• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V DATA DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V DATA DAN ANALISIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

37   

BAB V

DATA DAN ANALISIS

5.1 Kondisi Umum Pine Forest

Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah adanya taman vertikal yaitu pemanfaatan dinding atau media vertikal lain sebagai media tumbuh tanaman. Taman vertikal berfungsi untuk menambah jumlah vegetasi dengan meminimalkan penggunaan lahan sebagai medianya. Dengan demikian taman vertikal dapat menjadi salah satu alternatif untuk menambah jumlah RTH di tengah permasalahan lahan yang semakin terbatas.

Pine Forest dapat dicapai melalui jalan utama Sentul City, yakni Jalan Thamrin menuju Pine Forest walk dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum berupa ojek motor. Pine Forest Walk merupakan jalan penghubung antara jalan utama di Sentul City dengan kluster Pine Forest. Jalain ini memiliki panjang 1,4 km dengan lebar jalan 4-6 m dan dilengkapi saluran drainase terbuka selebar 0,75 m. Saat ini kondisi jalan ini sudah ditanami pohon di sisi jalannya seperti pohon pinus (Pinus merkusii) dan utilitas seperti jaringan listrik, komunikasi, jaringan air bersih dan lampu jalan. Jalan ini dibuat mengikuti kontur jalan yang bergelombang.

Pine Forest dibangun pada lahan baru seluas kurang lebih 5 ha (Gambar 16). Adapun batas-batas Pine Forest adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pine Forest Walk. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Green Valley.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan aliran anak sungai Cikeas.

Kondisi umum Pine Forest jika ditinjau dari aspek geografi dan iklim tidak jauh berbeda dengan kondisi Sentul City pada umumnya. Kondisi topografi bervariatif dari kemiringan datar hingga curam. Suhu tertinggi diukur pada saat siang hari dapat mencapai 32°C. Dari aspek hidrologi, kluster Pine Forest terletak di sebelah barat dari aliran anak sungai Cikeas. Lebar aliran anak sungai Cikeas yang melalui kluster Pine Forest sekitar 7-10 meter.

(2)
(3)

  d p y k d a p a b k   Pemb dibangun 15 pada cluster yang berbat kemiringan dengan fasil sungai Cikea Pada akan dikemb pohon untuk area tersebu bernama Gr kosong dan Gambar 17 Pembang R bangunan ta 50 unit ruma ini juga terd tasan langsu yang cukup litas berupa as. a bagian utar bangkan untu k penghijaua ut direncan reen Valley. belum dilak 7. Kondisi Ta gunan Gerba Rumah (kiri b ahap awal k ah dan 36 u dapat area no ung dengan p curam da jogging tra ra dan selata uk tahap sel an. Sama hal nakan akan . Saat ini k kukan pemba ahap Pemba ang Utama K bawah), dan kluster Pine unit rumah to on terbangun aliran anak an akan dim ack yang me an dari klus anjutnya. Sa lnya dengan dikembang kondisi area angunan. angunan Klu Kluster (kiri Area Joggin Forest (Gam oko (ruko). n, tepatnya d sungai Cike manfaatkan engitari samp

ter Pine For aat ini area te n sisi barat d

gkan sebaga tersebut m

ster Pine For dan kanan a ng Track (ka mbar 17) dir Selain area di sebelah tim eas. Area in sebagai RT mpai ke sisi a rest terdapat ersebut masi ari kluster P ai kluster b masih merupa rest yang Te atas), Pemban anan bawah) 39 rencanakan terbangun, mur kluster ni memiliki TH kluster aliran anak t area yang ih ditanami Pine Forest, baru yang akan lahan erdiri Dari ngunan .

(4)

40   

5.1.1 Desain Bangunan Kluster Pine Forest

Pada kluster Pine Forest yang memiliki luas kurang lebih 5 ha, luas area terbangun berupa elemen keras cukup mendominasi. Setidaknya tiga per empat bagian dari kluster tersebut merupakan area yang akan dibangun, sisanya akan dimanfaatkan sebagai area penghijauan. Area terbangun pada kluster Pine Forest tersebut terdiri dari bangunan baik itu rumah ataupun ruko, dan juga jalan serta fasilitas lainnya yang dibangun. Bangunan berupa rumah tersebut akan dirancang dengan konsep taman vertikal.

