• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara) LAYANAN TERPADU PENCEGAHAN PENYEBARAN PANDEMI COVID- 19 DI TINGKAT RUKUN TETANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara) LAYANAN TERPADU PENCEGAHAN PENYEBARAN PANDEMI COVID- 19 DI TINGKAT RUKUN TETANGGA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

170 David Soputra

Email: dav_soputra@yahoo.com Akademi Keperawatan Surya Nusantara

Abstrak

Negara-negara di seluruh dunia saat ini sedang berjuang melawan pandemi COVID-19. Angka kejadian dan kematian akibat COVID-19 secara kumulatif bertambah terus di dunia, termasuk Indonesia. Pelaksanaan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah belum berjalan dengan baik. Peningkatan angka kasus COVID-19 di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh ketidakpatuhan warga dalam mematuhi protokol kesehatan. Pandemi ini juga menimbulkan kerugian di bidang ekonomi. Beberapa negara termasuk Indonesia telah masuk ke fase resesi. Memberikan pemikiran tentang cara yang lebih efektif dalam menangani pelanggaran protokol kesehatan dan meningkatkan kesadaran serta kepatuhan masyarakat di tingkat masyarakat secara terintegrasi hingga ke rukun tetangga. Penelitian deskriptif kualitatif, data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan literatur yang sudah ada. Adapun hasil penelitian ini adalah Tingkat pelanggaran protokol kesehatan banyak terjadi di tempat umum, seperti pasar tradisional, warung makan tepi jalan, terminal, angkutan umum, dan tempat wisata. Pelanggaran terjadi karena ketidakdisiplinan warga untuk mematuhi protokol kesehatan. Kesimpulan penelitian ini adalah cara yang lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan adalah dengan membentuk satuan tugas di tingkat rukun tetangga yang dapat langsung melaksanakan dan mengendalikan pelanggaran protokol kesehatan lebih awal serta mengedukasi warga untuk mematuhi protokol kesehatan.Dengan implementasi sistem terpadu ini diharapkan dapat menurunkan angka laju kasus pandemi COVID-19 di Indonesia.

Kata Kunci: Pandemi, protokol kesehatan, pelayanan terpadu

Pendahuluan

Saat ini, terjadi wabah

pneumonia yang sedang

berlangsung. Wabah ini terjadi akibat jenis novel coronavirus baru, yaitu virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2) yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada

Desember 2019.Selanjutnya dalam hitungan minggu, infeksi ini menyebar di daratan China dan negara-negara lain di seluruh dunia. Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO menyebut penyakit ini dengan “coronavirus disease 2019” atau COVID-19. Secara global, pada

(2)

171 tanggal 6 Januari 2021, tercatat

sebanyak 86.818.270 kasus positif, sebanyak 61.522.309 orang kasus sembuh, dan 1.874.344 kematian dengan CFR (case fatality rate) 3%.Tingkat kematian tertinggi terjadi pada golongan usia 46 – 59 tahun. Dan dari data statistik yang ada, jumlah infeksi ini semakin hari semakin meningkat (Badan Pusat Statistik Nasional, 2021).

Virus ini ditularkan lewat droplet atau percikan dahak dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi.Penularan ini semakin cepat terjadi di ruangan yang tertutup dan ramaidengan sirkulasi udara yang kurang baik.Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan orang untuk terkontaminasi virus corona semakin besar. Virus ini dapat menyerang semua golongan usia, baik lansia, dewasa, anak, bayi, ibu hamil, serta ibu menyusui. Virus ini dapat dengan cepatmenginfeksi saluran pernapasan orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, setiap orang perlumematuhi protokol kesehatan saat berada di lingkungan seperti ini.

Pemerintah Indonesia telah mengambillangkah penting untuk

penanganan penyebaran virus.Pada

tanggal 13 Maret

2020,pemerintahmembentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020.Gugus tugas ini bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan pemerintahdaerah. Satuan gugus tugasberada dalam lingkup Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BNPB bertugas untuk menetapkan dan melaksanakan rencana percepatan penanganan wabah pandemi COVID-19 di seluruh wilayah Indonesia.

Pada tanggal 20 Juli 2020, pemerintah kembali meluncurkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 yang membentuk Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN). KPCPEN memiliki peran dalammemulihkan ekonomisekaligus

menanggulangipandemi COVID-19 di seluruh kawasan Indonesia. Komite ini terdiri atas tiga bagian utama, yakni Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Satuan Tugas

(3)

172 Pemulihan, dan Transformasi Ekonomi

Nasional. Komite Kebijakan dan Satgas Penanganan COVID-19 bertugas untuk menangani pandemi. Sedangkan, Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional bertugas untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional, menjaga kecukupukan lapangan pekerjaan, serta menjaga kemampuan belanja masyarakat akibat pandemi.

Komite ini telah banyak mengimplementasikan beberapa kebijakan dalam mengurangi kasus COVID-19, seperti kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB menghimbau masyarakat Indonesiauntuk melakukan 3M, yaitu menjauhi kerumunan, memakai masker, dan mencuci tangan.Dalam implementasinya, kebijakan ini telah banyak menguras tenaga dan pikiran. Sebagai contohpenerapan menjauhi kerumunan, telah banyak restoran dan

rumah makan serta

pertemuandihentikan. Banyak restoran dan pasar swalayan tutup atau jam pelayanannya dibatasi. Sarana dan prasarana transportasi juga tidak beroperasi demi menghentikan laju

penyebaran COVID-19. Semua

kebijakan ini pada

akhirnyamenimbulkan kerugian yang besar di bidang perekonomian.

Pada bulan November 2020, Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwaIndonesia sudah memasuki tahap resesi ekonomi.Resesi ekonomi terjadi akibat pertumbuhan perekonomian Indonesia yang negatif.Hal ini terjadi oleh karena banyaknya dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk menangani pandemi COVID-19, seperti menyediakan layanan kesehatan menangani pasien COVID-19, bantuan sosial bagi masyarakat yang terimbas dampak negatif akibat meningkatnya angka pengangguran karena PHK. Proses PHK dapat terjadiakibat banyak perusahaan yang tutup karena pandemi.

