• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 3

Analisis Data

Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. Peserta responden merupakan mahasiswa-mahasiswi Universitas Bina Nusantara yang sedang menjalani perkuliahan semester dua, kelas 02PCN, pembagian dua grup responden berdasarkan hasil pre test yang telah dilakukan pada tanggal 29 Maret 2011. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya keefektivan dari penggunaan media pembelajaran audio visual berupa video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dalam pelajaran menyimak ketika mempelajari verba –te.

3.1 Analisis Hasil Pre Test dan Post Test

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, penulis melakukan uji pre test dan post

test. Perhitungan peningkatan nilai akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 17,

metode yang dipakai adalah metode non-parametric menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α)=0.05. Penulis membagi peserta menjadi dua grup responden dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu, pada bab ini akan dibagi lagi menjadi dua sub bab, yaitu analisis perolehan nilai pada kelas eksperimen dan pada kelas non-eksperimen.

3.1.1 Analisis Perolehan Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan, pada sepuluh responden kelas eksperimen yang telah menyimak menggunakan media audio visual berupa video Erin

(2)

ga Chousen! Nihongo Dekimasu, ditemukan peningkatan hasil belajar yang cukup

banyak pada responden kelas eksperimen ini. Berikut ini adalah tabel hasil nilai rata-rata

pre test dan post test pada kelas eksperimen

Tabel 3.1.1.1 Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen

Nilai Rata-rata Pre test dan

Post Test Kelas Eksperimen

Nilai Pre test Nilai Post Test Peningkatan

66.6 79.8 13.2 Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat peningkatan hasil belajar kelas eksperimen pada kegiatan post test adalah sebesar 13.2 point. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjabarkan lebih terperinci pada tabel dan grafik perbandingan hasil nilai

pre test dan post test kelas eksperimen dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 metode

uji peringkat bertanda Wilcoxon.

Tabel 3.1.1.2 Peringkat Hasil Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen

N Mean Rank Sum of Ranks PostTest - PreTest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 9b 5.00 45.00

Ties 1c

Total 10

Keterangan : a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest

(3)

Pada tabel peringkat hasil pre test dan post test kelas eksperimen tersebut dapat diketahui jumlah responden yang memiliki nilai post test lebih besar dari pada nilai pre

test berjumlah sembilan responden dan responden yang tidak memiliki perubahan nilai

berjumlah satu orang. Berdasarkan data tersebut maka diketahui pula pada kelas eksperimen ini tidak ada satu responden pun yang mengalami penurunan nilai. Hasil nilai yang diperoleh, secara spesifik akan dijabarkan pada grafik perbandingan perolehan nilai pre test dan post test responden pada kelas eksperimen berikut ini

Grafik 3.1.1.1 Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen

Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan hasil data yang telah dijabarkan pada grafik nilai pre test dan post test kelas eksperimen sebelumnya, secara terperinci penulis akan memaparkan prosentase peningkatan nilai yang dialami oleh masing-masing responden kelas eksperimen yang akan lebih jelas dengan melihat grafik berikut ini

R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 R 8 R 9 R 10 Pre Test 80 74 66 70 76 40 78 78 50 54 Post Test 82 78 80 70 84 82 86 82 78 76 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test 

Kelas Eksperimen

Responden

(4)

Grafik 3.1.1.2 Prosentase Peningkatan Nilai Responden Kelas Eksperimen

Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada grafik tersebut diketahui responden keenam memiliki prosentase peningkatan nilai tertinggi dibandingkan dengan responden lainnya, yakni 42%. Perolehan prosentase tertinggi selanjutnya disusul oleh responden kesembilan yang memiliki prosentase peningkatan nilai sebesar 28%. Berdasarkan grafik ini, dapat menjadi bukti bahwa media audio visual berupa video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dapat menjadi salah satu media yang berperan cukup penting dalam membantu peningkatan nilai responden kelas eksperimen.

Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu : 2% 4% 14% 0% 8% 42% 8% 4% 28% 22% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Prosentase Peningkatan Nilai Responden 

Kelas Eksperimen

Prosentase  Peningkatan Nilai

(5)

1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil nilai pre test dan post test para

responden kelas eksperimen setelah menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu)

2. Hipotesis alternatif (H1), hasil nilai post test para responden kelas eksperimen

lebih besar daripada hasil nilai pre test setelah menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu)

Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α

> 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah

penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini

Gambar 3.1.1.1 Grafik Pengambilan Hipotesis

Sumber : Santoso, 2009: 358

Berdasarkan penggunaan aplikasi SPSS 17, karena responden yang digunakan jumlahnya sedikit yakni hanya berjumlah dua puluh orang, maka pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan analisis non-parametric tests dengan two related

samples, maka hasil uji statistik kelas eksperimen berupa tabel dapat dilihat di bawah ini

0,05 0,1

(6)

Tabel 3.1.1.3 Tabel Uji Statistik Kelas Eksperimen

PostTest - PreTest

Z -2.670

Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Sumber : Data Penelitian Maret – Mei 2011

Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,008. Karena 0,008 < 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Berikut hasil grafik pengambilan

hipotesis kelas eksperimen

Gambar 3.1.1.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kelas Eksperimen

Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini telah diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Dengan kata lain, penggunaan media pembelajaran audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) dalam menyimak verba bentuk –te dapat menjadi salah satu media yang efektif guna meningkatkan kemampuan responden kelas eksperimen dalam menjawab soal post test

0,05 0,1

Tolak H0 Terima H0

(7)

yang diberikan, dan media audio visual dapat dijadikan salah satu media alternatif untuk menunjang kegiatan belajar mengajar khususnya menyimak verba bentuk –te.

Berdasarkan hasil kuesioner pada pertanyaan nomor empat bahwa mengikuti kelas penelitian ini bermanfaat, sebesar 80% responden menjawab setuju dan 20% responden lainnya menjawab sangat setuju. Maka disimpulkan kelas penelitian ini, yaitu menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) tidak hanya menjadi salah satu media yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran menyimak tetapi juga dianggap bermanfaat bagi seluruh responden. Menurut Arsyad (2006) dalam Yuliani (2008: 13) mengatakan bahwa media audio visual dapat memberikan banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah media audio visual dapat mendorong pemanfaatan yang bermakna pada suatu mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. Manfaat lain yang didapat jika menggunakan media audio visual adalah memungkinkan komunikasi secara audio dan video, memfasilitasi perasaan secara pribadi dan memungkinkan interaksi secara lebih baik (Florida Center for Intructional

Technology, 2009).

