• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

NOMOR : 5 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG IJIN GANGGUAN

DAN TEMPAT USAHA

DENGAN RAMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Menimbang : a. bahwa Retribusi Ijin Gangguan dan Tempat Usaha sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 41 Tahun 2001 perlu dilakukan perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan keadaan ;

b. bahwa perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tetang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tetang Perindustrian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3227) ; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3669) ;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010) ;

5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;

(2)

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3409) ;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838) ;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan

dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ;

15. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Nomor 6 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak Tahun 1986 Nomor 3 Seri E) ;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Tekhnik Penyusunan Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2000 Nomor 4 Seri D) ;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 31 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2001 Nomor 64 Seri D) ;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 41 Tahun 2001 tentang Ijin Gangguan dan Tempat Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2001 Nomor 78 Seri B) ;

(3)

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2002 Nomor 8 Seri D) ;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2005 Nomor 7 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LEBAK dan

BUPATI LEBAK MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG IJIN GANGGUAN DAN TEMPAT USAHA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 41 Tahun 2001 tentang Ijin Gangguan dan Tempat Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2001 Nomor 78 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 7 Seri B), diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 1 selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 1

Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lebak ;

2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak ; 3. Bupati adalah Bupati Lebak ;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak ;

5. Luas Ruang Usaha adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan usaha ;

6. Perusahaan adalah Badan Hukum atau Perorangan yang melakukan kegiatan usaha secara teratur dalam suatu kegiatan usaha tertentu untuk mencarai keuntungan ; 7. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya ; 8. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan

Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun, Kongsi, Koperasi/ Koperasi Unit Desa, Yayasan, Apotik, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter Umum/ Ahli Spesialis atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya ;

(4)

9. Ruang Usaha adalah ruang tempat usaha yang bentuknya berupa bangunan ruang kerja, ruang gudang, ruang kantor, ruang penampungan bahan baku, ruang penjemuran, ruang mesin, ruang peralatan, ruang rumah karyawan, ruang WC/ kamar mandi, ruang tempat parkir, ruang laboratorium, ruang bangunan kandang, ruang pembibitan, ruang tempat usaha lainnya yang dibangun baik permanen maupun semi permanen/ temporer dan lantai bangunan, serta lahan/ areal yang menghasilkan industri tertentu yang bertujuan menguntungkan ;

10. Surat Ijin Gangguan adalah Surat Ijin atas tempat usaha yang diberikan kepada perusahaan, baik perorangan atau badan hukum yang dapat menimbulkan gangguan dan tercemarnya lingkungan ;

11. Surat Ijin Tempat Usaha yang selanjutnya disebut SITU adalah Surat Ijin atas tempat usaha yang diberikan kepada perusahaan, baik perorangan maupun badan hukum yang tidak menimbulkan gangguan dan tercemarnya lingkungan ;

12. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut BPKAD adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lebak ;

13. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Lebak ;

14. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjunta disebut KPPT adalah Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjunta Kabupaten Lebak ;

15. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 4

(1) untuk memperoleh Ijin Gangguan dan Ijin Tempat Usaha, pemohon mengajukan permohonan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui KPPT ; (2) Permohonan Ijin Gangguan pada ayat (1) diatas dilengkapi dengan persyaratan foto

copy :

a. Surat pernyataan tidak berkeberatan dari lingkungan ;

b. Surat Ijin Mendirikan Bangunan/ Site Plan/ Pemeriksaan Lapangan ; c. Surat Keterangan Status Tanah ;

d. Akta Pendirian Perusahaan ;

e. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon ;

f. Tanda Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir, sesuai peruntukan tanah ;

g. Rekomendasi dari Camat ;

h. Bukti Kepemilikan Tanah (Sertfikat, Girik, Kikitir atau surat keterangan lainnya) i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Nomor Pokok Wajib Retribusi

Daerah (NPWPRD).

