• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pada Uji Durabilitas metode yang digunakan adalah metode Marshall test. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelahan beban sampai terjadi kelelahan plastisitas ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh yang dinyatakan dalam mm. Pengujian karakteristik bahan perkerasan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI).

Sesuai SNI 06-2489-1991 campuran beraspal, metode pengujian dengan alat Marshall bahwa benda uji diperlukan 1200 gram. Karena HRS-WC merupakan beban lalu lintas sedang maka pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 50 kali tumbukan. Pada penelitian diperlukan persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Jumlah benda uji yang disiapkan.

Kadar Aspal

5.5% 6% 6.5% 7% Hasil

Semen 3 3 3 3 KAO

Fly Ash 3 3 3 3 KAO

Kadar Wetfix-Be dan IKS

0% 0.2% 0.3% 0.4% 0.5 % Hasil

Semen 0 9 9 9 9 KO Wetfix-Be dan IKS

Fly Ash 0 9 9 9 9 KO Wetfix-Be dan IKS

Jumlah = 96 sampel

(2)

2. Persiapan agregat yang akan digunakan.

Sebelum dilakukannya marshall test, agregat yang digunakan untuk penelitian harus dilakukan tes fisik terlebih dahulu dan memenuhi syarat sesuai spesifikasi agregat kasar dan halus.

3. Persiapan aspal yang akan digunakan

Aspal yang digunakan adalah Aspal Pertamina Penetrasi 60/70. Aspal pen harus dilakukan tes fisik terlebih dahulu dan memenuhi syarat sesuai spesifikasi aspal pen 60/70.

4. Rancangan Campur

Menentukan kadar aspal dan melakukann perhitunga mix disgn 5. Tahapan persiapan dan pelaksanaan penelitian

(3)

3.2 Diagram Alir

(4)

3.3 Pengujian Sifat Fisik Agregat

Pada tahapan pengujian bahan dilakukan beberapa pengujian terhadap agregat dan saringan.Pengujian terhadap agregat bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari agregat demi keperluan perencanaan campuran aspal.

3.3.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry =SSD), berat jenis semu (apparent) dari agregat kasar. Pemeriksaan ini berdasarkan SNI 1969-2008.

1. Berat jenis (bulk specific grafity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

3. Berat jenis semu (apparent spesific gravity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.

4. Penyerapan ialah presentase berat air yang dapat diresapi pori terhadap berat agregat kering.

(5)

Cara melakukan :

1. Ambil agregat lalu saring menggunakan saringan no.4 lalu diletakkan pada talam yang kemudian ditimbang

2. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan

3. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat tetap

4. Dinginkan benda uji pada suhu kamar 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).

5. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 15 menit

6. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu per satu.

7. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)

8. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba).

Cara perhitungan :

1. Berat jenis (bulk specific gravity) = Bj −BaBk

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) = Bj −BaBj 3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) = 𝐵𝑘

𝐵𝑘−𝐵𝑎 4. Penyerapan = 𝐵𝑗 −𝐵𝑘𝐵𝑘 𝑥 100%

(6)

Dimana :

Bk : Berat benda uji kering oven (gram)

Bj : Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

Ba : Berat benda uji kering permukaan jenuh didalam air (gram) Tabel 3.1 Ketentuan Agregat Kasar

Sumber : Bina Marga (2007) Catatan :

(*) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5.

(**) 95 / 90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan

magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks. 30%

Abrasi dengan mesin Los Angeles

Campuran AC bergradasi kasar SNI 2417:2008 Maks. 30% Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya Maks. 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95% Partikel pipih dan lonjong (*) RSNI T-01-2005 Maks. 10% Material lolos ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1% Berat jenis dan penyerapan agregat kasar SNI 03 – 1969 -1990 Bj Bulk > 2.5

Penyerapan < 3% Angularitas SNI 03-6877-2002 95 / 90 (**)

(7)

3.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus.