3.1.2 Analisis Perolehan Hasil Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Non-Eksperimen

Menurut hasil analisis yang telah dilakukan pada responden kelas non-eksperimen yang pada kegiatan menyimaknya di kelas menggunakan media audio berupa rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25. Sebanyak 60% responden mengalami peningkatan nilai. Hasil nilai rata-rata pre test dan post test pada kelas

(8)

non-eksperimen akan dijabarkan menggunakan tabel perbandingan yang dapat dilihat lebih jelas sebagai berikut

Tabel 3.1.2.1 Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas Non-Eksperimen

Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas

Non-Eksperimen

Nilai Pre Test Nilai Post Test Peningkatan

65.8 68 2.2 Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat peningkatan hasil belajar dari keseluruhan jumlah responden kelas non-eksperimen pada kegiatan post test adalah sebesar 2.2 point. Peningkatan yang terjadi pada kelas non-eksperimen ini lebih sedikit dibandingkan dengan kelas eksperimen yang memiliki peningkatan sebesar 13.2 point. Tetapi apabila dilihat berdasarkan peningkatan nilai per responden, maka dapat dilihat sebenarnya peningkatan nilai kelas non-eksprimen ini tidak jauh berbeda dengan responden kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya penulis akan mejabarkan lebih spesifik pada tabel dan grafik perbandingan hasil nilai pre test dan post test kelas non-eksperimen dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 metode uji peringkat bertanda wilcoxon berikut ini

(9)

Tabel 3.1.2.2 Peringkat Hasil Pre Test dan Post Test Responden Kelas Non-Eksperimen

N Mean Rank Sum of Ranks PostTest - PreTest Negative Ranks 3a 3.67 11.00

Positive Ranks 6b 5.67 34.00

Ties 1c

Total 10

Keterangan : a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada tabel peringkat hasil pre test dan post test kelas non-eksperimen tersebut, dapat dilihat jumlah responden yang mempunyai nilai post test lebih kecil dari pada nilai pre

test berjumlah tiga orang, sedangkan yg memiliki nilai post test lebih besar dari pada

nilai pre test berjumlah enam orang dan yang tidak memiliki perubahan nilai berjumlah satu orang. Berikut ini grafik perbandingan perolehan nilai pre test dan post test pada kelas non-eksperimen yang mempelajari verba –te menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25).

(10)

Grafik 3.1.2.1 Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelas Non-Eksperimen

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Mengacu pada tabel di atas, dapat dilihat ternyata penurunan hasil nilai yang terjadi pada responden kelas non-eksperimen ini tidak banyak dikarenakan hasil nilai pre test mereka memang sudah cukup tinggi. Untuk mempermudah dalam melihat peningkatan maupun penurunan nilai responden kelas non-eksperimen, maka penulis menjabarkan perolehan prosentase peningkatan nilai masing-masing responden dalam bentuk grafik yang dapat dilihat sebagai berikut

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Pre Test 66 60 70 72 62 68 70 56 68 66 Post Test 64 62 62 72 72 72 68 66 72 70 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Grafik Nilai Pre Test dan Post Test 

Kelas Non‐Eksperimen

Responden

(11)

Grafik 3.1.2.2 Prosentase Perolehan Nilai Responden Kelas Non-Eksperimen

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada grafik tersebut dapat dilihat responden ketiga memiliki tingkat penurunan nilai paling banyak, yakni sebesar 8%. Peningkatan nilai tertinggi yang diperoleh responden kelas non-eksperimen hanya sebesar 10%, yang jika dibandingkan dengan peningkatan nilai kelas eksperimen, yakni responden keenam, mencapai peningkatan prosentase nilai tertinggi sebesar 42%. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Prosentase Perolehan Nilai ‐2% 2% ‐8% 0% 10% 4% ‐2% 10% 4% 4% ‐10% ‐8% ‐6% ‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

Prosentase Perolehan Nilai Responden Kelas 

Non‐Eksperimen

Responden

(12)

1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil nilai pre test dan post test para

responden kelas non-eksperimen setelah menyimak menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25

Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25)

2. Hipotesis alternatif (H1), hasil nilai post test para responden kelas

non-eksperimen lebih besar daripada hasil nilai pre test setelah menyimak menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1,

Choukai Tasuku 25)

Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α

> 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah

penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini

Gambar 3.1.2.1 Grafik Pengambilan Hipotesis

Sumber : Santoso, 2009: 358

Dari penggunaan aplikasi SPSS 17, maka hasil uji statistik kelas non-eksperimen berupa tabel dapat dilihat di bawah ini

0,05 0,1

(13)

Tabel 3.1.2.3 Tabel Uji Statistik Kelas Non-Eksperimen

PostTest - PreTest

Z -1.373

Asymp. Sig. (2-tailed) .170

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon berikut, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,170. Karena 0,170 > 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan diterima dan H1 akan ditolak. Berikut hasil grafik pengambilan

hipotesis kelas non-eksperimen

Gambar 3.1.2.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kelas Non-Eksperimen

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa setelah diberi perlakuan, tidak ada peningkatan terlalu jauh antara hasil pre test dengan hasil post test para responden kelas non-eksperimen. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan pada hasil nilai responden sebelum dan sesudah menyimak dengan menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo

Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25).

0,05 0,1

Tolak H0  Terima H0

(14)

Didasari perolehan data tersebut, dapat dilihat pula hampir sebagian dari jumlah keseluruhan responden kelas non-eksperimen mengalami penurunan nilai. Menurut Fenrich (2005: 99) media audio dapat sangat efektif bila dikombinasikan dengan media lain. Hal ini dapat juga dikarenakan media audio memiliki kekurangan, dalam Florida

Center for Intructional Technology (2009) menyatakan bahwa beberapa kekurangan dari

teknologi audio dalam pengajaran adalah

• Tidak kondusif untuk informasi visual. Banyak siswa yang kesulitan untuk fokus dan belajar hanya menggunakan audio. Selain itu, format audio hanya membatasi konten yang dari pesan yang ingin disampaikan (sebagai contoh konsep-konsep abstrak sangat sulit disampaikan hanya dengan audio).

• Dapat menjadi tidak personal. Dengan interaksi audio saja, tidak ada kontak mata dan tidak ada bahasa tubuh. Siswa dapat menjadi kehilangan minat dengan hanya berbicara ke kotak yang dapat berbunyi.

