• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) BUNDA ARIF PURWOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) BUNDA ARIF PURWOKERTO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) “ BUNDA ARIF ”

PURWOKERTO

Ratna Dewi Masitoh1) , Atun Raudotul Ma’rifah2) , Noor Yunida Triana3) 1Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto 2Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto

Email : atunraudotulmarifah@gmail.com 3Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto

Abstract

Postpartum hemorrhage is lossing until 500 ml of blood or more within the first time from 24 hours after a vaginal birth. One way to reduce postpartum hemorrhage is Early Initiation of Breastfeeding. Early Initiation of Breastfeeding are the babies starting their own to suckle soon after birth. This research are doing in order to determine the influence of Early Initiation Breastfeeding to postpartum hemorrhage in RSIA Bunda Arif Purwokerto. The type of this research are true experimental studies with posttest only with control group design. Using a simple random sampling technique.This research are using 44 respondents of mothers gave birth in RSIA Bunda Arif Purwokerto. The data analysis used Contingency Coefficient (C). The study’s result of intervention group were given Early Initiation of Breastfeeding respondents, almost all respondents are not bleeding as much as 22 respondents (100%), whereas in the control group of respondents who are not given Early Initiation of Breastfeeding, there are several respondents who experienced bleeding by 7 respondents (31.8% ). The result of data analysis is that the value of ρ (0,004) < 0,05 so Ho is rejected and Ha accepted. This means there is the influence of Early Initiation of Breastfeeding for post partum hemorrhage.

Keywords : Early Initiation of Breastfeeding, Post Partum Hemorrhage

(2)

1. PENDAHULUAN

Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan kemampuan pelayanan obstetri di suatu negara. Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10 juta jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 98 - 99 %. Sebagian besar terjadi karena kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan persalinan dan pendidikan masyarakat yang tergolong rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kematian ibu dan bayi di negara berkembang 100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 300 / 100.000 persalinan hidup, ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan obstetri belum menyentuh masyarakat baik secara menyeluruh dan bermutu (Manuaba, 2012).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, AKI per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 114, 42; tahun 2009 sebesar 117, 02; tahun 2010 sebesar 104, 97; tahun 2011 sebesar 116, 01; dan tahun 2012 sebesar 347 kasus. Sedangkan AKI di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010 sebesar 116, 8 per kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 129, 35 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, AKI tahun 2011 mengalami peningkatan melebihi target dari AKI di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 60 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kes. Kab. Banyumas, 2011).

Kematian maternal tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kematian ibu secara langsung sebagai akibat komplikasi dari kehamilan, persalinan, masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan yang tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu secara tidak langsung sebagai akibat dari penyakit yang sudah ada atau yang timbul sewaktu kehamilan, yang dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Misalnya anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2009).

Penyebab kematian tersebut dijabarkan dalam pernyataan MDGs. Berdasarkan Millennium Development Goals (MDGs), penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28 %), infeksi (24 %), eklamsia (11 %), komplikasi puerperium atau nifas (8 %), partus macet / lama (5 %), komplikasi abortus (5 %) dan lainnya (11 %) (Riyadi, 2008).

Penyebab perdarahan ini yang bertanggung jawab sekitar 28 % kematian ibu, sering tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba – tiba. Sebagian besar perdarahan terjadi pasca persalinan atau postpartum, baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta. Hal ini menunjukkan penanganan kala III yang kurang optimal dan kegagalan sistem pelayanan kesehatan dalam menangani kedaruratan obstetri dan neonatal secara cepat dan tepat (Prawirohardjo, 2009).

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, seperti program Making Pregnancy Safer (MPS) Indonesia 2001 – 2010 yang merupakan salah satu strategi dalam konteks “Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Sehat 2010 ”. Strategi tersebut mencakup setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap

(3)

pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus serta Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah perdarahan postpartum pada ibu (Depkes RI, 2010).