Pine Forest memiliki 150 unit rumah dan 36 unit rumah toko. Terdapat dua tipe rumah pada kluster Pine Forest antara lain Pinus Ponderosa, tipe standar dan sudut serta Pinus Patula, tipe standar dan sudut (Gambar 18). Sedangkan untuk rumah toko, areanya dinamai dengan nama Pinus Niaga. Rumah tipe Pinus Ponderosa dan Patula ini dirancang dengan konsep taman vertikal.

Pinus Ponderosa merupakan salah satu tipe rumah di Pine Forest dengan luas bangunan 53 m² dan luas tanah 90 m², atau dengan kata lain perbandingan luas bangunan dengan luas tanahnya adalah 53/90 m² (Gambar 19). Tipe Pinus Ponderosa yang berada di sudut luas bangunannya tetap 53 m² (denahnya berbeda) tetapi luas tanahnya sedikit berbeda menyesuaikan dengan luas tanah yang tersisa di bagian sudut (Gambar 20).

Pinus Patula juga merupakan salah satu tipe rumah di Pine Forest yang memiliki luas bangunan dan luas tanah yang lebih besar daripada tipe Pinus Ponderosa. Luas bangunan pada tipe ini adalah 75 m² dan luas tanahnya 150 m², atau dengan kata lain perbandingan luas bangunan dengan luas tanahnya adalah 75/150 m² (Gambar 21). Tipe Pinus Patula yang berada di sudut luas bangunannya tetap 75 m² (denahnya berbeda) tetapi luas tanahnya sedikit berbeda menyesuaikan dengan luas tanah yang tersisa di bagian sudut (Gambar 22).

Pinus Niaga merupakan nama untuk kawasan perniagaan yang berada tepat pada welcome area cluster Pine Forest. Kawasan ini terdiri dari 36 unit rumah toko (ruko). Luas bangunan pada satu unit ruko adalah 100 m² dan luas tanahnya 67,5 m².

(5)

41   

Taman vertikal yang akan dibuat pada kluster Pine Forest direncanakan dibuat pada setiap dinding rumah. Dinding yang terdapat pada setiap tipe rumah memiliki dimensi yang berbeda. Dinding ini terbuat dari batu bata dan semen. a. Pinus Ponderosa standar

Pada rumah tipe Pinus Ponderosa standar, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang terletak pada bagian depan rumah. Dinding ini tepatnya berada di teras rumah dan menghadap ke arah utara ataupun selatan. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 165 cm dan tebal 30 cm (Gambar 23).

b. Pinus Ponderosa sudut

Pada rumah tipe Pinus Ponderosa sudut, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang berada pada sisi rumah. Dinding ini berada pada sisi rumah yang menghadap ke sisi taman sudut dari rumah tersebut. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 425 cm dan tebal 15-20 cm (Gambar 23).

c. Pinus Patula standar

Pada rumah tipe Pinus Patula standar, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang terletak pada bagian depan rumah. Dinding ini tepatnya berada di muka rumah dan menghadap ke arah carport. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 513 cm, lebar 260 cm dan tebal 30 cm (Gambar 24). Bentuk dinding ini bukan merupakan balok utuh, tetapi berlubang dengan bentuk persegi panjang dengan skala manusia yang berfungsi sebagai sirkulasi manusia.

d. Pinus Patula sudut

Pada rumah tipe Pinus Patula sudut, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal ada 2 dinding, yaitu dinding depan rumah dan dinding sisi rumah (Gambar 24). Dinding depan rumah merupakan dinding yang langsung menghadap carport. Bentuk dan dimensinya pun sama dengan Pinus Patula standar. Dinding sisi rumah terletak pada sisi rumah yang menghadap ke taman sudut rumah tersebut. Dinding sisi ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 230 cm dan tebal 15 cm.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

49   

5.2 Iklim Mikro

Berdasarkan data suhu udara yang didapat dari pengukuran langsung di tapak, suhu maksimum Pine Forest pada siang hari adalah 34 ºC. Pada suhu tersebut kenyamanan berkurang sehingga diperlukan penambahan jumlah vegetasi untuk menurunkan suhu udara.

Curah hujan di Pine Forest sama dengan Sentul City yaitu 4000 mm/ tahun. Tingginya curah hujan dapat dimanfaatkan untuk mengairi taman vertikal di Pine Forest, khususnya taman vertikal yang langsung berhadapan dengan lingkungan luar (outdoor). Hal ini dapat menghemat penggunaan energi air untuk irigasi taman vertikal. Sistem irigasi dan drainase yang baik diperlukan dalam mengontrol jumlah air hujan yang diterima Pine Forest.

