• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang tujuan pembangunannya untuk Indonesia adalah sebagai devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan (Evi, 2001). Ikan pada dasarnya merupakan sumber daya alam (sda) yang dikategorikan sebagai sda yang dapat diperbarui atau dipulihkan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa sumber daya ikan tersebut dapat ditangkap secara sembarangan, misalnya dengan menggunakan bahan-bahan peledak atau menggunakan alat tangkap yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan atau ekologi laut maupun melakukan tangkap lebih (over eksploitasi). Untuk mendukung pemulihan sumber daya ikan sangat diperlukan faktor pendukung lain, yakni faktor lingkungan laut atau ekologi laut, misalnya terumbu karang, yang meskipun terumbu karang ini dapat diperbaharui atau dipulihkan namun pemulihannya memerlukan waktu sangat lama dan biaya besar (Endang, 2011).

Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan secara kuantitas tergantung pada perahu, peralatan yang digunakan maupun faktor lain seperti musim air pasang. Dengan perahu dan peralatan tangkap yang sesuai dan layak dioperasikan maka

(2)

hasil tangkapan menjadi lebih baik dan dapat memberikan jaminan hidup bagi rumah tangganya (Rangkuti, 1995).

Produksi perikanan Indonesia tahun 2014 mencapai 20,84 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya 19,42 juta ton atau meningkat sebesar 7,35% dibandingkan tahun 2013. Tren produksi perikanan Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2010 dengan kenaikan rata – rata tahun 2010 – 2014 sebesar 15,80%.

Dalam kurun waktu 2010 – 2014 terdapat produksi perikanan Indonesia yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Produksi perikanan Indonesia tahun 2010 – 2014 dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2010 - 2014

Tahun Produksi (ton)

2010 11.667.341

2011 13.643.234

2012 15.506.912

2013 19.416.283

2014 20.843.275

Sumber : Kementerian dan Kelautan, 2015

Dalam ketentuan Undang-Undang Perikanan, dapat diatur dan dibedakan pengertian nelayan menjadi dua yaitu nelayan dan nelayan kecil. Pasal 1 angka 3: nelayan adalah setiap orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, sedangkan pada pasal 1 angka 4: nelayan kecil adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik tidak menggunakan kapal penangkap ikan, maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan berukuran paling besar 10 (Sepuluh) Gros Ton (GT) (Undang – Undang NO 7 tahun 2016).

(3)

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690), pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat - alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut (Endang, 2011).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pendapatan

Pendapatan seseorang dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno (2004) mendefinisikan pendapatan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor – faktor produksi yang telah disumbangkan.

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk berjaga – jaga. Demikian pula bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula (Danil, 2013).

(4)

Pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Jumlah faktor – faktor yang dimiliki yang bersumber pada hasil tabungan tahun ini dan warisan (pemberian).

2) Harga per unit dari masing – masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.

3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan (Boediono, 2002).

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai masalah ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung pada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatan (Danil, 2013).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

(5)

2.2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Selain Biaya, jumlah tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh, masih terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan yaitu :

1. Teknologi

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

2. Sosial Ekonomi

Beberapa faktor sosial ekonomi adalah usia, pendidikan, pengalaman, peralatan, keikutsertaan dalam organisasi nelayan, dan musim. Usia mempengaruhi pendapatan nelayan karena seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas yang dapat disebut nelayan. Pendidikan yang ditempuh nelayan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Pengalaman menentukan keterampilan nelayan dalam melaut, semakin terampil nelayan maka hasil tangkapan cenderung semakin baik. Faktor kepemilikan peralatan yang digunakan nelayan apakah nelayan memiliki peralatan sendiri atau tidak. Apabila nelayan tidak memiliki peralatan sendiri dan hanya menerima gaji, maka dikatakan buruh nelayan. Keberadaan organisasi dan keikutsertaan nelayan dalam organisasi diharapkan dapat memberi dampak positif bagi pendapatan nelayan.