Cara melakukan :

1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C, sampai berat tetap. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0.1%. Dinginkan pada suhu ruang kemudian rendam dalam air selama (24±4) jam

2. Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh

3. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.

4. Segera setelah tercapainya keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji kedalam piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus memperhatikan jangan sampai ada air yang ikt terhisap dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer

5. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar ruangan

(8)

6. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas

7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0.1 gram (Bt)

8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator

9. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk)

10. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar

Cara perhitungan :

1. Berat jenis (bulk specific grafity) = 𝐵𝐾 (𝐵+500−𝐵𝑡)

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) = (𝐵+500−𝐵𝑡)500 3. Berat jenis semu (apparent specific grafity) = 𝐵𝑘

(𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡) 4. Penyerapan = (500−𝐵𝑘)𝐵𝑘 𝑥 100%

Dimana :

Bk : Berat benda uji kering oven, (gram) B : Berat piknometer berisi air (gram)

Bt : Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

(9)

Tabel 3.2 Ketentuan Agregat Halus

Sumber : Departemen pekerjaan umum, 2007

3.3.3 Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula dalam persen

Cara melakukan :

1. Benda uji dan bola-bola dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.

2. Putar mesin dengan kecepan 30sampai 33 rpm; 500 putaran untuk gradasi A, B, C dan D; 1000 putaran untuk gradasi E,F, dan G

3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dan dengan saringan No. 12. Butiran yang tertahan diatasnya, dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai berat tetap

Cara perhitungan :

Keausan = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑜 .12

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑥 100%

Pengujian Standar Nilai

Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% Material Lolos Saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Max 8%

Angularitas SNI 03-6877-2002 Min 45%

Berat Jenis Semu SNI 03-1970-1990 Min 2.5 Berat Jenis Bulk SNI 03-1970-1990 > 2.5 gr/cc

(10)

3.4 Pengujian Sifat Fisik Filler

Pada tahapan pengujian bahan dilakukan pengujian terhadap Filler. Filler yang digunakan pada penelitian ini adalah Fly Ash dan Cement Portland. Pengujian terhadap Fly dan Cement Portland Ash bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari Fly Ash dan Cement Portland demi keperluan perencanaan campuran aspal.

3.4.1 Berat jenis Fly Ash dan Cement Portland (Filler)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis filler. Berat jenis filler adalah perbandingan antara isi kering filler pada suhu kamar dengan berat isi kering suling pada 4°C yang isinya sama dengan isi filler.

Cara melakukan :

1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau neptha sampai skala 0.5 dan 1, bagian dalam botol diatas permukaan cairan kering

2. Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar 0,2°C

3. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1) 4. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol jangan sampai terjadi ada

semen yang menempel pada dinding botol diatas cairan

5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol yang posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan

6. Ulangi pekerjaan ke 2 setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol baca skala pada botol (V2)

(11)

Cara perhitungan :

Berat Jenis = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐹𝑙𝑦 𝐴𝑠ℎ 𝑉²−𝑉′ 𝑥 𝑑 Dimana :

V1 , V2 : Pembacaan pertama dan kedua pada skala botol

(V2-V1) : Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu D : Berat isi air pada suhu 4°C (1 gr/cm³)

3.5 Pengujian Sifat Fisik Aspal

Pada tahapan pengujian bahan dilakukan beberapa pengujian terhadap aspal. Pengujian terhadap aspal bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari aspal demi keperluan perencanaan campuran.

Tabel 3.3 Persyaratan aspal keras pen 60/70

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1 Penetrasi, 25˚C; 100gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 – 79 2 Titik lembek, ˚C SNI 06-2434-1991 48 – 58 3 Titik nyala, ˚C SNI 06-2433-1991 Min 200 4 Daktilitas 25˚C; cm SNI 06-2432-1991 Min 100 5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min 1,0 6 Kelarutan dalam trichlor ethylene, % berat RSNI M-04-2004 Min 99 7 Penurunan berat dengan TFOT, % berat SNI 06-2440-1991 Max 0,8 8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min 54 9 Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 Min 50 Sumber : Depertemen pekerjaan umum, 2007

(12)

3.5.1 Penetrasi

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen dalam suhu tertentu.

