• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Miskin diartikan tidak berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan rendah).9

Sedangkan menurut Kuncoro, Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.10 Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi tersebut meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.

Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut BPS (2012), kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.11

Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah:

“The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other”.12

Dari definisi menurut World Bank tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang lain.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal – hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 660.

10

Mudrajad Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan, Edisi

Ketiga (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1997), 102–103.

11

http://www.bps.go.id diunduh pada tanggal 2 November 2015

12

(2)

dan air minum, hal – hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.13

Dari beberapa pendapat diatas dapat disumpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan – kebutuhan dasar tersebut meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.

Menurut Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005)14, menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang mempunyai lima dimensi, yaitu:

a. Kemiskinan (proper);

b. Ketidakberdayaan (powerless);

c. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency); d. Ketergantungan (dependence);

e. Keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

b. Faktor Penyebab kemiskinan

World Bank mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dari perspektif akses dari individu terhadap sejumlah aset yang penting dalam menunjang kehidupan, yakni aset dasar kehidupan (misalnya kesehatan dan ketrampilan/pengetahuan), aset alam (misalnya tanah pertanian atau lahan olahan), aset fisik (misalnya modal, sarana produksi dan infrastruktur), aset keuangan (misalnya kredit bank dan pinjaman lainnya), dan aset sosial (misalnya jaminan sosial dan hak-hak politik). Ketiadaan akses dari satu atau lebih dari aset – aset di atas merupakan penyebab seseorang masuk ke dalam kemiskinan.15

13

http://id.wikipedia.com diunduh pada tanggal 2 November 2015

14

Criswardani Suryawati, C. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Universitas

Diponegoro, Jawa Tengah.Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2005. Vol.08 No.03.

15

(3)

Menurut Samuelson dan Nordhaus, penyebab dan terjadinya penduduk miskin di negara yang berpenghasilan rendah adalah karena dua hal pokok, yaitu rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, dan lambatnya perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pemberantasan penyakit, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan mutu pendidikan, pemberantasan buta huruf dan peningkatan keterampilan penduduknya. Kelima hal itu adalah upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.16

Menurut Todaro dan Smith, kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang akibat dari interaksi antara 6 karakteristik berikut17:

1) Tingkat pendapatan nasional negara – negara berkembang terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.

2) Pendapatan perkapita negara-negara berkembang juga masih rendah dan pertumbuhannya sangat lambat, bahkan ada beberapa yang mengalami stagnasi.

3) Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata. 4) Mayoritas penduduk di negara – negara berkembang harus

hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut.

5) Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas, kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di negara – negara berkembang sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara maju. 6) Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang

maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun kurang memadai.

c. Ukuran Kemiskinan

Menurut BPS (2010), bahwa penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis

16

A. Paul Samuelson & Nordhaus, D. William, Mikroekonomi (Jakarta: Erlangga, 1997), 198.

17

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi

(4)

kemiskinan makanan dan garis kemiskinan nonmakanan. Garis kemiskinan makanan adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilo kalori perkapita perhari. Garis kemiskinan non makanan merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi – komoditi non makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi diperkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.18 Dengan kata lain jika dalam rupiah pengeluaran per orang per bulan antara Rp 233.740,00 kebawah atau dengan kata lain sekitar Rp 7.780 kebawah per hari pada tahun 2014, jumlah ini bisa meningkat atau menurun sesuai dengan harga komoditi kebutuhan dasar dipasaran.

d. Jenis – jenis Kemiskinan

Pada dasarnya kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: 1) Kemiskinan absolut

Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

18

(5)

2) Kemiskinan relatif

Kemiskinan relatif merupakan kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yangdapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalahd istribusi pendapatan.

Kemiskinan berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan sebagai berikut19:

1) Kemiskinan Kurtural

Kemiskinan kultural adalah keadaan miskin yang disebabkan oleh faktor – faktor yang tertentu yang melekat dalam kebudayaan masyarakat. Terutama yang menyebabkan terjadinya proses pelestarian kemiskinan dalam masyarakat itu sendiri, misalnya kecenderungan untuk hidup boros, kurang menghargai waktu, dan kurang minat untuk berprestasi.

2) Kemiskinan Natural

Keadaan miskin yang disebabkan oleh faktor – faktor alamiah, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang mengitarinya, misalnya faktor iklim, kesuburan tanah, dan bencana alam.

3) Kemiskinan Struktural

Keadaan miskin yang disebabkan oleh faktor – faktor yang berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya penjajahan, pemerintahan yang otoriter dan militeristik, pengelolaan keuangan publik yang sentralistik, merajalelanya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), kebijakan ekonomi yang tidak adil, serta perekonomian dunia yang lebih menguntungkan kelompok negara tertentu.

