• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun oleh: Heribertus Agus Purwaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun oleh: Heribertus Agus Purwaka"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS BUTIR SOAL

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS

TINGKAT SMA RAYON BANTUL

TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan

SMA N 2 Banguntapan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Heribertus Agus Purwaka

131334031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih setiaNya dan berkat yang berlimpah dariNya.

(5)

v MOTO

Teman dan saudara membuatku merasa teramat kaya karena mereka membuatku memiliki sesuatu yang tak ternilai dibandingkan dengan apa pun

Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2017 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Heribertus Agus Purwaka

Nomor Mahasiswa : 131334031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS TINGKAT SMA

RAYON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017 Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan

SMA N 2 Banguntapan

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 Juni 2017

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

ANALISIS BUTIR SOAL

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS TINGKAT SMA RAYON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan

Heribertus Agus Purwaka Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 dengan Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Kulitas butir soal ini ditinjau dari aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS dari SMA Pangudi Luhur ST. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan program Anates Versi 4.

Hasil dari penelitian menunjukkan: (1) Berdasarkan Validitas Isi, soal tersebut sudah baik, dari segi Validitas Item, soal valid berjumlah 35 (87,5%) sedangkan soal tidak valid berjumlah 5 (12,5%); (2) Berdasarkan Reliabilitas dapat disimpulkan butir soal reliabel, karena memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,80; (3) Berdasarkan Daya Beda, butir soal yang memiliki daya pembeda tidak baik berjumlah 1 butir ( 2,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda jelek berjumlah 8 butir ( 20%), butir soal yang memiliki daya pembeda cukup berjumlah 15 butir (37,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda baik berjumlah 16 butir (40%); (4) Berdasarkan Tingkat Kesukaran, butir soal yang tergolong sukar berjumlah 4 butir (10%), butir soal tergolong sedang berjumlah 26 butir (65%), butir soal tergolong mudah berjumlah 10 butir (25%); (5) Berdasarkan Efektivitas Pengecoh, terdapat 6 butir soal (15%) memiliki pengecoh yang sangat baik, 13 butir soal (32,5%) memiliki pengecoh yang baik, 11 butir soal (27,5%) memiliki pengecoh cukup baik, 8 butir soal (20%) memiliki pengecoh kurang baik, dan 2 butir soal (5%) memiliki pengecoh yang tidak baik; (6) Berdasarkan Analisis Kualitas Soal Keseluruhan, soal yang berkualitas baik yakni terdapat 19 butir soal (47,5%), soal cukup baik yakni terdapat 21 butir soal (52,5%).

(9)

ix

ABSTRACT

TEST ITEM ANALYSIS OF THE FIRST SEMESTER FINAL EXAMINATION OF 2016/ 2017 ACADEMIC YEAR ON ECONOMICS

FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN BANTUL REGENCY

A Case Study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School

Heribertus Agus Purwaka Sanata Dharma University

2017

This research aims to determine the item quality of the first semester of final examination of 2016/ 2017 academic year on Economics for the eleventh grade students of Senior High School in Bantul Regency. It is a case study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The item quality was examined by content validity, reliability, item discrimination, level of difficulty and distractor efficiency.

This research is a descriptive quantitative research. The subjects were the students of the eleventh grade students of the Social Sciences Department of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The data collection technique was documentation. The data were analyzed by using Anates Version 4 program.

The results of this research are: (1) Item quality based on content validity is good. Based on items validity, 35 or 87,5% of the questions, 5 items of 12,5% is not valid. (2) Based on, item quality, the reliability shows that the item is reliable because it has high reliability namely 0,80; (3) Based on item quality level of difficulty, the items that have not good item discrimination was one or 2,5%, items which were in low level of item discrimination was eight or 20%, while there were 15 items or 37,5% belong to a moderate level. Items which were in high level were 16 or 40%; (4) Based on item of difficulty, there were four items or 10%, items that were categorized as moderate level were 26 or 65% and the easy items were ten or 25%; (5) Based on distractor efficiency, there were six (15%) items that had very good distractor. Items that had good distractor were 13 items (32,5%), while there were 11 items (27,5%) that had quite good quality. Less good quality items were eight (20%) and there were two items (27,5%) classified is not good quality; (6) Based on the overall analysis, items which were categorized in good quality were 19 (47,5%) and there were 21 items (52,5%) which were categorized in quite good quality.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena berkat limpahan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Ketua PS Pendidikan Ekonomi, dan Ketus Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakata;

(11)

xi

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, dan memberikan banyak masukan selama penulisan skripsi ini;

4. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Seluruh dosen PAK yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bekal masa depan mahasiswa;

7. Kedua orang tua, adik, dan keluarga yang telah memberikan perhatian, terima kasih untuk ajaran serta untaian doa yang tidak putus untuk putra-putrinya;

8. Teman-teman angkatan 2013 di Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerja sama yang baik selama ini;

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(12)

xii

Terlepas dari segala kekurangan, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, pendidik, dan penulis sendiri.

