• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Speed Bump (Pembatas kecepatan kendaraan )

Speed Bump (Pembatas kecepatan kendaraan) adalah bagian jalan yang

ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju kendaraan. Fungsinya agar meningkatkan keselamatan bagi pengguna jalan. Gambar Speed bump (Pembatas kecepatan kendaraan) ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Berbagai Variasi Speed Bump: (1) Speed bump karet garis serong kuning,

(2) Speed bump karet garis serong putih, (3) Speed bump biasa

(1) (2)

(2)

Speed Bump tersebut juga harus diberi garis serong dengan cat putih agar

terlihat jelas oleh para pengendara yang hendak melintas. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi pengguna jalan ketinggianya diatur dan apabila melalui jalan yang akan dilengkapi dengan rambu-rambu pemberitahuan terlebih dahulu mengenai adanya Speed bump, khususnya pada malam hari, maka Speed

bump dilengkapi dengan marka jalan dengan garis serong berwarna putih atau kuning

yang kontras sebagai pertanda [ ].

Ukuran Speed bump (Pembatas kecepatan kendaraan) sudah diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan. Disana disebutkan bahwa tinggi maksimum Pembatas kecepatan kendaraan adalah 12cm dan sudut kemiringan 15 persen (13,50). Speed

bumptersebut juga harus diberi garis serong dengan cat putih agar terlihat jelas oleh

para pengendara yang hendak melintas.

Speed bump akan bermanfaat jika ditempatkan dan di design sesuai dengan

aturan misalkan di jalan lingkungan pemukiman, jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC, dan yang ketiga adalah pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi. kemudian untuk aturannya ketinggian maksimumnya tidak boleh lebih dari 15 cm, juga kemiringannya 15%. Jika dibuat sesuai dengan kondisi diatas maka akan bermanfaat.

Speed bump yang tidak sesuai standar bukan hanya merusak kendaraan, tapi

juga membahayakan si pengendara. Tinggi dan sudut kemiringan yang tidak sesuai mengakibatkan beban kejut dan goncangan kendaraan yang terlalu besar.

Speed bump ditempatkan pada:

1. Jalan di lingkungan pemukiman

2. Jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC

3. Pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi

Gambar 2.2 menunjukkan desain standar Speed bump (Pembatas kecepatan ken-daraan) yang sesuai ketentuan pemerintah.

(3)

Gambar 2.2 Desain Standar Speed bump (Pembatas kecepatan kendaraan)

2.2. Generator Elektrik

Generator elektrik adalah alat yang dapat menimbulkan sumber tegangan atau dapat diartikan sebagai sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber en-ergi mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik. Walau generator dan motor punya banyak kesa-maan, tapi motor adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik ek-sternal, tapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada di dalam kabel lil-itannya [ ].

2.2.1. Mekanisme Generator

Dalam rancang bangun speed bump terdapat generator elektrik. Sistem

gener-ator elektrik ini menggunakan tekanan oleh sebuah kendaraan saat melewati polisi

tidur. Didalamnya terdapat komponen berupa spur gear, roda gila, mekanisme flux magnet untuk menghasilkan arus DC, dan baterai. Pada bagian belakang roda gila

(4)

teradapat flux magnet. Didalamnya ada lilitan kumparan dan magnet. Ketika roda gila berputar, magnet ikut berputar pula. Namun lilitan kumparan tetap diam (tidak ber-putar). Dengan kondisi ini maka akan timbul arus listrik berupa arus DC dan kemudi-an disimpkemudi-an didalam flywheel, dkemudi-an energi ykemudi-ang tersimpkemudi-an tersebut dapat kita manfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Besarnya gaya gerak listrik (GGL) induksi dalam kumparan atau voltase yang dibangkitkan oleh generator adalah:

Ε

max = N. B . A . ω . ………(2.1)

Dimana:

N = Jumlah lilitan (buah) B = Kuat medan magnet (T) A = luas kumparan (m2) ω = Kecepatan sudut (rad/sec)

Generator terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Pada generator ini rotor berfungsi sebagai kumparan medan untuk menghasilkan fluks. Digunakan dua buah rotor mengapit stator untuk menghasilkan fluks magnet.Sedangkan stator berfungsi sebagai kumparanjangkar yang menghasilkan tegangan keluarangenerator. Skema generator bisa dilihat pada gambar 2.3.