19

Al. Suroyo, dkk, Agama dan Kepercayaan membawa Pembaruan (Yogjakarta: Kanisius, 2006), 97.

(6)

e. Kemiskinan Menurut Islam

Konsep pembangunan bangsa dan rakyat Indonesia memang tidak dapat dilepaskan dari pembangunan umat muslim. Rakyat Indonesia tidak akan makmur jika mayoritas penduduknya yang beragama Islam tidak makmur. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi rakyat dapat dianalogikan dengan perang melawan salah satu musuh agama, yaitu kemiskinan.20

Islam memandang kemiskinan ini dengan standar yang sama, di negara manapun. Karena itu, menurut pandangan Islam kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Syarih juga telah menetapkan kebutuhan primer tersebut, yaitu sandang, pangan dan papan.

Dari bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam atau tenang.21 Memperhatikan akar kata "miskin" tersebut berarti “diam” atau tidak bergerak. Diperoleh kesan bahwa, faktor utama penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan, atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap diri sendiri, sedang ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan manusia lain. Ketidakmampuan berusaha yang disebabkan oleh orang lain distilahkan pula dengan kemiskinan struktural. Kesan ini lebih jelas lagi bila diperhatikan bahwa jaminan rezeki yang dijanjikan Allah swt. ditujukan kepada makhluk yang dinamainya dabbah, yang arti harfiahnya adalah yang bergerak.



































Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS: Hud; 6)

20

Bisri Cik Hasan dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 232.

21

(7)

Ayat ini "menjamin" siapa yang aktif bergerak mencari rezeki, bukan yang diam menanti. Lebih tegas lagi dinyatakannya bahwa, Allah telah menganugerahkan kepada kamu segala apa yang kamu minta (butuhkan dan inginkan).22

































Artinya: Jika kamu mengitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak mampu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia sangat aniaya lagi sangat kufur (QS Ibrahim : 34)

Pernyataan Al-Quran di atas dikemukakannya setelah menyebutkan aneka nikmat-Nya, seperti langit, bumi, hujan, laut, bulan, matahari dan sebagainya.

Sumber daya alam yang disiapkan Allah untuk umat manusia tidak terhingga dan tidak terbatas. Seandainya sesuatu telah habis, maka ada alternatif lain yang disediakan Allah selama manusia berusaha. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk berkata bahwa sumber daya alam terbatas, tetapi sikap manusia terhadap pihak lain, dan sikapnya terhadap dirinya itulah yang menjadikan sebagian manusia tidak memperoleh sumber daya alam tersebut.

Kemiskinan terjadi akibat adanya ketidakseimbangan dalam perolehan atau penggunaan sumber daya alam itu, yang diistilahkan oleh ayat di atas dengan sikap aniaya, atau karena keengganan manusia

menggali sumber daya alam itu untuk

mengangkatnya ke permukaan, atau untuk menemukan alternatif pengganti. Dan kedua hal terakhir inilah yang diistilahkan oleh ayat di atas dengan sikap kufur.23

Oleh karena itu, anjuran agama yang menganjurkan umatnya untuk menghindari kefakiran, namun tetap mengingat Tuhan dan tidak terjerumus pada kecintaan atau fanatisme kepada dunia, maka manusia

22

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: lentera Hati 2003), 620.

23

(8)

harus bisa mengentaskan kemiskinan. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan Al-Qur’an menganjurkan banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi, kewajiban setiap individu dan kewajiban pemerintah.

2. Produk Domestik Regional Bruto

a. Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan unit – unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.24

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disumpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha baik produk barang ataupun jasa dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

b. Cara Penghitungan PDRB

Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menurut BPS adalah jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga – harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini

24

Hadibroto, S. Dkk, Perkiraan Pendapatan Regional (Regional Income) Propinsi Sumatera

(9)

tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya.

Menurut Robinson Tarigan, Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen – komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing – masing sektor dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar.25

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.

Untuk lebih jelas dalam menghitung angka – angka Produk Domestik Regional Bruto ada tiga pendekatan yang cukup kerap digunakan dalam melakukan suatu penelitian :

1) Menurut Pendekatan Produksi

Dalam pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing – masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalamjangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku (penolong) dari luar yang dipakai dalam proses produksi.

25

Robinson Tarigan, Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), 18.

