• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore Kepulauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore Kepulauan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 13No. 2: 548-555

Oktober 2020 Peer-Reviewed 

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.548-555

Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore

Kepulauan

(

Condition of Coral Fish on Maitara Island Ake Bay Village, Kota Tidore

Kepulauan

)

Syahnul Sardi Titaheluw1, Armain Naim1, Aisyah Bafagih1 dan Rovina Andriani2

1Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate - Indonesia, Email: titaheluw@gmail.com, armain18.naim@gmail.com, aisyahbafagih2@yahoo.com

2 Staf Pengajar Program Studi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Khairun, Ternate -Indonesia. Email: vina.fisheries@gmail.com,

 Info Artikel: Diterima : 11 Juni 2020 Disetujui : 17 Juni 2021 Dipublikasi : 24 Juni 2021  Artikel Penelitian  Keyword:

ikan Karang, Kondisi and Pulau Maitara.

 Korespondensi: Syahnul Sardi Titaheluw Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate- Indonesia

Email: titaheluw@gmail.com

Copyright© Oktober 2019 AGRIKAN

Abstrak. Pulau maitara memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk di kembangkan sebagai satu destinasi wisata. Salah satu potensi yang sangat potensial ialah ekosistem Terumbu Karang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara berdasarkan Indeks Ekologi. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2020. Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Visual Method Census meliputi tiga (3) peranan ikan, Yaitu Peranan Ikan Mayor, Indikator dan Target. Analisis data berupa Kelimpahan, Keaneragaman dan Dominansi. Hasil penelitian mendapatkan, tiga peranan ikan tersebut dengan total 86 Spesies dari 9 famili. Ikan Mayor sebanyak 51 spesies yang terdiri dari famili Pomacentridae (9 Spesies), Caesoinidae (1 Spesies), scaridae (2 Spesies) dan Labridae (7 Spesies). Peranan Ikan Indikator sebanyak 15 spesies dengan 1 famili (Chaetodontidae), dan Peranan Ikan Target sebanyak 20 Spesies yang terdiri dari 4 Family (Serranidae, Siganudae, Latjunidae dan Acanhuridae). Indeks ekologi (Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi) ikan karang di lokasi penelitian sangat rendah, yang mengindikasikan tingginya tekanan terhadap terumbu karang dan menyebabkan hilangnya fungsi ekologi serta regositas. Pemanfaatan terumbu karang yang tidak memperhatikan keberlanjutan, seperti pengambilan batu karang, penambatan jangkar kapal secara serampangan dan pengeboman yang dilakukan puluhan tahun lalu secara langsung berdampak pada ikan karang di lokasi penelitian, dimana tingkat kelinpahan ikan pada stasiun pengamatan berada pada nilai 0,03 ind/m2 dan indeks keanekaragaman tidak melebihi 0,5 ind/m2. Kerusakan Terumbu Karang Pulau Maitara lebih banyak disebabkan oleh kegiatan antropogenik, sehingga upaya rehabilitasi harus segera dilakukan untuk mengembalikan kondisi ikan karang serta melindungi keberadaan Pulau Maitara dari ancaman Abrasi.. Abstract. Maitara Island has enormous natural resource potential to be developed as a tourist destination. One of the very potential is the Coral Reef ecosystem. This study aims to see the condition of reef fish on Maitara Island based on the Ecological Index. The study was carried out in June - July 2020. Data collection for reef fish using the Visual Method Census method included three (3) roles of fish, namely the role of major fish, indicators and targets. Data analysis in the form of Abundance, Diversity and Dominance. The results showed that the three roles of fish with a total of 86 species from 9 families. Major fish as many as 51 species consisting of families Pomacentridae (9 species), Caesoinidae (1 species), scaridae (2 species) and Labridae (7 species). The role of indicator fish is 15 species with 1 family (Chaetodontidae), and the role of target fish is 20 species consisting of 4 families (Serranidae, Siganudae, Latjunidae and Acanhuridae). The ecological index (Abundant, Diversity and Dominance) of reef fish at the study site is very low, which indicates high pressure on coral reefs and causes loss of ecological function and resilience. Utilization of coral reefs that do not pay attention to sustainability, such as taking coral reefs, haphazardly anchoring ships and bombing carried out decades ago directly impacted reef fish at the research site, where the abundance of fish at the observation station was at a value of 0.03 ind/ m2 and the diversity index does not exceed 0.5 ind/m2. The damage to the coral reefs of Maitara Island is mostly caused by anthropogenic activities, so that rehabilitation efforts must be carried out immediately to restore the condition of reef fish and protect the existence of Maitara Island from the threat of abrasion.