(5)

Gambar 2.4 Konsep generator 2.2.1 Rotor

Rotor merupakan bagian yang berputar pada generator. Pada perancangan ini mengunakan dua buah rotor yang terhubung oleh suatu poros. Ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangka Poros Rotor

Rotor berfungsi sebagai kumparan medan, dan untuk menghasilkan medan magnetik digunakan magnet permanen. Magnet permanen yang digunakan adalah magnet batang berjenis keramik (Fe). Jumlah magnet yang digunakan 12 buah untuk tiap rotor. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.6.

(6)

Gambar 2.6 Komposisi magnet

Magnet yang digunakan adalah grade Y40,yang memiliki data spesifikasi teknis sebagai berikut:

Residual Induction (Br) 450~460 mT, 4.5~4.6 kGs

Coercive Force (Hcb) 330~354 kA/m, 4.15~4.45 kOe

Intrinsic Coercive Force (Hcj) 340~360 kA/m , 4.27~4.52 kOe

Max. Energy Product (BHmax) 37.6~41.8 kJ/m3 , 4.7~5.25 MGOe 2.2.2. Stator

Stator merupakan bagian yang tetap pada generator. Pada tugas rancang ini stator berfungsisebagai kumparan jangkar yang menghasilkan tegangan keluaran generator. Stator terdiri darikumparan lilitan tembaga. Kawat tembaga yangdigunakan berdiameter 1 mm. Kawat digulung membentuk kumparan lingkaran dengan jumlah lilitan adalah 125 tiap kumparan. Seperti ditunjukan pada gambar 2.7.

(7)

Pada stator digunakan 9 buah kumparan yang disusun secara simetris seperti ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kumparan Stator 3 Fasa 2.2.3 Penyearah

Penyearah yang digunakan pada tugas rancang polisi tidur ini adalah rangkaian penyearah 3 fasa tidak terkontrol jembatan penuh. Rangkaian penyearah ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Rangkaian penyearah 2.3. Roda Gigi

Roda gigi adalah bagian dari mesin yang berputar dan berguna untuk mentransmisikan daya. Roda gigi memiliki gigi-gigi yang saling bersinggungan dengan gigi dari roda gigi yang lain. Dua atau lebih roda gigi yang bersinggungan dan bekerja bersama-sama disebut sebagai transmisi roda gigi, dan bisa menghasilkan keuntungan mekanis melalui rasio jumlah gigi. Roda gigi mampu mengubah ke-cepatan putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya. Tidak semua roda gigi berhubungan dengan roda gigi yang lain, salah satu kasusnya adalah pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau menghasilkan gaya translasi, bukan gaya rotasi [ ]. Roda gigi ditunjukkan seperti pada gambar 2.10.

(8)

Gambar 2.10 Roda Gigi 2.3.1 Macam macam roda gigi

1. Roda gigi lurus

Roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. Contohnya pada gear box pada mesin. Roda gigi lurus dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Roda gigi lurus 2. Roda gigi miring

Mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi. Con-tohnya pada sistem transmisi persneling pada kendaraan beroda empat, roda gigi penggerak katup-katup pada mesin motor. Roda gigi miring ditunjukkan pada gambar 2.12.

(9)

Gambar 2.12 Roda gigi miring 3. Roda gigi miring ganda

Gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Contoh penggunaanya yaitu pada roda gigi reduksi turbin pada kapal dan generator, roda gigi penggerak rol pada steel mills. Roda gigi miring ganda dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Roda gigi miring ganda 4. Roda gigi dalam

Dipakai jika alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi be-sar, karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Contoh penerapannya antara lain pada lift. Yang ditunjukkan pada gambar 2.14.