3.1.3 Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dengan Kelas Non-Eksperimen

Guna mempermudah dalam melihat perbandingan hasil penelitian dua grup responden, maka pada sub bab ini penulis akan menunjukan perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen dan non-eksperimen. Nilai tersebut diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai pre test dan post test masing-masing kelas, yang kemudian dibagi dengan jumlah responden pada masing-masing kelas. Setelah itu, hasil rata-rata nilai post test yang didapat dikurangi dengan hasil rata-rata nilai pre test. Didasari perhitungan tersebut, maka diperoleh hasil yaitu kelas eksperimen dengan nilai

(15)

rata-rata 13.2 point, sedangkan rata-rata nilai pada kelas non-eksperimen sebesar 2.2 point. Dari hasil nilai tersebut maka didapat perbandingan hasil peningkatan dari kelas eksperimen dengan non-eksperimen yaitu sebesar 11 point. Perbandingan hasil peningkatan masing-masing kelas akan lebih jelas, apabila dilihat pada tabel dan grafik yang telah penulis rangkum sebagai berikut

Tabel 3.1.3.1 Tabel Perbandingan Hasil Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen dengan Non-Eksperimen

Rata-Rata Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen

Rata-Rata Peningkatan Nilai Kelas Non-Eksperimen

Perbedaan Hasil Peningkatan

13.2 point 2.2 point 11 point

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Perbandingan hasil peningkatan nilai kelas eksperimen dengan non-eksperimen berupa grafik, dapat dilihat berikut sebagai berikut

(16)

d a m n C b Grafik 3. Berdasark dapat ditarik audio visual mengalami p non-eksperim Choukai Ta berdasarkan

P

1.3.1 Grafik Sumb kan perband k kesimpulan l (Video Eri peningkatan men yang asuku 25. U uji peringka

Perband

Kela k Perbandin deng ber : Data Pe dingan hasil n bahwa res in ga Chous n nilai 6 kal menggunaka Untuk perb at Wilcoxon

dingan H

dengan

s Eksperimen ngan Hasil P gan Non-Ek enelitian Peri rata-rata sep sponden kela sen! Nihongo li lebih besa an rekaman andingan h dapat diliha 13.2

asil Nila

n Non‐Ek

Kelas No Peningkatan ksperimen iode Maret – perti yang di as eksperime o Dekimasu) ar dibanding n CD Minn hasil signifik at pada grafik 2.2

ai Kelas E

ksperime

on‐Eksperimen n Nilai Kela – Mei 2011 itunjukkan p en yang men ) dalam men gkan dengan na no Niho kansi masin k di bawah i

Eksperim

en

n as Eksperim pada grafik d nggunakan m nyimak verb n responden ongo Shokyu ng-masing k ini

men 

men di atas, media ba –te kelas uu 1, kelas,

(17)

K s S t m e v r y m Pada graf Karena mer signifikansi Sebaliknya tersebut dian menunjukan ekesperimen visual mem responden k Melalui yang menga mengalami Grafik 3 Sumb fik di atas d rupakan hasi yaitu 0.05, apabila has nggap gagal n nilai sign n sebesar 0. mberikan pe kelas eksperim analisis has alami pening penurunan n

Per

Eks

3.1.3.2 Graf N ber : Data Pe dapat dilihat il dari uji s berarti dat sil uji lebih karena tidak nifikansi ke 170. Dapat engaruh yan men. sil pembelaj gkatan, tida nilai pada s 0

rbanding

sperimen

Kelas Ekspe fik Signifika Non-Eksper enelitian Peri tingkat sign ignifikansi, ta tersebut t h besar dari k menunjuka elas ekesper ditarik kesim ng cukup b jaran respon ak ada perub saat mengerj 0.008

gan Nila

n denga

erimen Ke ansi Kelas E rimen iode Maret – nifikansi ma apabila has tingkat kebe i angka sig an perubaha rimen sebe mpulan bahw besar dalam nden juga d bahan, bahk jakan soal p 0.170

i Signifik

n Non‐E

elas Non‐Ekspe Eksperimen – Mei 2011 sing-masing sil uji lebih erhasilannya gnifikansi (0 an yang bera esar 0.008 wa penggun m meningka diketahui ter kan terdapat post test. Be

kansi Ke

Eksperim

erimen n dengan g grup respo kecil dari a a semakin ti 0.05), maka arti. Grafik d dan kelas naan media atkan hasil rdapat respo responden erikut penjab

elas 

men

nden. angka inggi. data di atas non-audio nilai onden yang baran

(18)

l y m m S P d p p e r laporan hasi yang telah p Grafik 3 Berdasark mengalami mencapai 90 Sedangkan Prosentase i dengan graf penurunan n prosentase eksperimen, responden 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% il peningkat penulis rangk 3.1.3.3 Hasil Sumb kan grafik peningkatan 0%, tidak ter responden y ini dapat di fik berwarn nilai sebesar peningkatan memiliki yang tidak % % % % % % % % % % Peningka

tan dan penu kum berikut l Peningkat ber : Data Pe tersebut, d n nilai yan rdapat respon yang tidak ibandingkan na jingga. R 30%, dan y n nilai kel perbedaan memiliki tan Penur urunan nilai ini an dan Pen enelitian Peri dapat diliha ng dilamba nden yang m memiliki p dengan kel Responden k yang mengal las non-eks hingga 30% perubahan runan Tida i dari dua gr urunan Nila iode Maret – at bahwa re angkan deng mengalami p erubahan pe las non-eksp kelas non-e lami peningk sperimen d %. Pada ke perolehan ak berubah rup respond ai Dua Gru – Mei 2011 esponden k gan grafik enurunan nil erolehan nil perimen yan eksperimen katan nilai s dibandingkan elas non-eks nilai serup Ekspe Non‐ den berupa g p Responde kelas eksper berwarna lai pada kela lai sebesar ng dilamban yang meng sebesar 60% n dengan sperimen ju pa dengan erimen Eksperimen grafik en rimen ungu as ini. 10%. ngkan alami . Jika kelas umlah kelas

(19)

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Rahman (2004: 225) mengenai kelebihan media audio visual, yakni dapat menjadi motivasi terbaik dalam proses belajar dan dapat menjadi penyalur informasi yang positif tentang materi pembelajaran sehingga dapat menyokong interaksi di dalam kelas yang berdampak pada peningkatan hasil belajar.

3.2 Pemilihan Bahan Simakan Berdasarkan Hasil Kuesioner

Dalam pemilihan materi, penulis telah menyeleksi media pembelajaran dengan menerapkan syarat-syarat dari teori bahan simakan yang menarik perhatian. Untuk lebih jelasnya mengenai pemilihan materi kelas eksperimen yang penulis lakukan, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.2.1 Pemilihan Bahan Simakan Oleh Penulis Menurut Teori Bahan Simakan yang Menarik Perhatian

Bahan Simakan yang Menarik Perhatian Ya Tidak

- Tema mutakhir 9

- Tema terarah dan sederhana 9

- Menambah pengetahuan 9

- Bersifat sugestif dan evaluatif 9

- Bersifat motivatif dan persuasif 9

- Bersifat menghibur 9

- Bahasa sederhana dan mudah dimengerti 9

- Bersifat dialog 9

(20)

Bahan simakan yang terpilih memiliki tema masing-masing disetiap episodenya yang sesuai dengan tingkat kemampuan ketatabahasaan responden. Tema tersebut juga sesuai dengan tujuan diadakannya kelas penelitian ini (Tarigan, 2008: 44), yaitu video Erin ga

Chousen! Nihongo Dekimasu episode sembilan sampai sebelas. Pada video tersebut

didalamnya berisikan tema atau materi verba –te imasu, -te mo iidesuka, dan –te kara yang sesuai dengan bahan materi pelajaran yang sedang responden pelajari saat ini pada kelas formal. Karena pada setiap episode yang dipilih mempunyai bagian-bagian yang didalamnya tidak hanya terdapat pembahasan tentang verba –te, tetapi pada video Erin

ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini juga berisikan tentang kebiasaan dan kebudayaan

masyarakat Jepang. Berkaitan dengan hal ini, video Erin ga Chousen! Nihongo

Dekimasu juga dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan. Pendapat ini

sesuai dengan hasil kuesioner yang penulis berikan. Pada nomor sembilan, terdapat pernyataan bahwa responden mendapat pengetahuan baru dalam kelas penelitian ini. 90% dari responden menjawab setuju dan 10% responden lainnya menjawab sangat setuju.

Bahan simakan yang dipilih oleh penulis adalah yang bersifat motivatif dan persuasif (Tarigan, 2008: 210). Hal ini didukung oleh 90% responden menjawab dengan pernyataan kuesioner pada nomor tujuh yang menyatakan bahwa anda akan merekomendasikan pembelajaran Choukai menggunakan media video seperti ini kepada orang lain. Dari pernyataan pada kuesioner tersebut, penulis menyimpulkan responden menganggap video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini bersifat motivatif dan persuasif, maka dari itu responden akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini.

(21)

Pernyataan yang terdapat pada kuesioner di nomor dua yang menyatakan bahwa belajar Choukai menggunakan media video seperti pada kelas penelitian ini menyenangkan, menunjukkan responden yang menjawab setuju dengan pernyataan ini adalah sebanyak 90%, berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan responden merasa menyenangkan dapat mengikuti kelas penelitian ini karena bahan atau materi simakan video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dapat menjadi hiburan bagi mereka, Alasan dari pernyataan ini karena video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu menceritakan tentang kehidupan siswa asing yang tinggal di Jepang yang mencoba beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Jepang.

Bahasa yang digunakan dalam video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu sederhana dan mudah dimengerti karena berisikan dialog atau percakapan bahasa Jepang sehari-hari yang ditujukkan bagi pemelajar bahasa Jepang dasar. Dari jumlah keseluruhan responden, 70% di antaranya menjawab setuju dengan pernyataan dalam kuesioner pada nomor tiga belas bahwa responden lebih mudah mengingat inti dari percakapan dalam vido Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu. Alasan dari pernyataan ini adalah karena video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu berisikan cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Hal tersebut juga didukung berdasarkan jawaban dari sebesar 70% dari keseluruhan responden, yang menyatakan setuju atas pernyataan pada kuesioner nomor delapan bahwa responden lebih mengerti pelajaran bentuk verba –te dengan menggunakan media video dibandingkan mempelajarinya dalam kelas formal.

(22)

3.3 Pencapaian Proses Menyimak Model HURIER Responden Kelas Eksperimen Berkaitan dengan Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan Bahasa Kedua GASS

Kelas penelitian dilakukan sudah seharusnya memiliki proses yang telah direncanakan sebelumnya, begitupun kelas penelitian yang penulis lakukan. Menurut Wolvin (2010: 145), pada proses menyimak terdapat beberapa tahapan yaitu, tahap mendengar, memahami, mengingat, menginterpretasi, mengevaluasi dan menanggapi.

Tabel 3.3.1 Proses Menyimak yang Dicapai Oleh Responden Kelas Eksperimen

Proses Menyimak Ya Tidak Tahap Mendengar 9 Tahap Memahami 9 Tahap Mengingat 9 Tahap menginterpretasi 9 Tahap Mengevaluasi 9 Tahap Menanggapi 9 Sumber : Wolvin (2010: 145)

Proses menyimak yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini adalah sampai pada tahap evaluasi. Proses menyimak ini akan penulis kaitkan dengan interaksi antara masukan dan keluaran dari perolehan bahasa kedua GASS yang dapat dilihat pada skema berikut ini

(23)

Gambar 3.3.1 Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan Bahasa Kedua GASS

Sumber : Gass dalam Block (2003: 28)

Pada skema di atas dapat dilihat proses pengolahan informasi yang terdapat pada perolehan bahasa kedua. Berdasarkan skema tersebut, penulis menghubungkannya

MODEL INTERAKSI ANTARA MASUKAN DAN KELUARAN DARI PEROLEHAN BAHASA KEDUA

(THE IIO (INPUT-INTERACTION-OUTPUT) MODEL OF SLA)

MASUKAN / INPUT

APERSEPSI MASUKAN / APPERCEIVED INPUT

PEMAHAMAN MASUKAN / COMPREHENDED INPUT

Pengetahuan ketatabahasaan secara universal yang diperoleh sebelumnya

PENERIMAAN / INTAKE

(24)

dengan proses pengolahan informasi yang terdapat pada kegiatan menyimak, yakni masukan (input) dan apersepsi masukan (apperceived input) yang penulis kategorikan pada tahap mendengar. Pemahaman masukan (comprehended input) pada tahap memahami dan tahap mengingat, selanjutnya proses penerimaan (intake) pada tahap menginterpretasi, dan yang terakhir adalah keluaran (output) yang penulis kategorikan pada tahap evaluasi guna mengukur perolehan informasi yang didapat oleh responden kelas eksperimen.

Untuk mengukur pencapaian proses menyimak responden kelas eksperimen, penulis menggunakan uji peringkat bertanda wilcoxon. Pada uji peringkat tersebut terdapat dua hipotesis, yaitu

1. Hipotesis nol (H0), bahwa dengan adanya perlakuan (menyimak menggunakan

media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu), tidak terdapat perbedaan antara hasil nilai pre test dengan hasil nilai post test responden kelas eksperimen

2. Hipotesis alternatif (H1), bahwa dengan adanya perlakuan (menyimak menggunakan

media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu), responden kelas eksperimen memiliki hasil nilai post test lebih besar daripada hasil nilai pre test

Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α

> 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah

(25)

Gambar 3.3.2 Grafik Pengambilan Hipotesis

Sumber : Santoso, 2009: 358

Tahapan pertama proses menyimak adalah tahap mendengarkan. Penulis mengkategorikan proses menyimak yang dilakukan oleh responden kelas eksperimen pada tahap mendengarkan adalah lebih pada kegiatan masukan (input) informasi yang terdapat pada video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu, karena kegiatan mendengarkan itu sendiri menurut Wolvin (2010: 144) mencangkup proses pada saat seseorang membuat keputusan tentang informasi apa yang akan difokuskan, dalam konteks lingkungan yang berisi beberapa pilihan stimulus. Menurut Gass dalam Block (2003: 27) dijelaskan pada proses masukan apersepsi (apperceived input) dari pemerolehan bahasa kedua, didalamnya terdapat informasi yang masuk, kegiatan masukan informasi ini juga termasuk mengingat-ingat kembali atau menghubungkan pengalaman belajar responden mengenai verba bentuk -te yang telah dipelajari sebelumnya pada kelas formal. Kegiatan pre test yang telah dilakukan pada pertemuan pertama selain untuk menjadi tolak ukur pengetahuan responden kelas eksperimen, juga penulis kategorikan sebagai masukan bagi responden kelas eksperimen, karena dengan mengerjakan soal pre test akan menambah pengetahuan tentang verba bentuk –te yang telah dipelajari sebelumnya pada kelas formal. Hal ini didukung oleh Djiwandono (2006: 212) yang memaparkan pada Taksonomi Bloom dalam ranah kognitif tingkatan pertama yakni pengetahuan, meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan

0,05 0,1

(26)

disimpan dalam ingatan, yang dapat digali pada saat dibutuhkan melalui mengingat kembali.