I. PENDAHULUAN

Ikan karang merupakan bagian dari komponen terumbu karang, yaitu komponen biotik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya hayati. Ekosistem terumbu karang merupakan habitat bagi ikan karang untuk

berlindung, memijah dan mencari makan (Utomo et al, 2013).

Wilayah antara bagian utara dan selatan Sulawesi hingga ujung barat Papua termasuk kepulaun Raja Ampat dan Halmahera merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut

(2)

549 tertinggi, terutama untuk karang dan ikan karang

(Allen, 2005). Terumbu karang sebagai habitat utama ikan karang terancam mengalami degradasi akibat aktivitas penangkapan, terutama aktivitas penangkapan yang merusak (destructive fishing) (Campbell et al., 2013).

Salah satu penyebab tingginya keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu karang adalah karena adanya variasi habitat. Tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh adanya interaksi yang kompleks antara biota penyusun ekosistem tersebut (Nybakken, 1992).

Spesies ikan karang (baik nocturnal maupun diurnal) memiliki kebutuhan yang tinggi akan tempat bernaung yang kompleks terdiri dari berbagai substrat, relung, celah, dan goa (Brock 1979 dalam Bowden - Kerby 2003).

Pulau Maitara merupakan salah satu pulau strategis di Kota Tidore Kepulauan dengan berbagai macam sumberdaya alam yang potensial. Eksistensi ekosistem terumbu karang ini sangat berperan penting dalam melindungi Pulau dari interaksi dinamika laut serta masyarakat yang menggantungkan ekonomi dari terumbu karang. Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Maitara selama ini tidak mengindahkan kaidah-kaidah keberlanjutan, yang menyebabkan ekosistem terumbu karang terus mengalami tekanan setiap tahun dan berdampak pada masyarakat secara ekonomi dan komunitas ikan secara ekologi serta keberadaan pulau itu sendiri.

Aktivitas penambangan karang, penangkapan ikan dengan bahan beracun, bahan peledak, penggunaan alat tangkap yang tidak selektif serta pencemaran di laut maupun darat merupakan masalah utama degradasi. Perubahan mutu lingkungan akibat pemanfaatan sumberdaya terumbu karang secara berlebihan

dapat diidentifikasi dengan mengukur indikator fisika, kimia dan biologi. Titaheluw et al (2019) menemukan tingkat kerusakan di Pulau Maitara berada pada kisaran 65-75 % dan karang hidup sebesar 10-15,3 %. Tingginya tingkat kerusakan terumbu karang tersebut berdampak pada keberadaan ikan karang, terutama ikan Chaetodontidae yang sangat bergantung pada ekosisitem terumbu karnag sebgai makanan utama.

Dengan tingginya tingkat kerusakan terumbu karang di Pulau Maitara, maka akan berdampak pada komponen biotik, khsusnya ikan karang yang menjadi kebutuhan masyarakat nelayan serta penopang ekosisitem terumbu karang tersebut. Sehinga penelitian ini penting untuk dilakukan, sehingga bisa menjadi acuan dalam pengelolaan terumbu karang di Pulau Maitara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi ikan karang di Pulau Maitara yang merupakan dampak dari kerusakan terumbu karang tersebut.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2020 di Pulau Maitara. Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Sensus Visual mengikuti (English et al., 1994). Pencatatan data ikan dilakukan pada transek garis sepanjang 50 Meter dengan melihat ke kiri sejauh 2,5 m dan 2,5 m ke kanan sehingga luasan pengamatan 250 m2. Pengamatan ikan karang dilakukan pada kedalaman 5 meter. Peralatan yang digunakan adalah peralatan selam (SCUBA), alat tulis bawah air, Under Water Camera, buku identifikasi ikan menurut Kuiter and Tonozaka (2001) dan meteran roll. Pengambilan data perairan seperti suhu, salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman dilakukan secara insitu dengan pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap stasiun penelitian.