(10)

5. Pinyon dan batang gigi

Merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Contoh pemakaian gigi reck ter-dapat pada mesin bor tegak, mesin bubut, dll. Pinyon dan batang gigi ter-dapat dilihat pada gambar 2.15.

\

Gambar 2.15 Pinyon dan batang gigi 6. Roda gigi kerucut lurus

Roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Contoh penggunaannya pada grab winch, hand winch, kerekan. Roda gigi kerucut lurus dapat dilihat pada gambar 2.16.

(11)

7. Roda gigi kerucut spiral

Karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, dapat meneruskan tinggi dan beban besar. Contoh penggunaannya pada grab winch, hand winch, kerekan. Roda gigi kerucut spiral ditunjukkan pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 Roda gigi kerucut spiral 8. Roda gigi permukaan

Contoh penggunaannya pada grab winch, hand winch, kerekan. Roda gigi permukaan dapat dilihat pada gambar 2.18.

Gambar 2.18 Roda gigi permukaan 9. Roda gigi miring silang

Contoh pemakaiannya seperti yang dipakai pada gearbox. Roda gigi miring silang dapat dilihat pada gambar 2.19.

(12)

10. Roda gigi cacing silindris

Mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Contoh pemakaiannya seperti yang dipakai pada roda gigi difrensial otomobil. Roda gigi cacing silindris dapat dilihat pada gambar 2.20.

Gambar 2.20 Roda gigi cacing silindris 11. Roda gigi cacing gobloid

Mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, dipakai untuk beban yang lebih besar. Contoh pemakaiannya seperti yang dipakai pada roda gigi difrensial

oto-mobil. Roda gigi cacing gobloid dapat dilihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.21 Roda gigi cacing gobloid 12. Roda gigi hypoid

Mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunyabersi-lang. Dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Contoh pemakaiannya seperti yang dipakai pada roda gigi difrensial

otomobile. Roda gigi hypoid dapat dilihat pada gambar 2.22.

(13)

Data yang diperlukan dalam perencanaan roda gigi lurus yaitu: sudut kontak (θ), ve-locity ratio (i), putaran roda gigi (n), diametral pitch (P) dan jarak pusat poros (c). Dan yang dihitung adalah:

1. Diameter roda gigi (d):

dp = ……….……….(2.2)

dg= ……….………..(2.3)

2. Jarak pusat poros (c):

……….………..(2.4)

dp = diameter pinion dg = diameter gear…… 3. Torsi pada poros (T):

………...(2.5) 4. Gaya Bending (Fb):

………...………(2.6) 5. Pitch Line Velocity (Vp):

………..(2.7)

6. Beban Dinamis (Fd): ……….……….(2.8) Untuk O < VP ≤ 2000 ft/min Untuk 2000< Vp≤4000 ft/min √ Untuk Vp > 4000 ft/min 7. Lebar Gigi (b):

(14)

Dimana: Fw = dp×b×Q×K……….………..(2.9) Maka Fw ≥ Fd (dp × b × Q × K) ≥ Fd b ≥ dimana: Q =

8. Berat Roda Gigi (W)

W = b × × dp2 × ρ……….(2.10) Analisa Kekuatan ( Metode AGMA )

1. Terhadap Patahan

Syarat: σT ≤ Sad ⇒ AMAN

σT =

………..(2.11)

dimana:

Ft : Gaya Tangensial (lb)

Ko : Faktor koreksi beban lebih P : Diametral pitch

Ks : Faktor koreksi ukuran Km : Faktor koreksi beban Kv : Faktor dinamis B : Lebar gigi (in) J : Faktor bentuk

Sad =

………..(2.12)

Dimana:

Sat = Tegangan ijin material (psi) KL = Faktor umum

KT = Faktor temperature

(15)

2.4. Poros

Poros (shaft) adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpen-ampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, pulley, roda gila (fly-wheel), engkol, sprocket, dan elemen transmisi daya lainnya. Poros bisa meneri-ma beban-beban lenturan, tarikan, tekan, atau puntiran, yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya [ ]. Bila beban tersebut tergabung, bisa dicari kekuatan statis dan kekuatan lelah yang diperlukan untuk pertimbangan perencanaan. Poros dapat dilihat pada gambar 2.23.