Yogyakarta, 16 Juni 2017

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... HALAMAN PENGESAHAN……….. HALAMAN PERSEMBAHAN………... MOTO………. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... ABSTRAK……….. ABSTRACT……….. KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR……….. DAFTAR LAMPIRAN……….. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. B. Batasan Masalah……… C. Rumusan Masalah………. i ii iii iv v vi vii viii xi x xiii xix xxi xxiii 1 4 5

(14)

xiv

D. Tujuan Penelitian………...

E. Manfaat Penelitian……….

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Tentang Evaluasi ………...

1. Pengertian Evaluasi………..

2. Tujuan atau Fungsi Penelitian……….. 3. Prinsip-prinsip Evaluasi ……….. B. Tinjauan Pengukuran Hasil Belajar………

1. Pengertian Tes………..

2. Ciri-ciri Tes yang Baik………

a. Validitas……….. b. Reliabilitas……….. c. Objektivitas………. d. Praktibilitas………. e. Ekonomis……… 3. Fungsi Tes………

4. Prinsip-prinsip Dasar Penyusunan Tes………

5. Penggolongan Tes ……….……… a. Tes Seleksi……….. b. Tes Awal………. c. Tes Akhir……… d. Tes Diagnostik……… e. Tes Formatif……….. 6 7 9 9 10 10 13 13 14 14 15 16 16 16 17 17 18 18 18 18 19 19

(15)

xv

f. Tes Sumatif……….

C. Karakteristik Soal Objektif………

1. Golongan Tes Objektif……….

a. Tes Benar Salah (True-False Test)………. b. Tes Menjodohkan (Matching Test)………. c. Tes Melengkapi (Completion Test)………. d. Tes Isian (Fill in Test)……… e. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)……… 2. Konsep Tes Pilihan Ganda……….……

3. Kaidah Penulisan……….……….……

a. Aspek Materi……….……

b. Aspek Konstruksi……….……

c. Aspek Bahasa……….

D. Analisis Butir Soal……….

1. Pengertian Analisis Butir Soal………. 2. Manfaat Kegiatan Analisis Butir Soal………. 3. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif………. a. Pendekatan Secara Klasik……….……… b. Pendekatan Secara Modern………

4. Validitas………..………

a. Validitas Tes……….…

1) Validitas Rasional………. (a) Validitas Isi………..

19 20 20 20 21 21 21 21 22 23 23 23 24 26 26 26 27 27 27 28 28 28 29

(16)

xvi

(b) Validitas Konstruksi……… 2) Validitas Empirik……….. (a) Validitas Ramalan……… (b) Validitas Bandingan………..……… b. Validitas Item………. 5. Reliabilitas……….. 6. Daya Pembeda……….. 7. Tingkat Kesukaran……… 8. Efektivitas Pengecoh ………

E. Hasil Penelitian yang Relevan………

F. Kerangka Berpikir………

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……….

B. Tempat dan Waktu Penelitian……….. C. Subjek dan Objek Penelitian……….……… D. Operasionalisasi Variabel………..

E. Teknik Pengumpulan Data………

F. Teknik Analisis Data……….

1. Validitas………...

2. Reliabilitas………...

3. Daya Pembeda………..

4. Tingkat Kesukaran………...

5. Efektivitas Pengecoh/ Distraktor………. 29 30 30 31 31 32 34 38 41 41 44 47 47 48 49 50 51 51 52 52 53 54

(17)

xvii

6. Kualitas Soal………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 1. SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu……….

2. SMA N 2 Banguntapan ……….

B. Deskripsi Data Penelitian………..

C. Hasil Penelitian………. 1. Validitas……….. 2. Reliabilitas ……….. 3. Daya Pembeda……….. 4. Tingkat Kesukaran………... 5. Efektivitas Pengecoh……… D. Pembahasan……….. 1. Validitas……….. 2. Reliabilitas ……….. 3. Daya Pembeda……….. 4. Tingkat Kesukaran………... 5. Efektivitas Pengecoh……… 6. Kualitas Soal……… BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… B. Implikasi……… C. Saran ………. 55 57 57 60 62 63 63 68 68 70 72 74 74 76 77 88 90 93 98 99 101

(18)

xviii DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA 103 105 163

(19)

xix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5

Kekuatan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda……….. Subjek Penelitian………. Kriteria Penilaian Efektivitas Pengecoh………. Distribusi Soal Ekonomi Berdasarkan Validitas Isi…………. Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas Item……. Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Daya Pembeda…… Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Tingkat Kesukaran Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Efektivitas

25 48 55 63 67 69 71

(20)

xx Tabel 4.6

Tabel 4.7

Pengecoh……… Distribusi Hasil Keseluruhan Analisi Butir Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas Pengecoh……. Penyebab Kegagalan Butir Soal………

73

95 96

(21)

xxi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4

Triangulasi Komponen Evaluasi…………..……… Pola Aliran Penelitian……….……… Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas Item………..…... Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Daya Pembeda………..…… Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Tingkat Kesukaran………... Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur

11 44

67

70

(22)

xxii Gambar 4.5

Gambar 4.6

St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Efektivitas Pengecoh……… Distribusi Hasil Keseluruhan Analisi Butir Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas Pengecoh……….. Persentase Kegagalan Butir Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas Pengecoh………

73

95

(23)

xxiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 1. Soal UAS……….. 2. Kunci Jawaban……….. 1. Skor Data Tes Siswa……… 2. Sampel Lembar Jawaban Siswa……… Hasil Analisis Butir Soal………

1. Validitas……… 2. Reliabilitas……… 3. Daya Pembeda……….. 4. Tingkat Kesukaran……….. 5. Efektivitas Pengecoh……….. 6. Rekap Analisis Butir………. Perizinan………. 106 120 122 126 127 128 130 146 147 148 157 158

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang kini semakin melejit memberikan perubahan yang berpengaruh bagi perkembangan ilmu pendidikan. Hal ini mengarah pada tuntutan kualitas dan kuantitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan proses yang dilalui manusia dan tidak akan berhenti hingga akhir hayat sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai bagi kelangsungan hidup manusia. Maka hampir seluruh negara memprioritaskan pendidikan sebagai hal yang utama dan penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Indonesia sendiri memprioritaskan pendidikan sebagai hal penting yang dapat kita lihat pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat diperoleh dengan jalur non formal maupun formal. Jalur pendidikan yang dipandang memberikan kontribusi dalam aspek pengetahuan adalah jalur pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah melalui tenaga guru membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan, baik bersifat kognitif, psikomotor, ataupun afektif yang akhirnya akan menghasilkan generasi muda yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Guru dalam hal ini sebagai fasilitator bagi peserta didik yang berperan menghantarkan atau sebagai perantara dalam memperoleh pengetahuan

(25)

untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu guru perlu memiliki kompetensi dan profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil akhir belajar siswa, dalam pembelajaran terdapat komponen yang meliputi tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan hal ini maka guru perlu dibekali dan memahami tentang evaluasi pembelajaran sebagai ilmu yang mendukung tugasnya yaitu mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Pencapaian tingkat pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Ralph Tyler dalam Arikunto (2012:3) mengungkapkan evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik, guru dapat melakukan melalui teknik tes dan non tes. Arikunto (2012: 46) teknik tes menurut Amir Dalen dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Sudijono (2011:76) mengungkapkan bahwa teknik non tes merupakan teknik penilaian atau evaluasi belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan pengamatan secara sistematis, melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen. Teknik ini pada umumnya memegang

(26)

peran dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah hidup dan ranah keterampilan. Sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya.

Arikunto (2012: 72) mengemukakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Maka untuk mengetahui kuantitas dan kualitas suatu instrumen pengukuran hasil belajar siswa perlu dilakukan analisis butir soal. Analisis kualitas soal adalah tahap yang ditempuh untuk mengetahui kualitas soal baik keseluruhan tes maupun butir soal yang merupakan bagian dari tes. Analisis butir soal ini mengidentifikasi butir soal mana yang bersifat baik dan kurang baik serta butir soal mana yang dapat dijadikan bank soal, direvisi, atau dibuang. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal (UAS) Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan dapat dihitung dengan aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.

Analisis butir soal ini perlu dilakukan karena ingin mengetahui kualitas soal sebagai instrumen pengukuran hasil belajar siswa. Selain itu tim pembuat soal atau guru belum mengadakan analisis terhadap Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis

(27)

IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan dikarenakan keterbatasan pihak tim pembuat soal atau guru.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Rayon Bantul dengan mengambil studi kasus pada sekolah negeri dan swasta. Sampel untuk mewakili sekolah negeri yaitu SMA N 2 Banguntapan, sedangkan sampel untuk mewakili sekolah swasta yaitu SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. SMA N 2 Banguntapan dan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu menjadi pilihan peneliti karena sekolah tersebut negeri dan swasta yang memiliki siswa cukup banyak, sehingga cukup membantu dalam pengumpulan data. Penelitian serupa pernah dilakukan di wilayah Rayon Bantul yaitu hanya menganalisis soal buatan guru di satu sekolah tertentu saja. Penelitian dilakukan di Rayon Bantul juga karena Soal UAS Gasal untuk kelas XI IPS Mata Pelajaran Ekonomi dibuat oleh MKKS sehingga seluruh Rayon Bantul sama. Di sisi lain berdasarkan hasil ujian nasional 2015/2016 wilayah Bantul menduduki peringkat ketiga dengan nilai 56,46. Sedangkan untuk program IPS sendiri menduduki peringkat pertama se-DIY tahun 2016. Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana kualitas suatu alat ukur terkait evaluasi belajar siswa di wilayah Rayon Bantul ini.

B. Batasan Masalah

Kualitas penelitian ilmiah terletak pada kedalaman dalam mengkaji permasalahan. Agar masalah dapat dikaji secara mudah, maka permasalahan dibatasi pada:

(28)

1. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penyusunan soal didasarkan pada sistem pendidikan Kurikulum 2006.