Pada kehamilan cukup bulan, aliran darah ke uterus sebanyak 500 – 800 ml / menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik dan segera setelah kelahiran plasenta, ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml / menit atau lebih dari bekas tempat melekatnya plasenta. Ibu dengan perdarahan postpartum dapat kehilangan darah 500 ml setiap menitnya, sedangkan tubuh hanya mempunyai pasokan darah sebanyak 5 liter. Hal ini berarti ibu dapat kehilangan darah seluruhnya pada menit ke 10. Karena dalam waktu 10 menit ibu dapat kehilangan darah seluruhnya dalam tubuh, maka kematian ibu tidak dapat dihindari. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan postpartum dalam waktu kurang dari satu jam (Lailiyana, 2011).

Ibu hamil dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan postpartum, akan tetapi ia akan menderita akibat kekurangan darah (anemia) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, saat setelah kelahiran bayi dan jam - jam pertama postpartum merupakan waktu yang sangat penting untuk pencegahan, diagnosa dan penanganan perdarahan. Dibandingkan dengan risiko – risiko lain pada ibu seperti infeksi, maka kasus perdarahan merupakan risiko tertinggi AKI. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan kelahiran dan kesiagaan terhadap komplikasi dan dianjurkan untuk melahirkan dengan bantuan tenaga medis yang dapat memberikan perawatan dan pencegahan perdarahan postpartum (Sherris, 2002).

Pencegahan merupakan salah satu langkah terbaik dan penting untuk menurunkan AKI serta banyaknya darah yang keluar setelah proses persalinan. Langkah – langkah yang dapat mencegah perdarahan postpartum yaitu dengan penatalaksanaan manajemen aktif kala tiga yaitu pemberian suntikan oksitosin, melakukan peregangan tali pusat secara terkendali, pemijatan atau masase fundus uteri dan menyusui bayinya dengan segera yang dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Lailiyana, 2011).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan rekomendasi Internasional dari World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) sejak tahun 1992. Rekomendasi tersebut menyatakan agar semua sarana pelayanan kesehatan menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) atau ten step to successful breastfeeding. Salah satu langkah tersebut menganjurkan untuk membantu para ibu dalam pelaksanaan IMD setelah melahirkan (Legawati, 2011).

Protokol evidence based yang baru telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan. Sebaiknya menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan IMD selesai dilakukan (Ambarwati, 2009).

Manfaat inisiasi menyusu dini menurut penelitian Edmond et al (2006) dalam Roesli (2007) dari Inggris terhadap 10.974 bayi di Ghana, menyatakan bahwa 22 % kematian bayi di bawah usia 28 hari dapat dicegah dengan memberikan ASI segera setelah lahir dan 16 % bila bayi

(4)

disusui sejak hari pertama kehidupannya dengan IMD. Menyusui dapat membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan, sehingga ibu dianjurkan untuk sesegera mungkin menyusui bayinya. Akan tetapi masih banyak yang beranggapan bahwa ibu maupun bayi belum siap untuk melakukannya.

Menurut penelitian yang dilakukan Righard dan Margareta Alade (1990) dalam Roesli (2008) bahwa selama ini orang tua, ibu, ayah bahkan tenaga kesehatan tidak menyadari dalam satu jam pertama setelah melahirkan ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya. Bayi manusia mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri seperti bayi mamalia. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak ke arah payudara ibu dan dalam usia 50 menit, ia akan menyusu dengan baik.

2. METODE

Rancangan penelitian eksperimen murni atau true eksperimental merupakan jenis rancangan penelitian yang mempunyai ketelitian tinggi karena sampelnya dipilih secara acak dan ada kelompok kontrolnya (Hidayat, 2011).

Populasi adalah seluruh subyek (manusia, data laboratorium, dan lain sebagainya) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan ( Riyanto, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan pada bulan Juni 2013 di RSIA Bunda Arif Purwokerto.