(10)

2) Menurut Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya.26

3) Menurut Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan (produksi barang) dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dam ekspor neto.

c. PDRB menurut Islam

Salah satu sebab terjadinya kemiskinan adalah sistem ekonomi yang saling mematikan, menghalalkan segala cara dan penuh persaingan. Dalam keadaan ekonomi yang demikian itu, maka pihak yang memiliki modal yang besar, memiliki sarana, ilmu dan teknologi lebih dapat bersaing dibanding golongan pedagang kecil yang tidak memiliki modal yang besar dan lainnya itu.

Adanya prinsip keadilan yang diwujudkan dengan prinsip pemerataan ekonomi yang adil ini ditegaskan oleh Ibn Hazm sebagaimana dikutip oleh Amien Rais didalam bukunya Tauhid Sosial

26

(11)

mengatakan bahwa kalauditengah masyarakat ada kelompok kaya dan miskin, sudah jadi kewajiban kelompok kaya tadi untuk melakukan proses pemerataan sosial ekonomi ke seluruh masyarakat. Dan menjadi hak kelompok orang-orang dibawah, miskin untuk mengambil haknya dari kelompok kaya.27

Didalam Al-Quran prinsip tentang keadilan disini ditegaskan didalam surat al-Hadid (57) ayat 25:























Artinya: “Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami, dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil…” (QS. Al-Hadid,57:25).

Sebagai misi utama para Nabi yang diutus Allah, termasuk penegakan keadilan ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Keadilan sosial ekonomi dalam Islam, selain didasarkan pada komitmen spiritual, juga didasarkan atas konsep persaudaraan universal sesama manusia. Komitmen Islam yang besar pada persaudaraan dan keadilan, menuntut agar semua sumber daya yang menjadi amanat suci Allah, digunakan untuk mewujudkan maqasidh syariah yakni pemenuhan kebutuhan hidup manusia, terutama dasar (primer), seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Persaudaraan dan keadilan juga menuntut agar sumber daya didistribusikan secara adil kepada seluruh rakyat melalui kebijakan yang adil dan instrument zakat, infaq, sedaqah, pajak, kharaj, jizyah, cukai ekspor-impor dan sebagainya.

Disinilah peran serta pemerintah, guna untuk membangun sistem ekonomi yang adil menurut prinsip-prinsip dasar keadilan dan

27

M. Amien Rais, Tauhid Sosial; Formula Menggempur Kesenjangan (Bandung:Mizan, 1998), 111.

(12)

pemerataan didalam Al-Quran. Sehingga solusi pengentasan kemiskinan struktural dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan.

3. Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Mankiw menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja dan upah efisiensi.28

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masa kerjanya.29

Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan.30 Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut.31

Irawan dan Suparmoko mendefinisikan pengangguran adalah “mereka yang berada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku”.32

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah angkatan kerja yang secara aktif mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki, namun

28

Gregory N. Mankiw, Teori Makro Ekonomi (Jakarta :Erlangga, 2000), 130.

29

Iskandar putong, Pengantar ekonomi mikro dan makro (Jakarta: GhaliaIindonesia, 2003), 147.

30

Mulyadi Subri, Ekonomi Sumber Daya Manusia (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), 18.

31

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 13.

32

Irawan dan Suparmoko, Ekonomika Pembangunan. Edisi Kelima (Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, 2002), 21.

(13)

karena keterbatasan lapangan pekerjaan mereka belum mendapat pekerjaan sesuai dengan yang mereka inginkan.

b. Jenis – jenis pengangguran

Berdasarkan kenyataan yang ada, pengangguran terdiri atas tiga jenis, yaitu:33

1) Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perputaran dalam lingkup pekerjaan dan ketenaga kerjaan. Artinya, pengangguran itu ada karena adanya angkatan kerja baru yang siap memsuki lapangan kerja, sementara itu ada juga mereka yang telah bekerja keluar dari pekerjaannya karena tidak cocok, bosan atau karena alasan lainnya, misalnya ingin mencari pengalaman baru dengan pekerjaan baru. Dengan kata lain, pengangguran friksi adalah orang menganggur sambil mencari pekerjaan. Pengangguran jenis ini digolongkan sebagai pengangguran sukarela, alasannya mereka yang baru akan memasuki lapangan kerja telah meluangkan waktu mencari kerjanya untuk menempuh pendidikan dan menambah keterampilan, sementara itu orang yang telah bekerja keluar dari pekerjaannya untuk mencari pekerjaan baru, dan ada juga yang menganggur karena telah memiliki uang yang cukup (deposito) untuk membiayai hisuonya, dan sebagainya.

