• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENGATASI KESULITAN KONEKSI MATEMATIS PADA LOGARITMA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENGATASI KESULITAN KONEKSI MATEMATIS PADA LOGARITMA DI SMA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENGATASI KESULITAN KONEKSI

MATEMATIS PADA LOGARITMA DI SMA

Nanda, Sugiatno, Agung

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : Nda_fkiprodmatik@yahoo.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan wawancara klinis berbantuan peta konsep dapat mengatasi kesulitan koneksi matematis siswa yang berbasis penalaran dalam materi logaritma di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan bentuk penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa di SMA Kemala Bhayangkari. Hasil analisis data pada soal pretest yang diberikan, rerata skor yang diperoleh15,17 dengan persentase 43,33% (belum tuntas, kriteria ketuntasan 70), Setelah diberikan wawancara klinis menggunakan peta konsep, diberikan soal post-test,rerata skor hasil post-test adalah 26 dengan persentase 74,28%. Dengan kata lain siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari skor rerata 15,17 menjadi 26.

Kata kunci : Wawancara Klinis, Peta Konsep, Koneksi

Abstract: This study aimed to describe the clinical interview-assisted concept mapping can overcome the difficulties students connect mathematical logarithm-based reasoning in the material in class X SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya school year 2012/2013. The method used is descriptive analytical method-oriented problem solving with the form of case study research. Subjects in this study were 6 people in high school students Kemala Bhayangkari. Results of data analysis on a given matter pretest, the mean score obtained with the percentage 43.33% 15.17 (still incomplete, completeness criteria 70), Having given a clinical interview using concept maps, are given about the post-test, the mean score of the post-test is 26 with a percentage of 74.28%. In other words, the learning outcomes of students has increased from a mean score of 15.17 to 26.

Keywords: Clinical Interview, Concept Map, Connections,

alam pembelajaran matematika sangat diperlukan suatu pemikiran yang kritis, kreatif, analitis dan logis. Pemikiran-pemikiran tersebut dapat terkonstruksi jika terjadi koneksi matematis di dalam kognitif siswa (National Council of Teacher of Mathematics, 2000 : 6 ; Dossey, 2008 : 10).Koneksi menurut Turner dan McCullouch (2004: 2) adalah proses pembelajaran yang

D

(2)

membangun pemahaman ide-ide matematis siswa melalui hubungan antara pengalaman konkret, bahasa, gambar dan simbol matematika. Menghubungkan pemikiran logisdalam konsep-konsep matematika dibutuhkan suatu analogi penalaran, menurut Sukamto (2012: 13) analogi penalaran merupakan suatu proses bernalar dengan mengkoneksikan konsep yang serupa atau berdasarkan kesamaan data atau fakta.Menurut Krummheuer (dalam Brodie, 2009: 11), Penalaran adalah suatu proses dalam teks, baik lisan atau tulisan yang disajikan untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima siswa dalam menghasilkan suatu argumen.

Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis kurang dikuasai siswa di sekolah. Kurangnya penguasaan siswa terhadap kemampuan koneksi matematis pada mata pelajaran matematika diduga dipengaruhi beberapa faktor, antara lain yang berkaitan dengan guru yang mengajar, siswa yang diajar, materi yang dipelajari, serta interaksi antara ketiganya. Dari beberapa faktor tersebut, yang paling dominan penyebab kurangnya kemampuan koneksi matematis siswa adalah guru yang mengajar cenderung menerapkan model pembelajaran klasikal tanpa dilengkapi dengan model pembelajaran individual, disertai dengan pegangan buku teks matematika yang digunakan guru dalam mengajar belum mampu mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa. Dari hasil studi pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa untuk mengkoneksikan antar gagasan matematis ternyata siswa sulit melakukannya.Kesulitan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai suatu hasil (Subini, 2012: 56). Kesulitan siswa terhadap koneksi matematis dapat dilihat dari hasil prariset yang dilakukan peneliti di SMA Kemala Bhayangkari tanggal 19 Januari 2013 untuk melihat kemampuan koneksi matematis siswa berbasis penalaran, ternyata dari soal yang diberikan hasil rerata yang diperolah 32% menyelesaikan dengan benar pada soal logaritma tersebut, Sedangkan 68% tidak mengerjakan soal dengan benar dan bahkan tidak menjawab.