(3)

550

Table 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

Alat dan Bahan Kegunaan GPS (Global Position System) Untuk menentukan posisi SCUBA Diving Untuk menyelam

Rol Meter 50 m Pengukuran ikan dan karang Sabak dan Pensil Alat tulis

Thermometer Untuk mengukur suhu perairan Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas perairan Sechi-disc Untuk mengukur kecerahan

Drift float Untuk mengukur kecepatan dan arah arus Kamera/Video underwater Untuk dokumentasi dalam air

Buku identifikasi Ikan dan Karang Untuk identifikasi karang dan ikan

2.1. Analisa Data 2.1.1. Kelimpahan

Kelimpahan jenis didefinisikan sebagai jumlah individu satu jenis per meter kuadran dalam setiap stasiun penelitian. Kelimpahan ikan Chaetodontidae melalui pendataan visual sensus sepanjang transek 50 meter, lebar 5 meter. Perhitungan kelimpahan ikan menggunakan persamaan Odum (1993) A n i N i i n

 

Dimana : N = Kelimpahan Ikan (ind/m2), ni =

jumlah individu ikan jenis ke-I, A = luas area sensus ikan, i = Ulangan

2.1.2. Keanekaragaman

Keanekaragaman ikan menggambarkan kekayaan jenis dari suatu komunitas ikan yang dilihatdari jumlah spsesies dalam suatu kawasan serta jumlah individu dalam setiap spesies. Perhitungan keanekaragaman jenis menggunakan persamaan Odum (1998).

i i n

Pi

Ln

Pi

H

'

Dimana : H = Indeks Keanekaragaman

Shanon-Wiener, Pi = ni/N, ni = jumlah kehadiaran individu jenis ke-i, N = jumlah total kehadiran seluruh jenis individu ke i

2.1.3. Dominansi

Untuk melihat nilai indeks dominansi pada jenis ikan karang maka digunakan indeks dominansi Odum (1993) , dengan rumus sebagai berikut :

S I i

Pi

C

(

2

)

Keterangan :

C = indeks dominansi Shonnon-Wiener, S = jumlah spesies ikan karang

Pi = perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i (n,) terhadap jumlah total ikan karang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ikan Karang

Hasil sensus ikan karang di Pulau Maitara menunjukan komonitas yang rendah, dimana jumlah spesies yang ditemukan sedikit (Tabel 2). Hal ini terlihat dari jumlah Famili yang tersensu hanya berjumlah 9, dengan jumlah Individu sebanyak 86 ekor. Hasil sensus juga berbeda dengan yang ditemukan oleh Nabuchatnezzar (2018), Najamuddin (2012), Lipi (2012) jumlah genus yang ditemukan pada tahun 2020 lebih banyak, namun jumlah spesies sangat rendah. Rendahnya kehadiran ikan karang ini sangat berkaitan erat dengan tingkat tutupan karang yang juga rendah, yang menyebabkan hilangnya tempat memijah, makan dan pembesaran. Titaheluw (2019) menemukan tutupan karang di Pulau Maitara berada dibawah 25% atau masuk dalam kategori Buruk.

Berdasarkan kelompok peranan, ikan mayor paling mendominasi (59,3%) di perairan Pulau Maitara. Tingginya kehadiran kelompok ini dikarenakan kebiasaan hidup secara bergerombol dan kelompok mayor tidak menggantungkan secara penuh siklus hidupnya terhadap terumbu karang. Dari segi kebiasaan makanan atau food ikan karang yang muncul merupakan ikan karang pemakan alga, invertebrate bentik seperti krustasea, dan moluska, plankton, zooplankton, dan ikan kecil. Tingginya kelimpahan ikan mayor sangat beralasan karena jenis ikan ini bukan menjadi target penangkapan dari nelayan, pada umummya ikan jenis ini adalah ikan hias yang ada pada terumbu karang (Hukom dan Syahailatua, 2010).