Pada awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia kembali meluncurkan satu program baru, yaitu Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tujuan dan tata pelaksanaannya sama seperti PSBB. Tujuanpelaksanaan PPKM adalah untuk memperlambat laju penyebaran pandemi

(4)

COVID-173 19sekaligus mempercepat

pertumbuhan perekonomian Indonesia tanpa harus meninggalkan protokol kesehatan.Meskipun penerapan PPKM melalui kegiatan 3M telah dijalankan, namun angka laju perningkatan jumlah pasien terinfeksi COVID-19 tidak berkurang, bahkan cenderung meningkat.

Penyebab jumlah penderita COVID-19 semakin meningkat adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, yaitu 3M.Hampir setiap hari pemerintah melalui satgas COVID-19 mengadakan razia ke beberapa tempat yang dicurigai melakukan pelanggaran protokol kesehatan. Satgas menemukan kumpulan orang yang berada di warung, bar, restoran, kedai kopi, serta tempat lainnya, sehingga harus dibubarkan oleh satgas, diberikan teguran dan peringatan, hingga didenda, diberi sanksi sosial, serta penutupan warung atau bar yang melanggar peraturan. Beberapa orang harus diproses di ruang pengadilan karena pelanggaran tersebut. Namun, semua hal yang telah dilakukan oleh satgas COVID-19 sepertinya belum membuahkan hasil yang maksimal.

Sekali lagi, hal ini terjadi akibat kurangnya disiplin warga dalam mematuhi protokol kesehatan.

Pada tanggal 6 Januari 2021, korban yang meninggal akibat pandemi ini sebanyak 23.296 jiwa. Jumlah ini senantiasa bertambah dari hari kehari. Bila hal ini tidak segera diatasi, maka jumlah korban akan semakin meningkat. Tidak hanya masalah keselamatan jiwa, tetapi dampak di bidang ekonomi juga meningkat. Hal ini membuat Indonesia dapat semakin terpuruk di bidang ekonomi yang pada akhirnya akan menimbulkan kondisi yang semakin buruk. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mematuhi protokol kesehatan adalah hal yang mendesak (Yamali dan Putri, 2020).

Pemerintah sudah berusaha untuk memberikan penanganan khusus bagi pelanggar protokol kesehatan. Namun, cara yang dilakukan belum dapat menyadarkan masyarakat menghormati protokol tersebut. Hal ini karena pemerintah tidak melibatkan seluruh warga negara Indonesia terlibat secara langsung menangani wabah Covid-19. Penanganan Covid-19

(5)

174 masih mengandalkan Satgas. Hal ini

menimbulkan stigma dimasyarakat sehingga timbul persepsi bahwa penanganan wabah ini adalah milik satgas semata. Untuk itu perlu dicarikan satu alternatif yang bisa melibatkan masyarakat langsung sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk ikut serta perperan aktif menangani penyebaran wabah pandemi COVID-19 ini.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui peranan satgas penanganan pencegahan penyebaran pandemi COVID-19 yang terintegrasi antara satgas tingkat nasional, satgas tingkat provinsi, satgas tingkat kotamadya/kabupaten, satgas tingkat kecamatan, satgas tingkat kelurahan, dan satgas tingkat rukun tetangga (RT). Dengan melibatkan seluruh warga untuk berperan aktif menangani penyebaran virus, diharapkan akan dapat menekan laju penyebaran pandemi, sehingga mengurangi angka kematian.

Metode

Jenis penelitian yang dipergunakan pada penulisan artikel ini ialah jenis deskriptif kualitatif.

Dengan demikian penelitian ini akan lebih menitikberatkan kepada interpretasi data-data yang terkumpul dari studi literatur, hasil pengamatan, dan hasil wawancara (Akhmad, 2015). Dan data kualitatif yang terkumpul akan dianalisa untuk memberikan gambaran atau situasi umum tentang permasalahan penyebaran pandemi COVID-19, sehingga pada akhirnya penulis bisa memberikan satu ulasan penting tentang penanganan terpadu yang terbaik yang dapat diterapkan di Indonesia.

Sumber data pengamatan akan diambil penulis dari tempat-tempat keramaian dimana pengunjungnya banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Selain pengamatan, juga akan diambil data wawancara dari orang-orang yang melanggar protokol kesehatan dan menanyakan alasan mereka untuk tidak mematuhi protokol kesehatan. Penulis juga akan menanyakan kebeberapa penduduk yang terinfeksi COVID-19 mengapa sampai mereka terinfeksi. Dari data yang terkumpul akan dianalisa untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan

(6)

175 ketidakpatuhan tersebut. Dari

faktor-faktor tersebut barulah ditetapkan satu model integrasi yang tepat untuk penanggulangan pandemi ini.

Hasil

Hasil pengamatan penulis ke beberapa tempat menemukan bahwa tempat-tempat yang pintu masuknya diawasi oleh seorang atau beberapa orang pengawas terhadap pengunjung, maka tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatannya baik. Kepatuhan terhadap protokol kesehatan dapat diamati dari kepedulian pengunjung yang mengenakan masker, ketersedian tempat pencucian tangan atau ada tidaknya desinfektan.

Pengunjung-pengunjung ke tempat-tempat seperti ini pada umumnya mematuhi protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan, menggunakan desinfektan, dan kepatuhan untuk menjaga jarak. Tingkat ketidakpedulian terhadap protokol kesehatan di tempat-tempat seperti ini rendah. Misalnya di Bank, Rumah Sakit, Mall, toko-toko pribadi, rumah makan yang baik,

bandara, stasiun kereta api, perkantoran, rumah ibadah, apotik, dan perkantoran. Sedangkan tempat-tempat yang kurang mematuhi protokol kesehatan adalah pasar umum, warung tepi jalan, terminal bis antar kota dan terminal angkot, rumah makan yang menyajikan makanan murah, angkot, dan beberapa obyek wisata umum.

Nasabah yang datang ke bank akan diperiksa satu persatu oleh petugas khusus yang akan mengukur suhu tubuh, menyuruh mencuci tangan, memperhatikan apakah nasabah yang berkunjung menggunakan masker atau tidak. Bila tidak menggunakan masker maka petugas akan langsung memerintahkan agar nasabah tersebut mengenakan maskernya. Bahkan sampai jarak tempat duduk antar nasabah juga dijaga dengan mengikuti standar protokol kesehatan. Demikian pula halnya dengan tempat-tempat lain yang melaksanakan protokol kesehatan melakukan hal yang sama seperti nasabah yang berkunjung ke bank.

Berbeda halnya dengan tempat-tempat yang tidak

(7)

176 melaksanakan protokol kesehatan

dengan baik, misalnya di pasar tradisional. Pada wilayah ini boleh dikatakan penerapan protokol kesehatan tidak dipedulikan. Meskipun banyak pengunjung ke pasar yang menggunakan masker, tetapi banyak juga yang tidak menggunakan masker. Meskipun ada tempat pembasuhan tangan, tetapi hampir tidak dipergunakan. Di tempat seperti ini juga boleh dikatakan tidak ada yang namanya menjaga jarak. Hal-hal seperti ini juga terjadi di tempat-tempat lain yang tidak memperhatikan protokol kesehatan seperti warung tepi jalan, terminal bis antar kota, terminal angkot, rumah makan dengan menu murah, angkot, dan tempat-tempat wisata umum lainnya. Tempat-tempat seperti ini tingkat kepedulian masyarakat terhadap protokol kesehatan rendah, dan tingkat pelanggarannya tinggi.

Hasil wawancara Penulis dengan beberapa pengunjung pasar tradisional yang tidak menggunakan masker dan yang tidak mematuhi potokol kesehatan lainnya umumnya memberi jawaban sebagai berikut:

1. Memakai masker menyusahkan karena mereka ingin bergerak cepat, dan menggunakan masker membuat susah bernafas dan susah berbicara;

2. Tidak peduli karena mayoritas mereka meskipun tidak memakai masker tetapi jarang dari antara mereka yang terjangkit infeksi COVID-19;

3. Menganggap penyakit COVID-19 sebagai suatu berita yang terlalu mengada-ngada;

4. Lupa membawa masker; 5. Malas menggunakan masker. 6. Tidak mengetahui tentang

COVID-19.

Jawaban yang hampir sama juga diperoleh oleh Penulis ketika mewawancarai beberapa orang yang berkunjung ke warung makan tepi jalan dan tempat-tempat lainnya.

Tempat-tempat seperti pasar tradisional, warung makan tepi jalan, terminal, dan tempat-tempat lainnya yang tidak mengindahkan pelaksanaan protokol kesehatan harus menjadi skala prioritas dalam penanganannya. Dengan kondisi yang berdesak-desakan dan tanpa menggunakan masker akan

(8)

177 mempercepat penularan COVID-19.

Dari tempat-tempat seperti ini bisa saja orang-orang tertentu akan membawa virus corona tersebut dari pasar ke lingkungan lain. Khususnya lagi bila orang yang membawa virus tersebut tidak menunjukkan adanya gejala infeksi COVID-19. Untuk itu pemerintah harus memberikan edukasi tentang COVID-19 dengan segera kegolongan masyarakat seperti ini.

Hasil wawancara penulis kepada beberapa orang yang pernah terinfeksi COVID-19 umumnya memberikan jawaban penyebab mereka terinfeksi oleh karena:

1. terlampau sering berkunjung ke tempat-tempat yang tingkat pelanggaran protokol kesehatannya tinggi, seperti ke pasar tradisional, ke warung makan, transportasi umum yang masal;

2. pertemuan-pertemuan yang ramai pengunjungnya seperti acara seminar, pernikahan, rumah ibadah; sekolah berasrama; resepsi tertentu, dan yang meninggal;

3. tertular dari rekan kerja di perkantoran;

4. tertular dari anggota keluarga yang telah tertular sebelumnya; 5. dari beberapa tenaga medis

karena tertular dari pasien yang telah terinfeksi COVID-19; 6. tertular di tempat-tempat sarana

olah raga;

7. tidak mematuhi protokol kesehatan.

Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa kontak dengan orang-orang yang terinfeksi COVID-19 akan mempengaruhi resiko seseorang untuk terkena infeksi yang sama.

Pembahasan Struktur Virus

Kata virus berasal dari bahasa Latin yang berarti racun. Dan berukuran antara 20 – 300 nm (nano meter), sehingga sering disebut dengan mikroorganisme. Virus bukanlah sel, tetapi hanya berupa materi genetika (DNA atau RNA) yang diselubungi oleh protein pembungkus yang disebut dengan kapsid. Karena tidak berupa sel, maka virus tidak memiliki organel sel untuk melakukan metabolismanya. Oleh karena itu satu virus agar bisa

(9)

178 hidup harus menginfeksi sel inang dan

menghancurkan materi genetika sel tersebut dan mengambil alih pengendalian sel tersebut. Dengan sifatnya ini virus sering disebut dengan parasit obligat, atau parasit sejati. Bila virus tidak menginfeksi sel inangnya, maka virus tersebut akan segera mati. Jadi virus itu dikatakan hidup apabila ia berhasil menginfeksi sel inangnya.

Virus berkembang biak dengan cara menginfeksi sel inangnya. Salah satu cara perkembangbiakan virus adalah replikasi. Virus yang sudah masuk ke dalam sel inang akan langsung menginvasi materi genetika sel inang tersebut dan menonaktifkannya. Kemudian materi genetika virus akan menempel pada materi genetika sel inangnya. Kemudia materi genetika virus ini akan mencetak virus-virus yang baru. Virus-virus yang baru ini akan memecahkan sel inangnya dan akan menyerang sel yang lain.

Coronavirus merupakan virus RNA rantai tunggal positif (+ssRNA), tidak bersegmen, dan berkapsul yang dilindungi lapisan yang tersusun dari protein dan minyak yang disebut lipid bilayer.