Salah satu alternatif yang digunakan peneliti untuk mengatasi kesulitan koneksi matematis siswa yang berbasis penalaran yaitu melalui wawancara klinis. Melalui wawancara klinis dapat membangun keyakinan siswa tentang potensinya di dalam belajar. Wawancara klinis diberikan untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam materi logritma. Menurut Ginsburg (2009: 114) wawancara klinis dapat membantu guru mengatasi kesulitan anak ketika belajar dan membantu anak untuk berpikir lebih luas terhadap pengetahuan mereka dalam belajar.Di dalam penelitian ini wawancara klinis dilakukan agar menyampaikan suatu konsep matematika kepada siswa lebih nyata dan konkrit.Dalam penelitian ini wawancara

(3)

klinis yang diberikan dengan berbantuan peta konsep agar pemahaman siswa terhadap koneksi matematis siswa yang berbasis penalaran dalam materi logaritma lebih mudah dimengerti dan mudah diingat oleh siswa.Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Peta konsep dalam pemetaan juga dianggap sebagai teknik yang baik untuk mendorong siswabelajar dalam proses pembelajaran (Chiou, 2008: 378).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan kenyataan di lapangan maka judul penelitian adalah “Wawancara Klinis Berbantuan Peta KonsepUntuk Mengatasi Kesulitan Koneksi Matematis Pada Logaritma di SMA”. Dengan wawancara klinisberbantuan peta konsep, diharapkan siswa lebih terbuka dalam mengutarakan pendapatnya sehingga siswa lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan soal logaritma.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang berorientasi pada pemecahan masalah. Bentuk penelitian ini adalah bentuk penelitian studi kasus. Menurut Emzir (2011: 20), Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian diskriptif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa di SMA Kemala Bhayangkari yang mendapat nilai ulangan harian di bawah ketuntasan (standar ketuntasan KKM 70) dan siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika khususnya materi logaritma.

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik pengukuran berupa soal tertulis yang berbentuk essay yang berkaitan dengan materi logaritma di SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya dan teknik komunikasi langsung yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara klinis berbantuan peta konsep yang dilakukan kepada subjek penelitian untuk memahami kesulitan koneksi matematis siswa berbasis penalaran yang dihadapi dalam materi logaritma di SMA kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya. Instrumen penelitian divalidasikan oleh dua dosen Pendidikan matematika FKIP Untan dan satu guru SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya dengan hasil validasi bahwa instrumen yang digunakan valid.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu : (1) perencanaan;(2) pelaksanaan;(3) penutup.

a. Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Tahap 1

(4)

- Observasi di sekolah SMA Kemala Bhayangkari. - Mewawancara salah satu guru matematika. 2) Tahap 2

Membuat instrumen penelitian sebagai berikut: - kisi-kisi soal

- soal tes

- kunci jawaban

- pedoman telaah butir soal

- pedoman wawancara dan peta konsep 3) Tahap 3

- Validasi instrumen penelitian - Merevisi hasil validasi

- Menentukan waktu penelitian b. Pelaksanaan

Adapun prosedur pelaksanaan dalampenelitian ini sebagai berikut : (1) Nilai ulangan harian dibawah KKM 70 diambil 6 siswa kemudian diberikan pretes, setelah itu diberikan perlakuan dengan wawancara klinis berbantuan peta konsep dan terakhir diberikan post-test.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam wawancara klinisadalah sebagai berikut:

a). Tahap Assessment

Tahap ini dilakukan pada awal pertemuan. Tujuannya untuk memperjelas pemahaman peneliti terhadap permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam usahanya untuk merencanakan pemberian treatment selanjutnya. Tahap assessment ini dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:

(1) Fase Pembuka

(a) Melakukan perkenalan

(b) Beberapa menit pertama digunakan untuk membuat siswa merasa nyaman. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan ringan seputar kegiatan yang telah mereka lakukan pada hari ini.

(c)Mencari informasi tentang bagaimana cara pandang siswa terhadap masalah dan bagaimana mereka memahami masalah tersebut.