Cara melakukan :

1. Cetaklah aspal pada cawan yang disediakan

2. Diamkan dan tunggu sampai mengeras, masukkan benda uji ke dalam pendingin supaya aspal menjadi membeku secara merata

3. Siapkan jarum vicat dan juga alat penetrasi, bersihkan jarum menggunakan griselin 4. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 ± 0,1)

gr

5. Taruh benda uji tepat berada di bawah jarum, atur jarum sampai menyentuh permukaan benda uji

6. tekan tuas pada alat penetrasi selama jangka waktu (5 ± 0,1 detik)

7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka yang berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.

8. Atur kembali dengan menaikkan alat ke awal dan melakukan kembali pekerjaan-pekerjaan diatas hingga 5 kali di tempat yang berbeda.

Cara perhitungan :

Benda Uji 1 : 𝑎1+𝑎2+𝑎3+𝑎4+𝑎5 5

Benda Uji 2 : 𝑏1+𝑏2+𝑏3+𝑏4+𝑏5 5

(13)

3.5.2 Titik Nyala dan Titik Bakar

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat singkat suhu diatas permukaan aspal, sedangkan Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suhu titik diatas permukaan aspal.

Cara melakukan :

1. Siapkan benda uji yang telah diletakkan didalam cawan aspal

2. Letakkan cawan diatas plat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.

3. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan

4. Tempatkan thermometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm diatas dasar cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji. Kemudian aturlah sehingga poros thermometer terletak pada ¼ diameter cawan dari tepi.

5. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji

6. Nyala sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ± 1)°c per menit sampai benda uji mencapai suhu 56°c dibawah titik nyala perkiraan. 7. Kemudian atur kecepatan pemanasan 5°c sampai 6°c per menit pada menit pada suhu

antara 56°c dan 28°c di bawah titik nyala perkiraan.

8. Nyalakan alat penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2 – 4,8 cm.

(14)

9. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°c.

10. Catat setiap kenaikan suhu pada setiap waktu tertentu

3.5.3 Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen kasar sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

Cara melakukan :

1. Taruh Air sampai plat kuning

2. Beri Glyterin di alat daktilitasi hingga aspal dapat melayang (tidak jatuh ke dalam air) 3. Buka pada cetakan daktalitas kuningan

4. Nyalakan mesin selama 1 menit pastikan naik 5cm untuk uji coba 5. Kalibrasi ke titik nol, lalu letakkan aspal tersebut kedalam alat daktilitas 6. Mulai menghitung waktu dan jarak penarikan hingga aspal putus

3.5.4 Berat Jenis Bitumen dan Ter

Pemeriksaan ini dimaksudkan menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan piknometer. Berat jenis bitumen dan ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

Cara melakukan :

1. Ambil piknometer dan timbang berat piknometer.

2. Buatlah butiran aspal bola – bola sebanyak 5 butir dan masukkan ke dalam piknometer. 3. Timbang piknometer yang telah berisi aspal dengan bentuk bola – bola 5 butir.

(15)

5. Setelah semuanya selesai masukkan sample ke dalam oven dan diamkan selama 24 jam 6. Keluarkan sampel dari oven dan isi kembali air setinggi leher

7. Hitung berat piknometer yang telah berisi aspal yang telah meleleh karena di oven. Cara perhitungan :

BJ = 𝐵−𝐴 −(𝐷−𝐶)(𝐶−𝐴)

A : Berat Piknometer (gr)

B : Berat Piknometer berisi air (gr) C : Berat Piknometer berisi aspal (gr)

D : Berat Piknometer berisi aspal dan air (gr)

3.5.5 Titik Lembek

Pemeriksaan ini dimaksudkan untukmenentukan titik lembek aspal dan ter yang berkisar antara 30 − 200℃. Yang dimaksud titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.