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili atau representatif suatu populasi (Riyanto, 2011). Besarnya sampel dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti dimana menggunakan presentase dari besarnya populasi. Bila populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 sebaiknya dicuplik 50 % dari populasi (Saryono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah 44 subyek di RSIA Bunda Arif Purwokerto.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Umur Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1. < 20 0 0 2. 20 – 35 36 81,8 3. > 35 8 18,2 Total 44 100,0

Sumber : Data Sekunder (2013)

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase terbesar responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 36 responden (81,8%).

Tabel 2. Karakteristik Jumlah Anak Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto

(5)

Sumber : Data Sekunder (2013)

Berdasarkan

Tabel 2

menunjukkan bahwa persentase terbesar dengan jumlah anak 2-5 sebanyak 24 responden (54,5%).

3.2 Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Tabel 3. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto

No. Kesusaian IMD Frekuensi Presentase (%)

1. Sesuai 19 86,4

2. Tidak sesuai 3 13,6

Total 22 100,0

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh responden pada kelompok perlakuan/ intervensi melaksanakan inisiasi menyusu dini sebanyak 19 responden (86,4%) sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir dan sebanyak 3 responden (13,6%) tidak sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Purwokerto (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto.

3.3 Perdarahan Ibu Post Partum dengan Diberikan IMD

Tabel 4. Perdarahan Ibu Post Partum dengan diberikan IMD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto

Sumber : Data Primer (2013)

Berdas arkan Tabel 4 menun jukkan bahwa pada kelompok perlakuan/intervensi yaitu responden yang diberikan IMD, seluruhnya tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%).

3.4 Perdarahan Ibu Post Partum dengan Tidak Diberikan IMD

Tabel 5. Perdarahan Ibu Post Partum dengan tidak diberikan IMD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto

No. Perdarahan Post Partum Frekuensi Presentase (%)

No. Jumlah Anak Frekuensi Presentase (%)

1. 1 17 38,6

2. 2-5 24 54,5

3. >5 3 6,9

Total 44 100,0

No Perdarahan Post Partum Frekuensi Presentase (%)

1. Perdarahan 0 0

2. Tidak Perdarahan 22 100,0

(6)

1. Perdarahan 7 31,8

2. Tidak Perdarahan 15 68,2

Total 22

100,0 Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%).

3.5 Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap perdarahan post partum

Tabel 6. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pada masing – masing kelompok responden. Kelompok perlakuan / intervensi yaitu responden yang diberikan IMD, hampir seluruh responden tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%). Berdasarkan hasil perhitungan uji Contingency Coefficient (C) diperoleh nilai ρ value sebesar 0,004 yang berarti nilai ρ value (0,004) < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara statistik terdapat pengaruh yang bermakna / signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto.

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase terbesar responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 36 responden (81,8%). Umur ibu saat melahirkan mempunyai pengaruh terhadap timbulnya perdarahan post partum. Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 - 35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 - 5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 - 35 tahun. Dan kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 35 tahun (Sarwono, 2002). Ibu dengan umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, sebagai akibatnya pada umur tersebut bila melahirkan mengalami persalinan lama, sehingga berisiko terjadinya perdarahan post partum. Bila umur diatas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu sudah men uru n, sehi ngg a ham il No IMD Kejadi an Perdarah an Post Partum Total ρ value Ya Tidak F (%) F (%) F (%) 1. Kelompok Perlakuan 0 0 22 100,0 22 100,0 0,004 2. Kelompok Kontrol 7 31,8 15 68,2 22 100,0 Total 7 32 37 68 44 100,0