(3) Permohonan Ijin Tempat Usaha pada ayat (1) di atas dilengkapi dengan persyaratan foto copy :

a. surat pernyataan tidak berkeberatan dari lingkungan ;

b. Surat Ijin Mendirikan Bangunan/ Site Plan/ Pemeriksaan Lapangan ; c. Surat Keterangan Status Tanah ;

d. Akta Pendirian Perusahaan ;

e. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon ;

f. Tanda Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir, sesuai peruntukan tanah ;

g. Rekomendasi dari Camat ;

(5)

i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWPRD).

3. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 5 selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 5

(1) Berdasarkan Permohonan Ijin Gangguan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah ini, selanjutnya dilakukan pemeriksaan lapangan oleh Tim Teknis.

(2) Hasil pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan.

(3) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini termasuk salah satu persyaratan untuk menerbitkan Ijin Gangguan.

4. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 6 selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 6

(1) Untuk setiap Ijin Gangguan dan Ijin Tempat Usaha serta perpanjangannya dikenakan biaya retribusi.

(2) Penetapan besarnya biaya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan berdasarkan perhitungan :

a. Ijin Gangguan : luas ruang usaha x angka indeks lokasi x indeks gangguan x tarif

b. Ijin Tempat Usaha : luas ruang usaha x angka indeks x lokasi x tarif (3) penentuan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini

didasarkan pada luas ruang usaha yang ditetapkan sebagai berikut : a. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) :

Luas ruang usaha 1 s.d. 20 m2 sebesar Rp. 3.000,-/m2 untuk perhitungan berikutnya:

1. luas ruang usaha 21 s.d 50 m2 sebesar Rp. 2.500,-/m2 2. luas ruang usaha 51 s.d 100 m2 sebesar Rp. 2.000,-/m2 3. luas ruang usaha 101 s.d keatas sebesar Rp. 1.500,-/m2. b. Surat Ijin Gangguan (SIGA) :

Luas ruang usaha 1 s.d. 20 m2 sebesar Rp. 1.500,-/m2 untuk perhitungan berikutnya:

1. luas ruang usaha 21 s.d 50 m2 sebesar Rp. 1.000,-/m2 2. luas ruang usaha 51 s.d 100 m2 sebesar Rp. 500,-/m2 3. luas ruang usaha 101 s.d keatas sebesar Rp. 250,-/m2.

5. Lampiran 1 huruf a ditambah, sehingga keseluruhan Lampiran 1 huruf a menjadi berbunyi sebagai berikut :

(1) Perusahaan yang termasuk dalam Undang-Undang Gangguan yang wajib memiliki Surat Ijin Gangguan :

a. Perusahaan yang menggunakan mesin dengan intensitas gangguan besar/tinggi: 1. Industri Perakitan Kendaraan Bermotor.

2. Industri Tekstil (pemintalan, pertenunan, pengelantangan, pencelupan, percetakan dan penyempurnaan).

3. Industri Farmasi. 4. Industri Kimia. 5. Industri Semen.

(6)

6. Industri Penyamakan/Pengawetan Kulit. 7. Industri Penggilingan Batu.

8. Industri Kertas/plup.

9. Industri Batu Batrey Kering. 10. Industri Logam Elektro. 11. Industri Separator Accu. 12. Industri Karoseri. 13. Industri Marmer. 14. Industri Besi, Baja. 15. Industri Minyak Goreng. 16. Industri Margarine. 17. Industri Pupuk. 18. Industri Plastik.