2. Butir soal yang diteliti adalah Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan.

3. Soal-soal yang dianalisis adalah soal bentuk objektif pilihan ganda. 4. Kualitas soal dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat

kesukaran soal, dan efektivitas pengecoh dengan menganalisis lembar jawaban siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Validitas?

2. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi

(29)

Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Reliabilitas?

3. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Daya Pembeda?

4. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Tingkat Kesukaran?

5. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Efektivitas Pengecoh?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Validitas.

(30)

2. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Reliabilitas.

3. Mengetahui kualitas Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Daya Pembeda.

4. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Tingkat Kesukaran.

5. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan ditinjau dari segi Efektivitas Pengecoh.

E. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah jenjang SMA Rayon Bantul sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan

(31)

dan langkah-langkah yang efektif di bidang pendidikan, terutama yang berhubungan dengan evaluasi.

2. Bagi guru, dalam penyusunan Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan soal yang akan datang sehingga dapat menyempurnakan atau memperbaiki kualitas soal yang kurang baik, dan sebagai referensi dalam memilih soal-soal serta dapat dijadikan umpan balik dalam peningkatan hasil belajar siswa pada periode selanjutnya.

3. Bagi siswa, memberikan informasi tingkat penguasaan materi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika hasil evaluasi menunjukkan siswa belum mampu mencapai kompetensi maka siswa dapat diberikan motivasi untuk belajar lebih giat lagi.

4. Soal yang dianalisis dan hasil menjunjukkan kualitas dalam arti memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh dapat dijadikan sebagai kumpulan soal.

(32)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Tentang Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation. Evaluasi dimaknai sebagai penilaian sistematik tentang manfaat atau penguatan suatu objek, Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1997) dalam (Sudijono, 2011: 1), evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Dari definisi tersebut, maka istilah evaluasi ini menunjuk pada pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Stufflemeam dkk (Majid, 2014: 32) evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Menurut Ralph Taylor (Arikunto, 2012: 3), evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Majid (2014: 33) mengungkapkan pada bidang pendidikan, evaluasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan seorang evaluator untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan.

(33)

2. Tujuan atau Fungsi Penilaian

Arikunto (2012:18-19) memaparkan tujuan atau fungsi penilaian adalah sebagai berikut :

a. Penilaian berfungsi selektif

Dengan mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Seleksi ini dapat digunakan untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, siswa yang mendapat beasiswa dan siswa yang dinyatakan lulus.

b. Penilaian berfungsi diagnostik

Penilaian dapat berfungsi sebagai diagnostik kepada peserta didik mengenai kebaikan dan kelemahannya. Apabila telah diketahui sebab-sebab kelemahan ini, lebih mudah dicari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Penilaian juga dapat digunakan untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana siswa harus ditempatkan.Penempatan siswa ini dilakukan dengan mengelompokkan siswa-siswa yang mempunyai hasil penilaian yang memiliki kategori yang sama. d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi sebagai pengukur keberhasilan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Pendidikan atau proses pembelajaran harus dievaluasi agar dapat diketahui apakah pendidikan atau proses pembelajaran tersebut berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya sehingga dapat diidentifikasi penyebabnya untuk kemudian dibenahi atau diperbaiki.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi

Menurut Arikunto (2012: 38), ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, diantaranya:

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

(34)

b. Kegiatan pembelajaran atau KBM

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

c. Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Triangulasi ketiga komponen tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut (Arikunto, 2012: 38-39):

Tujuan

KBM Evaluasi Gambar 1.1 Triangulasi Komponen Evaluasi

(35)

Penjelasan dari bagan triangulasi di atas adalah:

a. Hubungan antara tujuan dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, sehingga kegiatan pembelajaran atau KBM tentunya juga akan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. KBM akan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran sehingga berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Sehingga dalam menyusun alat dan teknik untuk evaluasi harus mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan Evaluasi

Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, bila dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru lebih berorientasi pada keterampilan, maka evaluasinya juga harus mengukur aspek keterampilan siswa

(36)

B. Tinjauan Pengukuran Hasil Belajar 1. Pengertian Tes

Mardapi (2008: 67) mengemukakan tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Menurut Sudijono (2011: 67) tes adalah cara yang digunakan atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Sedangkan menurut Zainul dan Nasution (Majid, 2014: 37) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atriibut psikologis tertentu.

Mardapi (2008: 67-68) memaparkan bahwa hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang, yang berupa kemampuan atau keterampilan seseorang. Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan. Hasil tes dengan tujuan demikian harus baik, yakni memiliki kesalahan pengukuran yang sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kesalahan acak dan sistemik. Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam menentukan sampel isi tes, variasi emosi seseorang termasuk variasi pemeriksa lembar jawaban jika lembar jawaban

(37)

peserta tes diperiksa secara manual. Sedangkan kesalahan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau terlalu sukar.

Sebelum membahas lebih jauh tentang tes, perlu diketahui beberapa istilah yang terkait dengan tes, yaitu

a. Testing, merupakan waktu pelaksanaan tes.

b. Testee, adalah orang yang dikenai tes atau yang mengerjakan tes. c. Tester, adalah orang yang melaksanakan tes atau pelaksana tes.