Coronavirus merupakan virus yang tergolong dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Sars-cov-2 berdiameter 80-120 nanometer. SARS-CoV-2 memiliki empat protein struktural yang dikenal sebagai S (spike), E (envelope), M (membrane), dan N (nucleocapsid). Protein N merupakan genom RNA, sedangkan protein S, E, dan M bersama-sama membentuk amplop virus. Protein S merupakan struktur utama untuk penulisan gen dan dicitrakan pada tingkat atom menggunakan mikroskop elektron criogenik, protein ini

bertanggungjawab untuk

memungkinkan virus menempel dan menyatu dengan membrane sel inang untuk mengaktifkan enzim furin. Protein S merupakan glikoprotein tiper I yang membentuk peplomers pada permukaan virion, sehingga morfologi corona seperti duri-duri mahkota yang terlihat pada mikroskop electron. Protein M memiiliki ectodomain terminal N terpendek dan ekor sitoplasma. Protein E merupakan protein yang sangat hidrofobik (Wang et al., 2020)

(10)

179 Menurut Jahangir et al. (2020),

terdapat beberapa jenis virus corona diantaranya COVID-19, MERS, dan SARS. Covid-19 menyerang saluran pernapasan manusia. Dari ketiga jenis virus ini, virus Covid-19 merupakan fokus kita pada akhir-akhir ini, karena kecepatan penularannya sangat cepat. Diperkirakan virus ini menular dengan kecepatan 1 berbanding 6. Artinya kemungkinan seseorang terinfeksi virus ini adalah 1 orang dari setiap 6 orang. Oleh karena itu fokus utama pencegahan virus ini adalah melalui suatu tindakan protokol kesehatan yang terpadu.

Beberapa gejala Covid-19 adalah demam (suhu tubuh di atas 380C), pilek, batuk kering, hilang kemampuan untuk mencium bau, hilang kemampuan mengecap rasa, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Gejala ini terjadi karena tubuh bereaksi melawan keberadaan virus ini. Dan pada gejala yang lebih berat, tubuh akan mengalami demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas dan nyeri dada (Chang et al., 2020). Dalam beberapa kasus ada juga penderita yang menderita diare dan ruam di kulit. Gejala lain yang muncul

akibat infeksi virus ini ialah happy hypoxia. Gejala ini adalah satu gejala dimana tubuh mengalami penurunan kadar oksigen yang tidak memunculkan gejala apapun pada si penderita. Dan gejala ini dapat menimbulkan kematian bagi si penderita.

Epidemiologi dan Respon Imun Tubuh Terhadap Virus COVID-19

Penyebaran dan penularan virus dimulai ketika seseorang yang sudah terinfeksi virus COVID-19 bersin atau batuk dan mengeluarkan droplet yang berisi virus. Droplet dapat terhirup oleh seseorang, menempel di satu permukaan benda, atau menempel di bagian tubuh manusia. Droplet yang mengandung virus yang menempel pada satu permukaan akan menempel untuk sementara di telapak tangan bila tersentuh. Virus akan masuk ke dalam tubuh saat tangan tersebut menyentuh mata, hitung atau mulut. Virus Corona yang telah masuk ke dalam rongga hidung atau mulut, akan segera menuju sel-sel mukosa tenggorokan atau rongga hidung.

(11)

180 Virus Corona yang masuk ke

dalam tubuh akan segera menempel pada satu protein reseptor di permukaan sel mukosa yang disebut reseptor ACE2 (Baig et.al., 2020). Reseptor ACE2 ini banyak terdapat di saluran pernapasan hingga paru-paru, dan juga pada sel-sel mukosa dinding usus. Itulah sebabnya mengapa ada orang yang mengalami diare ketika terinfeksi virus ini. Di dalam sel mukosa hidung dan tenggorokan ini virus tersebut akan mulai memperbanyak diri melalui suatu proses replikasi lisis untuk menghasilkan ribuan virus baru yang siap menginvasi sel-sel mukosa yang lain. Pada tahap ini si penderita akan mulai merasa sakit di kerongkongan dan mulai muncul batuk kering.

Ada beberapa respon imun yang diberikan tubuh ketika tubuh kita terinfeksi virus Corona ini. Respon imun pertama adalah dari sel yang terinfeksi itu sendiri. Sel yang terinfeksi ini akan segera menghasilkan senyawa protein signaling yang disebut interferon α. Dan interferon ini akan segera menginformasikan ke sel-sel lain yang ada di sekitarnya untuk

meningkatkan daya tahan mereka terhadap serangan virus corona ini. Dan interferon ini juga akan merangsang agar sel-sel imun tubuh yang lain segera membentuk antibodi untuk melawan virus ini. Dan interferon ini akan menghambat replikasi atau proses perbanyakan diri oleh virus tersebut (Deng et al., 2020).

Respon imun kedua adalah pelepasan senyawa protein pirogen oleh sistem kekebalan tubuh. Pirogen muncul akibat adanya bagian virus corona yang terdeteksi oleh sistem imun tubuh. Pirogen ini akan merangsang pusat pengaturan suhu di bagian otak hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh. Biasanya pada infeksi virus COVID-19 ini suhu tubuh akan naik hingga 37,80C atau lebih. Demam ini akan

memicu bagian sistem imun tubuh yang lain untuk mulai bekerja melawan si virus dan menciptakan satu kondisi dimana virus tadi tidak dapat berkembang biak (Wang et al., 2020). Kondisi ini biasanya berlangsung selama 5 –7 hari hingga jumlah imun tubuh meningkat dan

(12)

181 cukup kuat untuk menyingkirkan

virus tersebut.

Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sistem imun tubuh kita tidak sanggup menanggulangi infeksi virus corona ini. Kondisi pertama ialah ketika jumlah virus yang masuk ke tubuh kita jumlahnya sangat banyak sehingga sistem imun tubuh tidak cukup banyak untuk merespon infeksi tersebut. Kondisi yang lain ialah ketika sistem imun tubuh kita sedang dalam kondisi yang lemah. Misalnya karena kurang tidur, sedang mengkonsumsi obat-obat tertentu, kurang gizi, usia lanjut, karena ada penyakit penyerta yang lain, merokok, meminum minuman keras, atau tubuh dalam keadaan sakit. Kondisi-kondisi seperti ini dapat menyebabkan respon interferon yang lemah yang mengakibatkan produksi antibodi menjadi terhambat.

Dalam kondisi-kondisi seperti di atas, maka virus Corona akan semakin bertambah dan segera menginfeksi sel-sel lain di dalam tubuh, dan turun menuju sel paru-paru. Bila virus ini telah menginvasi sel paru-paru, maka akan terjadilah gangguan penyerapan oksigen oleh

sel-sel epitel di alveolus dan pelepasan gas karbon dioksida dari darah ke alveolus paru-paru. Proses ini akan meningkatkan kerja paru-paru sehingga timbullah sesak nafas. Bila dalam kondisi ini sistem imun tubuh tetap tidak mampu menekan kerja virus, maka jumlah virus akan semakin banyak di paru-paru. Kondisi ini akan menimbulkan peradangan pneumonia, dimana paru-paru akan terisi dengan cairan nanah dan dapat menimbulkan kematian (Kannan et al., 2020). Oleh karena itu, tahap paling penting untuk penanganan infeksi virus Corona adalah dengan cara menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Penanggulangan Terpadu Pandemi Corona

Penanggulangan terpadu adalah suatu penanggulangan yang terhubungkan antara satu posko penangan pandemi ke posko penangan pandemi lainnya. Dalam hal ini satgas COVID-19 tingkat nasional akan saling berkoordinasi dengan satgas COVID-19 tingkat propinsi. Dan satgas COVID-19 tingkat propinsi akan saling berkoordinasi dengan seluruh satgas

(13)

182 COVID-19 tingkat kotamadya atau

kabupaten. Dan satgas COVID-19 tingkat kotamadya/kabupaten saling berkoordinasi dengan satgas tingkat kecamatan, kelurahan, tingkat rukun warga (RW) dan terakhir di tingkat rukun tetangga (RT).

Sistem layanan terpadu hingga tingkat RT ini akan mempermudah kerja tim satgas nasional dalam pengendalian penyebaran virus ini. Masing-masing satgas tingkat RT sudah memiliki data yang lengkap untuk masing-masing anggotanya. Kemudian data-data ini saling diintegrasikan dengan data-data yang ada pada tingkat RW, dan seterusnya hingga ke tingkat nasional. Dalam hal ini satgas tingkat nasional pada akhirnya akan memiliki data lengkap tentang kondisi masyarakat Indonesia terhadap pandemi corona di setiap daerah hingga ke tingkat Rukun Tetangga. Hal ini akan menguntungkan satgas nasional, karena informasi dari tingkat RT ini akan memberikan informasi daerah-daerah mana saja yang memerlukan perhatian khusus. Dan hal ini sekaligus akan menekan biaya

penanganan pandemi Corona (Kurniawan, 2020).

Keuntungan lain dari sistem layanan terpadu ini adalah pengontrolan penyebaran pandemi Corona akan lebih mendekati ke titik sasaran, sehingga penanganan penyebarannya akan lebih efektif dan lebih efisien. Dikatakan lebih efektif dan lebih efisien karena satgas sudah dapat melihat langsung siapa-siapa saja dari warganya yang sudah menunjukkan gejala. Satgas Covid-19 tingkat RT ini cukup memantau kondisi setiap warganya setiap hari untuk memastikan tidak ada warga yang menunjukkan gejala. Dan bila ada yang sudah dicurigai, maka satgas akan lebih mudah untuk memantau orang tersebut dan menyiapkan penanganan langsung untuk orang tersebut. Dengan demikian penanganan itu akan lebih cepat, efisien, dan lebih efektif (ALW, 2020).

Santosa (2021) juga menekankan bahwa penerapan sistem terpadu ini hingga ke tingkat RT, maka penanganan protokol kesehatan akan lebih efektif. Lebih efektif dalam arti lebih mudah

(14)

183 memantaunya. Satgas tingkat RT

dapat memantau setiap warganya hingga ke tingkat rumah tangga, siapa-siapa saja yang tidak mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian penanggulangan warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan akan lebih mudah menanganinya. Misalnya dengan menegur langsung, memberikan masker, menghimbau untuk tidak terlalu banyak mengadakan aktivitas kerumunan baik di rumah maupun di luar rumah, menghimbau warga untuk menyiapkan wadah pembasuh tangan, dan lain sebagainya. Sehingga setiap pergerakan warga akan terpantau dengan baik.

Dengan penerapan sistem penanggulangan yang terpadu ini, diharapkan dapat menurunkan tingkat warga yang terinfeksi oleh virus ini. Bila hal ini diterapkan dengan baik, maka negara kita tidak perlu berlama-lama terganggu dengan pandemi ini yang pada akhirnya akan mengaktifkan lagi roda perekonomian. Roda perekonomian yang normal akan mengembalikan negara Indonesia ke

kondisi semula dan segera keluar dari situasi resesi.

Untuk membatasi laju infeksi COVID-19, Pemerintah Indonesia melalui satgas penangan COVID-19 telah memperkenalkan beberapa cara penanggulangannya. Mulai dari pembentukan satgas COVID-19, penerapan pembatasan aktifitas sosial dan kemasyarakatan, edukasi tentang COVID-19 kepada masyarakat, dan pemberian sanksi sosial dan sanksi berat kepada pelanggar protokol kesehatan. Namun cara-cara ini belum terlalu efektif karena program ini belum menimbulkan efek jera kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan satu cara yang lebih efektif untuk menjangkau masyarakat yang khususnya masih suka melanggar protokol kesehatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelanggaran protokol kesehatan terjadi di lingkungan yang pengawasan protokol kesehatannya kurang. Hal ini terjadi di tempat-tempat umum seperti pasar tradisional, warung makan, pertemuan tradisional seperti pernikahan, acara adat yang

(15)

184 meninggal, pertemuan seminar,

pertemuan ibadah, dan masih banyak acara-acara lainnya. Masalah utama dari tempat-tempat seperti ini ialah tingkat resiko penularan yang tinggi. Sedangkan tempat-tempat yang memiliki pengawas pelaksanaan protokol kesehatan seperti bank, mall, rumah sakit, dan perkantoran memiliki tingkat penularan yang rendah.