2) Pengangguran Siklis

Pengangguran siklis adalah pengangguran yang terjadi apabila permintaan lebih rendah dari output potensial perekonomian. Yaitu manakala kemampuan ekonomi suatu bangsa lebih rendah dari kemampuan yang seharusnya dicapai. Dengan kata lain, GNP aktual lebih rendah dari GNP potensial (GNP potensial adalah GNP yang dapat dihasilkan dalam kondisi tingkat pekerjaan penuh (full employment). Jenis pengangguran ini dikatakan sebagai pengangguran terpaksa, karena banyak tenaga kerja yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang berlaku namun pekerjaan itu tidak tersedia, karena alasan diatas tadi. Kapasitas

33

(14)

produksi baru memulai investasi baru tidak bisa dilakukan karena pendapatan nasional lebih rendah dari kemampuan sebenarnya. Pengangguran siklis dapat diukur dari jumlah orang yang bekerja dikurangi jumlah orang yang seharusnya mempunyai pekerjaan pada tingkat pendapatan potensial.

3) Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan oleh ketidak sesuian antara struktur angkatan kerja, berdasarkan pendidikan dan keterampilan, jenis kelamin, pekerjaan, industri, geografis, informasi, dan tentu saja struktur permitaan tenaga kerja, penyebab pengangguran struktural ini dapat bersifat alami misalkan karena adanya trend kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi pendidikan dan keahlian tertentu, atau juga karena kebijakan (pemerintah), misalnya adanya kebijakan pengisian lapangan kerja didaerah tertentu yang tidak semua orang yang mau meskipun sebenarnya memenuhi syarat, kebijakn, upah dan proyek padat modal.

Berdasarkan ciri pengangguran yang berlaku, Pengangguran dibagi ke dalam empat kelompok yaitu34:

1) Pengangguran Terbuka

Pengangguran terbuka tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja. 2) Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran tersembunyi yaitu terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Di banyak negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan

34

(15)

dalam pengangguran tersembunyi. Contoh – contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.

3) Pengangguran Bermusim

Pengangguran bermusim terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan, yang disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga kerja yang sifatnya berkala.

4) Setengah Menganggur (Underemployed)

Setengah menganggur terjadi bila tenaga kerja tidak bekerja secara optimum (kurang dari 35 jam seminggu atau bekerja lebih dari 35 jam dalam seminggu) dimana produktivitasnya/ pendapatannya rendah.

c. Pengangguran menurut Islam

Allah SWT melalui Firman-Nya menegaskan kepada umat manusia untuk tidak bersikap malas, sebaliknya Allah SWT senantiasa memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bekerja dan berusaha untuk memperoleh rezeki dan anugerah dari-Nya.

Didalam Al-Quran ditegaskan:

































Artinya: “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumuah : 10)

Pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa setelah selesai melakukan salat Jumat boleh bertebaran di muka bumi melaksanakan urusan duniawi, berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan yang bermanfaat untuk akhirat. Hendaklah mengingat Allah

(16)

sebanyak – banyaknya di dalam mengerjakan usahanya dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan dan lain – lainnya, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi apalagi yang nampak nyata.35

4. Upah Minimum

a. Pengertian Upah Minimum

Menurut Mankiw, dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan.36

Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencakup bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan tunjangan yang diterima secara rutin/reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin.37

Menurut Gilarso balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang lembur, tunjangan, dsb). Masih menurut Gilarso upah biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu: upah nominal (sejumlah uang yang diterima) dan upah riil (jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu). Upah dalam arti sempit khusus dipakai untuk tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dalam hubungan kerja (sebagai karyawan/buruh).38

Di dalam pasar tenaga kerja dikenal konsep tingkat upah umum. Samuelson & Nordhaus mengemukakan ”Dalam kenyataannya, hanya sedikit pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna.”

35

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 229-332.

36

Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Penerjemah : Chriswan Sungkono (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 87.

37

http://www.bps.go.id diunduh pada tanggal

38

(17)

Selanjutnya mereka juga mengemukakan : “Dalam menganalisis pendapatan tenaga kerja, kita perlu mengetahui upah riil yang menggambarkan daya beli dari jam kerja, atau upah nominal dibagi oleh biaya hidup.” Tingkat upah umum ini yang kemudian diadopsi menjadi tingkat upah minimum yang biasanya ditentukan oleh pemegang kebijakan (pemerintah).39 Kwik Kian Gie menyatakan bahwa : “Standar upah buruh harus ada batasan minimumnya. Negara berkembang tidak boleh seenaknya menentukan upah buruh serendah mungkin”.40 Selanjutnya B. Siswanto Sastrohadiwiryo menyatakan bahwa “Perwujudan penghasilan yang layak dilakukan pemerintah melalui penetapan upah minimum atas dasar kebutuhan hidup layak.”41 Sementara itu menurut Case & Fair, yang dimaksud dengan upah minimum adalah ”upah paling rendah yang diizinkan untuk dibayar oleh perusahaan kepada para pekerjanya.”42

Menurut Sonny Sumarsono, upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, oleh karenanya upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan keluarganya dengan wajar. Sebagai imbalan terhadap tenaga dan pikiran yang diberikan pekerja kepada pengusaha, maka pengusaha akan memberikan kepada pekerja dalam bentuk upah. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya. Jadi upah berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada

39

A. Paul Samuelson & Nordhaus, D. William, Mikroekonomi (Jakarta: Erlangga, 1997), 274 – 275.

40

Gie, Kwik Kian, Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1999), 569.

41

B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Edisi kedua (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), 15.

42

Case, K.L dan Fair, R.C, Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro, Edisi ketujuh (Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2005), 533.

(18)

pengusaha. Upah dibayar oleh pengusaha sesuai atau sama dengan usaha kerja (produktivitas) yang diberikan kepada pengusaha.43

Secara umum upah adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan. Nurimansyah Haribuan mengatakan upah adalah segala macam bentuk penghasilan (carning), yang diterima buruh atau pegawai (tenaga kerja) baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Kalau kita berpegang pada pengertian Nurimansyah diatas, jelas kedalam pengertian upah ini akan termasuk tunjangan jaminan sosial yang diterima oleh buruh. Namun dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini kedalam pengertian upah hanya akan dimasukkan pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan termasuk tunjangannya, sekedar tunjangan itu tidak termasuk tunjangan jaminan sosial.44

Menurut Imam Soepomo, Upah secara umum yaitu upah dalam pembayaran yang diterima butuh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan.45 Sedangkan menurut benham upah dapat didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayarkan oleh orang yang memberi pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai dengan perjanjian.46 Upah merupakan balas jasa yang merupakan pengeluaran pihak pengusaha, yang diberikan kepada para buruhnya atas penyerahan jasa jasanya dalam waktu tertentu kepada pihak pengusaha.47

Di Indonesia ketentuan mengenai ketenagakerjaan khususnya dalam sistem penentuan upah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Upah minimum sebagaimana

43

Sonny Sumarsono, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan (Jember: Penerbit Graha Ilmu, 2003), 138.

44

Zainal Asikin, Dasar-dasar Hukum Perburuhan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), 68.

45

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta : Djambatan, 2003), 179.

46

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Jakarta : Sinar Grafika, 1995), 179.

47

(19)

dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disumpulkan bahwa upah minimum adalah pendapatan (upah) bulanan terendah yang diterima oleh tenaga kerja, yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, yang mencakup bukan hanya komponen upah (gaji), tetapi juga lembur dan tunjangan tunjangan yang diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang).

b. Jenis – jenis Upah

Disamping itu, pengertian upah adalah berbeda – beda bagi majikan, bagi organisasi buruh dan bagi buruhnya sendiri. Menurut G. Reynold sebagaimana dikutip Asikin, bagi majikan upah itu adalah biaya produksi yang harus ditekan serendah-rendahnya agar harga barangnya tidak terlalu tinggi atau keuntungannya menjadi perhatiannya untuk dirundingkan dengan majikan agar dinaikkan. Bagi buruh adalah jumlah uang yang diterimanya pada waktu tertentu atau lebih penting lagi jumlah barang kebutuhan hidup yang ia dapat beli dari upah itu.

Dari pengertian upah bagi majikan sebagaimana dikemukakan oleh G. Reynold diatas tentunya akan mempengaruhi besar kecilnya upah yang itu. Ada teori-teoriyang perlu diperhatikan, yaitu teori yang akan

(20)

dipergunakan sebagai dasar untuk menetetapkan upah. Teori – teori tersebut adalah48:

1) Teori Upah Normal, David Ricardo

Menurut Teori ini, upah ditetapkan dengan berpedoman kepada biaya – biaya yang diperlukan untuk mengongkosi segala keperluan hidup buruh atau tenaga kerja. Teori ini menegaskan kepada buruh, bahwa sejumlah uang yang diterimanya sebagai upah itu adalah sewajarnya demikian, karena memang demikian saja kemampuannya majikan.

2) Teori Undang-undang Upah Besi, Lassale

Menurut Teori ini upah normal di atas hanya memenangkan majikan saja, sebab kalau majikan saja, sebab kalau teori itu yang dianut mudah saja majikan itu akan mengatakan cuma itu kemampuannya tanpa berfikir bagaimana susahnya buruh itu. Oleh karena itu menurut teori ini, buruh harus berusaha menentangnya (menentang teori upah normal itu) agar ia dapat mencapai kesejahteraan hidup.