Rendahnya kehadiran ikan indikator (17,4%) yang tersensus di Pulau Maitara berkorelasi positif

(4)

551 dengan tingkat tutupan karang yang ditemukan

oleh Titaheluw et all (2019) dengan kondisi rusak. Spesies Indikator yang ditemukan juga tidak menggantungkan secara penuh siklus hidupnya terhadap terumbu karang dan masih mempunyai alternatif makanan bila terjadi kerusakan habitat. Spesies ini paling baik digunakan diantara spesies lainnya sebgai indikator terumbu karang. Titaheluw et all (2015) menemukan, makanan utama ikan Chaetodontidae ialah Zooxanthelae lebih dari 60%,. Zooxanthelae hanya ditemukan pada terumbu karang yang bagus atau hidup. Selain Zooxanthelae, makanan dari ikan Chaetodontidae lainnya ialah Detritus, Plankton, Algae, Bacillariophyliceae, Cyarophyceae dan

tanaman. Khalaf dan Crosby (2005) C. Trifascialis

merupakan indikator penting untuk perubahan

ekosisitem terumbu karang, karena hilang tutupan karang akan menyebabkan penurunan yang nyata dalam kelimpahan ikan yang bukan saja pada Chaetodontidae, tetapi juga pada ikan lainnya yang menjadikan terumbu karang sebagai tempat berlindung dan berkembang biak Pratchett et all (2015); Gerry et all (2017); Titaheluw (2017) Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin (2017), Rizkie (2019). Ikan target yang ditemukan juga sangat sedikit dan hanya 1 jenis (E. quoyanus) yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Maluku Utara. Rendahnya kehadiran atau kelimpahan ikan target juga mengindikasikan tingginya tingkat eksploitasi di Pulau Maitara. Tingginya tingkat eksploitasi juga berdampak pada hilang atau rusaknya terumbu karang di Pulau tersebut.

Tabel 2. Hasil sensus komonitas ikan karang di Pulau Maitara

Peranan Famili Spesies Jumlah Individu Ikan Mayor Pomacentridae abudefduf bengalensis 4

abudefduf lorenzi 2 abudefduf vaigiensis 1 chromis analis 2 chromis atripectoralis 2 pomacentrus bankanensis 4 pomacentrus mullocencis 4 dischistodus melanotus 4 pomacanthus annularis 3 Caesionidae caesionidae lunaris 2 Scaridae clorurus sordidus 1 clorurus troschelii 4 Labridae chellinus fasciatus 1 coris gaimard 2 diproctacanthus xanthurus 3 gomphosus varius 5 halichoeres chrysus 3 labroides dimidiatus 2 thalassoma lunare 2 Indikator Chaetodontidae chaetodon octofasciatus 5 chaetodon kleinii 7 chelmon rostratus 3 Ikan Target Serranidae epinephelus. quoyanus 1 Siganidae siganus doliatus 4 siganus virgatus 2 Lutjanidae lutjanus biguttatus 3 Acanthuridae acanthurus nigricans 3 acanthurus nigrofuscus 4 zebrasoma scopas 2 acanthurus pyroferus 1

(5)

552

Gambar 2. Persentase kehadiran ikan berdasarkan Kelompok peranan di Pulau Maitara dalam persen

3.2. Indeks Ekologi 3.2.1. Kelimpahan

Kelimpahan ikan di Lokasi penelitian sangat rendah (Gambar 3), nilai kelimpahan tertinggi hanya 0,03 (C.rostratus) dengan luasan pengamatan 250 M2. Rendahnya kelimpahan ikan disebabkan oleh rendahnya tutupan karang yang ada di Pulau Maitara, bahkan masuk dalam ketegori buruk yang merupakan dampak dari aktifitas antropogenik pada beberapa di Pulau Maitara (Titaheluw et al 2019). Andrim et all (2012) mengatakan dominansi rendah menunjukkan sebaran populasi merata dan tidak adanya pemusatan individu pada jenis tertentu. Hilang fungsi ekologi seperti tempat menyediakan

sumber makanan, berlindung dan berkembang biak dari terumbu karang menyebabkan berkurangnya kelimpahan dan menyebabkan berkurangnya Rugositas ikan karang di Pulau Maitara. Rugositas merupakan suatu bentuk pengukuran sederhana yang biasa digunakan dalam ekologi kelautan untuk menggambarkan kekasaran atau bentuk permukaan dasar perairan (Magno and Villanoy, 2006). Semakin tinggi nilai rugositas menggambarkan beragamnya bentuk pertumbuhan karang yang memperbanyak celah dan lubang pada terumbu karang sebagai suatu habitat yang baik Muniaha et all (2016), Septyadi et all (2013).