Dari hasil wawancara dengan beberapa responden, penulis menemukan bahwa faktor ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi faktor penting yang mempengaruhi peningkatan angka infeksi. Oleh karena itu perlu direncanakan satu tindakan untuk meningkatkan kepatuhan ini. Rencana tindakan ini harus bisa menjangkau golongan masyarakat sampai ke tingkat terkecil, yakni ke tingkat rumah tangga. Rencana tersebut harus dilaksanakan dan diprogram dengan baik sehingga seluruh warga masyarakat dapat

menerimanya dan

mengimplementasikan program tersebut ke kehidupan mereka.

Dari wawancara ke beberapa responden juga diketahui bahwa pelanggaran protokol kesehatan yang mereka lakukan karena tidak mengerti dengan permasalahan COVID-19. Artinya mereka tidak mengerti seberapa jauh bahaya yang ditimbulkan virus ini, dan juga tidak mengetahui dengan jelas bagaimana cara agar terhindar dari infeksi ini. Beberapa diantara mereka hanya mengetahui mengenai pandemi COVID-19 ini dari media sosial, mendengar berita dari media massa tanpa pernah mendapatkan pengarahan langsung dari satgas COVID-19. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa bagi mereka masalah yang ditimbulkan oleh COVID-19 ini merupakan satu masalah yang abstrak yang sulit untuk dicerna. Untuk itu perlu satu edukasi khusus kepada golongan masyarakat seperti ini secara langsung agar mereka lebih mengerti permasalahannya.

Untuk mengatasi

permasalahan protokol kesehatan ini beberapa peneliti telah mengajukan beberapa pendapat mereka. Misalnya, Santosa (2020) dalam

(16)

185 tulisannya menyatakan bahwa sistem

pelayanan terpadu di tingkat RT akan lebih memudahkan dalam pengontrolan penularan penyakit menular seperti COVID-19 yang sifatnya ditularkan melalui penghimpun masa. Dengan demikian cara ini bisa juga diterapkan di dalam penanganan pandemi COVID-19. Pemerintah kotamadya atau kabupaten dapat membentuk satgas COVID-19 tingkat kecamatan, kelurahan, rukun warga, dan terakhir pada tingkat rukun tetangga.

Bila kita amati bahwa kebanyakan pelanggaran protokol kesehatan yang tertangkap di tempat-tempat tertentu karena pelanggaran tersebut sudah dilaksanakan semenjak meninggalkan rumah kediamannya. Dalam hal inilah satgas tingkat RT berperan penting, karena pelanggaran tersebut sudah ditangani terlebih dahulu di lingkungannya sebelum berkumpul di kerumunan massa. Dan satgas tingkat RT juga dapat sedini mungkin mencegah bentuk-bentuk kerumunan yang terjadi di lingkungannya, seperti pengontrolan

massa untuk acara-acara pernikahan, yang meninggal, dan acara-acara keramaian lainnya.

Layanan terpadu tingkat RT ini juga akan mempermudah pemantauan yang efisien terhadap pergerakan seseorang yang dicurigai membawa virus Corona. Lebih efisien dengan alasan karena pergerakan orang tersebut lebih mudah untuk dipantau. Satgas tingkat RT cukup menginformasikan ke satgas di RT lain siapa-siapa saja yang dicurigai di daerah asalnya. Umumnya seorang penduduk di satu RT akan dikenal juga oleh penduduk di RT lain yang jaraknya tidak berjauhan. Dengan demikian orang yang sudah terindikasi positip di satu RT akan juga dikenal di RT lain yang berdekatan. Dan bila hal ini terjadi informasi pergerakan oang tersebut akan segera terpantau dan dengan cepat juga akan diambil tindakan untuk mengembalikan orang tersebut ke daerah asalnya. Dengan demikian penghambatan penyebaran virus ini akan lebih mudah untuk dikendalikan.

Dengan adanya kerjasama yang terintegrasi antara satgas

(17)

186 tingkat RT yang satu ke tingkat RT

yang lain, dan antar RW yang satu dengan RW yang lain, dan antar kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lain, hingga akhirnya ke tingkat antar propinsi akan terkendali dengan baik. Dalam hal ini satgas yang berada di daerahnya masing-masing dapat mengontrol pelanggaran protokol kesehatan baik yang terjadi di pasar tradisional, warung makan, terminal, dan tempat lainnya. Bahkan satgas ini juga bisa berkoordinasi dengan satgas khusus tingkat kotamadya untuk memantau pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi di ruang-ruang kantor, restauran, dan tempat-tempat umum lainnya.

Keuntungan lain dari penanganan terpadu pandemi COVID-19 ini adalah pengontrolan pergerakan masyarakat. Satgas tingkat RT dapat mendata siapa-siapa saja masyarakat yang datang berkunjung ke lingkungan pengawasan mereka. Mereka bisa membatasi jumlah pengunjung yang datang dan mensensor pengukuran suhu tubuh, serta bisa memberikan langsung himbauan untuk mematuhi

protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Selain itu juga satgas bisa mewawancarai warganya yang akan bepergian. Warga yang dicurigai sakit, bisa ditangani lebih dini di tingkat RT tersebut. Hal ini tidak sulit dilakukan karena jumlah penduduk tingkat RT tidak terlalu banyak. Dengan demikian penularan COVID-19 ini bisa diatasi lebih dini sebelum menyebar ke tempat-tempat lain.

Salah satu provinsi yang telah menerapkan sistem penanganan terintegrasi penyebaran COVID-19 ini adalah Kalimantan Barat (Ibrahim, 2020). Pemerintahan provinsi Kalimantan Barat tengah giat-giatnya membenahi pelayanan terintegrasi ini di wilayahnya. Dari data kasus COVID-19 yang ada, dapat kita melihat bahwa Kalimantan Barat memiliki jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak 3.765 jiwa, dan jumlah kematian 28 jiwa. Jumlah penduduk Kalbar saat ini adalah sekitar 5,5 juta jiwa. Bila kita hitung, maka jumlah kasus di wilayah ini hanya 0,07% dengan jumlah kematian perseluruh penduduk hanya 0,0005%. Hal ini

(18)

187 dapat kita bandingkan dengan angka

kasus COVID-19 wilayah DKI sebesar 2,37% dengan angka kematian per seluruh penduduk sebesar 0,04%. Dengan demikian kita dapat berkaca dari kebijakan yang telah diterapkan di provinsi Kalimantan Barat ini.