Angin di Pine Forest berkecepatan 2-3 m/ detik dominan bertiup dari utara ke selatan pada musim kemarau dan dari selatan ke utara pada musim hujan. Angin yang melalui Pine Forest bermanfaat dalam meningkatkan kenyamanan.

5.2.1 Cahaya Matahari

Berdasarkan koordinat garis lintang, posisi kluster Pine Forest berada pada bagian bumi selatan. Sinar matahari akan berbeda arah datang sinarnya sesuai posisi matahari terhadap bumi. Hal ini berpengaruh pada penerimaan cahaya matahari terhadap dinding taman vertikal yang memiliki arah hadap yang berbeda pada setiap tipe. Arah hadap dinding taman vertikal pada kluster Pine Forest diantaranya menghadap ke arah utara, selatan dan timur.

Posisi dan arah hadap dinding taman vertikal mempengaruhi efektivitas taman vertikal dalam fungsinya mereduksi radiasi matahari. Indonesia yang memiliki dua musim akan mengalami penyinaran matahari sepanjang tahun. Pergeseran semu matahari menyebabkan cahaya matahari akan datang dari arah yang berbeda pada setiap musimnya (Gambar 25). Arah datang sinar matahari juga mempengaruhi penyinaran terhadap tanaman yang tumbuh pada taman vertikal.

(14)

50   

Gambar 25. Arah Datang Sinar Matahari

Pada negara tropis seperti Indonesia, pergerakan semu matahari tidak terlalu besar berpangaruh, sehingga Indonesia akan mengalami penyinaran sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan dinding taman vertikal akan terkena sinar matahari sepanjang tahun walaupun arah hadap dinding-dinding itu berbeda. Dinding yang menghadap ke timur atau barat akan mendapatkan intensitas penyinaran yang lebih banyak daripada dinding yang mengahadap ke utara atau selatan (Gambar 26).

Intensitas penyinaran yang berbeda akan mempengaruhi suhu suatu zona. Semakin tinggi intensitas sinar matahari, maka suhu lingkungan juga semakin tinggi. Untuk mendapatkan suhu yang nyaman, peranan taman vertikal diperlukan. Tanaman yang terdapat pada taman vertikal akan membantu meningkatkan kenyamanan tersebut. Intesitas penyinaran juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga pemilihan tanaman yang tepat menjadi sangat penting dalam mewujudkan taman vertikal yang ideal.

(15)

51   

Pada rumah tipe Pinus Ponderosa baik standar maupun sudut, arah hadap dindingnya adalah utara atau selatan. Dinding ini tetap mendapatkan sinar matahari walaupun intensitasnya tidak sebanyak dinding yang menghadap timur atau barat. Pada dinding rumah tipe Pinus Ponderosa, tanaman yang akan digunakan adalah tanaman seminaungan.

Dinding rumah tipe Pinus Patula akan mendapatkan penyinaran yang lebih banyak daripada tipe Ponderosa karena dindingnya menghadap ke arah timur. Pada tipe ini tanaman yang digunakan dapat dipilih tanaman berbunga yang kuat terhadap penyinaran matahari.

Keterangan

: Bayangan

Gambar 26. Penyinaran Matahari pada Setiap Bulan (Knowles, 2003) April - September Oktober - Maret

Pagi hari Tengah hari Sore hari U U U S S S

(16)
(17)

53   

5.3 Sirkulasi dan Aktivitas Pengguna

Pengguna tapak pada kluster Pine Forest yang utama adalah penghuni rumah di Pine Forest itu sendiri. Pine Forest dapat dicapai melalui Pine forest walk menuju gerbang utama Pine Forest. Sirkulasi utama dimulai dari gerbang utama Pine Forest menuju ke setiap jalan perumahan di blok Pine Forest. Sirkulasi ini dapat dilalui kendaraan maupun pejalan kaki. Sirkulasi lain merupakan sirkulasi pejalan kaki pada jogging track di area hijau Pine Forest (Gambar 28).

Aktivitas manusia di Pine Forest terjadi di rumah, taman rumah, jalan perumahan dan area hijau Pine Forest. Aktivitas di taman rumah merupakan aktivitas yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati taman vertikal secara visual.