Gambar 2.23 Poros

2.4.1 Macam-Macam Poros Berdasarkan Pembebanannya 1. Poros Transmisi (Transmission Shafts)

Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.

2. Gandar

Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta ba-rang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban lentur. 3. Poros Spindle

Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load). Poros spindle

(16)

dapat digunakan secara efektif apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil.

Pada perhitungan poros, kita menganalisa setiap gaya yang ada pada poros. Untuk memudahkan perhitungan gaya-gaya yang ada pada poros dibagi menjadi dua bagian, yaitu gaya arah horizontal dan gaya arah vertikal. Untuk setiap arah gaya yang digambarkan dengan arah ke atas bernilai positif (+), dan untuk setiap arah gaya yang digambarkan dengan arah ke bawah bernilai negatif (-). Sedangkan untuk momen yang putarannya CCW (berlawanan arah jarum jam) bernilai positif (+), dan untuk momen yang putarannya CW (searah jarum arah jarum jam) bernilai negatif (-).

Untuk menganalisa diameter poros yang akan dipakai, kita dapat menggunakan persamaan Distortion Energy, yaitu:

[ ( ) ] [ ( ) ( ) ] ………...…(2.13) dimana: D

i = diameter dalam poros (in) D

o = diameter luar poros (in) M

m = momen bending rata-rata (lb.in) M

r = momen bending range (lb.in) T

m = momen torsi rata-rata (lb.in) T

r = momen torsi range (lb.in) 2.4.2 Pemilihan Bahan Poros

Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel 2.1, dan kita dapat menyesuaikan dengan yang kita butuhkan.

(17)

Lambang Perlakuan Panas Diameter (mm) Kekuatan Tarik (kg/mm2) Kekerasan HRC (HRB) HB S35C-D Dilunakkan 20 atau ku-rang 21-80 58-79 53-69 (84)-23 (73)-17 - 144-216 Tanpa dilu-nakkan 20 atau ku-rang 21 – 80 63 – 82 58 – 72 (87) – 25 (84) – 19 - 160-225 S45C-D Dilunakkan 20 atau ku-rang 21 – 80 65 – 86 60 – 76 (89) – 27 (85) – 22 - 166-238 Tanpa dilu-nakkan 20 atau ku-rang 21 – 80 71 – 91 66 – 81 12 – 30 (90) –24) - 183-253 S55C-D Dilunakkan 20 atau ku-rang 21 – 80 72 – 93 67 – 83 14 – 31 10 – 26 - 188-260 Tanpa dilu-nakkan 20 atau ku-rang 21- 80 80 – 101 75 – 91 19 – 34 16 – 30 - 213-285

Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat dihitung dengan rumus: a = 2 1. f f b S S

dimana: a = tegangan geser izin (N/mm2)

b = kekuatan tarik bahan (N/mm2)

Sf1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan poros

Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros (poros

bertangga/ada alur pasak)

Dalam perancangan poros ini digunakan bahan batang baja karbon yang difinis dingin dengan lambang S45C-D tanpa dilunakkan. Bahan ini dipilih karena sering dipakai pada poros dan memiliki kekuatan dan kekerasan yang besar dimana kekuatan tarik (b) yang dipakai yaitu 65 N/mm2. Diameter poros yang akan

(18)

digunakan berkisar antara 21-80 mm. Bahan poros dipilih tanpa dilunakkan dalam perlakuan panasnya karena bahan tersebut memiliki struktur material yang lebih homogen dan merata sehingga lebih kuat dan keras daripada yang dilunakkan.