Gambar 3. Kelimpahan Ikan Karang di Pulau Maitara

3.2.2. Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman yang ditemukan juga sangat rendah (Gambar 4), rata-rata nilai keanekaragaman ikan yang ditemukan tidak lebih dari 0,4. Rendahnya tingkat keaneragaman ikan di Pulau Maitara mengindikasikan telah terjadi kerusakan pada ekosisitem terumbu karang yang

sangat besar dan menybabkan hilangnya fungsi ekologis maupun Rugositas, Munah et all 2016, Crabbe (2010). Tingkat rugositas yang tinggi berarti menyediakan lebih banyak tempat persembunyian bagi ikan karang dan menyediakan tempat untuk melekatnya alga, koral dan berbagai hewan invertebrata.

(6)

553

Gambar 4. Indeks Keaneragaman Ikan Karang di Pulau Maitara

3.2.2. Dominansi

Indeks dominansi menggambarkan dominan suatu individu terhadap suatu ekosistem, yang menggambarkan perubahan-perubahan dalam ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, chaetodon kleini merupakan spesies yang paling banyak ditemukan pada stasiun penelitian. Tetapi tingginya kehadiran C. Kleini tidak menggambarkan dominasi individu terhadap ekosisitem tersebut. Karena tingginya

kehadiran pada C. kleini ini berkaitan dengan kebiasaan makannya yang Obligate corralivores dan tingginya tutupan karang bercabang, Adrim (2001) dan Saputra et al (2019). Selain itu, lokasi terumbu karang memiliki daya dukung yang berbeda untuk kehadiran ikan Chaetodontidae dan dapat dikatakan sebagai ikan indikator yang bersifat kosmopolitas karena memiliki penyebaran yang luas, Rizkie et al (2019); Jonas Lauren (2011).

Gambar 5. Indeks Dominansi Ikan Karang di Pulau Maitara

IV. PENUTUP

Kondisi ikan karang di Pulau Maitara dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil analisis indeks ekologi. Rendahnya indeks ekologi disebabkan oleh tutupan karang hidup di Pulau Maitara yang masuk dalam kategori rusak, sehingga hilangnya fungsi ekologi dan regositas. Indeks keanekaragaman yang ditemukan tidak melebihi 0,5, yang mengindikasikan tingkat

keanekaragaman ikan di Pulau Maitara sudah sangat rendah. Selain itu, kondisi tersebut menyebabkan beberapa spesies menjadi dominan dalam ekosistem. Upaya pengelolaan atau perbaikan Ekosistem Terumbu Karang perlu untuk dilakukan secepat mungkin untuk mengembalikan kondisi ikan karang, sehingga pemanfaatan dapat dilakukan dengan lebih baik dan berkelanjutan. 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 DOMI NA NS I (i n d /m ²) SPESIES

(7)

554 REFRENSI

Allen, G.R. 2005. Coral Reef Fishes of Southwestern Halmahera, Indonesia. Report of Halmahera Survey, 2005.

Campbell, S.J., Kartawijaya,T., Yulianto,I., Prasetia, R& Clifton, J. (2013). Co-management approaches and incentives improve management effectiveness in the Karimunjawa National Park, Indonesia. Marine Policy. 41, 72-79.

Crabbe, M.J.C, 2010. Coral Ecosystem Resilience, Conservation and Management on the Reefs of Jamaica in the Face of Anthropogenic Activities and Climate Change. Journal Diversity, (2): 881-896. Adrim M. 2001. Distribusi Spasial Ikan Kepe-Kepe (Suku: Chaetodontidae) Di Wilayah Pesisir Utara

Darin Sulawesi Utara. Bidang Sumberdaya Hayati Laut P2O-LIPI Jakarta. 25-34.

Garry R, Russ. Susannah M. Leahy. 2017. Rapid decline and decadal-scale recovery of corals and Chaetodon butterflyfish on Philippine coral reefs. Marine Biology. 164 (1): 1.

Hasan Muniaha, Andi Irwan Nur dan Rahmadani. 2016. Studi kelimpahan ikan karang berdasarkan kondisi terumbu karang di Desa Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2 (1): 9-19.

Hukom, FD, and Syahailatua A. 1995. Distribusi dan Kelimpahan Relatif Ikan Hias Laut Di Perairan Pulau Ambon Dan Sekitarnya. Aplikasi Paket Teknologi Pertanian tahap III. Puslitbang Oseanologi LIPI Ambon. 19.

