• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU NOVEMBER 2015 SEBESAR 94,70ATAU NAIK 0,62 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU NOVEMBER 2015 SEBESAR 94,70ATAU NAIK 0,62 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 063/12/14/Th.XVI, 1 Desember 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU

NOVEMBER 2015 SEBESAR 94,70ATAU NAIK 0,62 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Oktober 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya  Pada bulan November 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 94,70 atau naik

sebesar 0,62 persen dibanding NTP Oktober 2015 sebesar 94,11. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,95 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,33 persen.

 Pada bulan November 2015, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi sebesar 0,34 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada hampir seluruh kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan yang naik sebesar 0,43 persen, kelompok makanan jadi naik sebesar 0,72 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,02 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,07 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga naik sebesar 0,17 persen dan kelompok transportasi & komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,03 persen. Sementara kelompok sandang mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen dibanding bulan lalu.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau sebesar 100,87 atau naik sebesar 0,68 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

(2)

mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Riau, NTP pada bulan November 2015 Riau sebesar 94,70 atau naik sebesar 0,62 persen dibanding NTP Oktober 2015 sebesar 94,11. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami kenaikan harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau November 2015 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Riau Perubahan (%) Oktober'15 November'15

Nov’15 thd Oktt'15

[1] [2] [3] [4]

Indeks Harga yang Diterima Petani 113.06 114.14 0.95 Indeks Harga yang Dibayar Petani 120.13 120.53 0.33

Konsumsi Rumah Tangga 121.98 122.39 0.34

Bahan Makanan 126.42 126.97 0.43

Makanan Jadi 118.69 119.55 0.72

Perumahan 113.54 113.56 0.02

Sandang 116.85 116.69 -0.14

Kesehatan 114.57 114.65 0.07

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 112.23 112.42 0.17

Transportasi dan Komunikasi 127.48 127.52 0.03

BPPBM 112.86 113.16 0.27

Bibit 114.25 113.76 -0.43

Obat-obatan & Pupuk 110.26 110.51 0.23

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 105.01 105.27 0.25

Transportasi 131.09 131.14 0.04

Penambahan Barang Modal 113.35 114.00 0.58

Upah Buruh Tani 108.60 108.89 0.27

Nilai Tukar Petani 94.11 94.70 0.62

(3)

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU NOVEMBER 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

Oktober'15 November'15

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 126.93 128.93 1.58

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.52 120.88 0.29

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 105.32 106.67 1.28

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.77 116.23 1.27

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.38 120.80 0.35

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 95.34 96.21 0.92

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 107.28 108.49 1.13

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.98 121.38 0.33

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 88.68 89.39 0.80

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.34 118.04 -0.25

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.24 116.63 0.34

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 101.81 101.21 -0.59

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 128.10 128.43 0.26

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 119.78 120.15 0.31

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 106.94 106.90 -0.04

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 132.92 133.32 0.30

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.79 121.21 0.36

c Nilai Tukar Petani (NTN) 110.04 109.98 -0.05

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.81 121.05 0.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 118.26 118.53 0.23

c Nilai Tukar Petani (NTPi) 102.16 102.12 -0.03

R i a u

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.06 114.14 0.95

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.13 120.53 0.33

c Nilai Tukar Petani (NTP) 94.11 94.70 0.62

Dari 5 (lima) subsektor penyusun NTP, terdapat 3 (tiga) subsektor yang mengalami kenaikan indeks NTP dan mengakibatkan naiknya NTP di provinsi Riau. Kenaikan indeks NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,28 persen, subsektor tanaman hortikultura yang naik sebesar 0,92 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 0,80 persen. Sementara 2 (dua) subsektor penyusun

(4)

NTP lainnya mengalami penurunan indeks NTP sebagai berikut: subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,59 persen, subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,04 persen.

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Pada November 2015, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau sebesar 114,14. Indeks harga yang diterima ini mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen jika dibandingkan dengan It pada Oktober 2015 sebesar 113,06.

Kenaikan It terjadi di 4 (empat) subsektor penyusun NTP antara lain subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,58 persen, subsektor tanaman hortikultura yang naik sebesar 1,27 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 1,13 persen dan subsektor perikanan yang naik sebesar 0,26 persen. Sementara itu, subsektor peternakan mengalami penurunan It sebesar 0,25 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada November 2015 di Provinsi Riau naik sebesar 0,33 persen dibanding Ib Oktober 2015, yaitu dari 120,13 menjadi 120,53. Kenaikan Ib terjadi di semua subsektor penyusun NTP antara lain subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,29 persen, subsektor tanaman hortikultura yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,35 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,33 persen, subsektor peternakan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,34 persen dan subsektor perikanan yang mengalami kenaikan Ib sebesar 0,31 persen.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

Pada November 2015, NTPP mengalami kenaikan 1,28 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,58 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,29 persen.