(d)Pada fase ini diharapkan terbentuknya iklim atau suasana emosi dan interpersonal yang dapat mendukung proses perbaikan pada siswa. (2) Fase Pertengahan

(a)Fokusnya adalah mencari informasi yang diperlukan untuk merumuskan masalah dan karakteristik siswa dengan cara mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika khususnya materi logaritma.

(5)

(a) Memberikan ketenangan kepada siswa

Dalam hal ini peneliti memberikan motivasi kepada siswa, memberi pandangan dalam memecahkan/menyelesaikan masalah dalam matematika.

b)Tahap Treatment

Pada tahap ini peneliti akan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir mereka dan membantu mereka dalam memahami konsep-konsep serta menyembuhkan pemikiran-pemikiran mereka yang terkontaminasi dengan hal-hal keliru yang berkaitan dengan materi logaritma.

1) Menunjukan hubungan antar konsep dalam materi logaritma dengan menggunakan peta konsep.

2) Memberikan post test kepada subjek penelitian yang telah diberikan wawancara klinis.

c. Penutup

1) Mendeskripsikan hasil penelitian 2) Menganalisis data

3) Menyusun laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan pengumpulan data selama penelitian di SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya terhadap 6 subjek di kelas X, diperoleh data mengenai hasil Pre-test dan data hasil Post-test. Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah wawancara klinis berbantuan peta konsep dapat mengatasi kesulitan koneksi matematis siswa yang berbasis penalaran dalam materi logaritma, maka analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Deskripsi Hasil Pretest

Sebelum dipaparkan hasil pretest, perlu dikemukakan bahwa siswa yang mengikuti pretest adalah mereka yang nilai ulangan hariannya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70. Hasilnya diberikan melalui Tabel 1

(6)

TabelHasil Perolehan Pretest Siswa

2. Deskripsi Kesulitan Siswa Berdasarkan Hasil Pre-test

Berdasarkan analisis kesulitan siswa dari hasil pre-test yang dilakukan peneliti, maka ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh subjek yaitu : (1)kesulitan mengkoneksikan antar konsep dalam bentuk perpangkatan dan logaritma, kesulitan tersebut dikarenakan subjek tidak bisa menghubungkan unsur-unsur yang pada logaritma dengan unsur-unsur yang ada diperpangkatan, (2) kesulitan terhadap pehamaman konsep prasyarat. Kesulitan ini terlihat dari jawaban yang dikerjakan siswapada materi logaritma. Hal ini dikarenakan kemampuan siswa untuk mengkoneksikan dalam materi logaritma belum muncul pada kemampuan penalaran siswa. Menurut Brodie (2009:11) Penalaran adalah pada dasarnya membangun, membenarkan, dan menggunakan generalisasi di dalam matematika untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima dalam menghasilkan suatu argumen.

3. Deskripsi Wawancara klinis

Pada wawancara klinis ini yang menjadi subjek dalam penelitian masing-masing berkode TRR, EUS, ADN, EKJ, RWH dan YNM. Mereka adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya. Alasan peneliti mengambil TRR, EUS, ADN, EKJ, RWH dan YNM sebagai subjek penelitian dikarenakan mereka adalah 6 orang siswa yang mendapat nilai ulangan harian pada materi logaritma berada di bawah standar ketuntasan (nilai standar ketuntasan 70). Adapun nilai yang diperoleh TRR adalah 56, nilai yang diperoleh EUS adalah 50, nilai yang diperoleh ADN adalah 55, nilai yang diperoleh EKJ adalah 45, nilai yang diperoleh RWH adalah 52 dan nilai yang diperoleh YNM adalah 45.

Pada wawancara tahap pembukaan peneliti mencoba mengenal dan mengakrabkan diri dengan siswa. Adapun waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan soal pre-test di awal pertemuan dan skor yang diperoleh.

Subjek Hasil Pre-test Persentase (%)

TRR 17 48,57 EUS 13 37,14 ADN 17 48,57 EKJ 12 34,28 RWH 18 51,42 YNM 14 40 Jumlah 91 260 Rata-rata 15,17 43,33

(7)

TRRmenjawab soal

yang diperolah 17, waktu yang diperlukan

adalah 50 menit dan skor yang diperolah 13, waktu yang diperlukan dalam menjawab

waktu yang diperlukan

dan dan skor yang diperolah 12, waktu yang diperlukan soal pre-test adalah

diperlukan YNM dalam menjawab diperolah 14.

Pada wawancara tahap pertengahan peneliti mencoba membantu dalam memahami materi logaritma

menanyakan kepada subjek mengenai pemahaman mereka mengkoneksikan pada soal 1a, hanya subjek

dalam memahami soal tersebut, S RWH dan YNM

tersebut. Pada soal 1b dalam menentukan

Sedangkan EKJ, TRR, ADN, dan RWH tidak mengalami kesulitan. soal nomor 2 subjek TRR, EUS, ADN, EKJ, RWH dan YNM tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. 4.Perbandingan Hasil

Berdasarkan pengumpulan data selama penelitian diperoleh dua kelompok data, yaitu data dari hasil

Penelitian ini dilakukan terhadap 6 orang siswa yang menjadi subjek kasus. Adapun perolehan data hasil

berikut ini: 0 10 20 30 40 S ko r

menjawab soal pre-test waktu yang diperlukan adalah 30 menit dan sk yang diperolah 17, waktu yang diperlukan EUS dalam menjawab

adalah 50 menit dan skor yang diperolah 13, waktu yang diperlukan dalam menjawab soal pre-testadalah 45 menit dan skor yang diperolah 17, waktu yang diperlukan EKJ dalam menjawab soal pre-test adalah 55 menit dan dan skor yang diperolah 12, waktu yang diperlukan RWH dalam menjawab adalah 45 menit dan skor yang diperolah 18, dan waktu yang dalam menjawab soal pre-test adalah 55 menit dan skor yang

Pada wawancara tahap pertengahan peneliti mencoba membantu dalam memahami materi logaritma berbantuan peta konsep.

kan kepada subjek mengenai pemahaman mereka pada soal 1a, hanya subjek EKJ yang mengalami kesulit dalam memahami soal tersebut, Sedangkan untuk subjek TRR, EUS, ADN, RWH dan YNM tidak mengalami kesulitan dalam mengkoneksikan

ada soal 1b, subjek EUS dan YNM yang mengalami kesulitan dalam menentukan x dari perubahan bentuk pangkat menjadi bentuk logaritma, Sedangkan EKJ, TRR, ADN, dan RWH tidak mengalami kesulitan.

subjek TRR, EUS, ADN, EKJ, RWH dan YNM tidak dalam menyelesaikan soal tersebut. Pada soal nomor 3, semua su mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

Perbandingan Hasil Pre-Tes dan Post-Tes

Berdasarkan pengumpulan data selama penelitian diperoleh dua kelompok data, yaitu data dari hasil pre-tes dan data dari hasil

Penelitian ini dilakukan terhadap 6 orang siswa yang menjadi subjek kasus. Adapun perolehan data hasil pre-tes dan post-tes dapat dilihat pada diagram

DiagramHasil Pre-Test dan Post-test

TRR EUS ADN EKJ RWH YNM

Subjek

Hasil Pre-Test dan Post-Test

Hasil Pre Hasil Post

adalah 30 menit dan skor dalam menjawab soal pre-test adalah 50 menit dan skor yang diperolah 13, waktu yang diperlukan ADN adalah 45 menit dan skor yang diperolah 17,

adalah 55 menit dalam menjawab menit dan skor yang diperolah 18, dan waktu yang adalah 55 menit dan skor yang

Pada wawancara tahap pertengahan peneliti mencoba membantu siswa peta konsep. Ketika peneliti kan kepada subjek mengenai pemahaman mereka dalam yang mengalami kesulitan TRR, EUS, ADN, mengkoneksikan soal mengalami kesulitan angkat menjadi bentuk logaritma, Sedangkan EKJ, TRR, ADN, dan RWH tidak mengalami kesulitan. Untuk subjek TRR, EUS, ADN, EKJ, RWH dan YNM tidak mengalami nomor 3, semua subjek

Berdasarkan pengumpulan data selama penelitian diperoleh dua dan data dari hasil post-tes. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 orang siswa yang menjadi subjek kasus. lihat pada diagram

Hasil Pre-test Hasil Post-test

(8)