Selanjutnya pada tahap memahami, responden kelas eksperimen diharapkan dapat memahami perubahan bentuk dari verba –te. Menurut Wolvin (2010: 145) tahap memahami adalah pengolahan informasi yang sama dengan fase pemahaman membaca dan mengacu pada arti kata secara harafiah atau tanda-tanda yang didapat. Berikut salah satu contoh pada soal pre test dan post test yang menitikberatkan pada tahap memahami perubahan verba bentuk -te

つぎのもんだいはただしいーてけいをかいてください。  ―ますけい  ―てけい  いそぎます    ふります    よびます    やめます    おぼえます    はらいます    でかけます    かります    つきます    あびます     

Soal lainnya yang penulis kategorikan pada tahap memahami terdapat pada bagian kelima dalam soal pre test dan post test, yakni soal mengisi rumpang kosong dengan kata yang tepat sesuai dengan pilihan verba yang telah disiapkan oleh penulis. Soal tersebut juga merupakan salah satu cara melatih menyimak intensif yang penulis

(27)

gunakan sebagai dasar dilaksanakannya kelas penelitian ini. Menurut Tarigan (2008: 4) salah satu cara untuk melatih tipe menyimak intensif adalah dengan menggunakan latihan mengisi rumpang kosong dengan kata atau frasa yang sesuai dengan materi yang telah mereka simak sebelumnya. Salah satu contoh soal tersebut dapat dilihat berikut ini

3.  ミラー:みなもとさんはうみがすきですか。   みなもと:ええ。。  ミラー:わたしもうみがすきです。日曜日に ち よ う びいっしょにうみを見に行きませんか。  みなもと:いいですね  ミラー:みなもとさん、けいたいでんわを_______________てい ますか。  みなもと:はい、これ、わたしのばんごうです  ミラー:ありがとうございます。でんわを______________てもい いですか。  みなもと:ええ。。いいでしょう。    おしえます  もちます  はたらきます  すみます  かけます  けっこんします   

     Penulis mengkategorikan bentuk soal-soal tersebut sebagai tahap pemahaman responden kelas eksperimen karena menurut Gass dalam Block (2003: 29) memahami masukan (comprehended input) adalah lebih kepada pemahaman tatabahasa secara universal yang telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan dalam Taksonomi Bloom pada ranah kognitif tingkatan kedua yakni pemahaman, meliputi kemampuan dalam menangkap arti dari mata pelajaran yang dipelajari (Djiwandono, 2006: 212). Dari

(28)

pernyataan tersebut penulis menyimpulkan bahwa soal tersebut merupakan kemampuan dalam menangkap pemahaman tatabahasa dasar yang sebelumnya telah dipelajari pada kelas formal, yaitu berupa merubah kata kerja biasa (~masu) ke dalam verba bentuk –te. Pencapaian tahap pemahaman ini dapat dilihat pada tabel uji peringkat Wilcoxon (α ≤0.05) dengan bantuan aplikasi SPSS 17, berikut ini

Tabel 3.3.2 Rata-Rata Pencapaian Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam Proses Menyimak

N Mean Minimum Maximum Pre_Test 10 21.50 10 27 Post_Test 10 26.10 22 28 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Jumlah skor pada kategori soal tahap memahami ini adalah sebesar 28 point. Bedasarkan tabel di atas, maka diketahui rata-rata skor pre test responden pada kategori soal yang merupakan pencapaian tahap memahami penggunaan verba bentuk –te dalam proses menyimak adalah sebesar 21.50 point, dan rata-rata skor post test responden sebesar 26.10 point. Dari hal tersebut maka diketahui peningkatan yang terjadi adalah sebesar 4.60 point atau terjadi peningkatan nilai sebesar 16.43%. Untuk mengetahui seberapa banyak responden yang mengalami peningkatan nilai dapat dilihat pada tabel berikut ini

(29)

Tabel 3.3.3 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam Proses Menyimak

N Mean Rank Sum of Ranks Post_Test - Pre_Test Negative Ranks 1a 1.50 1.50

Positive Ranks 7b 4.93 34.50 Ties 2c Total 10 a. Post_Test < Pre_Test b. Post_Test > Pre_Test c. Post_Test = Pre_Test

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada tabel di atas dapat dilihat pada kegiatan post test, sebagian besar responden mengalami peningkatan. Responden yang mengalami peningkatan skor pada hasil post

test atau pada tabel di atas ditunjukkan dengan PositiveRanks sebanyak tujuh responden

atau 70% dari keseluruhan jumlah responden, dan responden yang mengalami penurunan skor sebesar 10%, serta responden lainnya tidak mengalami perberubahan skor, yakni 20% dari keseluruhan jumlah responden. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh sebagian besar jumlah responden mengalami peningkatan skor pada kategori soal tahap memahami perubahan verba bentuk –te yang dapat diperhatikan pada grafik berikut ini

(30)

y Grafik Penulis m yang dapat d Penuru 10% k 3.3.1 Graf M Sumber : A merangkum dilihat pada g nan % Tidak Ber 20%

Grafik Ha

Tahap 

fik Hasil Pe Memahami P Analisis Dat hasil skor s grafik beriku rubah %

asil Perole

Memaham

rolehan Sko Perubahan V ta Penelitian seluruh mas ut

ehan Skor K

mi Perubah

or Kelas Ek Verba Bent n Periode Ma ing-masing Peningkat 70%

Kelas Eksp

han Verba 

ksperimen p tuk -Te aret – Mei 20 responden k tan

erimen pa

Bentuk ‐Te

pada Tahap 011 kelas eksper

ada 

Te

rimen

(31)

Grafik 3.3.2 Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te dalam Proses Menyimak