Satgas Covid-19 (2020) juga telah menyatakan bahwa Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian telah mencanangkan agar penerapan penanggulangan wabah COVID-19 ini agar di laksanakan hingga ke tingkat RT melalui suatu layanan terpadu. Hal ini dipelukan untuk memetakan wilayah RT mana saja yang termasuk ke dalam zona merah, sehingga setiap warga yang ingin bepergian ke wilayah tersebut dapat mengurungkan niatnya. Namun hal ini baru terlaksana dengan baik di wilayah DKI dan sekitarnya, belum menyentuh hingga ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu penangan terintegrasi ini harus segera dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia agar dapat menjangkau seluruh warganya.

Cara lain untuk penanganan kasus COVID-19 ini adalah dengan

melibatkan setiap warga yang ada di lingkungan RT, dalam hal ini setiap keluarga untuk ikut terlibat memperlambat laju penyebaran pandemi ini. Untuk itu perlu edukasi secara langsung kesetiap warga RT dalam bentuk seminar pencegahan COVID-19 atau yang sejenisnya, yang dilaksanakan oleh pakar-pakar yang ahli di bidang tersebut. Edukasi ini penting agar setiap warga memiliki pengetahuan yang utuh terhadap pandemi ini, dan secara sukarela melibatkan diri untuk menghentikan laju pandemi COVID-19.

Hengki dan Anom (2020) mengatakan bahwa setiap ibu atau orang tua yang ada di rumah tangga harus mengerti akan maksud dan tujuan serta tindakan apa yang harus dilakukan terhadap anggota keluarganya untuk mencegah penularan virus ini. Oleh karena itu, satgas tingkat RT harus membekali setiap warganya tentang bahaya virus dan cara pencegahannya. Pihak satgas harus teliti memantau setiap

rumah tangga dalam

menerapkannya.Dengan demikian, prosedurprotokol kesehatan ini dapat

(19)

188 diantisipasi di rumah tangga

masing-masing.

Rumah tangga merupakan tempat yang sangat efektif untuk membina anggota keluarga dalam mematuhi protokol kesehatan. Orang tua akan lebih disegani oleh anak bila diperintahkan untuk mengenakan masker, menjaga jarak, atau mencuci tangan, tidak keluar rumah atau mengunjungi tempat-tempat yang ramai, serta menjaga dan merawat kesehatan.Dalam hal ini, rumah tangga dapat dikatakan sebagai unit terkecil yang ampuh

dalam mengomunikasikan

pencegahan penularan virus COVID-19 (Kaddi et al., 2020).

Selain mematuhi protokol kesehatan dan pembatasan sosial, masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang sistem imun tubuh.Setiap warga masyarakat di setiap RT dan rumah tangga harus mengetahui cara untuk meningkatkan sistem imun.Hal ini didasarkan bahwa tingkat kefatalan infeksi virus ini dipengaruhi oleh kegagalan tubuh untuk memberikan respons perlawanan terhadap virus. Halyang perlu ditekankan adalah pengetahuan

akan gizi baik dan seimbang; menghindari bahan berbahaya seperti rokok, kopi, dan alkohol; tidak bekerja melebihi kapasitas tubuh; berolahraga teratur; serta menjaga jam tidur (Tabi’in, 2020).Masyarakat juga perlu dibekali pengetahuan akan makanan yang dapat meningkatkan sistem imun, misalnya makanan yang mengandung serat, menghindari makanan berpengawet, mengurangi konsumsi lemak jenuh, lebih banyak mengkonsumsi buahdan sayur, serta makanan yang mengandung vitamin C dan antioksidan lainnya (Dewi dan Riyandari, 2020). Selain itu, hindari minuman yang dapat menurunkan sistem imun, seperti kopi, alkohol, dan minuman berkadar gula.Hal inilebih mudah diimplementasikan pada tingkat RT dan rumah tangga.Orang tua berperan penting dalam mengatur gizi anak. Gizi yang baik pada anggota keluarga akan membantu melawan infeksi ini.

Terdapat beberapa keuntungan menggunakan sistem terpadu yang terintegrasi ini dalam penanganan pandemi COVID-19. Keuntungannya adalahwaktu, penanganan secara terpadu akan

(20)

189 mempercepat penanganan kasus

COVID-19 di suatu daerah. Hal ini dikarenakan satgas yang bekerja di setiap tingkat RT akan langsung menangani kasus tersebut, sehingga penyebarannya bisa dihambat lebih cepat. Selanjutnya, dengan sistem terpadu, proses pelanggaran protokol kesehatan dapat diatasi sedini mungkin sebelum terbawa ke daerah lain. Hal ini memberikan tingkat kesadaran yang lebih awal pada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Meskipun demikian, sistem ini memiliki kelemahan.Salah satunya adalah membutuhkan tenaga satgas yang lebih banyak, sehingga pengeluaran yang ditanggung oleh pemerintah juga semakin besar.Namun,hal ini dapat diatasi dengan membentuk tim relawan, sehingga pengeluaran dana dapat ditekan.

Kesimpulan

Sistem terpadu penanganan COVID-19 merupakan salah satu cara terpadu atau kerjasama antara satgas yang berada di tingkat RTdan

berkelanjutan ke tingkat RW, kelurahan, kecamatan, hingga pusat dalam menanggulangi pandemi COVID-19.Kerja sama yang terpadu ini dapat lebih memudahkan tim satgas untuk mendeteksi secara dini kasus COVID-19 di tingkat RT menangani pelanggaran protokol kesehatan, contohnya masyarakat yang akan bepergian akan terdeteksi lebih dini bila mereka tidak menggunakan masker atau penanganan pencegahan kegiatan yang memiliki banyak massa dapat diatasi lebih dinidengan memberikan syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara.Hal ini akan memberikanlayanan yang lebih efektif dan efisien dalammengurangi dan menurunkan angka kasus dan kematian akibat COVID-19.

