• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

A. Materi Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah plantlet kentang kultivar granola, nutrien Farran dimodifikasi, nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien Hoagland dimodifikasi dan nutrien Growmore dimodifikasi.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu pH meter, timer, gelas ukur,

beaker glass, magnetic stirer, timbangan analitik, nozzle, styrofoam, rockwool,

pompa air, drum plastik, mulsa plastik hitam, hand sprayer, paralon, paranet, mistar, bak plastik, jerigen dan alat pelubang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Benih Hortikultur Kledung, Temanggung. Kebun Benih Hortikultura Kledung berada di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung terletak pada ketinggian 1.399 m dpl dengan suhu 15 – 250C. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2014.

C. Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu Farran dimodifikasi (N1), Otazu dimodifikasi (N2), Hoagland dimodifikasi (N3) dan Growmore dimodifikasi (N4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 9 kali sehingga diperoleh 36 unit perlakuan. D. Variabel dan Parameter Penelitian

Variabel yang diamati adalah pertumbuhan tajuk kentang kultivar granola. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun.

E. Cara Kerja (Gambar 3.7.) 1. Pembuatan Bak Aeroponik

Bak aeroponik dengan ukuran 1 x 2,4 meter disiapkan. Bagian depan bak dilubangi untuk tempat mengalirkan nutrien kembali ke drum penampungan. Di bagian bawah bak dipasang triplex dengan posisi miring dan dibungkus dengan mulsa hitam. Seluruh bagian dalam bak dibungkus mulsa hitam sampai kondisi di dalam bak menjadi gelap. Pipa

(2)

dan dipasang di bagian tengah bak. Pipa paralon ini digerakkan dengan pompa air untuk menyedot larutan nutrien yang ditampung di dalam drum. Di bagian atas bak aeroponik dipasang kayu-kayu yang telah dibungkus mulsa hitam. Di atas kayu ini dipasang styrofoam yang telah terbungkus mulsa hitam dan telah dilubangi. Konstruksi bak dan drum nutrien tersaji pada Gambar 3.1.

2. Aklimatisasi Plantlet Kentang Granola

Proses aklimatisasi merupakan penyesuaian bibit kentang dari proses kultur in vitro ke kondisi lingkungan. Plantlet dari dalam botol kultur dikeluarkan dan dicuci akarnya untuk menghilangkan agar yang masih menempel. Plantlet ditanam dalam media tanam steril dengan komposisi cocopeat : pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing yaitu 1 : 1 kemudian diletakkan di bak plastik yang ditutup dengan plastik untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung. Plantlet dipelihara sampai berumur 3-4 minggu. Gambaran tanaman pada tahap aklimatisasi tersaji pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Pembuatan bak aeroponik (a) bak aeroponik (b) drum nutrien aeroponik

a b

(3)

3. Penyetekan Bibit Kentang Granola

Tanaman hasil aklimatisasi yang berumur 3-4 minggu dipotong bagian batangnya. Tanaman dibuang beberapa daunnya sehingga tersisa daun kedua dan ketiga, ditanam pada media pembibitan steril dengan komposisi cocopeat : pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing yaitu 1 : 1. Bibit stek ditutup dengan paranet dan dipelihara sampai berumur 2 minggu kemudian dipindahkan ke media tanam aeroponik. Gambaran penyetekan tersaji pada Gambar 3.3.

4. Pembuatan Nutrien Aeroponik (Lampiran 5)

Bahan-bahan kimia ditimbang sesuai dengan komposisi masing-masing nutrien (lampiran 4). Bahan yang telah ditimbang dimasukkan satu persatu ke dalam beaker glass yang telah berisi air dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirer. Kemudian larutan stok dimasukkan ke dalam jerigen. Disiapkan 4 drum penampung nutrien berukuran 150 l. Larutan stok sebanyak 3375 ml dimasukkan ke dalam masing-masing drum, ditambahkan mikronutrien sebanyak 300 ml dan ditambahkan air sampai drum terisi penuh. Keasaman (pH) nutrien diatur pada nilai 5,8 (Gambar 3.4). Apabila pH terlalu tinggi maka ditambahkan HCl 1 N, tetapi jika terlalu rendah maka ditambahkan NaOH 1 N.

Gambar 3.3. Penyetekan bibit kentang granola (a) batang yang telah dibuang beberapa daunnya (b) stek pad media pembibitan

a b

(4)

5. Penanaman Bibit Kentang Granola pada Sistem Aeroponik

Bibit kentang hasil stek dicuci menggunakan air mengalir untuk menghilangkan sisa media yang masih menempel pada akar kemudian akar direndam di dalam fungisida selama 5 menit. Bibit kentang ditanam ke sistem aeroponik dan kemudian ditutup dengan rockwool untuk menyangga batang tanaman (Gambar 3.5). Nutrien Farran dimodifikasi, nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien Hoagland dimodifikasi, dan nutrien Growmore dimodifikasi dialirkan melalui nozzle secara otomatis. Setiap perlakuan diberikan zat pengatur tumbuh GA3, dan kepadatan tanam yang digunakan 60 tanaman/m2. Bibit kentang dilindungi dari cahaya matahari langsung dengan paranet selama seminggu pertama dan dipelihara sampai umur 4 minggu. Gambaran skematik sistem aeroponik tersaji pada Gambar 3.5.