2. Ciri-ciri Tes yang Baik

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:

a. Validitas

Kusaeri dan Suprananto (2012: 75-76) mengungkapkan bahwa validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan, dan kemanfaatan, kesimpulan yang didapat dari interpretasi skor tes. Validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu tes yang dikenakan terhadap peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri.Validitas berkaitan dengan pengkategorian derajat tertentu, harus dihindari pemikiran tentang hasil tes sebagai valid dan tidak valid. Jadi, ketika mendeskripsikan validitas, penting untuk mempertimbangkan penafsiran secara khusus tentang hasil tes. Hasil tes tidak dikatakan valid saja, tetapi hasil tes tersebut

(38)

memiliki derajat validitas berbeda pada setiap penafsiran yang dibuat.

b. Reliabilitas

Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 82-83) reliabilitas merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran. Artinya, bagaimana skor tes konsisten dari pengukuran yang satu ke lainnya. Karakteristik suatu reliabilitas yaitu, Pertama, reliabilitas merujuk kepada hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes, bukan merujuk pada instrumennya sendiri. Jadi, lebih tepat mengatakan bahwa reliabilitas “skor tes” dibandingkan reliabilitas “tes”. Kedua, reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum cukup untuk syarat validitas. Sebuah tes yang memberikan hasil tidak konsisten mungkin tidak dapat memberikan informasi yang valid berkaitan dengan kemampuan yang diukur. Jadi reliabilitas yang rendah dapat membatasi tingkat validitas yang didapat, tetapi reliabilitas yang tinggi tidak menjamin terpenuhinya derajat validitas. Ketiga reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik. Analisis logis dari suatu tes akan memberikan sedikit bukti berkaitan dengan reliabilitas skor tes. Tes harus diujikan satu kali atau lebih pada sekelompok anak yang sama sehingga konsistensi hasilnya dapat ditentukan. Konsistensi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk koefisien reliabilitas dan kesalahan pengukuran (standard error of measurement).

(39)

c. Objektivitas

Menurut Arikunto (2012: 75) sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi.

d. Praktikabilitas

Menurut Arikunto (2012:77) sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

Arikunto (2012: 77) mengungkapkan tes praktis adalah tes yang :

a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.

b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skorsingnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga

dapat diberikan/ diawali oleh orang lain. e. Ekonomis

Menurut Arikunto (2012: 77) pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tes bermodalkan fotokopi soal dan lembar jawab. Hal ini dirasa tidak terlalu mahal dibandingkan dengan melakukan evaluasi yang bersifat nontes. Tenaga yang dibutuhkan dalam tes adalah membuat instrumen tes itu sendiri dan untuk evaluasinya dapat

(40)

berbantu dengan aplikasi komputer sehingga lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

3. Fungsi Tes

Sudijono ( 2011: 67) mengemukakan fungsi tes secara umum adalah: a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, dalam hal ini tes

berfungsi untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, dalam hal ini dimaksudkan bahwa melalui tes akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

4. Prinsip-prinsip Dasar Penyusunan Tes

Prinsip-prinsip penyusunan tes hasil belajar perlu diperhatikan dalam menyusun tes untuk menilai hasil belajar peserta didik agar tes yang dibuat benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dan ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sudijono (2011: 97-99) terdapat prinsip-prinsip dasar dalam menyusun tes hasil belajar, yaitu:

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas outcomes learning (hasil belajar) yang telah ditetapkan.

b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat

bervariasi.

d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. f. Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur

keberhasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara belajar guru.

(41)

5. Penggolongan Tes

Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, yaitu (Sudijono, 2011: 68-73):

a. Tes Seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

b. Tes Awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi, tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat mudah.

c. Tes Akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.

(42)

d. Tes Diagnostik

Menurut Sudijono (2011: 70) tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Arikunto (2012: 48) tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

Jadi, tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu sehingga dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

e. Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

f.

Tes Sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tujuan utama tes sumatif adalah menentukan nilai yang diperoleh peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu

(43)

tertentu, sehingga nilai tersebut dapat menentukan kedudukan siswa didalam kelompoknya, mengetahui kemampuan siswa selama proses belajar mengajar, serta sebagai laporan kepada orang tua siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan.

C. Karakteristik Soal Objektif

Bentuk tes yang digunakan di lembaga menurut Mardapi (2008: 69-70) pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedangkan tes non objektif sistem penskorannya dipengaruhi subjektivitas pemberi skor.