(6)

3. Tata Niaga

Ikan adalah komoditi yang mudah rusak, jadi proses penyimpanannya harus baik. Kualitas ikan mempengaruhi harga jual ikan di pasaran. Jadi dilihat nilai efisiensi penggunaan tata niaga perikanan tersebut, semakin baik dan efisien tata niaga perikanan tersebut, berarti semakin baik pula harganya (Sujarno, 2008)

Selain over eksploitasi dan maraknya IUU (Illegal, Unreported, Unregulated) fishing, sektor perikanan mengalami masalah yang cukup serius terkait dengan perubahan iklim dan dampaknya terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap maupun budidaya. Perubahan gradual peningkatan suhu yang terjadi secara global berakibat pada perubahan aspek biofisik seperti perubahan cuaca yang ekstrem, kenaikan panas muka laut, perubahan jejaring makanan, dan perubahan fisiologis reproduksi akan berdampak pada aspek sosial ekonomi perikanan (Fauzi, 2010)

2.2.1.1.1 Faktor pendidikan

Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Pemerintah pun berkewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakatnya. Di lain sisi masyarakat pun sering menuntut agar porsi anggaran pendidikan perlu ditingkatkan untuk mencapai porsi yang dianggap ideal (20 % dari total anggaran). Di banyak negara pendidikan sampai jenjang tertentu dinyatakan gratis apabila bersekolah pada fasilitas pendidikan yang disediakan pemerintah. Di Indonesia pendidikan hingga SD (6 tahun) dinyatakan

(7)

gratis dan ada gagasan membuat ini gratis hingga tingkat SLTP (9 tahun). Di banyak negara yang sudah maju pendidikan hingga tingkat SMU (12 tahun) dinyatakan gratis. Dari kenyataan tersebut di atas tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memang sangat diperlukan dan berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun perlu untuk melihat apakah tingkat pendidikan benar-benar berpengaruh terhadap tingkat pandapatan seseorang. Tingkat pendapatan seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor lain di luar pendidikan sehingga menarik untuk dikaji seberapa jauh peran faktor tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan (Robinson, 2006).

2.2.1.1.2 Faktor Pengalaman Melaut

Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan (Trijoko, 2000).

Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman nelayan maka besar pula pendapatan yang diterima. Dengan pengalaman yang dimiliki nelayan sesuai dengan usaha yang dijalankan. Nelayan tahu menentukan di daerah mana operasi penangkapan ikan yang tepat sehingga produksi lebih tinggi, kapan saat melaut yang tepat, bagaimana penggunaan alat tangkap yang tepat, kondisi musim, semua ini tentu berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima nelayan (Sari, 2005).

(8)

2.2.1.1.3 Faktor Tenaga Kerja

Teori Keynes mengatakan cara mengurangi pengangguran yaitu dengan memperbanyak investasi, misalnya mesin karena mesin butuh operator otomatis akan menyerap tenaga kerja. Selain itu konsumsi harus sama dengan pendapatan, karena banyaknya tingkat konsumsi akan memerlukan juga banyak output sehingga otomatis harus menambah pekerja, apabila outpunya banyak otomatis gaji para pekerja akan naik sehingga daya beli mereka meningkat.

Tenaga kerja dalam bidang perikanan pada umumnya terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap (sambilan). Tenaga kerja tetap umumnya berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) atau tenaga kerja yang mendapat upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya bulanan. Sementara tenaga kerja tidak tetap (sambilan) atau dapat juga disebut tenaga kerja harian lepas, umumnya bersifat buruh.

Berbicara masalah tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara berkembang termasuk negara-negara maju pada umumnya merupakan tenaga kerja yang dicurahkan untuk nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga.

Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus sesuai dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (lebih

(9)

efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga tersebut profesional. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai dalam besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Masyhuri, 1999).

2.2.1.1.4 Modal dan Biaya Produksi

Modal (Capital) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Definisi modal tersebut terdiri dari dua jenis modal. Modal terbagi menjadi dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud. Modal tersebut merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan. Modal berwujud adalah modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud ditentukan oleh setiap individu (Case & Fair, 2007).

Friedman memberikan definisi kekayaan meliputi segala sesuatu yang merupakan sumber pendapatan. Salah satu sumber pendapatan ini berasal dari diri manusia itu sendiri, yaitu keahlian (skill). Milton Friedman ternyata membagi kekayaan dengan lima kategori, yaitu uang, kas obligasi, saham, kekayaan yang berbentuk fisik, dan kekayaan yang berbentuk manusia atau keahlian (skill).