Naiknya indeks harga yang diterima petani ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi sebesar 1,55 persen dan palawija sebesar 1,66 persen (khususnya komoditas gabah, jagung, ketela pohon/ubi kayu dan kacang tanah). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen (khususnya beras, cabai merah, rokok kretek filter, rokok kretek, rokok putih filter, maknan ringan/snack, gula pasir, ikan teri dll) dan indeks BPPBM naik sebesar 0,08 persen (khususnya sewa tanah sawah, pupuk kandang/kompos, bibit padi, arit/sabit dan bibit jagung).

(5)

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya November 2015 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok

Bulan % Perub.

Okt'15 Nov'15

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 126.93 128.93 1.58

- Padi 122.16 124.05 1.55

- Palawija 140.39 142.72 1.66

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.52 120.88 0.29

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.92 122.32 0.33

- Indeks BPPBM 112.92 113.00 0.08

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.77 116.23 1.27

- Sayur-sayuran 111.42 114.45 2.72

- Buah-buahan 118.40 118.22 -0.15

- Tanaman obat 107.26 108.89 1.52

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.38 120.80 0.35

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122.14 122.63 0.40

- Indeks BPPBM 111.90 112.04 0.12

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 107.28 108.49 1.13

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 107.28 108.49 1.13 b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.98 121.38 0.33

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122.33 122.73 0.33

- Indeks BPPBM 113.45 113.80 0.31

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.34 118.04 -0.25

- Ternak Besar 122.77 122.36 -0.34

- Ternak Kecil 122.24 123.19 0.78

- Unggas 110.77 110.43 -0.31

- Hasil Ternak 119.69 118.91 -0.65

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.24 116.63 0.34

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.40 121.82 0.34

- Indeks BPPBM 108.28 108.64 0.33

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 128.10 128.43 0.26

- Tangkap 132.92 133.32 0.30

- Budidaya 120.81 121.05 0.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 119.78 120.15 0.31

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.36 119.68 0.26

- Indeks BPPBM 120.57 121.04 0.39

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 132.92 133.32 0.30

- Penangkapan Perairan Umum 127.81 129.73 1.51

- Penangkapan Laut 134.55 134.46 -0.06

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 120.79 121.21 0.36

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.33 119.65 0.26

- Indeks BPPBM 123.77 124.44 0.54

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 120.81 121.05 0.20

- Budidaya Air Tawar 120.81 121.05 0.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 118.26 118.53 0.23

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.41 119.73 0.27

- Indeks BPPBM 115.73 115.90 0.15

(6)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada November 2015, NTPH menalami kenaikan sebesar 0,92 persen dibanding bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,27 persen , relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,35 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,72 persen dan tanaman obat sebesar 1,52 persen (khususnya cabai merah, terung panjang, kacang panjang bayam, nangka dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,40 persen (khususnya beras, cabai merah, rokok kretek filter, rokok kretek, rokok putih filter, maknan ringan/snack, ikan asin teri dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,12 persen (khususnya pupuk kandang/kompos, keranjang, bensin, plastik transparan/mulsa dll ) .

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada November 2015, NTPR mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani yang mengalami kenaikan sebesar 1,13 persen relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,33 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,13 persen (khususnya kelapa sawit, kelapa dan pinang). Sementara itu, naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen (khususnya beras, cabai merah, rokok kretek filter, rokok kretek dll) dan indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen (khususnya NP/NPK, pisau, upah pengendalian hama/OPT dll).

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada November 2015, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,59 persen. Hal ini disebabkan indeks

harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,25 persen sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,34 persen, kelompok unggas sebesar 0,31 persen dan hasil ternak sebesar 0,65 persen (khususnya sapi potong, kerbau, ayam buras, ayam ras pedaging, telur itik dan telur ayam ras). Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,34 persen (khususnya beras, cabai merah, rokok kretek, rokok kretek filter, durian dll) dan indeks BPPBM naik sebesar 0,33 persen (bibit sapi potong, tempat minum, bensin, dedak, jagung pipilan, pur dll).

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada November 2015, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang diterima petani (It) yang hanya naik sebesar 0,26 persen. Naiknya It pada November 2015 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,30 persen dan kelompok perikanan budidaya sebesar 0,20 persen (khususnya kepiting laut, patin,

(7)

lele, toman, udang, lais dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,26 persen (khususnya cabai merah, beras, rokok kretek, kubis/kol, rokok kretek filter dll) sementara indeks BPPBM naik sebesar 0,39 persen (khususnya solar, listrik, batu bateray, dedak, keranjang, jaring insang dll).