(7)

pada umur tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terjadi persalinan lama dan perdarahan post partum (Verney, 2006). Dari data di atas, diperoleh hampir seluruh responden berumur 20 - 35 tahun sebanyak 36 responden (81,8%) dan sebanyak 8 responden (18,2%) yang berumur > 35 tahun. Sesuai dengan teori di atas, bahwa ibu dengan umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, sebagai akibatnya pada umur tersebut bila melahirkan mengalami persalinan lama, sehingga berisiko terjadinya perdarahan post partum. Bila umur diatas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu sudah menurun, sehingga hamil pada umur tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terjadi persalinan lama dan perdarahan post partum.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase terbesar dengan jumlah anak 2-5 sebanyak 24 responden (54,5%). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grademultipara. Primipara adalah wanita yag telah melahirkan untuk pertama kali, multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak atau lebih 2 – 5 kali dan grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Prawirohardjo, 2008). Ibu dengan kelahiran lebih dari 1 kali atau multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu primipara (satu kali melahirkan). Hal ini dikarenakan pada multipara, fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan post partum menjadi lebih besar (Winkjosastro, 2002).

Dari data di atas, diperoleh hampir seluruh responden dengan jumlah anak 2 – 5 sebanyak 24 responden (54,5%), sebanyak 17 responden (38,6%) dengan jumlah anak 1 dan sebanyak 3 responden (6,9%) dengan jumlah anak > 5. Sesuai dengan teori di atas, bahwa ibu dengan kelahiran lebih dari 1 kali atau multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan post partum.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase terbesar dengan jumlah anak 2-5 sebanyak 24 responden (54,5%). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grademultipara. Primipara adalah wanita yag telah melahirkan untuk pertama kali, multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak atau lebih 2 – 5 kali dan grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Prawirohardjo, 2008). Ibu dengan kelahiran lebih dari 1 kali atau multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu primipara (satu kali melahirkan). Hal ini dikarenakan pada multipara, fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan post partum menjadi lebih besar (Winkjosastro, 2002). Dari data di atas, diperoleh hampir seluruh responden dengan jumlah anak 2 – 5 sebanyak 24 responden (54,5%), sebanyak 17 responden (38,6%) dengan jumlah anak 1 dan sebanyak 3 responden (6,9%) dengan jumlah anak > 5. Sesuai dengan teori di atas, bahwa ibu dengan kelahiran lebih dari 1 kali atau multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu primipara (satu kali melahirkan). Hal ini dikarenakan pada multipara, fungsi reproduksi

(8)

mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan post partum menjadi lebih besar.

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “Bunda Arif” Purwokerto berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden pada kelompok perlakuan / intervensi melaksanakan inisiasi menyusu dini sebanyak 19 responden (86,4%) sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Purwokerto (RSIA)“ Bunda Arif” Purwokerto. Rumah Sakit ini merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta yang menerapkan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang menjadi acuan pertolongan persalinan normal dan menerapkan teknik Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) telah menjadi suatu program yang dilaksanakan di RSIA “ Bunda Arif ” Purwokerto. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung kebijakan World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang merekomendasikan IMD. Rekomendasi tersebut menyatakan agar semua sarana pelayanan kesehatan menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) atau ten step to successful breastfeeding. Salah satu langkah tersebut menganjurkan untuk membantu para ibu dalam pelaksanaan IMD setelah melahirkan (Legawati, 2011). Langkah IMD yang digunakan di RSIA Bunda Arif Purwokerto yaitu Langkah – langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru lahir. Dari data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden melaksanakan IMD sebanyak 19 responden (86,4%) sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir. Dan ada beberapa responden yang melaksanakan IMD tidak sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir sebanyak 4 responden (18%). Hal ini dikarenakan ada beberapa kesalahan oleh petugas kesehatan (bidan) dalam pemberian IMD yang tidak sesuai prosedur dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir. Langkah IMD yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan) yang tidak sesuai prosedur meliputi tidak mengeringkan tubuh bayi secara keseluruhan (mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya) tanpa membersihkan verniks tetapi hanya muka, tidak membersihkan lendir pada bayi, tidak meluruskan bahu bayi ketika memulai IMD dan kepala bayi tidak berada di antara payudara ibu, tetapi di bawah payudara ibu, serta tidak memakaikan topi pada bayi selama IMD, tidak menganjurkan ibu dan orang lain untuk menginterupsi bayi untuk menyusu serta tidak menempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama setelah persalinan selesai.