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan persediaan modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang

(10)

modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Sukirno, 2004).

Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal (Sukirno, 2004).

Manusia selalu memiliki aset (modal) yang dengan modal itu dia bisa mempertahankan hidup dengan baik. Bahkan orang yang paling miskin sekalipun selalu memiliki aset kehidupan atau sumber daya dimana dengan itu mereka bergantung. Usaha untuk membuat kehidupan yang lebih terjamin dan berkelanjutan haruslah dibangun diatas pemahaman terhadap aset-aset yang telah dimiliki dan sejauh mana mereka dalam menggunakan dan mengembangkan aset tersebut. Adapun modal tersebut adalah modal sumber daya alam, modal ekonomi, modal fisik dan modal sosial (Mukherjee, 2001)

Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal.

(11)

Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak.

Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan (produksi) diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan (produksi) yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).

2.2.1.1.5 Faktor Frekuensi Melaut

Semakin banyak frekuensi melaut yang dilakukan oleh nelayan, maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar, dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan perkapal yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan (Sari, 2005)

2.3 Analisi Regresi

Regresi linear berganda adalah regresi linear dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X ). Uji statistik linear berganda digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan lebih dari dua variabel melalui koefisien regresinya. Uji statistik linear berganda dapat dibedakan menjadi uji serentak (uji F) dan uji individual (uji T) (Hasan, 2004)

(12)

2.3.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data digunakan dalam proses regresi (Uji Kesesuaian Model), maka data setiap variabel tersebut dilakukan Uji Asumsi Klasik meliputi Uji Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas (Soekartawi, 1995).

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi dengan Program SPSS sebagai berikut:

a. Analisis Grafik

Melihat Grafik Histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(13)

b. Uji Normalitas Kolgomorov-Smirnov

Konsep dasar dari Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.

Kriteria uji sebagai berikut:

Jika signifikansi > α : Ho diterima atau H1 ditolak. Jika signifikansi < α : Ho ditolak atau H1diterima. Dimana:

Ho: data residual berdistribusi normal; H1: data residual tidak berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian residual dari suatu periode pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varian berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel-variabel bebas saling berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan regresi linier berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel variabel bebasnya. Sebagai alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang berkorelasi, maka digunakan alat uji statistik multikolinieritas (collinierity statistics) dengan menggunakan nilai Variance

(14)

Inflation Factor (VIF) dan nilai toleransi, dimana apabila nilai toleransi (tolerance) > 0,1 dan nilai VIF < 10 menunjukkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari masalah multikolinieritas.

2.3.2 Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

1. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel variabel bebas (independent) menjelaskan variabel terikat (dependent).

2. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F)

Uji Serempak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak semua variabel bebas (independent) yang dimasukkan dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent).

Uji Serempak (Uji F) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis

(15)

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan ikan tangkap, digunakan Uji F. dengan kriteria sebagai berikut:

Jika F hitung < F tabel atau jika signifikansi F > α0,05 : Ho diterima atau H1 ditolak.

Jika F hitung > F tabel atau jika signifikansi F < α0,05 : Ho ditolak atau H1 diterima.

3. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas (independent) secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Uji Parsial (Uji t) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial.

Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan ikan tangkap, digunakan uji t. Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika t hitung < t tabel atau jika signifikansi t > α: Ho diterima atau H1 ditolak. Jika t hitung > t tabel atau jika signifikansi t < α: Ho ditolak atau H1 diterima (Soekartawi, 2005).

2.4 Penelitian Terdahulu

1). Novida Jutanti (2008), Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Produksi Ikan Tangkap di Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan di daerah penelitian, mengidentifikasi besar kapal dan jumlah trip menangkap ikan di laut, mengidentifikasi biaya produksi dan pendapatan bersih nelayan di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman melaut dan modal

(16)

berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan tangkap, sementara jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan tangkap. Secara simultan (bersama – sama) pengalaman melaut, modal, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ikan tangkap.