3) Teori Dana Upah, Stuart Mill Senior

Menurut teori dana upah buruh tidak perlu menentang seperti yang disarankan oleh teori Undang – Undang upah besi, karena upah yang diterimanya itu sebetulnya adalah berdasarkan kepada besar kecilnya jumlah dana yang ada pada masyarakat. Jika dana ini jumlahnya besar maka akan pula upah yang diterima buruh, sebaliknya kalau dana itu berkurang maka jumlah upah yang diterima buruh pun akan berkurang pula. Menurut teori ini yang akan dipersoalkan sebetulnya bukanlah berapa besar upah yang diterima buruh, melainkan sampai seberapa jauhnya upah tersebut mampu mencukupi segala keperluan hidup buruh beserta keluarganya. Karena menurut teori ini dianjurkan, bahwa khusus untuk menunjang keperluan hidup buruh yang besar tanggungannya disediakan dana khusus oleh majikan atau negara yang disebut dana anak – anak.

48

(21)

Menurut Imam soepomo, dipandang dari sudut nilainya, upah nominal yaitu jumlah yang berupa uang baik dalam bentuk tunai atau dalam bentuk surat berharga lainnya dan upah riil yaitu banyaknya barang yang didapat dengan jumlah uang itu.49

Tentang jenis – jenis upah yang terdapat dalam berbagai kepustakaan Hukum Perburuhan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Upah Nominal

Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang berhak secara tunai sebagai imbalan pengarahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja.

2) Upah Nyata

Yang dimaksud dengan upah nyata adalah upah yang benar – benar harus diterima oleh seseorang buruh yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan banyak tergantung dari:

a) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima b) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan. 3) Upah Hidup

Upah hidup yaitu upah yang diterima buruh relatif cukup untuk membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya saja, melainkan juga kebutuhan sosial dan keluarganya seperti pendidikan, asuransi, rekreasi dan lain-lain.

4) Upah Wajar

Upah wajar maksudnya adalah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan buruh sebagai imbalan atau jasa – jasanya pada perusahaan. Upah wajar ini sangat berfariasi dan selalu berubah – ubah antara upah minimum dan upah hidup, sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhi, yaitu:

a) Kondisi Negara pada umumnya.

b) Nilai upah rata di daerah dimana perusahaan itu berada.

49

(22)

c) Peraturan perpajakan.

d) Standar hidup para buruh itu sendiri.

e) Undang-undang mengenai upah khususnya.

f) Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian negara.

Dari keenam jenis upah tersebut diatas yang diharapkan oleh buruh kita (saat – saat sekarang ini) adalah upah wajar, bukan upah hidup. Untuk itu untuk mengharapkan upah hidup untuk saat sekarang ini belum memungkinkan karena kondisi perusahaan di negara kita umumnya masih belum begitu besar.50

c. Jenis Upah Minimum

Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen Tenaga Kerja untuk region atau wilayah – wilayah di seluruh Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapat dibedakan menjadi upah minimum regional dan upah minimum sektoral.

1) Upah Minimum Regional

Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja : PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum regional (UMR) dibedakan menjadi dua, yaitu Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) dan Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk. II). Namun sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11, 20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka istilah Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Regional Tingkat I I (UMR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten /Kota (UM kab/kota).

50

(23)

2) Upah Minimum Sektoral

Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu provinsi berdasarkan kemampuan sektor. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja : Per-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum sektoral dibedakan menjadi Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I I (UMSR Tk. II).

Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11, 20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka terjadi perubahan istilah Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) menjadi Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat II (UMSR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral Kabupaten /Kota (UMS kab/kota).

Variabel-variabel yang mempengaruhi upah minimum regional (UMR) Tingkat I dan II sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999, adalah sebagai beriku : kebutuhan hidup minimum (KHM), indeks harga konsumen (IHK), kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan, tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, kondisi pasar kerja, dan tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-17/Men/VIII/2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak serta sesuai UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 88 (4) tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa besaran upah minimum antara lain didasarkan pada tahap pencapaian KHL, pertumbuhan PDRB, produktivitas, dan mempertimbangkan keberadaan sektor marjinal (usaha yang paling tidak mampu). Pada pelaksanaannya, pertimbangan pada usaha tidak mampu ternyata belum dapat dioperasionalkan.

