapat menafsirkan hal-hal yang berkenaan dengan label pangan.

Sikap Terhadap Klaim Produk Susu

Sikap terhadap klaim produk susu contoh dinilai melalui skala likert. Sikap terhadap klaim produk susu dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi pemahaman jenis klaim yang tertera pada produk susu, keinginan untuk membandingkan klaim antar produk, kepedulian terhadap kebenaran klaim yang tertera pada produk susu, dan kesadaran dalam memperhatikan pernyataan klaim pada TV. Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu dirujuk pada Tabel 14. Berikut ini merupakan sebaran hasil sikap contoh terhadap klaim produk susu.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap klaim produk susu

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Baik 8 50.00 3 13.04 2 8.33 9 33.33 22 24.44 Cukup 5 31.25 14 60.87 15 62.50 12 44.44 46 51.11 Kurang 3 18.75 6 26.09 7 29.17 6 22.22 22 24.44 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00 Min-Maks 63-93 58-93 58-88 63-95 58-95 Rata-rata±SD 80.00±9.31 74.00±8.20 72.39±7.05 77.04±8.93 75.50-8.61 Uji Spearman (p) 0.104

Lebih dari setengah (51.11%) contoh memiliki sikap dengan kategori cukup, sementara kategori baik dan kurang memiliki persentase yang sama, yaitu

(40)

22

24.44%. Rata-rata tertinggi berada pada semester 2, sedangkan terendah pada semester 6. Uji Spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara jenjang semester dengan sikap terhadap klaim produk susu. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdavi (2012) menyatakan bahwa sebanyak 48.4% mahasiswa gizi mengaku tidak percaya terhadap kebenaran klaim pada suatu produk. Hanya 16.1% yang percaya terhadap kebenaran klaim pada produk, sedangkan sisanya ragu-ragu dan tidak tahu.

Sikap merupakan suatu gambaran perasaan dari seseorang. Gambaran perasaan tersebut dapat berupa reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo 2003). Sikap akan membentuk suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap dapat dibentuk melalui persepsi, pengetahuan, dan sebagainya. Sikap terhadap klaim produk susu pada contoh diukur melalui pertanyaan mengenai gambaran perasaan contoh terhadap klaim produk susu. Contoh yang memiliki sikap yang baik terhadap klaim produk susu cenderung memiliki kesiapan untuk bertindak apabila keterangan klaim tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, seperti adanya keharusan untuk memastikan kebenaran klaim. Selain itu, contoh dengan sikap yang baik juga cenderung untuk peduli terhadap kebenaran klaim yang tertera di iklan, seperti TV maupun media cetak. Adanya pertimbangan untuk membeli produk susu dengan klaim yang terkesan menyesatkan juga menjadi suatu sikap yang baik bagi contoh. Sikap ini selanjutnya akan membawa contoh pada suatu kebiasaan dalam memperhatikan keterangan pada label pangan, termasuk klaim yang tertera pada produk kemasan pangan.

Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan

Tingkat kepatuhan membaca label pangan merupakan kebiasaan contoh dalam membaca keterangan label pangan. Tingkat kepatuhan membaca label pangan dibuat dalam pernyataan positif. Pernyataan yang diajukan meliputi kepatuhan membaca keterangan minimum yang wajib dicantumkan dalam kemasan pangan, membaca keterangan informasi nilai gizi, kecenderungan untuk tidak membeli kemasan pangan yang tidak mencantumkan keterangan minimum yang wajib, dan sebagainya. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan dirujuk pada Tabel 15. Berikut ini merupakan tingkat kepatuhan membaca keterangan label kemasan pangan.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepatuhan membaca label pangan

Kategori Semester 2 Semester 4 Semester 6 Semester 8 Total

n % n % n % n % n % Baik 4 25.00 3 13.04 3 12.50 2 7.41 12 13.33 Cukup 8 50.00 17 73.91 16 66.67 24 88.89 65 72.22 Kurang 4 25.00 3 13.04 5 20.83 1 3.70 13 14.44 Total 16 100.00 23 100.00 24 100.00 27 100.00 90 100.00 Min-Maks 47-94 53-93 56-86 63-95 47-95 Rata-rata±SD 72±13.65 71.22±9.26 68.83±7.75 77.04±8.93 71.31±9.17 uji Spearman (p) 0.692

(41)

23

Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari setengah contoh (72.22%) berada pada kategori cukup, sedangkan kategori baik dan kurang hampir sama, yaitu 13.33% dan 14.44%. Contoh dengan kategori baik paling banyak ditemukan pada semester 2. Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara jenjang semester dengan tingkat kepatuhan membaca label pangan. Rata-rata tingkat kepatuhan membaca label pangan tertinggi berada pada semester 8, sedangkan rata-rata terendah berada pada semester 6.