BerdasarkanSularso, “Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta 1994 untuk setiap bahan jenis S-C diambil faktor keamanan (Sf1) sebesar 6,0. Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan

diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar [ ]. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0. Dalam perancangan ini

diambil Sf2 dengan harga sebesar 2,15 karena poros akan diberi alur pasak atau spline.

2.4.3 Diameter Poros

Diameter poros dapat diperoleh dari rumus:

dp = . . . ...(2.15) 1 , 5 1/3       T Cb Kt a  dimana: dp = diameter poros (mm)

a = tegangan geser izin (N/mm2)

Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5 – 3,0.

Cb = faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban

lentur, dalam perencanaan ini diambil 1,2 karena diperkirakan tidak akan terjadi beban lentur.

T = momen puntir yang ditransmisikan (N.mm) 2.4.3 Kekuatan Poros

Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadiakibat tegangan puntir yang dialami poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka perancangan tidak akan menghasilkan hasil yang baik, atau dengan kata lain perancangan adalah gagal.

(19)

g = ...(2.16) . . 16 3 dp T

Dimana:

g = tegangan geser akibat momen puntir (N/mm2)

T = momen puntir yang ditransmisikan (N.mm) dp = diameter poros (mm)

2.5. Bantalan ( Bearing )

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga pu-taran atau gerak bolak-balik dapat berlangsung secara halus, aman dan masa pemakaian dapat lebih lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan po-ros serta elemen lainnya dapat bekerja dengan baik.

Pada perancanaan bantalan ini digunkan bantalan dengan type sigle row angular

contack ball bearing, dengan 24 lasan bantalan ini dapat menahan dua jenis beban

yaitu jenis beban radial dan jenis beban aksial. Karena dalam operasi hanya beberapa bola atau kadang-kadang hanya satu bola yang menanggung beban radialnya, sehing-ga bola-bala yang lain dapat berfungsi menahan beban aksialnya. Disamping itu ban-talan ini juga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri bila terjadi ketidaksesuain atau ketidaksenteran sumbu poros dengan sumbu bantalan akibat adanya defleksi po-ros atau adanya perubahan penurunan pondasi[ ]. Bearing dapat dilihat pada gambar 2.24.

(20)

Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros maka bantalan dapat diklasifi-kasikan sebagai berikut:

1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros a. Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), roll jarum dan roll bulat. Bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar 2.25.

Gambar 2.25 Bantalan gelinding b. Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Bantalan luncur dapat dilihat pada gambar 2.26.

Gambar 2.26 Bantalan Luncur 2. Atas dasar arah beban terhadap poros

a. Bantalan radial

(21)

b. Bantalan axial

Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros c. Bantalan gelinding khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

Adapun perbandingan antara bantalan luncur dengan bantalan gelinding yaitu: Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar, se-dang bantalan gelinding lebih cocok untuk beban kecil daripada bantalan luncur, ter-gantung pada bentuk elemen gelindingnya.

Data yang perlu diketahui dalam perhitungan bantalan yaitu: putaran poros (n), diam-eter poros (d). Dan yang dihitung yaitu:

1. Gaya-gaya pada tumpuan (Fr):

Fr = √ + ……….(2.17) Dimana: Fr : Gaya aksial (lb) Fy : Gaya sumbu y (lb) FZ : Gaya sumbu z (lb) 2. Beban eqivalen (p) Fr = √ ………..(2.18) Dimana: P : Beban eqivalen (lb)

Fy : Faktor putaran (1 untuk ring dalam berputar :1,2 untuk

ring luar berputar) Fr : Gaya radial (p)

3. Umur bantalan (L10)

L10 =

………...(2.19) Dimna:

L10 : Umur bantalan (jam)

(22)

P : Konstanta yang tergantung dari type bantalan 3 untuk ball bearing 10/3 untuk roller bearing

N : putaran poros (rpm) 2.5.1 Umur untuk Bantalan

Umur bantalan bola dan rol didefinisikan sebagai jumlah putaran (atau waktu jam pada saat putaran konstan) yang mana bantalan beroperasi sebelum salah satu elemen bantalan mengalami kelelahan (fatique). Seperti ditunjukan pada tabel 2.2 adalah pemiliihan jenis umur bantalan.