1. Golongan Tes Objektif

Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, Sudijono (2011: 107-118) mengungkapkan bahwa tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

a. Tes Benar-Salah (True-False Test)

Tes objektif dengan bentuk benar salah adalah bentuk tes objektif di mana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar berupa pernyataan, pertanyaan, atau kalimat mengandung kemungkinan jawab benar atau salah, dan testee diminta untuk

(44)

menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut.

b. Tes Menjodohkan (Matching Test)

Pada tes ini disediakan dua kelompok bahan suatu pertanyaan dan jawaban selanjutnya testee harus mencari pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.

c. Tes Melengkapi (Completion Test)

Bentuk tes melengkapi biasanya berupa cerita atau karangan. Kata-kata yang dianggap penting dalam cerita atau karangan tersebut beberapa dikosongkan, kemudian tugas testee adalah melengkapi bagian yang rumpang tersebut.

d. Tes Isian (Fill in Test)

Pada tes isian ini sebenarnya mirip dengan tes melengkapi. Letak perbedaannya adalah bahwa pada tes melengkapi bahan yang diteskan merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes isian tidak demikian melainkan butir-butir soal tes dapat dibuat berlainan antara satu dengan yang lain.

e. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)

Tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari

(45)

beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan pada tiap-tiap butir soal yang terkait.

Soal yang akan diteliti adalah soal berbentuk pilihan ganda, maka yang akan dibicarakan hanyalah bentuk pilihan ganda.

2. Konsep Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test) Sudijono (2011: 118) mengemukakan tes pilihan ganda yaitu:

salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Basuki dan Hariyanto (2014 : 43) tes pilihan ganda adalah:

suatu keterangan atau pernyataan tentang suatu konsep yang belum lengkap, untuk melengkapinya peserta didik harus memilih salah satu jawaban yang tersedia berupa pilihan jawaban.

Basuki dan Hariyanto (2014 : 43) mengemukakan tes pilihan ganda terdiri dari pernyataan yang harus dilengkapi (stem), serta pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri dari jawaban sebenarnya dan pengecoh-pengecoh (distractors). Jumlah pilihan biasanya ada empat atau lima. Semakin tinggi tingkat peserta didik yang diuji bisanya pilihan jawabannya juga makin banyak. Bagi tingkat SD kelas IV sampai kelas IX SMP pilihan jawaban sering kali ada empat. Mulai tingkat SMA ke atas pilihan jawaban tersedia lima

(46)

buah. Hal ini sekadar merupakan kebiasaan dan bukan merupakan suatu keharusan.

3. Kaidah Penulisan

Kusaeri dan Suprananto (2012:108-110) mengemukakan ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun bermutu:

a. Aspek Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan perilaku atau materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.

2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban yaitu pilihan jawaban yang paling benar.

b. Aspek Konstruksi

1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan atau materi yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor. 2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja.

3) Pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar. Pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk kearah jawaban yang benar.

4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. 5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

Kaidah ni perlu diperhatikan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang karena sering jawaban yang panjang lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

(47)

6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar.” Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.

7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari angka paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebaliknya.

8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat dalam soal harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, dan tabel tersebut tidak berfungsi.

9) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik tidak dapat menjawab benar soal pertama yang berakibat tidak dapat pula menjawab dengan benar soal berikutnya.

c. Aspek Bahasa

1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika akan digunakan untuk daerah lain atau nasional

3) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

(48)

Berikut ini adalah informasi terkait kekuatan dan kelemahan tes pilihan ganda (Sudijono, 2011:133-136):

Tabel 1.1

Kekuatan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda

No Kekuatan Kelemahan

1 Mampu mengukur berbagai tindakan kognitif (dari ingatan sampai dengan evaluasi)

Memerlukan waktu yang relatif lama untuk merumuskan soalnya

2 Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya

Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam

3 Mengoreksi hasil tes objektif jauh lebih mudah dan lebih cepat daripada hasil tes uraian

Terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, ada untung dalam memberikan jawaban soal

4 Memberi kemungkinan kepada orang lain untuk dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut

Dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam, maka dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerja sama yang tidak sehat dengan sesama testee lainnya 5 Butir soal lebih mudah

dianalisis, baik dari segi kesukarannya, daya pembeda, validitas maupun reliabilitasnya

(49)

D. Analisis Butir Soal

1. Pengertian Analisis Butir Soal

Kusaeri dan Suprananto (2012: 163) mengemukakan bahwa kegiatan analisis butir soal merupakan kegiatan penting dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang bermutu. Sedangkan menurut Basuki dan Hariyanto (2014: 129) analisis butir soal adalah cara yang berharga serta relatif mudah pekerjaannya, dan merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan guru untuk mengetahui karakteristik pembelajaran.

Basuki dan Hariyanto (2014: 130) mengungkapkan bahwa pada umumnya, analisis butir soal dirancang dengan tujuan untuk mengetahui cacat dalam butir tes sehingga dapat diperbaiki sebelum digunakan pada tes berikutnya, serta untuk menemukan soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar untuk dijawab sehingga soal-soal itu dapat diganti dengan butir soal yang lain. Dengan kata lain, analisis butir soal bukanlah suatu tujuan, dan baru bermakna setelah merevisi butir-butir soal yang tidak relevan.