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Untuk lebih jelas dalam melihat perbandingan perolehan hasil pre test dan post test guna mencapai tahap memahami perubahan verba bentuk –te dalam proses menyimak responden, penulis mencantumkan prosentase peningkatan yang dialami oleh masing-masing responden kelas eksperimen yang dapat dilihat pada tabel berikut ini

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 PreTest 27 24 24 27 10 16 22 21 24 20 PostTest 26 27 27 27 26 28 22 27 25 26 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Sk

or

Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen

pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te

dalam Tahapan Menyimak

(32)

Tabel 3.3.4 Tabel Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te dalam Proses Menyimak

Responden Pre Test Post Test Prosentase

Responden 1 27 26 (-) 3.57% Responden 2 24 27 10.71% Responden 3 24 27 10.71% Responden 4 27 27 0% Responden 5 10 26 57.14% Responden 6 16 28 42.86% Responden 7 22 22 0% Responden 8 21 27 21.42% Responden 9 24 25 3.57% Responden 10 20 26 21.42%

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Dengan menggunakan aplikasi SPSS 17, maka didapat hasil pencapaian tahap memahami perubahan verba bentuk –te responden kelas eksperimen pada proses menyimak menggunakan metode uji peringkat Wilcoxon, dapat dilihat pada tabel berikut

(33)

Tabel 3.3.5 Hasil Uji Statistik Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam

Proses Menyimak

Post_Test – Pre_Test

Z -2.319

Asymp. Sig. (2-tailed) .020 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Bedasarkan hasil uji statistik pencapaian tahap memahami perubahan verba bantuk

-te responden kelas eksperimen dalam proses menyimak di atas, diperoleh tingkat

signifikansi (α) sebesar 0.020. Karena 0.05 > 0.020 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Grafik pengambilan

hipotesis dapat dilihat berikut ini

Gambar 3.3.3 Grafik Pengambilan Hipotesis Pencapaian Tahap Memahami dalam Proses Menyimak

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan analisis data tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak responden kelas

0,05 0,1

Tolak H0  Terima H0

(34)

eksperimen mencapai tahap memahami, yakni pemahaman akan perubahan pola verba bentuk –te. Pencapaian tahap memahami pada proses menyimak oleh responden kelas eksperimen membuktikan bahwa penggunaan media audio visual yang tepat selain berguna dalam menarik perhatian responden, dapat juga menjadi alat bantu bagi pemelajar dalam proses pemahaman untuk meningkatkan hasil nilai belajar (Rahman, 2004: 225-228).

Proses menyimak selanjutnya, yaitu mengingat. Menurut Wolvin (2010: 145) tahap mengingat adalah proses mental yang terpisah, fungsinya dalam konteks komunikasi adalah menekankan pada mendengarkan karena tingkat kegunaan informasi tergantung pada kemampuan individu untuk memproses apa yang diterima, baik pada saat itu juga atau nantinya. Dari pernyataan tersebut penulis menyimpulkan tahap mengingat ini sebagai proses dan kelanjutan dari proses memahami yang lebih menekankan pada kemampuan pemahaman perubahan verba bentuk –te dari masing-masing responden untuk menuju pada proses selanjutnya, yaitu tahap menginterpretasi.

Tahap selanjutnya adalah tahap menginterpretasi, menurut Djiwandono (2006: 212) pada tahap menginterpretasi, responden menafsirkan, memprediksi dan menerapkan pemahaman materi yang telah diperoleh sebelumnya pada sebuah konsep atau kasus baru. Kasus yang penulis gunakan adalah menggunakan soal yang telah dimodifikasi berupa memprediksi gambar-gambar dan menerapkannya pada pemahaman responden dalam memilih penggunaan verba bentuk –te yang sesuai. Tujuan dari penggunaan kategori soal tahap menginterpretasi ini adalah untuk menyampaikan pesan-pesan nonverbal sesuai dengan pernyataan Wolvin (2010: 145) yang menyatakan proses

(35)

mengartikan maksud atau pesan dari penutur. Berikut contoh soal-soal yang menitikberatkan pada tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodifikasi

I. A から D までただしいこたえをえらんでください  4. 男:おたんじょうびおめでとうございます。       女:わあ!ありがとうございます。     それは何ですか。    男:プレゼント。。    女:_________  A. きってもいいですか。  B. きいてもいいですか。  C. あけてもいいですか。  D. あげてもいいですか。  II. 女は京都きょうとからおおさかじょうへ見に行きたいです。どうやって行きますか.4x1点  女:すみません、おおさかじょうをみにいきたいです。  男:じゃ、JR がいいでしょう。  女:どうやって行きますか。。。    15ふんぐらいです   おおさかじょうこうえんでおります  おおさかでんのりかえて  京都 きょうと えきからおおさかまで行って  おおさかじょうはえきからあるいて    答え:  例:④         

(36)

Pada penjelasan sebelumnya telah dipaparkan pada tahap menginterpretasi tidak hanya pada memprediksi gambar-gambar dan menghubungkannya pada pemahaman verba bentuk –te saja. Tetapi adapula pengolahan dan penerapan dari verba bentuk -te yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh soal yang menitikberatkan pada tahap menginterpretasi khususnya penerapan verba bentuk –te adalah sebagai berikut

IV.  。。。てから。。。。します。 

4. はをみがきます ⇒ ねます。 

答え:_________________________ 

Soal di atas juga penulis kategorikan sebagai pencapaian tahap menginterpretasi responden kelas eksperimen karena menurut Gass dalam Block (2003: 29) penerimaan, pengolahan, pemrosesan atau penafsiran (intake) adalah proses penerimaan dari materi ketatabahasaan. Ini adalah tahap penting antara masukan (input) dengan tata bahasa, tahap pertama dalam konsep awal ketatabahasaan para pemelajar mulai diubah dalam beberapa cara. Penerimaan (intake) memiliki arti penerimaan fitur bahasa baru oleh pemelajar sebagai bagian dari pembelajaran. Dari penjelasan ini penulis mengkategorikan soal tersebut kedalam tahap menginterpretasi yang lebih mengarah pada kegiatan penerapan perolehan bahasa kedua. Hal ini dikarenakan pada soal tersebut responden diminta untuk menerapkan pola perubahan verba bentuk –te kedalam kalimat yang dirubah secara menyeluruh. Pencapaian tahap menginterpretasi ini dapat dilihat pada tabel uji peringkat Wilcoxon (α ≤0.05) dengan bantuan aplikasi SPSS 17, berikut ini

(37)

Tabel 3.3.6 Rata-Rata Nilai Pre Test dan Post Test Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke dalam Soal yang Telah

Dimodifikasi

N Mean Minimum Maximum Pre_Test 10 11.30 5 15 Post_Test 10 14.50 9 17 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Jumlah skor pada kategori soal tahap menginterpretasikan penggunaan verba bentuk