Jonas Lorwens, 2011. Hubungan antara ikan indikator (chaetodontidae) dan Kondisi karang di pesisir pulau biak dan Kepulauan padaido. J. Lit. Perikan. Ind. Vol 17 (2). 2011.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Ekosistem Pesisir Ternate, Tidore dan Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara. LIPI ; Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta. 118 Halaman.

Magno, M.and C. Villanoy, 2006. Quantifiying the Complexity of Philippine Coastline for Estimating Entrainment Potential. Proceedings 10th International Coral Reef Symposium. 1471-1476 pp.

Maroof Khalaf, Michael P Crosby. 2005. Assemblage structure of butterflyfishes and their use as indicators of Gulf of Aqaba benthic habitat in Jordan. Jurnal Aquatic Conservation. Vol 15 (27-43).

Muh. Tino Saputra, Baru Sadarun, Rahmadani, Subhan, 2019. Hubungan antara kondisi tutupan karang hidup dengan Kelimpahan ikan chaetodontidae di perairan lalanu, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe. Sapa Laut. Vol 4 (2): 53 – 60.

M. S. Pratchett, N. A. J. Graham, A. J. Cole. 2013. Specialist corallivores dominate butterflyfish

assemblages in coral‐dominated reef habitats. Jurnal of Fish Biology; Vol 82 (4) 1177-1191.

Najamuddin, Samar Ishak, Adityawan Ahmad, 2012. Keragaman ikan karang di perairan Pulau Makian Provinsi Maluku Utara. Depik. 1 (2); 114-120.

Nebuchadnezzar Akbar, Firdaut Ismail, Rustam E Paembonan, 2018. Struktur komunitas ikan karang di perairan Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan. Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu Kelautan Kepualauan, 1 (1); 1-14.

Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin, 2017. Kelimpahan dan keragaman jenis ikan family Chaetodontidae berdasarkan kondisi tutupan karang Hidup di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Spermonde. 2 (3); 34-42.

(8)

555

Pratchett M. S, S. A. Blowes, D. Coker,E. Kubacki J. Nowicki, A. S. Hoey. 2015. Indirect benefits of high coral cover for non-corallivorous butterflyfishes. Jurnal Coral Reefs. Vol 34 (2): 665-672.

Rizkie Satriya Utama, Isa Nagib Edrus dan Petrus Christianus Makatipu, 2019. Komunitas Ikan Karang di Pulau Ternate dan Sekitarnya. Oseanologi dan Limnologi Di Indonesia, 4 (1); 53-69.

Septyadi KA, Widyorini N, Ruswahyuni, 2013. Analisis Perbedaan Morfologi dan Kelimpahan Karang Pada Daerah Tubir (Reef Slope) di Pulau Panjang, Jepara. Journal of Management of Aquatic Resource 2(3): 258-264.

Syahnul Sardi Titaheluw, M Mukhlis Kamal, Yunizar Ernawati. 2015. Hubungan antara ikan

Chaetodontidae Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang. Agrikan, 8: (1), 77-86.

Syahnul Sardi Titaheluw, Rovina Andriani, Armain Naim, Raismin Kotta, 2019. Condition of the Coral

Reef of Maitara Island Based on Chaetodontidae Fish for Coral Reef Improvement in North Maluku Province. Atlantis Press, Series Advances in Engineering Research, volume 194; 370-376.

Gambar

Gambar 5. Indeks Dominansi Ikan Karang di Pulau Maitara

Referensi

Dokumen terkait

(1) Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis dan pembinaan hubungan industrial serta

Dengan demikian keseimbangan dalam hubungan Presiden dan Parlemen tergantung pada kekuatan yang dimiliki oleh presiden, yaitu kekuatan presiden tersebut dimiliki dari

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain disentra balok dapat meningkatkan kemampuan visual spasial anak

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama fermentasi yang terbaik dalam fermentasi Jerami padi dengan mikroorganisme lokal terhadap Bahan Kering, dan Bahan Organik, dan Abu

penelitian dengan menguraikan isi dari objek yang diteliti. 4) Pendidik menugasi peserta didik untuk mendiskusikan unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada

Pada dasarnya sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen- komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan

Penggunaan gedung dan material adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga

Kesimpulan dari Sistem Informasi Manajemen Aset Berbasis Web Pada Perbanas Institute yaitu diharapkan Aset akan digunakan dan dimanfaatkan secara optimum dalam