2. Manfaat Kegiatan Analisis Butir Soal

Basuki dan Hariyanto (2014: 130) mengemukakan manfaat analisis butir soal secara umum adalah sebagai berikut:

a. Membantu para pengguna tes dalam evaluasi terhadap tes yang digunakan.

b. Mendukung penulisan butir soal yang efektif. c. Meningkatkan validitas dan reliabilitas soal.

(50)

d. Memberikan masukan kepada peserta didik tentang kemampuannya.

e. Memberikan masukan kepada guru tentang kesulitan-kesulitan siswa.

f. Memberikan masukan kepada guru tentang efektivitas pembelajaran.

g. Merevisi atau mengganti sama sekali butir soal yang dinilai tingkat kesukarannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang validitas dan reliabilitasnya rendah.

h. Meningkatkan keterampilan guru dalam penulisan soal.

i. Memberi masukan hal-hal tertentu yang bermanfaat bagi pemgembangan kurikulum.

3. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif

Kusaeri dan Suprananto (2012: 173) mengemukakan penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaah butir soal didasarkan pada data empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu a. Pendekatan secara klasik

Proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.

b. Pendekatan secara modern

Penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir. Teori ini merupakan sutu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa.

(51)

4. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan. Menurut Sudijono (2011: 163) terdapat dua macam validitas yaitu validitas tes dan validitas item.

a. Validitas Tes

Validitas tes merupakan pengukuran yang digunakan untuk soal yang akan digunakan secara keseluruhan. Pengukuran validitas tes dapat dilakukan secara rasional dan secara empirik.

1) Validitas Rasional

Sudijono (2011: 164) memaparkan bahwa validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

(52)

Ada dua macam validitas rasional yang dapat dicapai sebuah instrumen yaitu validitas isi dan validitas konstruksi.

(a) Validitas isi

Sudijono (2011:164) menungkapkan validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi merupakan validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar. Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tes tersebut dapat mewakili secara representatif bagi seluruh materi pelajaran yang akan diujikan.

(b) Validitas Konstruksi

Sudijono (2011: 166) mengemukakan bahwa validitas konstruksi diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya. Suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi apabila tes hasil belajar tersebut (yang ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaannya) telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori

(53)

psikologis, yaitu secara tepat dapat mengukur aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif dan psikomotorik). 2) Validitas Empirik

Sudijono (2011:167) mengungkapkan pendapatnya bahwa validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan (Sudijono, 2011: 167). Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empirik apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur lewat tes hasil belajar tersebut.

(a) Validitas Ramalan

Sudijono (2011: 168-170) menyampaikan bahwa validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauh sebuah tes telah dapat dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang. Selanjutnya utuk mengetahui bahwa suatu tes memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji dengan hasil belajar setelah peserta tes mengikuti pembelajaran.

(54)

(b) Validitas Bandingan

Sudijono (2011: 177) menyampaikan bahwa validitas bandingan juga dapat disebut sebagai validitas ada sekarang. Validitas ada sekarang menunjuk pada hubungan antara tes skor yang dicapai dengan keadaan sekarang. Pada keadaan ini, tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai kejadian yang lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada. Tes dikatakan memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes yang dilakukan berikutnya.

b. Validitas Item

Sudijono (2011: 182) mengungkapkan bahwa validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah item, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

Arikunto (2012:93) mengemukakan untuk menghitung validitas item dapat menggunakan rumus:

q p S M M Y t p pbi 1  

(55)

Keterangan:

Ypbi : koefisien korelasi biserial

Mp : rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt : rerata skor total

St : standar deviasi dari skor total proporsi p : proporsi siswa yang menjawab benar

( )

q : proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)

5. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2012:100) pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. Didukung pendapat Arifin (2009: 258) reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Menurut Purwanto (2009:139) keandalan (reliability) adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini ialah ketelitiannya sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya kebenarannya.

Arikunto (2012:101-102) memaparkan beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga hal berikut:

a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya. Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes.

(56)

b. Hal yang berhubungan dengan Tercoba (Testees). Suatu tes yang diujicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya reliabilitas tes.

c. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes. Penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes. Hasil tes tersebut akan mempengaruhi reliabilitas soal tes.

Menurut Arikunto (2012: 104-106) ada tiga macam metode dalam menghitung reliabilitas:

a. Metode Bentuk Paralel

Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Kelemahan metode ini bahwa pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes dan membutuhkan waktu yang lama.

b. Metode Tes Ulang

Metode tes ulang dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes, tetapi dicobakan dua kali.

c. Metode Belah Dua atau Split-half Method Ada dua cara membelah butir soal, yaitu:

(1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.