–te ke dalam soal yang telah dimodifikasi pada proses menyimak adalah 18 point.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat rata-rata nilai hasil pre test adalah sebesar 11.30 point, sedangkan untuk rata hasil nilai post test sebesar 14.50 point. Dari hasil rata-rata tersebut, maka didapat peningkatan nilai yang terjadi adalah sebesar 3.2 point atau 17.78%. Untuk mengetahui seberapa banyak responden kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.3.7 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke dalam Soal yang Telah Dimodifikasi

N Mean Rank Sum of Ranks Post_Test - Pre_Test Negative Ranks 2a 3.00 6.00

Positive Ranks 8b 6.13 49.00 Ties 0c Total 10 a. Post_Test < Pre_Test b. Post_Test > Pre_Test c. Post_Test = Pre_Test

(38)

m j p m k U m Dari ana mengalami jumlah resp penurunan menginterpr kedalam ko Untuk lebih maupun pen Gra Menginte

G

P

alisis data peningkatan ponden, dan hasil nilai retasi, mena nsep atau k jelasnya dal nurunan, dap afik 3.3.3 G rpretasikan Sumber : A

Grafik Hasi

Penggunaa

tabel yang n nilai post n hanya 20 post test p afsirkan dan kasus baru d lam melihat at dilihat pa Grafik Hasil n Penggunaa Analisis Dat

l Peroleha

Me

an Verba B

Peningkatan diperoleh, test (Positi 0% dari ke pada soal-so n menerapk dalam prose jumlah resp da grafik be Perolehan S an Verba B Dimodifik ta Penelitian 20%

n Skor Kel

enginterpr

Bentuk –Te

Dimodifi

n Penurun dapat dilih iveRanks) ad eseluruhan r oal yang m kan perubah s pembelaja ponden baik y rikut ini Skor Kelas Bentuk –Te k kasi n Periode Ma 80%

as Eksperi

retasikan 

e ke Dalam

ikasi

nan Tidak  hat jumlah dalah 80% responden y merupakan p han pola v aran pada p yang menga Eksperimen ke Dalam So aret – Mei 20

imen pada

m Soal yang

Berubah responden dari keselur yang meng pencapaian erba bentuk roses menyi alami pening n Tahap oal yang Te 011

a Tahap 

g Telah 

yang ruhan alami tahap k –te imak. gkatan elah

(39)

Secara lebih terperinci, penulis menjabarkan hasil skor masing-masing responden kelas eksperimen yang dapat dilihat pada grafik berikut

Grafik 3.3.4 Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke Dalam Soal yang Telah

Dimodifikasi

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Dengan diperolehnya hasil skor dari masing-masing responden kelas eksperimen, maka penulis merangkum prosentase peningkatan dan penurunan nilai skor pada tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodofikasi pada proses menyimak yang dapat dilihat pada tabel berikut ini

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 PreTest 10 15 15 11 10 9 5 13 14 11 PostTest 13 14 16 15 15 17 15 14 17 9 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Sk

or

Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen 

Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –

Te ke Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi

Responden

(40)

Tabel 3.3.8 Tabel Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke Dalam Soal yang

Telah Dimodifikasi

Responden Pre Test Post Test Prosentase

Responden 1 10 13 16.67% Responden 2 15 14 (-) 5.55% Responden 3 15 16 5.55% Responden 4 11 15 22.22% Responden 5 10 15 27.78% Responden 6 9 17 44.4% Responden 7 5 15 55.56% Responden 8 13 14 5.55% Responden 9 14 17 16.67% Responden 10 11 9 (-) 11.11% Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan hasil analisis tabel tersebut, maka diketahui responden yang mengalami peningkatan skor sebanyak delapan responden. Responden yang memiliki prosentase peningkatan paling besar adalah responden ketujuh dengan perolehan prosentase sebesar 55.56%, sedangkan bila dibandingkan dengan responden kedua yang juga mengalami penurunan, responden kesepuluh merupakan responden yang mengalami penurunan skor paling banyak, yaitu sebesar 11.11%.

(41)

Dari penggunaan aplikasi SPSS 17 maka didapat hasil uji statistik pencapaian tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodifikasi, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.3.9 Hasil Uji Statistik Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke

Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi

Post_Test - Pre_Test

Z -2.199

Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Bedasarkan hasil uji statistik pencapaian pada tahap menginterpretasi dalam proses menyimak responden di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.028. Karena 0.05 > 0.028 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak

dan H1 akan diterima. Grafik pengambilan hipotesis dapat dilihat berikut ini

Gambar 3.3.4 Grafik Pengambilan Hipotesis Pencapaian Tahap Menginterpretasi dalam Proses Menyimak

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

0,05 0,1

Tolak H0  Terima H0

(42)

Berdasarkan analisis data tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak para responden kelas eksperimen mencapai tahap menginterpretasi, yakni memprediksi, menafsirkan, dan menerapkan perubahan pola verba bentuk –te kedalam soal-soal latihan yang telah dimodifikasi ke dalam konsep atau kasus baru dalam proses menyimak bahasa kedua. Pemilihan bahan simakan video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu turut mendukung pencapaian tahap menginterpretasi ini karena menurut Rahman (2004: 225-228) kelebihan media audio visual apabila digunakan secara tepat adalah berguna dalam memasukkan pengajaran hal yang baru dan memberikan pengalaman yang mendalam sehingga dapat menyimpan informasi lebih lama dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya.

Proses menyimak yang tearkhir adalah tahap mengevaluasi, pada tahap ini responden akan mengerjakan soal-soal yang telah dibuat oleh penulis sebagai bentuk pengukuran dari hasil informasi yang diperoleh dalam proses menyimak mereka, yaitu berupa soal

post test yang merupakan hasil keluaran (output) dari responden kelas eksperimen.

Menurut Wolvin (2010: 146), komponen evaluasi dalam mendengarkan berpusat pada komunikasi yang mengacu pada proses dimana seseorang membuat penilaian tentang akurasi dan validasi informasi yang diterima dan menurut Gass dalam Block (2003: 30) proses keluaran (output) dapat berfungsi sebagai bagian dari umpan balik dari tahap penerimaan (intake). Dari pernyataan tersebut, maka penulis mengkategorikan tahap mengevaluasi dalam proses menyimak guna mengukur hasil dari keluaran (output) dari responden kelas eksperimen. Pada kelas penelitian ini, hasil pembagian kuesioner dan hasil nilai post test yang dilakukan oleh responden kelas eksperimen merupakan bukti

(43)

dari kefektivitasan media audio visual. Berikut hasil pencapaian proses menyimak pada tahap evaluasi guna mengukur hasil keluaran (output) berupa tabel nilai rata-rata kelas eksperimen menggunakan metode uji peringkat Wilcoxon.