(23)

2.5.2 Pemilihan Jenis Bantalan

Bantalan yang akan digunakan adalah bantalan gelinding atau bola. Alasan pemilihan bantalan ini adalah karena ketahanan bantalan ini dalam menahan beban aksial dan putaran tinggi, serta dapat menerima sedikit beban aksial.

Langkah awal yang dilakukan dalam perancangan ini adalah perhitungan ter-hadap beban, yaitu beban dinamis yang merupakan penjumlahan beban radial dan beban aksial.

A. Beban Dinamis Bantalan

Beban dinamis ini disebabkan oleh massa roda gigi input, dimana massa roda gigi input dapat dicari dengan rumus:

         b d d m V m i p i i i i 2 , 2 4 ……….(2.20) dimana:

mi = massa roda gigi input (kg)

di = diameter jarak bagi roda gigi input (mm) dp,i = diameter poros input (mm)

b = lebar roda gigi (mm)

= massa jenis roda gigi (kg/mm3) Perbandingan beban dinamis untuk bantalan

X

F

r

 

Y

F

a

P

……….……….(2.21)

Dimana: Fr = beban radial (kg) Fa = beban aksial (kg)

X = 28ellev radial (X = 0,56)

Y = 28ellev aksial (Y = 1,45)

Untuk memilih jenis bantalan yang sesuai maka harus disesuaikan dengan tabel standar bantalan yang sesuai dengan poros input, seperti terlihat pada tabel 2.2.

(24)

Tabel 2.3 Jenis jenis bantalan Nomor bantalan

dua sekat Ukuran luar (mm)

Kapasitas nominal

Kapasitas nominal

jenis Dua dinamis

spe-sifik

statis spe-sifik terbuka Sekat tanpa

kon-tak D D B r C (kg) Co (kg) 6000 6000ZZ 6000VV 10 26 8 0,5 360 196 6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229 6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263 6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296 6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465 6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530 6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740 6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915 6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010 6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320 6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430

Jadi bantalan yang dipakai adalah jenis 6008 dengan diameter luar (D) = 68 mm, diameter dalam (d) = 40mm, lebar bantalan (B) = 15mm, dan jari-jari sisi ® = 1,5 mm.

2.6 Pegas

Pegas adalah elemen mesin yang digunakan untuk memberikan gaya, torsi, dan juga untuk menyimpan atau melepaskan. Energi disimpan pada benda padat dalam bentuk twist, stretch, atau kompresi[ ]. Energi di-recover dari sifat material yang telah terdistorsi. Pegas haruslah memiliki kemampuan untuk mengalami defleksi yang besar. Beban yang bekerja pada pegas dapat berbentuk gaya tarik, gaya tekan, atau torsi (twist force). Pegas umumnya beroperasi dengan „high

work-ing stresses‟ dan beban yang bervariasi secara terus menerus. Beberapa contoh

(25)

1. Untuk menyimpan dan mengembalikan potensial, seperti misalnya pada „gun recoil mechanism‟.

2. untuk memberikan gaya dengan nilai tertentu, seperti misalnya pada relief

valve.

3. Untuk meredam getaran dan beban kejut. 4. Untuk beban, contohnya pada timbangan.

5. Untuk mengembalikan komponen pada posisi semula, contonya pada

„brake pedal’. 2.6.1 Klasifikasi Pegas

Pegas dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis fungsi dan beban yang bekerja yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan. Tetapi klas-ifikasi yang lebih umum adalah diberdasarkan bentuk fisiknya. Klasklas-ifikasi berdasar-kan bentuk fisik adalah:

1. Wire form spring (helical compression, helical tension, helical

tor-sion, custom form).