Cara melakukan :

1. Siapkan sampel aspal pada tempat yang disediakan letakan bola baja diatas sample yang telah disediakan dan siapkan thermometer (alat pengukur suhu air)

2. Masukan air kedalam piknometer sebanyak 800 ml.

3. Masukan aspal dengan bulatan kecil yang telah diletakkan di tabung yang didalamnya terdapat plat kuning.

4. Baca suhu setiap menitnya untuk mengetahui titik leleh (meleleh) pada suhu dan menit keberapa

(16)

3.5.6 Saybolt Viscositas

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kekentalan aspal, hasilnya hampir sama dengan kita melakukan uji titik lembek biasanya pada suhu 60°C aspal akan meleleh. Cara melakukan :

1. Siapkan aspal dan buat 2 buah bola-bola kecil aspal yang berdiameter ±6mm.

2. Masukkan 2 buah bola aspal kecil kedalam lubang saybolt viscosimeter sampai ketengah-tengahlubang.

3. Masukkan oli kedalam lubang saybolt viscosimeter hingga penuh atau lingkaran tengah terendam, kemudian tutupl ubangnya.

4. Masukkan thermometer kedalam lubang suhu, kemudian siapkan stopwatch lalu hidupkan power saybolt viscosimeter.

5. Jika sudah mencapai 60°C buka katup pembuka dan catat waktunya.

3.6 Pengujian Campuran Beraspal dengan Uji Marshall

Pengujian campran beraspal menggunakan tahapan pengerjaan :

3.6.1 Rancangan Campuran (Mix Desain)

Praktikum ini dimaksudkan untuk mempersiapkan sample kegiatan praktikum selanjutnya (campuran aspal dengan alat Marshall). Dengan mencampurkan semua agregat dan aspal yang disediakan berdasarkan presentase kadar aspal masing-masing.

Perhitungan berat agregat yang akan dicampurkan. Aspal 5.5% = 5.5% x 1200 gr = 66 gr

(17)

Ukuran

Ayakan % Berat yang Lolos Tengah Ttitk % Berat yang tertahan Berat

ASTM (mm) 1½" 37.5 0 1" 25 0 3/2" 19 100 100 0 0 1/2" 12.5 90-100 95 5 56.7 3/8" 9.5 75-85 80 15 170.1 No.8 2.36 50-72 61 19 215.46 No.30 0.6 35-60 47.5 13.5 153.09 No.200 0.075 6-12 9 38.5 436.59 Pan 0 9 102.06 Jumlah 1134 Cara melakukan :

1. Siapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan. Pastikan alat-alat berfungsi dengan baik, kemudian timbang agregat dan aspal.

2. Siapkan dua buah cawan kecil dan aspal yang telah terlebih dahulu dipanaskan

3. Masukkan semua agregat kedalam wajan yang telah dipanaskan. Panaskan cawan yang berisi aspal dan thermometer di atas wajan yang berisi agregat.

4. Setelah suhu thermometer pada campuran menunjukkan 170°c maka tuangkan aspal sedikit demi sedikit bersamaan dengan diaduknya agregat agar aspal dan agregat tercampur rata.

5. Setelah tercampur rata, masukkan campuran tersebut kedalam cetakan. Untuk mendaptkan campuran yang merata masukkan campuran aspal secara perlahan-lahan pada cetakan.

6. Tumbuk cetakan yang berisi campuran aspal tersebut sebanyak 100 kali menggunakan penumbuk. Sisi atas ditumbuk sebanyak 50 kali, lalu balikan cetakan yang berisi aspal, tumbuk kembali sebanyak 50 kali agar mendapatkan aspal yang benar benar padat

(18)

7. Diamkan selama satu hari, lalu buka cetakan dan ukurlah tinggi, diameter, dan berat aspal.

8. Setelah ditimbang, rendam aspal dalam bak yang berisi air selama 24 jam. Untuk memudahkan identifikasi setiap benda uji diberikan no. dan prosentase aspal.