2). Romelia Hutajulu (2013), Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Tanjung Balai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan di daerah penelitian, untuk menganalisis perbedaan biaya operasional dan pendapatan nelayan kapal kapasitas 3 – 5 GT dengan kapal kapasitas 6 – 10 GT di daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang dieroleh dengancara

wawancara langsung dengan nelayan di Kecamatan Teluk Nibung. Kota Tanjung balai dan data sekunder. Dalam menganalisi besarnya pengaruh variabel, digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel – variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil ( Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan di daerah penelitian adalah variabel kapasitas kapal, sedangkan variabel lama melaut dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata.

3). Rizki T. H (2016) dalam penelitiannya berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Sipirok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan keluarga petani kopi serta nilai tambah (value added) yang diperoleh dalam pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk

(17)

di Kecamatan Sipirok.Data dianalisis dengan Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regression), selanjutnya menghitung pendapatan usahatani kopi dan analisis nilai tambah (value added) dengan menggunakan Metode Hayami pada penggolahan kopi bubuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas lahan, harga jual kopi, biaya bibit berpengaruh terhadap pendapatan petani, tetapi pengalaman bertani dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani.

4). Esron Lubis (2014) hasil penelitiannya tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan pada Program Peningkatan Pendapatan (Studi Kasus: Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara)”. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Pengalaman kerja, teknologi, harga jual berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan. Program pemerintah yang ada di Desa Bogak untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP). Dari 15 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 14 nelayan atau 93,33% memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan 15 nelayan yang mendapatkan program PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 4 nelayan (26,67%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP.

(18)

5). Nomi Noviani Siregar (2013) dalam penelitiannya tentang “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil”. Dari hasil uji beda rata-rata yang diperoleh, tidak ada perbedaan yang nyata dalam pendapatan, waktu melaut, hasil tangkapan, biaya produksi, penerimaan menurut ukuran mesin. Terdapat pengaruh signifikan secara serempak faktor hasil tangkapan ikan, harga ikan, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan terhadap pendapatan nelayan. Secara parsial faktor jumlah tangkapan dan harga ikan berpengaruh nyata positif, biaya bahan bakar dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata negatif, sedangkan biaya penyusutan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

6). Roy Asido Sianturi (2014) hasil penelitiannya tentang “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Serta Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan Nelayan Oleh Pemerintah (Studi Kasus: Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan)”. Modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan, tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan pengalaman dan harga jual berpengaruh positif tetapi tidak signifikan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan. Program pemerintah yang ada di Kelurahan Bagan Deli untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP). Dari 10 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP,9 nelayan atau 90% memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan 10 sampel

(19)

nelayan yang mendapat program PUMP, 7 nelayan atau 70% memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 3 nelayan atau 30% memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP.

7). Jummaini (2008) dalam penelitiannya tentang “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Utara. Hasil pengujian secara serempak untuk nelayan diperoleh F hitung sebesar 14,967 dengan p-value seesar 0,000 dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hasil pengujian secara parsial menjumpai variabel modal dan tenaga kerja yang signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan, sedangkan variabel pengalaman dan lama melaut tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi pendapatan nelayan. Koefisien masing-masing variabel pada model usaha nelayan mempunyai arah pengaruh yang positif terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara. Hasil pengujian secara serempak bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan tambak secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak. Hasil pengujian secara parsial menjumpai variabel modal dan pengalaman signifikan mempengaruhi pendapatan petani tambak, sedangkan variabel tenaga kerja dan luas lahan tambak tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi pendapatan petani tambak. Koefisien variabel modal, pengalaman dan luas lahan tambak pada model usaha petani tambak

(20)

mempunyai arah pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani tambak, sedangkan variabel tenaga kerja mempunyai arah pengaruh yang negatif terhadap pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara. Dari hasil uji beda dapat disimpulkan bahwa walaupun ruang lingkup dan jenis pekerjaan yang berbeda, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

8). Timoteus J. P. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah. Faktor luas lahan, biaya produksi, dan harga gabah kering panen (GKP) mempengaruhi pendapatan petani padi sawah, program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan usahatani padi sawah, cara petani menghadapi masalah yang ada dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Berganda, dengan menggunakan SPSS 16. Jumlah sampel petani ialah 10 petani dengan luas lahan lebih dari 1 Ha dan 20 petani dengan luas lahan kurang dari 1 Ha. Hasil dari penelitian ialah faktor dari luas lahan, biaya produksi dan harga berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah. Produksi petani padi sawah di daerah penelitian rata – rata 8 ton per Ha.