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada November 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,05 persen jika dibandingkan dengan NTN Bulan Oktober 2015. Hal ini terjadi karena Ib mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan It sebesar 0,30 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok perairan umum sebesar 1,51 persen (khususnya kepiting laut, toman, udang, lais dan senangin kuro). Naiknya Ib dikarenakan adanya kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,26 persen (khususnya cabai merah, beras, rokok kretek, kubis/kol, rokok kretek filter dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,54 persen (khususnya solar, batu bateray, jaring insang, motor temple, pancing dll)

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada November 2015, NTPi mengalami penurunan sebesar 0,03 persen. Penurunan ini dikarenakan Ib

mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan It sebesar 0,20 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,20 persen (khususnya patin, lele, nila). Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,27 persen (khususnya cabai merah, beras, rokok kretek, kubis/kol, rokok kretek filter dll) dan indeks BPPBM sebesar 0,15 persen (khususnya listrik, dedak, keranjang dll).

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya November 2015 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 NAD 117.04 2.19 118.93 0.43 98.41 1.75 2 SUMUT 120.41 1.31 120.97 0.52 99.54 0.78 3 SUMBAR 116.99 1.41 119.30 0.72 98.06 0.69 4 RIAU 114.14 0.95 120.53 0.33 94.70 0.62 5 JAMBI 114.75 0.04 120.60 0.39 95.15 -0.35 6 SUMSEL 115.25 0.42 119.67 0.36 96.30 0.06 7 BENGKULU 112.85 0.36 120.77 0.63 93.44 -0.27 8 LAMPUNG 124.78 0.40 119.94 0.45 104.04 -0.05 9 BABEL 122.08 -0.88 117.45 -0.13 103.94 -0.75 10 KEPRI 115.80 0.59 116.98 0.17 98.99 0.43

(8)

Kenaikan NTP terjadi di 6 (enam) dari 10 (sepuluh) Provinsi di Pulau Sumatera. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi NAD yaitu sebesar 1,75 persen, diikuti Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,78 persen, Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 0,69 persen, Provinsi Riau sebesar 0,62 persen, Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,43 persen dan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,06 persen. Provinsi yang mengalami penurunan NTP antara lain Provinsi Bangka Belitung yang turun sebsar 0,75 persen, Provinsi Jambi sebesar 0,35 persen, Provinsi Bengkulu sebesar 0,75 persen dan Provinsi Lampung sebesar 0,05 persen seperti terlihat pada Tabel 4 di atas.

5. Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan November 2015, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi sebesar 0,34 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada sebagian besar kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan yang naik sebesar 0,43 persen, kelompok makanan jadi yang naik sebesar 0,72 persen, kelompok perumahan yang naik sebesar 0,02 persen, kelompok kesehatan yang naik sebesar 0,07 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga yang naik sebesar 0,17 persen dan kelompok transportasi & komunikasi mengalami kenaikan indeks yang naik sebesar 0,03 persen. Sementara kelompok sandang mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen dibanding bulan lalu.seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran

November 2015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran

Perubahan

Oktober'15 November'15 Okt'15 thd Sept15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 121.98 122.39 0.34

Bahan Makanan 126.42 126.97 0.43

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 118.69 119.55 0.72

Perumahan 113.54 113.56 0.02

Sandang 116.85 116.69 -0.14

Kesehatan 114.57 114.65 0.07

Pendidikan, Rekreasi, & OR 112.23 112.42 0.17 Transportasi & Komunikasi 127.48 127.52 0.03

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada November 2015, terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,68 persen. Hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,27 persen (lihat Tabel 1). Kenaikan NTUP terjadi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,50 persen, subsektor tanaman hortikultura yang naik sebesar 1,15 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 0,82 persen .Sementara subsektor peternakan dan subsektor

(9)

perikanan mengalami penurunan NTUP masing-masing sebesar 0,58 persen dan 0,13 persen seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor Dan Persentase Perubahannya

November 2015 (2012=100)

Sub Sektor Oktober'15 November'15

Perubahan Nov '15 thd Okt'15 [1] [2] [3] [4] 1. Tanaman Pangan 112.41 114.10 1.50 2. Hortikultura 102.56 103.74 1.15

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 94.56 95.34 0.82

4. Peternakan 109.28 108.65 -0.58 5. Perikanan 106.24 106.11 -0.13 a. Tangkap 107.39 107.13 -0.23 b. Budidaya 104.39 104.44 0.05 Riau 100.18 100.87 0.68

Referensi

Dokumen terkait

Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan/atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HaKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lab Dalam Kepingan (LDK) Berbasis Kertas Untuk Penentuan Kadar Asam Urat, Protein, dan pH

Keterampilan Penulisan: cerita dibuat dengan benar, sistematis, dan menarik menunjukkan keterampilan pembuatan cerita yang baik Keseluruhan cerita sangat menarik, jelas

Dengan adanya ruang bebas yang terletak di luar perkerasan jalan, maka pada saat angkutan umum masuk lokasi perhentian dan berhenti tidak mengganggu lalu lintas lainnya, baik

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Mengeksplorasi simbol-simbol yang ditampilkan oleh televisi Metro TV dalam menampilkan pesan dakwah yang disampaikan oleh dua Ulama Islam Indonesia dalam acara Mata