Meskipun cara ini memiliki keuntungan, namun cara ini juga memiliki kelemahan, seperti pembayaran relawan di tingkat RT yang membutuhkan dana yang cukup besar, tetapi hal ini dapat diatasi dengan memanggil relawan yang siap bekerja tanpa bayaran. Meskipun memiliki kelemahan, cara ini tetap efektif untuk digunakan.

(21)

190 Saran

Saran dari Penulis adalah Pemerintah Indonesia segera menerapkan pembentukan satgas COVID-19 hingga ke tingkat rukun tetangga, sehingga di masa mendatang, kita akan melihat grafik penurunan angka terinfeksi serta angka kematian yang diakibatkan oleh virus COVID-19.

Daftar Pustaka

Akhmad, K. A. (2015). Pemanfaatan

Media Sosial bagi

Pengembangan Pemasaran UMKM (Studi Deskriptif Kualitatif pada Distro di Kota Surakarta. Duta.com, 9(1), 43– 54.

ALW, L. T. (2020). JOGO TONGGO” suatu kebijakan pemerintah provinsi Jawa Tengah berbasis kearifan lokal dalam penanganan penyebaran COVID-19. Prosiding Webinar

Nasional Universitas

Mahasaraswati Denpasar, 5– 10.

Badan Pusat Statistik Nasional. (2021). Website Covid-19. Diambil 12 Januari 2021, dari https://covid-19.bps.go.id/ Baig, A. M., Khaleeq, A., Ali, U., &

Syeda, H. (2020). Evidence of the COVID-19 Virus Targeting the CNS : Tissue Distribution ,

Host − Virus Interaction , and Proposed Neurotropic Mechanisms. ACS Chem Neurosci, 11(7), 995–998. Chang, M. C., Park, Y., Kim, B., &

Park, D. (2020). Risk factors for disease progression in COVID-19 patients. BMC Infectious Diseases, 20(1), 1–6.

Deng, X., Yu, X., & Pei, J. (2020). Regulation of interferon production as a potential strategy for COVID-19 treatment. arXiv preprint arXiv, 2003.00751.

Dewi, Y. K., & Riyandari, B. A. (2020). Potensi Tanaman Lokal sebagai Tanaman Obat dalam Menghambat Penyebaran

COVID-19. Jurnal

Pharmascience, 07(02), 112– 128.

Hengki, I. G. B., & Anom, I. G. N. (2020). Kontribusi Aktif Seorang Ibu Terhadap Generasi Muda dalam Mencegah Meluasnya Pandemi COVID-19. Prosiding Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar, 30–42.

Ibrahim, J. (2020). Bentuk Satgas Covid-19 Tingkat RT/RW. Diambil 10 Januari 2021, dari Pemerintah Kota Pontianak website:

https://www.pontianakkota.go.i

d/pontianak-hari- ini/berita/Bentuk-Satgas-Covid~19-Tingkat-RT*RW Jahangir, M. A., Muheem, A., &

Rizvi, M. F. (2020). Coronavirus (COVID-19):

(22)

191 History , Current Knowledge

and Pipeline Medications. Int J Pharm Pharmacol, 4(1), 1–9. Kaddi, S. M., Lestari, P., & Adrian,

D. (2020). Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Coronavirus Disease 2019. Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(1), 63–74.

Kannan, S., Ali, P. S. S., Sheeza, A., & Hemalatha, K. (2020). COVID-19 ( Novel Coronavirus 2019 ) – recent trends. Eur Rev Med Pharmacol Sci, 24(4), 2006–2011.

Kurniawan, W. (2020).

Pemberdayaan Kelompok Kerja (POKJA) Ibu Rumah Tangga dalam Monitoring Kesehatan Warga Selama Covid-19. Jurnal AKAL: Abdimas dan Kearifan Loka, 1(1), 48–57.

Santosa, I., Ponoharjo, & Hartati, M. D. (2021). Mewujudkan Masyarakat Siaga Covid-19 di Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal Melalui Kegiatan KKN

Tematik. Community

Empowerment, 6(1), 1–11. Satgas Covid-19. (2020). Satgas

Covid-19: Peta Risiko Baiknya Hingga Tingkat RT/RW. Diambil 10 Januari 2021, dari CNN Indonesia website: https://www.cnnindonesia.com/ nasional/20201125101727-25- 574157/satgas-covid-19-peta- risiko-baiknya-hingga-tingkat-rt-rw

Tabi’in, A. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Anak Usia Dini Sebagai Upaya Pencegahan COVID-19. JEA, 6(1), 58–73.

Wang, G., Zhang, Q., Wu, C., Wu, F., Yu, B., Lv, J., & Zhang, S. (2020). Clinical Characteristics of Adult Fevered COVID-19 Patients and Predictors for Developing Severe Events. Front. Med., 7(324), 1–7. Wang Z, Qiang W, Ke H. 2020. A

Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention. China: Hubei Science and Technology Press. Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020).

Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business,

Referensi

Dokumen terkait

FAJAR HIDUP dari

Penggunaan media sosial Arsip UGM masa pandemi covid-19 ini memiliki peluang antara lain: sosialisasi layanan kearsipan masa pandemi covid-19; kerjasama antara akun

Meskipun di dalam proses tersebut seorang agen asuransi jiwa dibantu oleh pihak lain seperti underwriter untuk memutuskan layak-tidaknya sebuah polis asuransi

diduga bahwa gen mtDNA COI pada karang relatif hanya dapat dipakai pada tingkatan genus atau tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan gen rDNA yaitu daerah ITS

Jaminan Kesehatan Warganegara Dalam Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19; Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh Pemerintah Pada Masa Pandemi Covid-19; Reformasi Layanan

Camat wajib memfasilitasi terbentuknya Posko Tingkat Desa/Kelurahan dan Posko tingkat RW/Kampung/Lokasi Perumahan dan bersama jajaran Satgas Covid-19 Kecamatan

Camat wajib memfasilitasi terbentuknya Posko Tingkat Desa/Kelurahan dan Posko tingkat RW/Kampung/Lokasi Perumahan dan bersama jajaran Satgas Covid-19 Kecamatan

Pemerintah Indonesia saat ini selalu berusaha untuk menanggulangi pandemi ini yang mana kebijakan pemerintah dalam menanggulangi pandemi COVID-19 ini harus mendapat