(24)

d. Tujuan Upah Minimum

Menurut Hasanuddin Rachman (2005), tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro.51 Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu:

1) Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,

2) Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan

3) Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk: a) Pemerataan pendapatan,

b) Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, c) Perubahan struktur biaya industri sektoral,

d) Peningkatan produktivitas kerja nasional, e) Peningkatan etos dan disiplin kerja,

f) Memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.

Menurut Kaufman, Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan.52

e. Upah menurut Islam

Diriwayatkan dari Umar r.a bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda :

)هجام نبأ هاور( َهَقَرَع ُفَِيَ ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجُأ ُرْ يِجَْلْا ْوُطْعُأ

51

Hasanuddin Rachman, 2005, Pengaruh Pengupahan Sebagai langkah Strategis Stabilitas

Dalam Hubungan Industria . Jakarta.

52

Bruce Kaufman, The Economics of Labor Markets, Fifth Edition (The Dryden Press, New York : 2000), 154.

(25)

Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”(H.R.Ibnu Majalah dan Imam Thabrani).53

Dalam menjelaskan Hadist ini Yusuf Qardhawi menjelaskan sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah menunaikan pekrerjanya dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan karena umat Islam terikat dengan syarat – syarat antara mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Namun jika ia membolos bekerja tanpa alasan yang benar atau sengaja menunaikan dengan tidak semestinya, maka sepatutnya hal itu diperhitungkan atasnya (dipotong upahnya) karena setiap hak dibarengi dengan kewajiban. Selama ia mendapatkan upah secara penuh maka kewajibannya juga harus dipenuhi. Sepatutnya hal ini dijelaskan secara detil dalam peraturan kerja yang menjelaskan masing-masing hak dan kewajiban kedua belah pihak.54

5. Hubungan antara Variabel dependent dan independent a. Pengaruh PDRB terhadap kemiskinan

Menurut Sadono Sukirno, laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata – mata dikukur bersasarkan pertumbuhan PDRB secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.55

53

Ibnu, Hajar Al-Asqolani, Bulughul Maram (Semarang : Toha Putra), 187.

54

Yusuf Qardhawi, Pesan Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Robbani Press, 2000), 405.

55

(26)

Menurut Arsyad, semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. Tingginya penerimaan daerah, diharapkan nantinya pemerintah daerah tersebut dapat mengatasi masalah kemiskinan dengan baik. Tingginya tingkat pendapatan daerah bisa disebabkan karena berbagai perubahan mendasar, seperti struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional. Seluruh negara di dunia telah sepakat bahwa produk nasional bruto per kapita merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.56

b. Pengaruh Pengangguran terhadap kemiskinan

Sedapat mungkin setiap perekonomian harus berusaha untuk menghindari atau mengurangi masalah pengangguran yang dihadapinya. Usaha seperti itu harus dilakukan karena masalah pengangguran menimbulkan beberapa akibat buruk kepada masyarakat. Telah ditunjukkan bahwa apabila ada pengangguran maka tingkat pendapatan nasional yang sebenarnya adalah lebih rendah daripada tingkat pendapatan nasional potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran yang dinikmati masyarakat adalah lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya. Makin tinggi pengangguran, makin besar perbedaan diantara tingkat pendapatan nasional sebenarnya dengan tingkat pendapatan nasional potensial, dan dengan demikian makin besar pula perbedaan diantara tingkat kemakmuran yang mungkin dinikmati mereka.57 Ini berarti bahwa semakin banyak pengangguran maka semakin banyak masyarakat yang tidak makmur, dengan kata lain berada dalam kemiskinan.

c. Pengaruh Upah Minimun terhadap kemiskinan

Menurut Kaufman,tTujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja

56

Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Edisi Keempat (Yogyakarta: Penerbit BP STIE YKPN. 1999), 43.

57

(27)

miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan.58

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kemiskinan pernah ditulis oleh Anggit Yoga Permana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2012 denagn judul “Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun2004-2009”.59

Tingginya tingkat kemiskinan menunjukkan proses pembangunan ekonomi yang belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. Dengan demikian, diperlukan adanya analisis faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kemiskinan dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel laju pertumbuhan PDRB, pendidikan, dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sementara itu, variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.

Hal serupa juga pernah diteliti oleh Adit Agus Prastyo, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)”.60

Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitiannya bertujuan untuk mrnganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

58

Bruce Kaufman, The Economics of Labor Markets, Fifth Edition (The Dryden Press, New York : 2000), 154.