Pada rumah tipe Pinus Ponderosa standar, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada luar rumah ataupun dari garasi rumah. Teras rumah tidak terlalu luas sehingga butuh jarak yang lebih jauh untuk menikmati visual taman vertikal secara keseluruhan (Gambar 29).

Pada rumah tipe Pinus Ponderosa sudut, ruang untuk menikmati taman vertikal dapat dilakukan pada taman rumah. Taman rumah cukup luas sehingga aktivitas menikmati taman vertikal dapat dilakukan bersama dengan aktivitas lain seperti duduk, berbincang-bincang, minum dan sebagainya (Gambar 29).

Pada rumah tipe Pinus Patula standar, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada luar rumah. Dinding menghadap ke arah timur tepatnya langsung berhadapan dengan garasi. Aktivitas menikmati visualnya dilakukan dari jalan perumahan maupun dari garasi (Gambar 30).

Pada rumah tipe Patula sudut, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada dua tempat. Dinding pertama yang terletak di depan rumah bersifat sama dengan dinding pada rumah tipe Patula sudut. Aktivitas menikmati visualnya dapat dilakukan dari jalan perumahan maupun dari garasi. Dinding kedua terletak di sisi rumah yang langsung berhadapan dengan rumah. Aktivitas menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pad ataman rumah bersama dengan aktivitas lain seperti duduk, berbincang-bincang, minum dan sebagainya (Gambar 30).

(18)
(19)
(20)
(21)

57   

5.4 Struktur Taman Vertikal

Pemilihan struktur taman vertikal yang akan diterapkan pada setiap tipe rumah ditentukan berdasarkan dimensi dinding dan ruang hadap dinding. Berdasarkan data dari hasil inventarisasi terdapat 4 tipe rumah dengan dimensi dinding sebagai berikut:

1. Pinus Ponderosa standar

Tinggi: 255 cm; lebar: 165 cm; tebal: 30 cm 2. Pinus Ponderosa sudut

Tinggi: 255 cm; lebar: 425 cm; tebal: 15-20 cm 3. Pinus Patula standar

Tinggi: 513 cm; lebar: 260 cm; tebal: 30 cm 4. Pinus Patula sudut

a. Tinggi: 513 cm; lebar: 260 cm; tebal: 30 cm b. Tinggi: 255 cm; lebar: 230 cm; tebal: 15 cm

Dinding yang relatif lebih lebar memungkinkan untuk peletakkan taman vertikal yang lebih luas. Pada dimensi dinding yang relatif luas ini akan ditempatkan taman vertikal dengan tipe Vertical Greening Module (VGM). Dinding yang relatif lebih sempit memungkinkan untuk peletakkan taman vertikal yang bersifat fleksibel (dapat ditentukan ukurannya). Pada dimensi dinding yang relatif sempit ini akan ditempatkan taman vertikal dengan tipe rangka besi.

Selain dimensi dinding, ruang di hadapan dinding juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur taman vertikal (Tabel 7). Ruang di hadapan dinding dibagi menjadi kategori sempit dan luas berdasarkan standar orang untuk melakukan aktivitas minimal duduk sambil menikmati minuman. Menurut Neufert, standar satu orang untuk melakukan aktivitas duduk sambil menikmati minuman memiliki lebar 900 – 1000 cm (Gambar 31).

Ruang di hadapan taman vertikal perlu dipertimbangkan untuk menentukan tipe taman vertikal yang sesuai atau tidak banyak makan luas area. Pada rumah dengan ruang hadap taman vertikal yang relatif sempit, taman vertikal yang akan dipilih adalah tipe yang tidak terlalu banyak makan tempat (luas area). Sedangkan pada rumah dengan ruang hadap taman vertikal yang relatif luas, memungkinkan untuk memilih taman vertikal dengan lebar lebih.

(22)

58   

Gambar 31. Standar Orang Duduk pada Kursi (Neufert, 1999)

Pada tipe ponderosa standar, ruang di hadapan dinding taman vertikal yang berupa teras rumah cukup sempit. Teras rumah ini memiliki panjang 3 m dan lebar 1,65 m. Pada dimensi luasan teras ini, aktivitas yang dilakukan hanya berdiri dan melihat. Aktivitas duduk pada kursi sulit dilakukan karena terlalu sempit. Luas teras yang sempit memungkinkan untuk membuat taman vertikal dengan lebar media tumbuh yang tidak memakan tempat.