9. Ambil tiga sample aspal yang telah direndam di dalam bak air, lalu timbang sample tersebut sebagai aspal dalam keadaan jenuh.

10. Masukan sample tersebut ke dalam ember yang telah diikatkan ke timbangan dan catat data berat aspal dalam air.

3.6.2 Campuran Aspal dengan Alat Marshall (AASHTO T-245-74)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”. Cara melakukan :

1. Masukkan sample kedalam water bath yang sudah dinyalakan hingga skala termometer pada water bath menunjukan 60℃. Pastikan sample aspal terendam seluruhnya. Nyalakan stopwatch, sampai 30 menit, lalu angkat sample tersebut.

2. Siapkan alat uji Marshall. Atur skala agar jarum menunjuk pada angka nol. Siapkan kertas untuk menyangga keliling sample aspal pada alat penjepit sample. Lalu pasangkan kembali alat penjepit ke alat uji Marshall. Sesuaikan alat uji Marshall, naik turunkan alat hingga rapat pada penjepit dan skala kelelehan menunjukan angka nol. Uji marshall siap

(19)

3. Lakukan percobaan marshall pada ketiga sample. Tekan tombol on pada alat uji Marshall. Tekan tombol push, perhatikan skala kelelehan, apabila skala menujukan melambat dan berhenti berputar, hentikan pencetan pada tombol push dan baca skala pada penunjuk kestabilan.catat skala yang ditunjukan alat uji, dan catat stabilitas dan kelehan. Ulang uji 2-3 untuk benda uji berikutnya.

Cara perhitungan :

Tabel 3.4 Contoh Pengolahan Data Marshall

Sumber : Modul Praktikum Perkerasan Jalan (2005)

Dimana :

A = Persen aspal terhadap campuran B = Tinggi Benda Uji

C = Berat benda uji dalam keadaan kering D = Berat benda uji dalam keadaan jenuh E = Berat benda uji dalam air

F = Isi Benda uji (D-E)

G = Berat Jenis campuran padat (Bulk) (𝐷 𝐹) H = Berat Jenis Campuran Maksimum Teoritis

100

%𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑗 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟

+

%𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐵𝑗 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠

+

%𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 𝐵𝐽 .𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙

+

%𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 𝐵𝐽 .𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 I = 𝐴 𝑥 𝐺 𝐵𝑗 .𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 No. a b c d e f g h i j k l m n o p q r s 1 5% 2 5% Rata - Rata

(20)

J = (100 − 𝐴)𝑥 𝐺

𝐵𝐽 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝐵𝑗 𝐴𝐾 +𝐵𝐽 𝐴𝐻2 ) K = Jumlah Kandungan Rongga (100-I-J)

L = Prosen Rongga terhadap agregat (VMA) (100-J)

M = Nilai rongga udara dalam campuran (VFB) (100 – (100 x 𝐿𝐼)) N =Prosen rongga terhadap campuran (VIM) (100 – (100 x 𝐺

𝐻)) O = Pembacaan pada arloji (Stabilitas)

P = Stabilitas yang sudah dikoreksi

(O x Kalibrasi alat) x 0,454 x 100(konversi ke kg) Klalibrasi alat : 35.045

Q = P x Koreksi (dibulatkan nilainya) R = Pembacaan arloji Kelelehan S = Marshall Quotient (Q/R)

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Aliran Penelitian
Tabel 3.2 Ketentuan Agregat Halus
Tabel 3.3 Persyaratan aspal keras pen 60/70
Tabel 3.4 Contoh Pengolahan Data Marshall

Referensi

Dokumen terkait

Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu

‐ Berat jenis jenuh kering yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 0

1) berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C;. 2) berat

1) berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C; 2) berat jenis

Berat jenis (bulk specific grafity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat kering permukaan jenuh (SSD) dan penyerapan dari agregat. Ylli tll perbandingan antara berat agregat kering

adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C..  berat

- Dari hasil percobaan mencari berat jenis (Bulk spesific gravity) didapatkan nilai perbandingan berat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam