• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TEKNOLOGI IRIGASI TETES UNTUK MENGATASI PRODUKSI TANAMAN SAYUR-SAYURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TEKNOLOGI IRIGASI TETES UNTUK MENGATASI PRODUKSI TANAMAN SAYUR-SAYURAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

337

PEMANFAATAN TEKNOLOGI IRIGASI TETES UNTUK

MENGATASI PRODUKSI TANAMAN SAYUR-SAYURAN

Melchior Bria1, Lodofikus Dumin 2, Agus Fanani Setya Budi3

123Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang

Email : melchibria@yahoo.co.id,

ABSTRACT

Efforts to find solutions to increase the production of vegetable crops are essential if we observe the limitations of our farmers. Most areas in Timor still rely on conventional ways of farming vegetables, for example. For that need to touch technology through science activities for the community in the form of application of drip irrigation that can overcome the constraints of watering and simultaneously increase crop production. The result obtained is a system made of drip irrigation system using water tower, water container and PVC and LDPE pipe and emitter with emitter discharge planned 3.5 liter / hour, with emitter dew rate 10 mm / hour. For chilli plants, while the operational time is calculated based on the period of growing and adapted to the type of plant. While the participation of the community is very high as evidenced by the involvement when designing, making and testing, as well as providing some additional materials to facilitate the activities of dedication.

Keywords : irrigation, drip, production, plant

ABSTRAK

Upaya mencarikan solusi guna meningkatkan produksi tanaman sayuran sangat penting apabila kita mengamati berbagai keterbatasan yang ada pada petani kita. Kebanyakan daerah di Timor masih menandalkan cara konvensional untuk bertani sayuran, misalnya. Untuk itu perlu sentuhan teknologi melalui kegiatan Ipteks bagi masyarakat berupa penerapan irigasi tetes yang dapat mengatasi kendala penyiraman dan sekaligus meningkatkan produksi tanaman. Hasil yang diperoleh adalah terbuatnya suatu system jaringan irigasi tetes menggunakan Menara air, tampungan air dan pipa PVC dan LDPE serta emitter dengan debit emitter direncankan 3,5 liter/jam, dengan laju tetesan emitter 10 mm/jam. Untuk tanaman cabe, Sedangkan waktu operasional dihitung berdasarkan periode tumbuh dan disesuaikan dengan jenis tanamannya. Sedangkan partisipasi masyarakat sangat tinggi yakni dibuktikan dengan keterlibatan saat merancang, membuat dan uji coba, serta menyediakan beberapa bahan tambahan untuk memperlancar kegiatan pengabdian.

Kata kunci: irigasi, tetes, produksi, tanaman

PENDAHULUAN

Tanaman produktif seperti sayur-sayuran

merupakan salah satu tanaman penting

bagi manusia. Di satu sisi, tanaman sayur

juga merupakan salah satu bahan dasar

dari berbagai resep masakan mulai dari

yang sederhana sampai resep dengan cita

rasa

tinggi.Sehingga

kita

menjadi

maklum bahwa kebutuhan akan

sayur-sayuran oleh manusia sangatlah tinggi.

Sebagaimana

warga

Kota

Soe

di

Kabupaten TTS dan Kupang, tentunya

sayur-sayuran

menjadi

salah

satu

kebutuhan pokok masyarakat.

Kebutuhan akan sayur-sayuran bagi

warga Kota Soe dan sekitarnya, dipasok

dari berbagai desa di sekitarnya maupun

yang berada jauh dari Soe. Salah satunya

adalah Desa Oel Uban Kecamatan Molo

Barat yang letaknya sekitar 15 KM dari

Kota Soe dan merupakan salah satu

wilayah

pengembangan

Kawasan

(2)

338

Petani di Desa ini yang lahannya

difungsikan untuk menanam tanaman

sayur dan buah-buahan (Masterplan

Pengembangan Kawasan Agorpolitan

Kabupaten TTS, 2014). Diantaranya

adalah Kelompok petani sayur yang

diprakarsai oleh Maria B. Tafetin dan

Ben Aminadap Sunbanu.. Luas Lahan

yang dimiliki Mitra adalah seluas 2

hektar yang digunakan untuk menanam

sayuran. Adapun jenis sayuran yang

ditanam adalah sayur putih, bayam,

wortel dan terong dan satu kali setahun

ditanami kacang tanah.

Dari hasil survey lapangan (2015)

diperoleh data bahwa dalam satu tahun

petani melakukan penanaman rata-rata 3

kali. Biasanya petani menanam beberapa

jenis tanaman sayur yang dibagi dalam

beberapa bedeng / iring dengan ukuran

100 x 20 m. Umumnya bibit yang

digunakan cukup berkualitas karena

diperoleh dari Dinas Pertanian Pemkab

TTS atau dengan membeli pada beberapa

Agen resmi dan media tanamnya cocok

untuk tanaman sayur dan

kacang-kacangan.

Akan tetapi, permasalahan yang dhadapi

adalah sistem pemberian air pada

tanaman sayur, dilakukan dengan cara

memanfaatkan alat dan metode yang

sederhana. Penyiraman dilakukan dengan

cara menyiram satu persatu tanaman

sayur. Alat siram yang digunakan adalah

sebuah kaleng bekas yang dilubangi

kecil-kecil

pada

bagian

dasarnya.

Penyiraman tanaman dilakukan sekali

setiap 3 hari. Air diperoleh dari sumber

air dengan cara menimba/mengambil

secara manual. Cara pengolahan lahan

tanam ini masih sangat sederhana,

sehingga berdampak pada produksi

Akibatnya, tidak semua tanaman dapat di

panen, ada yang harus mati sebelum di

panen. Dalam satu bedeng, maksimal

yang dapat ditanami dalam satu periode

tanam rata-rata 4000 pohon. Hasil panen

yang kemudian siap dijual, biasanya

dalam satuan “ikat”. Rata-rata dari 4000

pohon yang ditanam, menghasilkan 500

ikat. Satu ikat biasanya terdiri dari 4

hingga 5 pohon dan dijual rata-rata Rp.

4.500 – per ikat. Dalam satu periode

tanam, untuk satu jenis tanaman sayur,

memerlukan

biaya

rata-rata

Rp.

1.050.000,-yang digunakan untuk biaya

penyiapan lahan, bibit dan pemupukan.

Sedangkan pendapatan yang diperoleh

dalam satu kali periode tanam untuk satu

jenis tanaman sayur rata-rata sebesar

Rp.2.250.000,- sehingga keuntungannya

adalah sebesar Rp. 1.200.000,-. /bedeng.

Saat ini, kedua Mitra tersebut baru dapat

mengusahakan 3 bedeng/iring sehingga

pendapatannya sekali panen adalah Rp.

3.600.000,00.

Sementara itu, Mitra sama sekali tidak

membuat catatan terkait bibit yang

ditanam, rata-rata produksi, jumlah waktu

yang diperlukan sampai panen, jumlah

yang dijual ke pasar dan berapa

keuntungan yang diterima. Mitra hanya

mengandalkan pengalaman dan ingatan

saja untuk jumlah bibit yang dibeli,

ditanam dan yang dijual ke pasar.

Dari analisis situasi di atas, maka dapat

diidentifikasi

permasalahan

yang

dihadapi mitra adalah pada proses

produksi tanaman dan manajemen,

(3)

339

dan sistem administrasi mulai dari proses

produksi hingga penjualan. Untuk itu,

maka

ditawarkan

suatu

metode

pemberian air menggunakan system

jaringan irigasi tetes. Demikian juga

untuk mengatasi kendala manajemen

produksi

dan

pemasaran

maka

ditawarkan sustu sistem pembukuan

sederhana yang dapat dimengerti dan

dijalankan oleh Mitra secara baik.

Irigasi tetes yang lebih dikenal sebagai

drip atau trickle irrigation merupakan

salah

satu

metode

pemberian

air

ketanaman pada zona perakarannya

melalui suatu alat yang disebut emitter

baik yang tunggal maupun berbentuk

selang berlubang (drip line) (Prabowo,

2004).. Sementara itu, Prastowo (2002)

mengemukakan bahwa irigasi tetes dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman dan

hasil panen sekaligus meningkatkan nilai

guna air. Selain itu juga, meningkatkan

efisiensi dan efektifitas penanaman,

menghemat tenaga, menekan risiko

penumpukan

garam

dan

menekan

pertumbuhan gulma.

METODE

Pendekatan yang digunakan adalah memberikan alternatif solusi dalam mangatasi permasalahan mitra. Sehingga tahapan kegiatan pengabdian ini meliputi tahap persiapan yaitu survey awal untuk bersama-sama berdiskusi menentukan solusi yang akan diakai untuk mangatasi permasalahan yang ada. Setelah permasalahan diidentifikasi maka dilakukan kajian analisis solusi yang akan ditawarkan.

Selanjutnya adalah tahap perancangan alat yaitu perancangan instalasi jaringan irigasi yang terdiri dari dua komponen utama yaitu

perancangan dudukan tandon, dan perancangan instalasi jaringan irigasi. Tahapan selanjutnya adalah instalasi dan pemasangan komponen irigasi tetes dengan memperhatikan kebutuhan air tanaman, debit emitter. Pembuatan teknologi jaringan irigasi tetes ini dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang. Tahapan berikutnya adalah melakukan sosialisasi dan pelatihan singkat penggunaan irigasi tetes yang melibatkan seluruh komponen masyarakat yang terwakili dalam dua kelompok tani serta apparat pemerintah setempat. Pelatihan juga termasuk membuat pembukuan sederhana terkait pengelolaan tanaman sayur.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Debit Emiter

Sebelum menghitung debit emitter maka terlebih dahulu dihitung kehilangan energi (Hf). Kehilangan energi pada jaringan tetes terjadi pada pompa dan kehilangan energi pada pipa. Untuk mendapatkan kehilangan energi pada pompa harus ditentukan kehilangan energi pada pipa. Kehilangan energi yang terjadi pada pipa yaitu major losses(akibat gesekan) dan minor losses (tahanan akibat bentuk pipa berupa katub, penyempitan dan pembesaran tampang, dan belokan). Analisa hidrolika pipa saluran irigasi tetes dianalisa menggunakan prinsip Bernoulli dan kehilangan energi akibat gesekan dinding pipa utama dapat dihitung menggunakan persamaan Darcy-weisbach: 𝐻𝑓 = 𝑓 𝐿𝑉 2 𝐷2𝑔 𝐻𝑓 = 0,01 100 . 0,35 2 0,016𝑥2𝑥9.81 𝐻𝑓 = 2,62 𝑚 m

(4)

340

Komponen Hf

Pipa yang keluar dari tandon 0,005

Pipa Utama 0,262

Katup 0,0016

Belokan 0,12

Total 2.7466

Sumber : Hasil Analisa

Selanjutnya untuk kehilangan energy untuk pipa keluar dari tandon dan pipa lainnya dilihat padam Tabel 1. Sedangkan untuk debit emiter dihitung dengan persamaan :

𝑞 = 3.6 𝐴 𝐶𝑜 (2𝑔𝐻)12

Dimana : q = debit emiter l/jam, A = Luas penampang orifice mm2 ; Co:Koefisien

orifice (0,6); H : tekanan, m; dan g : percepatan grafitasi, 9,81 m/det2. Dalam

kegiatan pengabdian ini q emitter ditentukan 3,5 liter / jam,

Selanjutnya tanaman yang akan ditanam adalah cabe, tomat, terong, dan sayur-sayuran diambil jarak tiap 50 cm x 70 cm, maka dapat ditetapkan laju tetesan emitter adalah

𝐸𝐷𝑅 = 𝑞 𝑠 𝑥 𝑙

EDR = Laju Tetesan q = q emitter

s = jarak lubang emitter l = jarak lateral

maka laju tetesan emitter adalah : 𝐸𝐷𝑅 = 3,5

0,5 𝑥 0,7

Dari perhitungan tersebut diperoleh laju tetesan emitter 10 mm/jam

Waktu operasioanal irigasi tetes untuk tanaman cabe, tomat, terong dan sayur-sayuran ditentukan sebagai berikut :

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎

= 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐸𝐷𝑅

Kebutuhan untuk air tanaman cabai diambil 54,49 mm/periode :

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 54,49 10

= 5,5 𝑗𝑎𝑚/𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 Dari perhitungan di atas diperoleh waktu operasional untuk tanaman cabai yaitu 5,5 jam/periode.