(57)

(2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

Arikunto (2012: 115) mengungkapkan reliabilitas tes dapat dihitung dengan rumus K-R.20 yaitu:

( ) (

∑ )

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(q= 1-p)

Ʃpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

6. Daya Pembeda

Basuki dan Hariyanto (2014: 139) mengungkapkan daya beda atau DP adalah daya yang mampu membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Pendapat ahli lain, yakni Kusaeri dan Suprananto ( 2012: 175) mengungkapkan daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan. Sedangkan menurut Arikunto (2012: 226) daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(58)

(berkemampaun tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Kusaeri (2014: 107) menungkapkan daya pembeda soal memiliki beberapa manfaat, yaitu:

a. Meningkatkan mutu setiap soal melalui data empirik. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap soal dapat diketahui apakah soal itu baik, perlu direvisi, atau dibuang.

b. Mengetahui seberapa jauh masing-masing soal dapat mendeteksi atau membedakan kemampuan siswa.

Kusaeri dan Suprananto (2012: 176) menemukakan apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai adanya kemungkinan:

a. Kunci jawaban tidak tepat

Kunci jawaban sebagai patokan dalam memeriksa hasil tes terkadang tidak tepat, dalam artian kunci jawaban tersebut malahan salah. Keadaan ini biasanya dipengaruhi oleh kesalahan penulisan ataupun memang kurang dikaji ulang jawaban yang tepat.

b. Butir soal memiiki dua atau lebih kunci jawaban yang benar Kualitas jawaban yang baik dalam pengukuran tes memiliki jawaban ganda dapat disebabkan kurang teliti dalam penyusunan soal sehingga perlu diperbaiki. Hal demikian ini tidak layak digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar.

(59)

c. Kompetensi yang diukur tidak jelas

Kompetensi yang diberikan dalam pengukuran tes harus dapat untuk mengukur ketercapaian tingkat pemahaman peserta didik terkait materi tertentu. Misalkan kompetensi „memahami‟ hal ini kurang jelas untuk mengukur ketercapaian materi pembelajaran.

d. Pengecoh tidak berfungsi

Alternatif pilihan jawaban terkadang terlalu mencolok sehingga mudah ditebak oleh testee. Alternatif jawaban harus dibuat secara proporsional dan harus terkait dengan konteks soal yang dipertanyakan.

e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak siswa yang menebak

Soal tes dibuat dengan tujuan mengukur ketercapaian pemahaman materi peserta didik. Komposisi kriteria soal mulai soal mudah sedang dan sulit harus proporsional. Sehingga soal tersebut memang benar dapat mengkur kompetensi peserta didik, tidak hanya tebak jawaban yang dikarenakan pembagian komposisi tingkat kesulitan.

f. Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soal.

Siswa beranggapan bahwa soal salah informasi, hal ini mungkin dapat terjadi karena penulisan soal pertanyaan ataupun

(60)

pernyataan kurang jelas dan menimbulkan persepsi yang berbeda. Sehingga perlu diperhatikan dalam penyusunan soal, penggunaan bahasa harus jelas dan mudah dipahami agar tidak menimbulkan makna ganda.

Kusaeri (2014: 108) mengungkapkan bahwa indeks daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Jika daya pembeda negatif, berarti lebih banyak kelompok bawah (peserta tes yang kurang pandai) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (peserta tes yang pandai). Sebaliknya, jika daya pembeda positif, banyak siswa kelompok atas mampu menjawab benar soal dibanding kelompok bawah. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal, semakin tinggi kemampuan soal itu membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang. Sudijono (2011: 398-399) menyebutkan bahwa mengenai teknik analisis daya pembeda item dalam keadaan di mana jumlah pengikut tes adalah cukup besar (100 orang atau lebih) daya pembeda item cukup dihitung berdasar 27% pengikut tes kelompok atas dan 27% dari pengikut tes kelompok bawah. Sedangkan pengikut tes yang terletak di antara kedua ujung ekterm itu tidak perlu diikutsertakan dalam perhitungan analisis.

Rumus untuk mencari daya pembeda sebagai berikut (Arikunto,2012: 228-229):

Gambar

Gambar 2.1   Pola Aliran Penelitian
Tabel 3.1  Subjek Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Soal Ekonomi berdasarkan Validitas Isi
Tabel  4.2  Distribusi  Butir  Soal  UAS  Gasal  Mata  Pelajaran  Ekonomi  Kelas  XI  IPS  Tingkat  SMA  Rayon  Bantul  Tahun  Pelajaran  2016/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 512/menkes/per/IV/2007/tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran bab 1pasal 1 ayat 10 standar

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 Sayamerasapuasdengankualitas Pasta Gigi Pepsodent.. 2 Sayamerasapuas dengan aroma Pasta

PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF ADVENTURE GAME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Simpulan penelitian ini adalah (1) Struktur organisasi klub bulutangkis di kabupaten Klaten tahun 2012 dalam kategori baik (60%).(2) Bidang pembinaan yang bertujuan

Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas kehadirat dan segala nikmatNya penulis dapat menyelesaikan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa efektifitas layanan perpustakan keliling di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Semarang tergolong pada

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahap evaluasi kualifikasi untuk pengadaan pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Surya (PLTS) Terpusat di Provinsi Sumatera

Mengingat pentingnya acara ini, diharapkan yang hadir Direktur atau yang namanya tercantum di dalam Akte Pendirian Perusahaan serta perubahannya. Apabila di