Tabel 3.3.10 Rata-Rata Hasil Nilai Pre Test Dan Post Test dalam Mencapai Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada

Proses Menyimak

N Mean Minimum Maximum PreTest 10 66.6 40.00 80.00 PostTest 10 79.8 70.00 86.00 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Menurut tabel tersebut, dapat dilihat pemerolehan nilai pada soal-soal yang merupakan pencapaian tahap mengevaluasi responden kelas eksperimen pada proses menyimak. Rata-rata nilai hasil pre test adalah sebesar 66.6 point, sedangkan untuk rata-rata hasil nilai post test sebesar 79.8 point. Dari hasil rata-rata-rata-rata tersebut, maka didapat peningkatan nilai yang terjadi adalah sebesar 13.2 point. Untuk mengetahui seberapa banyak responden kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test, dapat dilihat pada tabel berikut ini

(44)

Tabel 3.3.11 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran atau Output Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak

N Mean Rank Sum of Ranks PostTest - PreTest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 9b 5.00 45.00 Ties 1c Total 10 a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada tabel di atas, dapat dilihat sembilan responden kelas eksperimen mengalami peningkatan nilai, dan yang tidak memiliki perubahan nilai sebanyak satu orang. Dapat dilihat pula, tidak terdapat responden yang mengalami penurunan nilai post test. Untuk memperjalas tabel tersebut, pada grafik berikut ini penulis memaparkan hasil skor seluruh responden kelas eksperimen yang dapat dilihat sebagai berikut

(45)

Grafik 3.3.5 Grafik Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output) dalam

Proses Menyimak

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Dari grafik tersebut, dapat dilihat perolehan hasil nilai post test sebagai pencapaian tahap evaluasi sekaligus berfungsi sebagai pengukur hasil dari keluaran (output) responden kelas eksperimen, responden pertama memiliki peningkatan nilai sebesar 2%, responden kedua dan kedelapan sebesar 4%, responden ketiga sebesar 14%, dan responden keempat merupakan satu-satunya responden pada kelas eksperimen yang tidak memiliki perubahan pada hasil nilai pre test dan post test. Selanjutnya responden kelima dan ketujuh memiliki peningkatan nilai sebesar 8%. Responden keenam adalah responden pada kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test tertinggi

R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 R 8 R 9 R 10 Pre Test 80 74 66 70 76 40 78 78 50 54 Post Test 82 78 80 70 84 82 86 82 78 76 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Grafik Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas 

Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari 

Keluaran (Output) dalam Tahapan Menyimak

Responden Prosentase       2%        4%        14%        0%        8%        42%       8%         4%       28%      22%

(46)

dengan perolehan prosentase nilai sebesar 42%. Disusul dengan responden kesembilan yang memiliki prosentase peningkatan nilai sebesar 28% dan responden kesepuluh memiliki prosentase peningkatan nilai post test sebesar 22%. Guna mempermudah dalam melihat perbandingan prosentase peningkatan nilai post test sebagai hasil dari keluaran (output) masing-masing responden kelas eksperimen, penulis akan mejabarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut

Grafik 3.3.6 Grafik Prosentase Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output)

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Dari penggunaan aplikasi SPSS 17 maka didapat hasil uji statistik pencapaian tahap evaluasi sebagai hasil keluaran atau output yang dicapai oleh responden kelas eksperimen pada proses menyimak, dapat dilihat pada tabel berikut

2% 4% 14% 0% 8% 42% 8% 4% 28% 22% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Prosentase Peningkatan Nilai Kelas 

Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai 

Hasil dari Keluaran (Output)

Prosentase Peningkatan  Nilai

(47)

Tabel 3.3.12 Hasil Uji Statistik Pencapaian Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak

PostTest - PreTest

Z -2.670

Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.008. Karena 0.008 < 0.05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Berikut ini hasil grafik

pengambilan hipotesis

Gambar 3.3.5 Grafik Pengambilan Hipotesis Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak

Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011

Berdasarkan hasil analisis berupa tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan, maka disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak yang dilakukan responden kelas eksperimen mencapai tahap evaluasi guna mengukur hasil keluaran (ouput) dari proses pembelajaran verba bentuk –te. Menurut Gass dalam Block (2003: 30) Hasil keluaran (output) seharusnya tidak dilihat sebagai titik akhir dari proses perolehan

0,05 0,1

Tolak H0  Terima H0

(48)

bahasa kedua, melainkan dapat dijadikan sebagai pendukung untuk memulai ulang keseluruhan proses sebelumnya, yakni proses masukan (input), apersepsi masukan (apperceived input), memahami masukan (comprehended input), penerimaan (intake) dan kembali pada proses keluaran (output).

Menurut Wolvin (2010: 145) tahap menanggapi merupakan hasil dari mendengarkan secara efektif akan dengan tepat merespon pesan dari pembicara. Pesan tersebut mungkin menjadi verbal atau nonverbal dan merupakan tahap akhir dari proses menyimak tersebut. Respon ini dipengaruhi oleh semua informasi yang telah diterima sebelumnya. Untuk pencapaian tahap menanggapi penulis menyimpulkan bahwa tahap ini juga merupakan hasil dari keluaran (output) dari pembelajaran bahasa kedua responden kelas eksperimen, tetapi penggunaannya lebih pada realisasi dari keterampilan dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari khususnya materi verba bentuk –te di luar dari kelas penelitian ini.

Gambar

Grafik 3.1.1.1 Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen
Grafik 3.1.1.2 Prosentase Peningkatan Nilai Responden Kelas Eksperimen
Tabel 3.1.2.1 Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas Non-Eksperimen  Nilai Rata-rata Pre Test
Tabel 3.1.2.2 Peringkat Hasil Pre Test dan Post Test Responden Kelas  Non-Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejarah berdirinya PPTA Siti Khadijah Banjarmasin ini berawal dari sebuah cita-cita dari bapak pengasuh pondok tahfidz Siti Khadijah yaitu bapak Dr. Abdul Basir

Masih berhubungan dengan pendapat siswa mengenai pentingnya materi kosakata, apa alasan siswa mengenai pentingnya materi kosakata dalam mempelajari bahasa Perancis dapat

Dari analisis di atas, dapat dilihat bahwa responden telah mempraktekkan seluruh langkah yang terdapat dalam strategi kognitif dalam proses pembelajaran menyimak

Pada pengujian rasio Debt to Equity Ratio (DER) negatif rank bernilai 17 a berarti bahwa dari total sampel sebanyak 18 sampel, terdapat 17 sampel yang mengalami

M akna yang diambil dari 「記憶」 adalah “kenangan” dan makna dari 「重ねて」 yang diambil adalah “menumpuk”, karena jika dua makna tersebut digabungkan akan

Berdasarkan Hasil Wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Mahyuni (disingkat M), beliau berpendapat taukīl wali adalah ketika catin ingin melaksanakan

Pada saat bakufu mulai mengalami krisis ekonomi sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat, kebijakan Sankin Kotai dan upacara ritual yang menghamburkan uang negara