Hasil penelitian ini memiliki perbedaan hasil dibandingkan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdavi

et al. (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 35.5% mahasiswa gizi sering

membaca keterangan label. Sebanyak 30.6% contoh memilih kadang-kadang, 16.1% jarang, dan 6.5% tidak pernah. Penelitian Zahara dan Triyanti (2009) menunjukkan bahwa sebanyak 38.6% patuh dalam membaca informasi nilai gizi, sedangkan 61.4% berada pada kategori tidak patuh. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang belum patuh dalam membaca label pangan, khususnya informasi nilai gizi. Mahasiswa belum membiasakan diri untuk membaca keterangan label yang tercantum sebelum membeli produk kemasan pangan.

Kebiasan seseorang dalam melakukan sesuatu merupakan cerminan perilaku yang dapat terbentuk melalui fakor-faktor seperti pengetahuan, persepsi, maupun sikap. Tingkat kepatuhan membaca label pangan merupakan suatu indikator untuk mengetahui kebiasaan contoh dalam membaca keterangan pada label kemasan pangan. Tingkat kepatuhan membaca label pangan yang baik dapat dilihat melalui kebiasaan contoh membaca keterangan-keterangan minimum yang harus tercantum pada kemasan pangan, meliputi nama produk, alamat produsen, berat bersih, keterangan tanggal kadaluarsa, dan komposisi bahan pangan yang digunakan pada produk kemasan. Selain itu, tingkat kepatuhan yang baik juga dapat dilihat melalui kebiasaan contoh dalam membaca keterangan informasi nilai gizi, tidak mengonsumsi pangan yang sudah kadaluarsa, dan kecenderungan untuk tidak membeli produk yang tidak memiliki keterangan label secara benar dan jelas. Konsumen yang baik sudah sepatutnya membaca terlebih dahulu seluruh keterangan yang ada pada label kemasan pada setiap jenis produk yang akan dibeli, kecuali apabila produk tersebut sudah sering dikonsumsi. Namun, konsumen juga sebaiknya tetap memperhatikan keterangan label yang ada meskipun produk tersebut sudah tidak asing, terutama keterangan yang dapat selalu berubah seperti tanggal kadaluarsa.

Peringkat Prioritas Membaca Keterangan Label Pangan

Pertanyaan mengenai pemilihan prioritas membaca keterangan label pangan dilakukan untuk mengetahui keterangan label yang pertama kali dibaca atau diprioritaskan oleh contoh. Ada banyak keterangan label yang dapat ditemukan di produk kemasan pangan. Keterangan yang ditanyakan meliputi keterangan minimum yang wajib dicantumkan, yaitu nama produk, alamat produk, komposisi bahan pangan, berat bersih, dan tanggal kadaluarsa. Selain itu, keterangan lain mengenai informasi nilai gizi, keterangan halal, cara penyimpanan, kode produksi, dan informasi alergen juga ditanyakan pada

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran analisis tingkat kepatuhan membaca label pangan  pada mahasiswa gizi IPB
Gambar 2  Skema proses penarikan contoh penelitian
Tabel 20  Kelengkapan keterangan label yang tercantum pada produk susu
Tabel 21  Perbandingan klaim produk susu dengan peraturan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi akad rahn dan ijarah dalam layanan gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah Unit Kauman Cabang Malang dan untuk

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisa data dilakukan refleksi guna melihat

Tujuan dari peneitian ini menganalisis pengaruh faktor fungsi keluarga, faktor self efficiacy, peran peran keluarga dan mengembangkan model keperawatan peran keluarga

Hal-hal yang sangat menarik dari kasus revisi taksonomi tersebut adalah, Anderson dan Krathwohl ingin lebih menampakkan atau mempertegas dimensi proses yang menjadi prinsip

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kibarhut di Pulau Jawa terbukti memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, serta mempunyai peluang ekspor karena menghasilkan kayu

[r]

Skripsi dengan judul “Analisis Profitabilitas berdasarkan Rasio PEARLS pada Credit Union di Surabaya” ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

(3) Mengadakan pengawasan secara periodik dengan jarak yang tidak terlalu jauh, baik pengawasan terhadap pengurus, Majelis Taklim dan pengawasan terhadap BKMM