9). Amanda R. N. Y. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Jagung. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah dengan menggunakan Fungsi Produksi Model Coob-Douglass dan metode yang

(21)

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di daerah penelitian adalah Fungsi Pendapatan Persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: secara serempak, variabel luas lahan, jenis bibit, jumlah pestisida, jumlah pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung di daerah penelitian, namun secara parsial variabel jenis bibit, jumlah pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung, sedangkan variabel luas lahan dan jumlah pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung di daerah penelitian; Secara serempak variabel harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di daerah penelitian. Secara parsial, variabel harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung, sedangkan variabel biaya pestisida tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di daerah penelitian.

10). Friska Juliana Simbolon (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5% sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi.

(22)

2.5 Kerangka Pemikiran

Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan salah satu sentra penghasil ikan tangkap terbesar di Kecamatan Tanjung Beringin, dimana mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan.

Namun, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan tangkap belum tentu menjamin kesejahteraan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin. Kesejahteraan nelayan yang dirasakan masih kurang, akhirnya berimbas kepada frekuensi melaut nelayan.

Pendapatan nelayan merupakan indikator kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan nelayan maka kehidupan masyarakat juga semakin sejahtera. Pendapatan nelayan ditentukan oleh beberapa hal seperti frekuensi melaut dan harga jual ikan.

Pendapatan nelayan akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga yang tinggi kepada nelayan, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga yang rendah, untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan adalah pendidikan, modal, frekuensi melaut, pengalaman melaut dan tenaga kerja. Jumlah hasil tangkapan ikan dan harga jual akan mempengaruhi penerimaan usaha. Nilai penerimaan usaha adalah perkalian jumlah hasil tangkapan dengan harga ikan.

(23)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Nelayan

Hasil Tangkapan

Faktor Ekonomi : 1) Jumlah Tenaga Kerja 2) Modal

3) Frekuensi Melaut

Pendapatan Nelayan

Usaha Ikan Tangkap

Faktor Sosial : 1) Pendidikan

(24)

2.4 Hipotesis Penelitian

1). Ada pengaruh pendidikan secara parsial dan serempak terhadap pendapatan nelayan ikan tangkap di daerah penelitian.

2) Ada pengaruh pengalaman melaut secara parsial dan serempak terhadap pendapatan nelayan ikan tangkap di daerah penelitian.

3) Ada pengaruh jumlah tenaga kerja secara parsial dan serempak terhadap pendapatan nelayan ikan tangkap di daerah penelitian.

4) Ada pengaruh modal secara parsial dan serempak terhadap pendapatan nelayan ikan tangkap di daerah penelitian.

5) Ada pengaruh frekuensi melaut secara parsial dan serempak terhadap pendapatan nelayan ikan tangkap di daerah penelitian.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Nelayan

Referensi

Dokumen terkait

blhr.a berhubung mesatabaEn pembimbing Unil KctnLm Mrhr.is\ a (UK\4) Univcrsitas Ncgeri Yogyrkana trhun 2004 lelih lrrbrs diprndrng

Sistem prosedural Skripsi pada Kampus STMIK Mercusuar saat ini sudah berjalan dengan baik dan sudah tersistem, namun belum sepenuhnya terkontrol dalam satu sistem yang

[r]

Penilaian yang dilakukan terhadap dosen di UNISSULA dilaksanakan dengan berbasis pada pengawasan, artinya penilaian yang dilakukan terhadap dosen tidak saja

Sikap sosial yang diamati meliputi 5 aspek yang dikembangkan dari 4 indikator dasar yaitu disiplin, kerja sama, tanggung jawab, dan percaya diri.Adapun ke-5

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel disiplin kerja pegawai di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Bayongbong Kabupaten Garut yang dilakukan kurang

Jawab soalan objektif dalam kertas jawapan objektif dan soalan subjektif di ruang yang disediakan.. Rajah yang mengiringi soalan tidak dilukiskan mengikut skala

Dari hasil pengelompokan habitat menggunakan derajat kesamaan Jaccard (Gambar 3) nampak bahwa lokasi atas air terjun terpisah menjadi zone tersendiri