Pada tipe ponderosa sudut, dinding taman vertikal terletak di sisi rumah dan langsung berhadapan dengan taman sudut yang cukup luas. Lebar dari taman ini adalah 4,25 m dan memanjang di sisi rumah. Taman dengan dimensi ini memungkinkan terjadinya aktivitas di taman seperti duduk, bersantai, berbincang-bincang dan sebagainya. Dengan ruang di hadapan taman vertikal yang cukup luas, maka pada rumah ini dapat diterapkan taman vertikal dengan tipe ramping atau tipe yang lebih lebar.

Pada tipe patula standar dinding menghadap ke arah carport. Lantai carport yang memiliki panjang 5,5 m dan lebar 3 m ini memang lebih luas daripada teras ponderosa standar, tetapi jika digunakan untuk memarkir mobil, ruang yang tersisa menjadi sempit. Luas ruang tersisa yang sempit ini memungkinkan dibuat taman vertikal dengan tipe yang ramping. Tipe taman vertikal yang tergolong ramping misalnya dengan menggunakan rangka besi yang ditempelkan pada dinding.

(23)

59   

Pada tipe patula sudut terdapat dua dinding taman vertikal. Dinding pertama yang terletak di depan rumah dan menghadap ke carport memiliki kondisi yang sama dengan dinding pada patula standar, sehingga taman vertikal yang akan diterapkan merupakan tipe yang ramping. Dinding kedua terdapat pada sisi rumah dan menghadap langsung ke arah taman sudut yang cukup luas. Kondisinya sama dengan dinding pada ponderosa sudut sehingga taman vertikal yang dapat diterapkan merupakan tipe ramping atau tipe yang lebih lebar.

Tabel 7. Analisis Pemilihan Struktur Taman Vertikal

Tipe Rumah Muka dinding (m²) Ruang hadap (m²) Kategori ruang hadap Struktur Taman vertikal Ponderosa

Standar 4.2075 4.95 Sempit Rangka besi

Sudut 10.8375 18.02 Luas VGM

Pinus Patula

Standar 11.314 16.5 Sempit (termakan

garasi mobil) Rangka besi

Sudut (a) 11.314 16.5 Sempit (termakan

garasi mobil) Rangka besi

Sudut (b) 5.865 10.35 Luas VGM

Dari tabel 7, diperoleh 2 macam struktur yang dapat diterapkan pada cluster Pine Forest yaitu struktur rangka besi dan Vertical Greening Module (VGM). Struktur rangka besi dapat diaplikasikan pada ruang yang relatif sempit sehingga struktur ini tidak memakan banyak ruang. VGM dapat diterapkan pada ruang yang relatif lebih luas.

(24)

60   

5.5 Tanaman untuk Taman Vertikal

Tanaman yang dapat tumbuh pada taman vertikal memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tanaman yang akan digunakan pada taman vertikal ditentukan berdasarkan tipe struktur taman vertikal dan intensitas penyinaran pada dinding setiap tipe rumah (Tabel 8).

Tabel 8. Analisis Penentuan Karakteristik Tanaman Tipe Rumah Struktur Taman vertikal Arah hadap dinding Intensitas

penyinaran Karakteristik tanaman

Pinus Ponderosa

Standar Rangka Besi Utara /

selatan Semi naungan

Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman semi

naungan

Sudut VGM Utara /

selatan Semi naungan

Tanaman groundcover, dapat ditanam pada VGM, tanaman

semi naungan

Pinus Patula

Standar Rangka besi Timur Cahaya penuh

Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman dengan penyinaran penuh

Sudut (a) Rangka besi Timur Cahaya penuh

Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman dengan penyinaran penuh

Sudut (b) VGM Utara /

selatan Semi naungan

Tanaman groundcover, dapat ditanam pada VGM, tanaman

semi naungan

Jenis tanaman yang dapat tumbuh pada taman vertikal ditentukan dengan mengacu pada karakteristik tanaman yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melihat dari karakteristiknya, dipilih beberapa tanaman yang sesuai dengan karakteristik tersebut. Tanaman tersebut antara lain tanaman merambat tanaman penutup tanah. Tanaman ini dianalisis untuk mendapatkan tanaman yang sesuai bagi taman vertikal (Tabel 9).