Perdarahan Ibu Post Partum dengan Diberikan IMD berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan / intervensi yaitu responden yang diberikan IMD, seluruhnya tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%). Perdarahan post partum adalah hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah kala tiga persalinan selesai (Cunningham, 2006). Setelah partus terjadi sekresi prolaktin oleh hipofise anterior dan oksitosin oleh hipofise posterior. Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting susu akan terangsang. Rangsangan isapan bayi melalui serabut afferent akan dibawa ke hipotalamus di dasar otak, sehingga memacu hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu otot – otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus untuk berkontraksi. Hormon oksitosin tersebut memperkuat

(9)

dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta. Hormon ini juga membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan post partum (Ambarwati, 2009). Dari data di atas menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan atau intervensi yaitu responden yang diberikan IMD, seluruhnya tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%). Sesuai dengan teori diatas, bahwa Setelah partus terjadi sekresi oksitosin oleh hipofise posterior. Rangsangan isapan bayi memacu hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon tersebut memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta. Hormon ini juga membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan post partum.

Perdarahan Ibu Post Partum dengan Tidak Diberikan IMD berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%). Perdarahan post partum adalah kehilangan darah mencapai 500 ml darah / lebih dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam atau kehilangan berat badan 1 % atau lebih (1 ml darah beratnya 1 gram) (Bobak, 2005). Rangsangan isapan bayi memacu pelepasan hormon oksitosin dalam darah mempengaruhi kontraksi di myoepithel payudara dan di miometrium uterus. Pada payudara, oksitosin yang diedarkan dalam aliran darah kemudian memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan puting. Sedangkan pada uterus, oksitosin berperan dalam memacu kontraksi otot rahim (miometrium), sehingga membantu mempercepat pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan karena kontraksi otot rahim yang menjepit pembuluh darah (Erawati, 2011). Dari data di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%). Sesuai dengan teori diatas, rangsangan isapan bayi memacu pelepasan hormon oksitosin dalam darah mempengaruhi kontraksi di myoepithel payudara dan miometrium uterus. Pada uterus, oksitosin berperan dalam memacu kontraksi otot rahim (miometrium), sehingga membantu mempercepat pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan karena kontraksi otot rahim yang menjepit pembuluh darah.

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Perdarahan Post Partum Di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Arif Purwokerto berdasarkan Tabel 6 menunjukkan informasi pada masing-masing kelompok responden. Kelompok perlakuan / intervensi yaitu responden yang diberikan IMD, hampir seluruh responden tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%). Berdasarkan hasil uji Contingency Coefficient (C) untuk mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “

(10)

Bunda Arif ” Purwokerto, diperoleh p value sebesar 0,004 (ρ value = 0,004 < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti adanya pengaruh yang bermakna / signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kejadian Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardini (2011) menyebutkan bahwa sebagian besar responden di Rumah Sakit Kamar Medika Kota Mojokerto yang memberikan IMD tidak mengalami perdarahan post partum. Menurut hasil penelitiannya ibu yang memberikan IMD sebanyak 52 orang (87%), sebagian besar responden tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 53 orang (88%). Sedangkan ibu yang tidak memberikan IMD sebanyak 8 orang (13%), sebagian besar responden mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 orang (88%). Dengan hasil uji Fisher’s Exact Test (ρ value = 0,000 < 0,05). Ini berarti ada keterkaitan yang bermakna / signifikan antara IMD dengan kejadian perdarahan post partum. Penelitian ini juga tidak berbeda jauh dari penelitian sebelumnya, dari hasil penelitiannya Setyaningrum (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta dengan jumlah rata-rata perdarahan ibu bersalin tanpa menggunakan IMD adalah 510,27 cc. Dan jumlah rata-rata perdarahan ibu bersalin dengan IMD adalah 446,33 cc. Hasil uji independent t-test ρ value (0,01) < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada pengaruh IMD terhadap jumlah perdarahan kala II sampai kala IV. Inisiasi Menyusu Dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Pemberian IMD dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan pada puting susu ibu. Isapan bayi pada puting menyebabkan refleks aliran (let down reflex). Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu akan mempengaruhi hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin (Ambarwati, 2009). Selama proses IMD, hentakkan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya serta jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin ini membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari – ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu post partum (Roesli, 2008).Pada bayi yang disusui segera setelah lahir akan membantu peningkatan kadar oksitosin. Hormon ini berfungsi untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan cepat berhenti (Roesli, 2007). Dari data diatas, diperoleh data pada responden yang memberikan IMD tidak mengalami perdarahan post partum, sedangkan pada responden yang tidak memberikan IMD ada beberapa responden yang mengalami perdarahan post partum. Sesuai dengan teori diatas, bahwa bayi yang sejak dini melakukan proses IMD dari hentakkan kepala, sentuhan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Manfaat hormon oksitosin untuk membatu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari – ari (plasenta) dan penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan cepat berhenti dan dapat mengurangi perdarahan ibu post partum.

4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

1. Persentase terbesar responden dengan umur 20 – 35 tahun sebanyak 36 responden (81,8%).

(11)

2. Persentase terbesar responden dengan jumlah anak 2 - 5 sebanyak 24 responden (54,5%).

3. Seluruh responden pada kelompok perlakuan / intervensi melaksanakan IMD sebanyak 19 responden (86,4%) sesuai dengan langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Purwokerto (RSIA) “Bunda Arif” Purwokerto. 4. Pada kelompok perlakuan / intervensi yaitu responden yang diberikan IMD,

seluruhnya tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 22 responden (100%). 5. Pada kelompok kontrol yaitu responden yang tidak diberikan IMD, ada beberapa

responden yang mengalami perdarahan post partum sebanyak 7 responden (31,8%). 6. Terdapat pengaruh yang bermakna / signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dengan kejadian Perdarahan Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) “ Bunda Arif ” Purwokerto.

b. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan.

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran khususnya pada Keperawatan Maternitas tentang IMD.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan.

Diharapkan dapat menerapkan IMD sehingga dapat membantu dalam meminimalkan AKI akibat perdarahan post partum.

3. Bagi Masyarakat.

Diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam mencegah terjadinya perdarahan Diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam mencegah terjadinya perdarahan post partum pada dirinya dengan IMD dan meningkatkan wawasan tentang manfaat persalinan dengan IMD.

4. Bagi Rumah Sakit.

Diharapkan dapat meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan IMD kepada ibu melahirkan sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum di RSIA Bunda Arif Purwokerto.

5. Bagi Peneliti Lainnya.

Diharapkan peneliti dapat memperbaiki metode penelitian, memperbesar jumlah sampel dan memperpanjang waktu penelitian sehingga tingkat kesalahan penelitian dapat diminimalkan dan hasil penelitian lebih optimal. Sebaiknya dilakukan peningkatan pengetahuan ibu hamil menjelang persalinan melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan memberikan Pendidikan Kesehatan mengenai IMD dan membuat leaflet, brosur, poster serta buku tentang IMD.

5. REFERENSI

Ambarwati, Eny R dan Diah W (2009) Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Riyadi, Dedi M.M (ed) (2008) Pembiayaan Pencapaian MDGs Di Indonesia : Laporan Kajian Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(BAPPENAS).

Bobak, Irene M dan Deitra L. Lowdermilk, Margaret D. Jensen (2005) Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC.

(12)

Cunningham, F. Gary, et al (2005) Obstetri Williams, Edisi 18. Jakarta : EGC. _____________________.(2006) Obstetri Williams, Edisi 21 Vol.1. Jakarta : EGC. Chandra, Budiman (2008) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Depkes RI (2010) Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer [MPS] di Indonesia

2001-2010 (www) Depkes RI. Available from

:http://mps(makingpregnancysafer.org/file/depkesri.pdf (Accessed 19 / 12 / 2012).