Pembahasan

Dari analisis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal pre-test, terdapat kesulitan yang dialami mereka. Dalam penelitian ini jelas terlihat kesulitan yang dialami masing-masing siswa. TRR, ADN, RWH, EUS, YNM dan EKJ kesulitan yang mereka alami dalam menyelesaikan soal pre-test yaitu kesulitan ketika mengkoneksikan konsep-konsep yang ada dalam materi logaritma, selain itu Kesulitan pada pemahaman konsep prasyarat.Kesulitan yang mereka alami dikarenakan mereka belum paham dengan materi logaritma yang sudah diajarkan sebelumnya. Hal ini terlihat dari jawaban siswa pada soal pre-tes yang diberikan di waktu penelitian. Ketidakpahaman mereka di dalam konsep logaritma diperkirakan ada beberapa faktor yaitu, dari guru yang mengajar, mata pelajaran yang dipelajari atau keterkaitan antara keduanya.

Di dalam NCTM (2000, 18), dalam prinsip dasar mengajar guru harus mengetahui dan memahami kondisi siswanya pada saat mengajar matematika, dapat menggambarkan pengetahuannya dengan fleksibelitas serta berkomitmen untuk lebih memahami siswanya dalam belajar matematika dan terampil membuat strategi pengajaran yang menarik. Karena apabila guru yang mangajar dengan metode ceramah secara terus-menerus akan membuat anak jenuh dengan pelajaran tersebut. Untuk memenuhi hal tersebut guru sedapat mungkin melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan memberikan pertanyaan untuk memacu keterlibatan berpikir siswa sehingga siswa dapat menggunakan dan mengaitkan konsep-konsep yang yang telah dimilikinya. Bila konsep-konsep tersebut terkait satu sama lain maka akan terbentuk pengetahuan yang bermakna yang tidak mudah untuk dilupakan.Di dalam pembelajaran matematika, belajar tanpa pemahaman telah menjadi masalah secara terus-menerus sejak tahun 1930, dan telah menjadi subjek diskusi penelitian oleh psikolog serta pendidik selama bertahun-tahun (NCTM, 2000 : 16). Tujuan belajar matematika diharapkan agar siswa mampu memahami dalam menerapkan prosedur, konsep, dan proses dalam belajar matematika.

Salah satu teknik yang dapat membuat siswa benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran adalah dengan melakukan wawancara klinis. Wawancara klinis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan berbantuan peta konsep. Dimana dalam wawancara klinis berbantuan peta konsep siswa dapat lebih memahami konsep dalam materi logaritma dan dapat mengatasi kesulitan yang dialami oleh subjek. Dengan adanya wawancara klinis berbantuan peta konsep keterlibatan subjek secara langsung akan membuat apa yang telah mereka pelajari akan membekas dalam pikiran mereka dalam jangka waktu yang lama. selain itu dengan diberikan wawancara klinis kepada subjek penelitian maka membantu siswa pada materi yang diberikan. Hasil peneliti Lusian (2011), menunjukkan

(9)

Teorema L’Hospital membuat pengguasaan siswa terhadap materi tersebut semakin meningkat. Selama wawancara yang dilakukan, peneliti dapat melihat bahwa TRR dan ADN memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari EUS dan RWH, sedangkan subjek EKJ dan YNM memiliki kemampuan yang paling rendah diantara subjek TRR, EUS, ADN dan RWH.