Tabel 2 Jenis sayuran dan Waktu Operasional

Jenis Sayuran Waktu

Operasional

Cabe 5,5 Jam / Periode Tomat 2,42 jam/periode Terong 2,42 jam/periode Sawi 2,97 jam / periode Sumber : Hasil analisa (2017)

Pembuatan teknologi jaringan irigasi tetes ini dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang. Adapun bahan yang akan digunakan tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3 Bahan yang digunakan

No Bahan No Bahan

1 Pipa PVC diameter 3” (inchi) 9 Cup 2 Pipa LDPE (high density

polyethylene) diameter 16 mm 10 Increaser 3 Pipa Lateral dari bahan

polyethylene diameter 8 mm 11 Tee 4 Emitter type nozzle (dreep nozzle) 12 Elbow

(5)

341

6 Stop kran dan Watermeter 14 Fitting

7 Valve 15 Baja profil / Siku tebal 6

mm dan 8 mm 8 Tandon 1200 liter

Sumber : Hasil analisa (2017)

Sedangkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti Tabel 4. Tabel 4 Alat/Mesin yang digunakan

No Mesin dan Alat No Mesin dan Alat

1 Mesin Bubut 8 Meter Rol

2 Mesin Las 9 Pompa Air

3 Siku 10 Palu

4 Curreent Meter 11 Kunci

5 Meter Laser 12 Seperangkat Alat Gambar

6 Gergaji Besi 13 Stop Wacth

Sumber : Hasil analisa

Sketsa Teknologi diterapkan

Gambar 1. Instalasi Irigasi Tetes Pipa PVC Pompa Tandon Area Tanam Pipa Lateral

(6)

342

Uji Coba Alat

Rangkaian irigasi tetes terpasang kemudian dilakukan uji coba bersama dengan masyarakat. Air diisi pada tendon kemudian dipasang pia keluar dari tendon dan

dihubungkan dengan pipa utama. Pada setiap jarak 50 cm pipa utama yang mengalirkan air dilubangi menggunakan alat pelubang khusus.

Gambar 2. Uji Coba & Pengenalan Alat kepada Perwakilan Kelompok Tani

Tabel 5 Model Pembukuan Sederhana yang diterapkan pada Mitra

Nama Kegiatan Tanggal Pengeluaran (Rp) Pemasukan (Rp) Keterangan Tambahan Pengolahan Lahan 12/08/2017 100.000,00 0,00 Pengadaan bibit 15/08/2017 500.000,00 0,00 Penyemaian Bibit 18/08/2017 0,00 0,00 Bensin 18/08/2017 130.000,00 0,00 Penanaman 30/08/2017 100.000,00 0,00 Pembelian pupuk 30/08/2017 250.000,00 0,00 Biaya Transportasi 31/08/2017 150.000,00 Biaya Panen 31/11/2017 100.000,00 0,00 Penjualan 1 31/11/2017 500.000,00 Penjualan 2 02/12/2017 750.000,00 Penjualan 3 05/12/2017 500.000,00 dan seterusnya ……… penjualan ke n 1.330.000,00 1.750.000,00 420.000,00 JUMLAH

(7)

343 Untuk mengatur jumlah air yang dibutuhkan adalah dengan mempertimbangkan laju tetesan emitter sebagaimana yang dihitung terdahulu sebesar 10 mm/jam. Sehingga apabila ditanami tanaman selain cabe maka perlu disesuaikan dengan kebutuhan air tanamannya sehingga waktu operasional dapat disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanami. Guna memperoleh kepastian pendapatan yang diperoleh kepada Mitra diberikan pelatihan dalam membuat pembukuan sederhana mengingat tingkat pendidikan Mitra tertinggi adalah sekolah menengah pertama. Fungsi pembukuan sederhana ini adalah :

1. Sebagai Sumber informasi usaha bagi petani

2. Alat untuk menilai keberhasilan usaha tanaman sayur

3. Sumber informasi statistik bagi pemerintah dan masyarakat lain.

Partisipasi Mitra dalam kegiatan pengabdian ini adalah antara lain :

1. Dukungan dalam pemberian informasi terkait permasalahan yang dihadapi 2. Terlibat dalam membuat produk

Instalasi Sistem Pemberian Air dengan teknik Fertigasi

3. Menyebarluaskan hasil yang telah diperoleh agar dapat dijadikan dasar bagi kelompok tani yang lain untuk membuatnya.

4. Menyiapkan lahan, bibit dan bahan kebutuhan liannya.

SIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa sebagai berikut :

1. Permasalahan mitra terkait kendala penyiraman telah diatasi dengan menggunakan teknologi irigasi tetes. Hasil uji coba menunjukkan kinerja

yang baik dari system irigasi yang telah dibuat.