2. Spring washers (curved, wave, finger).

3. Flat spring (cantilever, simply supported beam).

4. Flat wound spring (motor spring, volute, constant force spring).

Pegas „helical compression’ dapat memiliki bentuk yang sangat bervariasi. Gambar 2.27 menunjukkan beberapa bentuk pegas helix tekan. Bentuk yang standar memiliki diameter coil, pitch, dan spring rate yang konstan. Pitch dapat dibuat bervariasi sehingga spring rate-nya juga bervariasi. Penampang kawat umumnya bulat, tetapi juga ada yang berpenampang segi empat. Pegas konis bi-asanya memiliki spring rate yang non-linear, meningkat jika defleksi bertambah besar. Hal ini disebabkan bagian diameter coil yang kecil memiliki tahanan yang lebih besar terhadap defleksi, dan coil yang lebih besar akan terdefleksi lebih du-lu. Kelebihan pegas konis adalah dalam hal tinggi pegas, dimana tingginya dapat dibuat hanya sebesar diameter kawat.Bentuk barrel dan hourglass terutama digunakan untuk mengubah frekuensi pribadi pegas standar[ ]. Variasi pegas dapat dilihat pada gambar 2.27.

(26)

Gambar 2.27 Variasi pegas tekan (Helix) 2.6.2 Bahan Pegas

Bahan pegas yang paling umum digunakan adalah pegas menurut standard JIS dilambangkan dengan SUP atau baja ST-70 yang dapat disepuh dengan baik setelah pegas terbentuk. Sifat mekanis untuk bahan SUP adalah sebagai berikut:

1. Modulus gelincir G = 8 x 103 kg/mm2

2. Ultimate tensile strength = 60 sampai dengan 70 kg/mm2 Sedangkan sifat mekanis bahan ST-70 untuk pegas adalah:

1. Tegangan bengkok ijin = 5.000 kg/mm2 2. Tegangan puntir ijin = 4.000 kg/mm2 3. Modulus elastisitas = 2.200.000 kg/mm2 4. Modulus gelincir = 850.000 kg/mm2

Gambar 2.28 menunjukkan pegas tekan yang digunakan dengan standard JIS yang dilambangkan dengan SUP atau baja ST-70.

(27)

Tegangan maksimal = tegangan puntir + tegangan geser. Τ mak = τw

+ τ

s

=

+

=

(

)…………..…...(2.22)

Dimana:

τ mak = tegangan geser total pada pegas, N/m2 F = gaya aksial (tarik atau tekan ), N D = diameter rerata pegas, m

d = diameter kawat pegas, m

2.6.3 Lenturan (Defleksi) pegas ulir

akibat gaya tarik tekan menyebabkan pegas akan memanjang atau memendek. Pemanjangan atau pemendekan pegas ini disebut dengan defleksi pegas.besarnya defleksi pegas ulir dapat diturunkan dengan cara analisis deformasi kawat pegas aki-bat puntiran.

Atas dasar hal tersebut di atas maka harus dicari harga kekakuan pegas, dengan perhi-tungan di bawah ini:

………..(2.23)

Dimana:

Y = defleksi pegas, m G = modulus gelincir, N/m2 n = banyaknya lilitan aktif

2.6.4 Energi yang mampu disimpan pegas

energi pegas dapat dicari dengan menurunkan persamaan dasar sebagai beri-kut

(28)

dengan memasukkan harga harga yang telah diperoleh dari persamaan sebelumnya ke dalam persamaan di atas maka akan diperoleh:

E =

………(2.25)

dimana:

E = energi pegas

V = volume kawat pegas, faktor koreksi wahls 2.7 Flywheel (Roda Gila)

Roda gila adalah sebuah piringan roda besi yang dipergunakan sebagai suatu reservoir (penyimpan) energi di dalam mesin. Pada saat tenaga mesin bertambah, pu-tarannya bertambah, dan tenaga tersebut tersimpan dalam roda gila. Pada saat mesin kekurangan tenaga, roda gila tersebut akan memberikan tenaganya[ ]. Flywheel dapat dilihat pada gambar 2.29.