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas (2011) Cinta Sehat, Perilaku dan Lingkungan Pasti Bersih dan Sehat. Pemerintah Kab. Banyumas : Dinas Kesehatan.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2012) Buku Saku Kesehatan 2012, Visual Data Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Triwulan 2 tahun 2012 (www) Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah. Available from :

http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/pdf(Accessed 05 / 01 / 2013).

Erawati, Ambar D (2011) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta : EGC. Fraser, Diane M, dan Cooper, Margaret A (2009) Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul (2011) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Lailiyana, et al (2011) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.

Legawati, dan Djaswadi Dasuki, Madarina Julia (2011)Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Praktik Menyusui 1 Bulan Pertama (www) Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Available from:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/82116068_1693-900X.pdf (Accessed 14 / 01 / 2013).

Manuaba, et al (2008) Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

_____________.(2012) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam (2005) Sinopsis Obstetri, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam (2008) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prastowo, Andi (2011) Memahami Metode – Metode Penelitian, Suatu Tinjauan Teoretis dan Praktis. Jogjakarta : Ar – Ruzz Media.

(13)

Prawirohardjo, Sarwono (2008) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

___________________. (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo.

Riyanto, Agus (2011) Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Nuha Medika. Riwidikdo, Handoko (2008) Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikis Press.

Roesli, Utami (2007) Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Roesli, Utami (2008) Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda. Sarwono (2002) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : JNPK – KR Departemen Kesehatan RI.

Saryono (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan, Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Sherris, Jacqueline (2002) Out Look : Mencegah Perdarahan Pasca Persalinan, Menangani

Pesalinan Kala Tiga (www) Out Look. Available from :

http://www.pphprevention.org/file/pphIndonesia.pdf (Accessed 20 / 12 / 2012). Sugiyono (2009) Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suyanto (2011) Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperrawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tjahjo, N dan Randa W (2008) Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan Panduan Kegiatan Belajar Bersama Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Verney, Helen, et al (2006) Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC. Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC.

White, Adrienne L et al (2012) High initiation and long duration of breastfeeding despite absence of early skin-to-skin contact in Karen refugees on the Thai-Myanmar border: a mixed methods study (www) breast feeding journal. Available from :

http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/pdf/1746-4358-7-19.pdf (Accessed 27 / 02 / 2013).

Wiknjosastro, H (2002) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(14)

Wiknjosastro, H et al (eds) (2008) Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial, Pencegahan, dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : JNPK – KR Departemen Kesehatan RI.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik blokade aksilar dapat dijadikan sebagai pilihan dibandingkan dengan anestesia umum pada kasus operatif di daerah lengan bawah yang disertai gangguan fungsi organ, seperti

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yakni : (1) mengidentifikasi produk dan jasa yang dikomplain oleh konsumen, (2) mengidentifikasi perilaku komplain konsumen,

Maka dalam penelitian ini Intensi Bertindak (Intention to act) Terhadap Persampahan adalah kecenderungan bertindak seseorang yang terlihat dari keyakinan yang

Master Plan ITS Tahun 2015 yang diperoleh dari Pusat Implementasi Master Plan ITS (PIMPITS). Foto bangunan Gedung UPMB, UPMS dan Teknik Geomatika Kampus ITS Surabaya. Selain

Volume arus lalu lintas yang digunakan untuk menghitung prediksi derajat kejenuhan jalan di fly over (Jalan Jendral Sudirman-Jalan Imam Munandar) Kota Pekanbaru

Berdasarkan tabel 9 didapatkan data bahwa mayoritas pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Tanda dan Gejala Infeksi HIV/AIDS Wilayah Haji Ungar RT.001/RW.III Kelurahan Tanjung

berupa skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan RGEC dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI ” dengan baik

Penelitian ini juga akan memberikan informasi sebagai referensi bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset dibidang otomotif dalam pengembangan bahan