2. Rangkaian sistem irigasi tetes ini dapat digunakan untuk tanaman cabe, terong, tomat, dan sayur-sayuran.

3. Masyrakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan program pengabdian masyarakat ini.

Sedangkan untuk waktu mendatang, kelompok petani ini perlu diberdayakan lagi dengan mendekatkan sumber air ke lahan pertanian menggunakan Pompa Hidram yang sangat ekonomis.

DAFTAR RUJUKAN

Anynomous, 2014, Master Plan Pengembangan

Kawasan Agropolitan Kabupaten TTS,

Soe, BAPPEDA Kabupaten TTS

Hydrofram P., 2012, Rancangan Sistem Fertigasi

untuk Pertanian Lahan Sempit, Indo

Agrow.wordpress,

Naswir, et.al, 2009, Efektifitas Sistem Fertigasi

Mikro untuk Lahan Sempit, Forum

Pascasarjana Vol. 32N0.1 Januari 2009, Bogor, Sekolah Pascasarjana IPB Prabowo, A., dkk., 2004, Pengelolaan Irigasi

Tanaman Jagung Lahan Kering : Aplikasi Irigasi Tetes, Makalah Seminar

“Peran Strategis Mekanisasi Pertanian Dalam Pengembangan Agroindustri Jagung”, Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Prastowo, A., 2002, Prosedur Rancangan Irigasi

Tetes, Bogor, Laboratorium Teknik

Tanah dan Air – Jurusan Teknik Pertanian- IPB

Sastrohartono, H., 2010, Dr. Ir, Teknik Fertigasi

Kendi untuk Pertanian Lahan Kering,

Yogyakarta, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian “STIPER” Yogyakarta

Udiana, I Made, 2014, Perencanaan Sistem

Irigasi Tetes *Drip Irigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang, Jurnal

Gambar

Tabel 2 Jenis sayuran dan Waktu Operasional  Jenis Sayuran  Waktu
Gambar 1. Instalasi Irigasi Tetes Pipa PVC Pompa Tandon  Area  Tanam Pipa Lateral
Gambar 2. Uji Coba & Pengenalan Alat kepada Perwakilan Kelompok Tani

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja irigasi tetes dengan mengamati keseragaman dan efisiensi penyebaran pada irigasi tetes dan produktivitas tanaman

Tujuan penelitian adalah untuk menghitung efisiensi penggunaan air dengan sistem irigasi tetes dan curah serta menghitung biaya air yang dibwtuhkan untuk tanaman

Tabel 1 menunjukkan, KAR daun pada tanaman yang diberikan perlakuan irigasi tetes nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan irigasi tetes, baik

Tanaman Caisim, selain dapat dibudidayakan pada tanah Latosol juga sangat sesuai dalam pemberian airnya dengan irigasi tetes yang mempunyai efisiensi tinggi ( ≥ 75%) dan tanaman

Tanaman Caisim, selain dapat dibudidayakan pada tanah Latosol juga sangat sesuai dalam pemberian airnya dengan irigasi tetes yang mempunyai efisiensi tinggi (≥

Tanaman Caisim, selain dapat dibudidayakan pada tanah Latosol juga sangat sesuai dalam pemberian airnya dengan irigasi tetes yang mempunyai efisiensi tinggi ( ≥ 75%) dan tanaman

Teknik Irigasi Tetes Terhadap Penggunaan Mulsa Yang Berbeda Pada Budidaya Tomat Di Lahan Kering” yang dibuat berdasarkan hasil penelitian. Pada dasarnya, manusia dilahirkan

4.1.1 Tata Letak Instalasi Sistem Irigasi Tetes Pada screen house seluas 25,5 x 8,8 m yang menggunakan sistem irigasi tetes dengan emitter yang digunakan yaitu drip stick, dimana pada