Gambar 3.4. Pengukuran pH nutrien

Gambar 3.5. Penanaman bibit kentang Granola pada sistem aeroponik (a) pencucian tanaman

b

a c

(5)

Nozzle Akar tanaman Kayu Kayu 2,4 m Paralon 1 m

Gambar 3.6. Sistem Aeroponik

Tanaman kentang Rockwool Styrofoam Pompa nutrien Drum nutrien

bio.unsoed.ac.id

(6)

6. Pengamatan

a. Laju Pertumbuhan Relatif Tinggi Tanaman (cm/hari)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi. Tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali sampai umur 4 minggu. Pengamatan ke-1 dilakukan pada saat tanaman berumur 0 minggu, pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada umur 4 minggu setelah tanam. Sehingga didapatkan 3 data laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman yaitu pada minggu ke-2, minggu ke-4 dan 4 minggu setelah tanam.

Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada minggu ke-2 setelah tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-2 dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan ke-2 (14 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari).

Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada minggu ke-4 setelah tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-3 dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-2 dibagi dengan waktu pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-2 (14 hari).

Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada 4 minggu setelah tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-3 dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari). Perhitungan laju pertumbuhan relatif dilakukan sesuai persamaan (1-3)

RGR =

(1-3)

b. Jumlah Cabang

Pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung cabang

bio.unsoed.ac.id

(7)

c. Laju Pertumbuhan Relatif Jumlah Daun (helai/hari)

Jumlah daun dihitung dari pangkal batang sampai pucuk tanaman. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai umur 4 minggu. Pengamatan ke-1 dilakukan pada saat tanaman berumur 0 minggu, pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada umur 4 minggu setelah tanam. Sehingga didapatkan 3 data laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman yaitu pada minggu ke-2, minggu ke-4 dan 4 minggu setelah tanam.

Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada minggu ke-2 setelah tanam merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-2 dikurangi logaritma jumlah daun pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan ke-2 (14 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari).

Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada minggu ke-4 setelah tanam merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-3 dikurangi logaritma jumlah daun pengamatan ke-2 dibagi dengan waktu pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-2 (14 hari).

Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada 4 minggu setelah tanam merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-3 dikurangi logaritma jumlah daun pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari). Perhitungan laju pertumbuhan relatif dilakukan sesuai persamaan (2-3).

RGR =

(2-3)

d. Luas Daun (cm2)

Luas daun yang dihitung adalah daun ketiga dari atas. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai umur 4 minggu. Pengamatan ke-1 dilakukan pada saat tanaman berumur 0 minggu, pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada umur 4 minggu setelah tanam. Luas daun dihitung berdasarkan metode gravimetri dengan rumus sesuai persamaan (3-3) (Sitompul & Guritno, 1995) :

(8)

7. Bagan Alir Penelitian

Bibit kentang dari proses kultur in vitro yang telah berumur 4 minggu diaklimatisasi

Plantlet ditanam dalam media tanam steril cocopeat :

pupuk organik yaitu 1:1

Plantlet diletakan pada suhu ruang dengan kondisi bak

tertutup dengan plastik selama 4 minggu

Plantlet distek dan ditanam di media tanam steril cocopeat : pupuk organik yaitu 1:1

Batang Plantlet ditutup dengan rockwool sebagai penyanggah dan diletakkan di styrofoam yang sudah dilubangi

Nutrien dialirkan melalui nozzle secara otomatis

Bibit kentang dipelihara sampai berumur 4 minggu

Pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan Hasil stek diletakkan pada suhu ruang dengan kondisi bak

tertutup dengan plastik selama 2 minggu

Plantlet dipindahkan ke sistem aeroponik

Pembuatan bak aeroponik

Pembuatan nutrien aeroponik

(9)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam atau uji F dan dilanjutkan dengan uji BNT pada tingkat kepercayaan 95% dan 99% (Steel & Torrie, 1989).

Gambar

Gambar 3.1.  Pembuatan bak aeroponik (a) bak aeroponik (b) drum  nutrien  aeroponik
Gambar  3.3.  Penyetekan  bibit  kentang  granola  (a)  batang  yang  telah  dibuang  beberapa daunnya (b) stek pad media pembibitan
Gambar  3.5.  Penanaman  bibit  kentang  Granola  pada  sistem  aeroponik  (a)  pencucian  tanaman b
Gambar 3.6. Sistem Aeroponik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses degradasi selulose, pengaruh waktu, suhu dan konsentrasi katalis terhadap proses degradasi selulose, mempelajari

Penelitian ini bertujuan menda- patkan nilai kekakuan dan kekuatan lentur maksimum bambu betung dengan posisi kulit bambu yang berbeda, serta untuk menentukan nilai kekuatan

WWF sebagai organisasi internasional bukan-pemerintah yang bergerak dalam pelestarian lingkungan hidup memiliki misi untuk menjaga ekosistem laut dan memperbaiki sesuatu yang

Batang kelapa sawit yang merupakan bahan baku pembuatan papan partikel ini mengandung selulosa yang sangat tinggi yaitu sebesar 54,38% (Balfas, 2003). Selulosa adalah

Model Q dengan kendala luas gudang lebih baik dari sistem perusahaan saat ini karena tidak ada bahan baku yang melebihi kapasitas gudang ataupun kekurangan

Ujian Proposal Riset 1 adalah mata kuliah tidak berstruktur dan khusus yang menyiapkan mahasiswa untuk dapat menyusun proposal riset tingkat doktoral yang telah tersusun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, adapun tinggalan kolonial Belanda yang berhasil dilakukan pendataan adalah tangki

Jaringan pipa minyak di Tarakan dibedakan atas dua bagian, yaitu pertama jaringan pipa yang berfungsi sebagai saluran distribusi minyak dari sumur-sumur ladang minyak disatukan