19. Industri Peralatan Rumah Tangga. 20. Industri Tepung Beras.

21. Industri Tepung Tapioka. 22. Industri Tepung Ubi Jalar. 23. Industri Kayu Manis.

24. Industri Garmen dengan pencucian. 25. Industri Tepung Ikan.

26. Industri Tepung Terigu. 27. Industri Gula Pasir. 28. Industri Karet Buatan.

29. Industri Pemberantasan Hama. 30. Industri Cat, Pernis, Lak. 31. Industri Sabun, Tapal Gigi. 32. Industri Kosmetik.

33. Industri Perekat.

34. Industri Bahan Peledak. 35. Industri Korek Api.

36. Industri Pembersihan/penggilingan Minyak Bumi. 37. Industri Kaca Lembaran.

38. Industri Kapur. 39. Industri Pengecoran. 40. Industri Logam.

41. Industri Paku, Engsel, dan sejenisnya. 42. Industri Suku Cadang.

43. Industri Mesin Tekstil, Mesin Percetakan, Mesin Jahit dan sejenisnya. 44. Industri Tranpormator dan sejenisnya.

45. Industri vulkanisir. 46. Industri Panel Listrik. 47. Industri Kapal/Perahu.

48. Industri Kendaraan Roda Dua atau lebih.

49. Industri Komponen dan perlengkapan kendaraan bermaotor. 50. Industri Sepeda.

51. Industri Pembekuan/Pengalengan Ikan/Udang. 52. Industri Pencelupan.

53. Industri Batik Cap.

54. Industri Pengasapan Karet, Remiling, dan Crumb Rubber. 55. Industri Petikemas. 56. Industri Minuman. 57. Pabrik Teh. 58. Pabrik Tahu. 59. Pabrik Ban. 60. Pabrik Enternit. 61. Pabrik Sepatu/Sandal.

62. Bengkel Kendaraan Bermotor. 63. Bengkel Bubut.

64. Rumah Potong Hewan

65. Pabrik Soun, Bihun, Mie, Macaroni, Spagheti, dan sejenisnya. 66. Pabrik Minyak Jarak/Kelapa Sawit.

67. Industri Makanan Ternak. 68. SPBU

(7)

70. Pembangkit Tenaga Listrik. 71. Gardu Induk Listrik.

72. Industri AMP (Asphalt Mixing Plant). 73. Industri Briket Batu Bara.

74. Perusahaan Bahan Bangunan.

6. Lampiran 1 huruf d ditambah, sehingga keseluruhan Lampiran 1 huruf d menjadi berbunyi sebagai berikut :

d. Perusahaan yang tidak menggunakan mesin dengan intensitas gangguan besar/tinggi :

1. Hotel bertaraf internasional 2. Restaurant

3. Bengkel Kendaraan Bermotor 4. Pembibitan Ayam Ras

5. Rumah Sakit 6. Peternakan Kera

7. Peternakan Ayam/ Unggas 8. Peternakan Sapi Perah 9. Rumah Potong Unggas 10. Rumah/ Gedung Walet 11. Toko Emas Permata

12. Toko Bahan Bangunan dan Alat-alat Bangunan 13. WC. Umum

14. Bangunan Tower Transmisi Telekomunikasi 15. Agen Minyak Tanah

16. Pangkalan Minyak Tanah”.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak.

Ditetapkan di Rangkasbitung

Pada tanggal 10 Mei 2006

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA Diundangkan di Rangkasbitung

Pada Tanggal 17 Mei 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK, Ttd

Drs. H. NARASOMA

(8)

Referensi

Dokumen terkait

tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dan/atau tercantum pada laman Pengumuman Hasil SBMPTN 2020 Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dinyatakan Lulus seleksi

Material yang digunakan oleh balon bawah laut yang secara teknis disebut baterai (akumulator) itu, sama seperti yang digunakan untuk menaikkan kapal yang tenggelam dari dasar

Komite mempertimbangkan bahwa perlindungan prosedural yang harus diterapkan berkaitan dengan pengusiran paksa yang meliputi: (a) sebuah peluang atas pembicaraan yang tulus

“Karena kasus tersebut, tahun ini kami tidak bisa melanjutkan proyek pengadaan bus,” tambah Ahok yang bersama Jokowi dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur pada

Sumber Alfaria Trijaya Tbk, merupakan perusahaan dalam industri ritel yang berupa minimarket dan termasuk perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan

Kader-kader kesehatan di Kelurahan Bandarharjo masih melaksanakan kelas ibu hamil di beberapa RW.Tindakan ini memang dapat mendekatkan lokasi kelas ibu hamil dengan

Besarnya volume penampungan air hujan yang terdapat di lapangan rata- rata mencapai 11,7 m 3 dan berdasarkan perhitungan Tank Size Calculator, keseluruhan bak penampungan sudah

Sedangkan organisasi mahasiswa atau kegiatan non-akademik yang harusnya menjadi tempat pengembangan pola pikir dan karakter justru bergeser menjadi tempat berkumpul