Dari hasil penelitian di lapangan terlihat Tingkat pemahaman siswa setelah diberikan wawancara klinis (1) TRR yang pada awalnya belum mengerti cara menyelesaikan soal pre-test setelah diberikan wawancara klinis, TRR jauh lebih memahami materi logaritma tersebut dan mampu mengkoneksikan antar konsep yang ada dimateri logaritma. (2) EUS pada awalnya kebingungan dalam menyelesaikan soal pre-tes dan setelah diberikan wawancara klinis berbantuan peta konsep, terlihat lebih memahami materi logaritma tersebut dan tidak merasa kebingungan lagi. (3) ADN pada awalnya mengalami hambatan dalam menyelesaikan soal pre-tes,setelah diberikan perlakuan dengan wawancara klinis berbantuan peta konsep ADN tidak mengalami hambatan dan merasa enjoy dalam menyelesaikan soal post-test. (4) EKJ mengalami hambatan dalam menyelesaikann soal pre-tes, dikarenakan EKJ memiliki kemampuan berpikirnya sangat kurang. Setelah diberikan perlakuan dengan wawancara klinis berbantuan peta konsep EKJ jauh lebih mengerti. (5) RWH pada awalnya mempunyai hambatan dalam menyelesaikan soal pre-test dan belum memahami materi logaritma. Setelah diberikan wawancara klinis menggunakan peta konsep tidak mengalami hambatan serta lebih memahami materi logaritma. (6) YNM pada awalnya tidak memahami materi logaritma serta kebingungan dalam menyelesaiakan soal pre-test. Setelah diberikan wawancara klinis berbantuan peta konsep terlihat YNM tidak mengalami hambatan lagi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat hasil perbandingan bahwa nilai rerata skor pre-test siswa adalah 15,17 atau 43,33% dari skor total 35 ini menunjukkan bahwa materi logaritma belum dikuasai siswa. Sedangkan rerata skor post-test siswa adalah 26 atau 74,28% dari skor total 35. Hal ini menunjukkan bahwa pada post-test siswa dalam memahami materi logaritma tergolong berhasil setelah diberikan wawancara klinis.

Jadi, kesimpulan umumnya dengan wawancara klinis berbantuan peta konsep dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan koneksi matematis yang berbasis penalaran yang dialami siswa, sehingga siswa terbantu dengan diberikan perlakuan melalui wawancara klinis. Terbantunya siswa dikarenakan guru

(10)

berusaha memberikan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswanya.

Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil temuan peneliti ini adalah sebagai berikut : (1)Pembelajaran individual dengan wawancara klinis berbantuan peta konsep ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran matematika. (2) Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan dan mengurangi kelemahan yang ada dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary School Classrooms. London: Springer.

Chiou, Chang. 2008. The effect of concept mapping on students’ learning Achievements and interests. Artikel: (0nline)

http://web2integration.pbworks.com/f/The%2Beffect%2Bof%2Bconcept% 2Bmapping%2Bon%2Bstudents%25E2%2580%2599%2Blearning%2Bac hievements.pdfdiakses 18 April 2013.

Dossey, John, dkk. 2008. Mathematics Education in the United States

2008 A Capsule Summary Fact Book. Mexsico. United States of America. Emzir. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT

Raja Garfindo.

Ginsburg, Herbert P. 2009. The Challenge of Formative Assessment in

Mathematics Education: Children’s Minds,Teachers’ Minds.

Artikel:(Online)http://educationforatoz.com/journalandmagazines.html diakses tanggal 24 Februari 2013.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematichs. American: Library of Congress Cataloguing-in-Publication. Sukamto, Edy. 2012. Penalaran Matematis Dalam Trigonometri Pada

Buku Teks Matematika SMA. Skripsi tidak diterbitkan: Stkip-Pgri Pontianak.

Turner, Sylvia and Judith McCullouch. 2004. Making Connections in Primary Mathematics. London: David Fulton Publishers.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja yang telah dicapai pada tahun 2015 dan membandingkan antara target dan realisasi pada indikator sasaran dari 3

PROGRAM PENGAWASAN INTERN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA DAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH SASARAN TARGET RENCANA 2011. PRAKIRAAN MAJU RENCANA

Pada cerita Film Potret ini editor tertarik untuk membuat sebuah eksplorasi potongan gambar (cutting) yaitu dengan menggunakan teknik graphical match, yang mana digunakan

Penerimaan karyawan adalah proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang cocok untuk jabatan atau pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi atau perusahaan

Selain karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP pemindahbukuan dapat dilakukan juga jika terdapat kesalahan pengisian data pembayaran pajak melalui

Dalam penerapan citra visual batik pada bentuk dan massa bangunan sebagai salah satu elemen perancangan kawasan Kampung Batik Jetis ada banyak hal yang

Di Indonesia, seperti yang digambarkan pada gambar 1 pengguna pil kontrasepsi yang berusia di atas 35 tahun dan merokok lebih dari 15 batang per hari sebesar 16 persen pada

Dengan rata-rata pemilikan ternak di ketiga lokasi penelitian seperti diperlihatkan pada Tabel 4, maka kebutuhan bahan kering hijauan rata-rata setiap bulan di Desa Kacangan