Gambar 2.29 Flywheel (Roda Gila) Energi yang disimpan dalam rotor adalah energi kinetik :

Ek = ……….(2.26)

Dimana:

ω : Kecepatan sudut I : Momen inersia

Momen inersia adalah ukuran resistensi terhadap torsi diterapkan pada objek berputar (yaitu semakin tinggi momen inersia, semakin lambat akan berputar setelah diterapkan gaya tertentu).

2.7.1 Koefisien Fluktuasi Flywheel

Koefisien fluktuasi aalah variasi kecepatan yang diperlukan roda gila (fly-wheel), yang didefenisikan sebagai:

(29)

δ =

………..(2.27) ω1 = Kecepatan sudut maksimal roda gila (flywheel)

ω2 = Kecepatan sudut minimal roda gila (Flywheel)

ω = Kecepatan sudut rata-rata (flywheel) =

V = Kecepatan maksimal suatu titik pada roda gila (flywheel) V1 = Kecepatan minimal suatu titik pada roda gila (flywheel)

V2 = Kecepatan rata-rata suatu titik pada roda gila (flywheel)

Nilai koefisien fluktuasi yang biasa dipakai (umum) dalam praktek,adalah 0,2 untuk mesinpembuat lubang (punch), Mesin giling ,mesin pemecah batu. 0,002 untuk gen-erator listrik.

1.7.3 Menentukan Berat Roda Gila Apabila:

ω1 = Kecepatan sudut maksimal roda gila (flywheel)

ω2 = Kecepatan sudut minimal roda gila (Flywheel)

I0 = Momen kelembaman roda gila (flywheel),terhadap sumbu porosnya

Maka perubahan tenaga kinetic roda gila (Flywheel), pada kecepatan maksi-mum dan kecepatan minimaksi-mum dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

E = ……….…...(2.28) = = = ( ) ( ) = Bila:

K = Radius girasi roda gila (flywheel) terhadap sumbu putaranya W = Berat roda gila (flywheel)

I0 = k2

(30)

Sehingga:

W =

………...(29)

Apabila r adalah jari-jari roda gila,dan berat roda gila dianggap terkosentrasi pada jari-jari rata-ratanya, maka:

K = r dan

Dengan mengganti nilai V =

, maka:

W =

( )

=

atau W =

………..….(30)

Bila roda gila berupa disk,maka I0

=

, Sehingga harga E,

Menjadi E =

=

W =

………(31)

Dengan mempertimbangkan bagian-bagian lain yang ikut berputar, maka berat roda gila yang diambil hanya 90%, dari berat hasil perhitungan. Dengan adanya memper-timbangkan gaya centrifugal yang diambil akibat putaran, maka kecepatan maksi-mum untuk roda gila (flywheel) dengan material baja adalah V=40 m/detik dan mate-rial besi tuang adalah V=30 m/detik.

Gambar

Gambar 2.1 Berbagai Variasi Speed Bump:
Gambar 2.2 Desain Standar Speed bump (Pembatas kecepatan kendaraan)
Gambar 2.3 Skema generator
Gambar 2.4 Konsep generator  2.2.1   Rotor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ritual pengobatan yang dilakukan suku Paser Balik terdapat pembuktian bahwa mereka mampu mengobati orang yang sedang sakit. Pembuktian tersebut dilakukan

Dalam latar belakang yang dikemukakan penulis diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Apakah ada manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kasus bronchopneumonia terhadap

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa entitas mikro, kecil, dan menengah adalah suatu usaha ekonomi produktif baik yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan usaha yang

Ponsel atau handphone kini me- rupakan sahabat wajib yang tidak bisa lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data Consumer Lab Ericsson, selain

[r]

Dengan melihat pentingnya pengaruh dari perancangan interior pada pusat perfilman, maka Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail dipilih untuk dirancang dengan tujuan agar dapat

Informasi hanya untuk bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan dalam kombinasi dengan bahan. lain atau dalam proses lain,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Zen (2012) yakni adanya pengaruh pemberian informasi karier terhadap perencanaan arah karier. Proses kegiatan bimbingan