59

AnggitYogaPermana. Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan, dan

Kesehatan Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2004-2009. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang , 2012

60

Adit Agus Prastyo, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan

(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah), Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jurusan Ilmu

(28)

pendidikan dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah dari Tahun 2003-2007. Hasil penelitiannya adalah bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan. Oleh karenanya perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan untuk mrengatasi masalah kemiskinan. Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitri Amalia pada tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Pendidikan, Pengangguran dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-2010”.61 Penelitian ini bersifat kuantitatif dan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel, data dari tiga Provinsi yang berada dikawasan Timur Indonesia. Provinsi tersebut antara lain: Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2001 – 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan berpengaruh positif terhadap kemiskinan, inflasi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, dan pengangguran berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

Diteliti juga oleh Ravi Dwi Wijayanto, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2010 dengan Judul “Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2008”.62

Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan, variabel pendidikan yang diproksi dengan angka melek huruf berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan, variabel pengangguran berpengaruh negatif serta signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.

61

Fitri Amalia ,Pengaruh Pendidikan, Pengangguran dan Inflasi Terhadap Tingkat

Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-2010, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012

62

Ravi Dwi Wijayanto, Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap

Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2008, Fakultas EkonomikadanBisnis,

(29)

Dengan demikian skripsi dengan judul “Pengaruh PDRB, Pengangguran dan Upah Minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Barat” ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam sebuah penelitian atau dalam sebuah karya tulis ilmiah merupakan gambaran pemikiran peneliti atas masalah yang akan atau sudah ditelitinya.63Tujuan perencanaan pembangunan yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nantinya penting dalam mengurangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Hal ini merupakan permasalahan mendasar dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Tambahan pendapatan dari aktivitas ekonomi akan berpengaruh terhadap kemiskinan jika mampu menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk golongan miskin.Semakin banyak golongan miskin memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi maka kesejahteraannya akan meningkat dan lepas dari kemiskinan.

Sedangkan pengangguran menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam penyediaan lapangan pekerjaan yang akan sangat berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan yang telah dicapai akan semakin merosot. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

Tujuan penetapan upah minimum adalah meningkatkan kesejahteraan dan melindungi pekerja. Upah minimum mencerminkan pendapatan yang diterima oleh pekerja, adanya kenaikan tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Penetapan upah minimum yang pantas diharapkan dapat

63

(30)

mendorong penduduk yang berada dibawah kemiskinan mampu hidup layak sehingga tingkat kemiskinan akan turun.

Keempat variabel tersebut merupakan variabel independen yang mempengaruhi kemiskinan sebagai variabel dependen. Secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara peneliti atas problematika yang diajukan dalam penelitian, maka kebenarannya masih harus dibuktikan. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih.64

Adapun Hipotesis Penelitian ini sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh PDRB terhadap kemiskinan. Ha : Terdapat pengaruh negatif PDRB terhadap kemiskinan. 2. Ho : Tidak terdapat pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan.

Ha : Terdapat pengaruh positif pengangguran terhadap kemiskinan.

64

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta : Kencana, 2013), 38.

Kemiskinan (Y) Pengangguran (X2) PDRB (X1) Upah Minimum (X3)

(31)

3. Ho : Tidak terdapat pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan. Ha : Terdapat pengaruh negatif upah minimum terhadap kemiskinan. 4. Ho : Tidak terdapat pengaruh PDRB, Pendidikan, Pengangguran dan

Upah Minimum secara bersama – sama terhadap kemiskinan.

Ha : Terdapat pengaruh PDRB, Pengangguran dan Upah Minimum secara bersama – sama terhadap kemiskinan.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita merekam dalam perangkat elektronika, dalam hal ini komputer, alat perekam itu akan menangkap gelombang atau sinyal asli (dikenal sebagai sinyal analog) dan

Namun Komunitas Petani Alami selaku gerakan pertanian alami yang menyadari akan dampak negatif tersebut melakukan perubahan terhadap sistem pertanian konvensional tersebut

 Sirkulasi lalu lintas : sirkulasi pada luar bangunan pusat rehabilitasi pasca stroke (dampak terjadap sirkulasi lalu lintas di jalan sekitar pusat rehabilitasi

Pemberdayaan dan pembinaan kepada Gapoktan penerima dana BLM-PUAP untuk mengembangkan LKM-A sebagai salah satu unit usahanya dimaksudkan untuk dapat terkelolanya aset

Karena hasil dari data rekaman alat tersebut masih berupa data analog, maka penulis merancang suatu alat pengukur intensitas matahari tersebut menggunakan sensor suhu

Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu.. Awas hati-hati dengan lautan

Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali

Lampu tersebut harus dinyalakan semenjak saat matahari terbenam sampai saat matahari terbit dan selama jangka waktu penerangan lain tidak boleh diperhatika dan dalam