(25)

61 

 

Tabel 9. Analisis Jenis Tanaman

Nama Tanaman

Jenis Tanaman Penyinaran Penanaman Struktur

Merambat Penutup tanah Cahaya penuh Semi naungan Dari bawah / tanah Pada media VGM Rangka Besi VGM Allamanda sp x x x x x x Althernantera sp x x x x x Arachis pintoi x x x x x Bougainvillea sp x x x x x x Carex morrowii x x x x x Celosia sp x x x x x Chlorophytum sp x x x x x Clitoria ternatea x x x x x x x Congea tomentosa x x x x x x x Cuphea hyssopifolia x x x x x Epipremnum sp x x x x x Episcia cupreata x x x x Ficus repens x x x x x x x Hedera helix x x x x x Hemigraphis alternata x x x x x Ipomea tricolor x x x x x x x  

(26)

62 

 

Nama Tanaman

Jenis Tanaman Penyinaran Penanaman Struktur

Merambat Penutup tanah Cahaya penuh Semi naungan Dari bawah / tanah Pada media VGM Rangka Besi VGM Jasminum sp x x x x x x Lantana camara x x x x x Mandevilla sp x x x x Mansoa hymenaea x x x x x x Ophiopogon sp x x x x x Pandanus pygmaeus x x x x x Passiflora sp x x x x x x x Petunia sp x x x x Piper betle x x x x x x x Rhoeo discolor x x x x x x Selaginella sp x x x x x Serissa foetida x x x x x x Stephanotis sp x x x x Tillandsia usneoides x x x x x Torenia fournieri x x x x x Verbena lanciniata x x x x x

(27)

63   

Berdasarkan Tabel 10, beberapa jenis tanaman telah dianalisis untuk mendapatkan kesesuaian dengan struktur taman vertikal yang tersedia. Analisis ini mempertimbangkan penyinaran matahari sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang sesuai untuk tipe rumah dan struktur taman vertikal .

Tabel 10. Jenis Tanaman yang Dapat Digunakan pada Setiap Tipe Taman Vertikal

Tipe Rumah Struktur Jenis Tanaman

Ponderossa standar Rangka besi

Congea tomentosa Epipremnum sp Ficus repens Hedera helix Passiflora sp Ponderosa sudut VGM Althernantera sp Chlorophytum sp Cuphea hyssopifolia Episcia cupreata Lantana camara Ophiopogon sp Pandanus pygmaeus

Patula standar Rangka Besi

Allamanda sp Congea tomentosa Hedera helix Mandevilla sp Passiflora sp Stephanotis sp Patula sudut a. Rangka Besi Allamanda sp Congea tomentosa Hedera helix Mandevilla sp Passiflora sp Stephanotis sp b. VGM Althernantera sp Carex morrowii Cuphea hyssopifolia Episcia cupreata Ophiopogon sp Pandanus pygmaeus Petunia sp

Gambar

Gambar 25. Arah Datang Sinar Matahari
Gambar 31. Standar Orang Duduk pada Kursi (Neufert, 1999)
Tabel 7. Analisis Pemilihan Struktur Taman Vertikal
Tabel 8. Analisis Penentuan Karakteristik Tanaman  Tipe  Rumah  Struktur Taman  vertikal  Arah hadap dinding  Intensitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pengembangan testing sangat disarankan menggunakan sebuah standar , jelaskan tujuan pentingnya menggunakan stadarisasi dalam proses ini3. Banyak peneliti

1) Adanya sarana untuk mensosialisasikan kebijakan atau program dari sekolah. Sarana itu berupa rapat kerja guru, rapat manajemen, pertemuan orangtua, dan masih banyak

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan untuk menentukan penjurusan pada SMA Islam Bumiayu adalah program aplikasi berbasis web yang meminta suatu input berupa data siswa, pilihan

Pengukuran ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak setuju ( point 1) sampai dengan sangat setuju ( point 5) dimana apabila responden memilih sangat setuju (

Sementara untuk usahatani jeruk nilainya negatif dan cukup besar, sehingga petani jeruk belum mendapat surplus, dengan kata lain kebijakan pemerintah hanya dilakukan

Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang penuh dengan pertimbangan logis, masuk akal, berdasarkan sumber hukum, berdasarkan ilmu, sehingga tidak salah kalau salah satu

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 10% daun eceng gondok ( E. minor ), atau kombinasi 5% keduanya dalam ransum nyata dapat meningkatkan

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok