• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh maka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam aktivitas usahanya selalu berusaha untuk mencapai laba yang optimal dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh maka perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang serta mampu menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk efisien, dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang diberikan maka akan dicapai hasil yang optimal, dimana pengorbanan yang dimaksud disini adalah modal usaha dan hasilnya laba usaha.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut rentabilitas atau profitabilitas (Riyanto 2001:331). Masalah profitabilitas ini penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan, profitablitas dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya perusahaan yang dipimpinnya. Sedangkan bagi penanam modal dapat digunakan sebagai tolak ukur prospek modal yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut.

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki disebut Return on Equity (ROE) (Sutrisno 2000:267). Salah satu cara pemilik untuk dapat mengoptimalkan profitabilitas (ROE) adalah dengan

(2)

memperhatikan tingkat likuiditas perusahaannya. Menurut Riyanto (2001: 25), likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik berarti mampu memenuhi segala pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran proses produksinya.

Salah satu alat ukur likuiditas adalah Rasio Lancar (Current Ratio) yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek (hutang lancar). Perusahaan yang dapat mengelola rasio lancarnya dengan baik menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan tersebut dapat menutup hutang lancarnya, dengan kata lain perusahaan tersebut memiliki likuiditas yang baik. Akan tetapi pemilik juga harus memperhatikan jangan sampai perusahaan terlalu likuid, karena hal tersebut akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, yang akan mengurangi profitabilitas.

Pemilik perusahaan juga hendaknya mampu mengelola modal kerja perusahaannya dengan baik untuk dapat mengoptimalkan profitabilitas (ROE), karena sebagian besar sumber daya yang dimiliki perusahaan tertanam dalam modal kerja, dimana modal kerja tersebut harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja disini adalah modal kerja bersih yang merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (hutang lancar). Modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, karena disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Adanya modal kerja yang berlebihan

(3)

menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tidak mempergunakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan melalui dana yang ada, sehingga pemilik haruslah benar-benar dapat mengelola modal kerjanya dengan baik.

Perputaran modal kerja adalah bentuk pengukuran apakah modal kerja sudah dikelola dengan baik atau tidak. Perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan menutup pengeluaran biaya yang ada di perusahaan. Peningkatan perputaran modal kerja akan dapat meningkatkan penjualan dan modal juga dapat kembali dengan cepat sehingga keuntungan atau ROE perusahaan juga meningkat.

Sumber dan penggunaan dana dalam operasi perusahaan biasanya dibiayai dengan modal sendiri dan hutang, yang dalam hal ini untuk mengukur seberapa besar penggunaan hutang dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Sebagian pemilik lebih banyak menggunakan hutang daripada modal sendiri, karena dengan adanya penambahan pinjaman (hutang) dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, tetapi potensi hasil (profitabilitas) yang diperoleh juga dapat menjadi lebih besar, sebab pemilik perusahaan akan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya hutang.

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Pemilihan kelompok industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil

(4)

penelitian. Perusahaan Manufaktur merupakan perusahaan yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang terdiri dari 3 sektor, yaitu industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi. Industri barang konsumsi terdiri dari perusahaan makanan dan minuman. Dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 terlihat bahwa adanya nilai tertinggi dan terendah dari rasio lancar, perputaran modal kerja, DER, dan demikian pula dengan ROE. Hal ini terlihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, DER, dan ROE pada Beberapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008

Ket Perusahaan Rasio

Lancar WCTO DER ROE Nilai Rasio Lancar tertinggi & terendah Davomas Abadi Tbk (DAVO) 27.50 2.80 4.45 -68.90 Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY) 0.11 -0.32 -1.53 25.47 WCTO tertinggi & terendah Trias Sentosa Tbk (TRST) 1.01 186.52 1.08 2.41 Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) 0.97 -121.86 14.61 -52.97 DER tertinggi & terendah Centex Tbk (CNTX) 0.79 -7.20 322.27 -69.92 Panasia Filament Tbk (PAFI) 0.88 -11.91 -25.25 607.82 Sumber: www.idx.co.id, diolah

Uraian sebelumnya mengatakan bahwa Rasio Lancar berbanding terbalik dengan ROE, dimana apabila rasio lancar meningkat, maka ROE akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Akan tetapi tabel memperlihatkan bahwa pada Perusahaan Panasia Filament Tbk memiliki nilai ROE yang tinggi padahal Rasio Lancar yang dimilikinya positif dan lebih kecil daripada perusahaan yang

(5)

memiliki nilai Rasio Lancar tertinggi yaitu Davomas Abadi Tbk. Berbeda dengan rasio lancar terhadap ROE, perputaran modal kerja (WCTO) berbanding lurus dengan ROE. Pada saat perputaran modal kerja mengalami kenaikan atau penurunan, maka ROE juga mengalami kenaikan atau penurunan juga, akan tetapi pada yang memiliki nilai Perputaran Modal Kerja yang tinggi justru nilai ROE yang dimilikinya kecil. Demikian juga dengan DER yang berbanding lurus dengan ROE, pada perusahaan yang memiliki nilai DER tertinggi justru memiliki nilai ROE yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya.

Maka berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang pengaruh rasio lancar, perputaran modal kerja, dan Debt to Equity

ratio (DER) terhadap profitabilitas (ROE).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah Rasio lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”

1.3 Kerangka Konseptual

Salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang-hutang lancar adalah melalui rasio lancar, yang juga merupakan alat ukur likuiditas. Apabila nilainya semakin tinggi maka likuiditas perusahaan akan semakin baik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kelebihan likuiditas akan

(6)

mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dan akan mengurangi laba. (Sundjaja, 2003: 135)

Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, semakin cepat modal kerja tersebut kembali lagi menjadi kas, dimana hal ini akan dapat meningkatkan laba perusahaan. (Riyanto, 2001: 63)

Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) disebut Debt to Equity Ratio (DER). Adanya penambahan pinjaman (hutang) dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, demikian pula potensi hasil (laba) yang diperoleh juga menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. (Sundjaja, 2003: 140)

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Sumber: Sundjaja (2003) dan Riyanto (2001), diolah

1.4 Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Terdapat Pengaruh antara Rasio Lancar, Perputaran Modal

Rasio Lancar (X1)

Perputaran Modal Kerja (X2)

DER (X3)

(7)

Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas yang dalam hal ini adalah ROE pada Perusahaan Manaufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijaksanaan serta keputusan terutama yang berhubungan dengan pencapaian keuntungan atau laba pada perusahaan manufaktur.

b. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan pola pikir peneliti.

(8)

1.6 Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu:

a. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.

c. Penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh profitabilitas terhadap rasio lancar, perputaran modal kerja, dan Debt to Equity Ratio dengan analisis regresi berganda, yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 16.0 for window (Statistic Product and

Sosial Sciences).

2. Defenisi Operasional

Berdasarkan masalah dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Variabel terikat (dependen variabel)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE) atau disebut juga dengan tingkat pengembalian modal sendiri.

(9)

b. Variabel Bebas (independent variabel) 1) Rasio Lancar

Yang dimaksud Rasio Lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek (hutang lancar).

2) Perputaran Modal Kerja (working capital turnover)

Perputaran modal kerja adalah peredaran uang yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Dalam penelitian ini perputaran modal kerja yang akan diteliti adalah keseluruhan penjualan dibagi modal kerja rata-rata.

3) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) atau Rasio hutang-ekuitas adalah perbandingan antara total hutang dengan ekuitas saham biasa

(stock equity).

3. Populasi dan Sampel

Target populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 113 Perusahaan Manufaktur pada tahun 2008, karena tahun 2008 merupakan tahun terakhir

(10)

dimana perusahaan-perusahaan manufaktur mempublikasikan laporan keuangannya dengan lengkap.

Table 1.2

Nama-nama Sampel Perusahaan

Kode Perusahaan

ADES Akasha Wira International Tbk AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk

AKPI Argha Karya Prima Inds. Tbk ALMI Alumindo Light Metal Inds. Tbk AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

AQUA Aqua Golden Mississi Tbk ARGO Argo Pantes Tbk

ARNA Arwana Citra Mulia Tbk ASIA Asia Natural Resources Tbk AUTO Astra Otoparts Tbk

BATA Sepatu Bata Tbk BATI BATI Indonesia Tbk

BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk BRAM Indo Kordsa Tbk

BRNA Berlina Tbk

BTON Betonjaya Manunggal Tbk BUDI Budi Acid Jaya Tbk CEKA Cahaya Kalbar Tbk CNTX Centex Tbk

CTBN Citra Tubindo Tbk DAVO Davomas Abadi Tbk

DLTA Delta Djakarta Tbk

DOID Delta Dunia Petroindo Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara DSUC Daya Sakti Unggul Corp. Tbk DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk DYNA Dynaplast Tbk

EKAD Ekadharma Internasional Tbk ERTX Eratex Djadja Tbk

ESTI Ever Shine Textile Inds. Tbk ETWA Eterindo Wahanatama Tbk FASW Fajar Surya Wisesa Tbk

FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk GDYR Goodyear Indonesia Tbk HDTX Panasia Indosyntec Tbk HMSP HM Samprna Tbk

IGAR Kageo Igar Jaya Tbk

(11)

IKBI Sumi Indo Kabel tbk

IMAS Indomobil Sukses Int I. Tbk INAF Indofarma Tbk

INAI Indal Aluminiun Industri Tbk INCI Intanwijaya Internasional Tbk INDR Indorama Syntetics Tbk INDS Indospring Tbk

INRU Toba Pulp Lestari Tbk ITMA Itamaraya Tbk

JECC Jembo Cable Company Tbk JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk

JPFA JAPFA Tbk

KARW Karwell Indonesia Tbk KBLI KAMI Wire and Cable Tbk KBLM Kabelindo Murni Tbk KBLV First Media Tbk

KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk KIAS Keramik Indonesia Assosiasi

KICI Kedaung Indah Can Tbk LION Lion Metal Works Tbk

LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk LMSH Lion Mesh P Tbk

LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk MAIN Malindo Feedmill Tbk MASA Multistrada Arah Sarana Tbk MERK Merck Tbk

MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk MLIA Mulia Industrindo Tbk MRAT Mustika Ratu Tbk MYOH Myoh Tecnology Tbk MYOR Mayora Indah Tbk MYRX Hanson International Tbk

NIPS Nipress Tbk

PAFI Panasia Filament Tbk PBRX Pan Brothers Tex Tbk

PICO Pelangi Indah Canindo Tbk POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk PRAS Prima Alloy Steel Tbk

PROD Sara Lee Body Care Indonesia PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk PTSN Sat Nusapersada Tbk PYFA Pyridam Farma Tbk RDTX Roda Pipatex Tbk

(12)

RICY Ricky Putra Globalindo Tbk SAIP Surabaya Agung Industri P. Tbk SCCO Supreme Cable Manufacture Co.

SCPI Schering Plough Indonesia Tbk SIAP Sekawan Intipratama Tbk SIMA Siwani Makmur Tbk

SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk SIPD Sierad Produce Tbk

SKBM Sekar Bumi Tbk SKLT Sekar Laut Tbk

SMSM Selamat Sempurna Tbk

SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia SQMI Allbond makmur Usaha Tbk SRSN Indo Acidatama Tbk

SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk STTP Siantar Top Tbk

SUGI Sugi Samapersada Tbk TALF Tunas Alfin Tbk

TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk TCID Mandom Indonesia Tbk TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk

TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk TRST Trias Sentosa Tbk ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk UNTX Unitex Tbk

VOKS Voksel Electric Tbk

YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk Sumber: www.idx.co.id (diolah)

(13)

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan, antara lain neraca (balance sheet), laporan laba / rugi (income statements), Ratio, diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, media internet, buku-buku, dan jurnal referensi lainnya. 6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang diperlukan yaitu laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistic sebagai berikut:

(14)

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara obyektif.

b. Metode Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas (ROE). Persamaan regresi berganda yang dipakai adaah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = Profitabilitas (ROE) a = konstanta X1 = Rasio Lancar

X2 = Perputaran Modal Kerja X3 = Debt to Equity Ratio (DER)

b1 = Koefisien regresi variabel Rasio Lancar

b2 = Koefisien regresi variabel Perputaran Modal Kerja b3 = Koefisien regresi variabel DER

(15)

Adapun syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1) Pengujian Normalitas

Uji normalitas atau distribusi normal dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui kolmogorov-smirnov.

2) Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam satu model. Hubungan linear antar variabel independen inilah yang disebut multikolineritas. 3) Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin Watson (DW).

4) Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan e pengamatan

(16)

lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas, tetapi jika varians residualnya berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terdapat heterokedastisitas.

5) Koefisien Determinasi

Pengujian determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya persentase sumbangan Modal Kerja, Perputaran modal kerja, dan DER terhadap ROE, dimana 0<R2<1. Hal ini berarti bahwa nilai R2 semakin mendekati 1 merupakan indicator yang menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

c. Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu uji-F dan uji-t.

1) Uji-F (Uji Signifikansi Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua varabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara simultan variabel Rasio Lancar, perputaran modal kerja, dan DER tidak memenuhi model penelitian.

Ha : Tidak semua bi (b1,b2,b3) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen telah memenuhi model penelitian terjadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan:

(17)

H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2) Uji-t (Uji Parsial)

Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai thitung maka selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Bentuk pengujiannya sebagai berikut: H0 : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Raso Lancar, terhadap ROE secara parsial.

Ha : b1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel Rasio Lancar secara parsial terhadap variabel ROE

H0 : b2 = 0,artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Perputaran Modal Kerja secara parsial terhadap variabel ROE

Ha : b2 ≠ 0,artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel Perputaran Modal Kerja secara parsial terhadap variabel ROE

H0 : b3 = 0, artinya tidak terdapat pengartuh signifikan dari variabel DER secara persial terhadap ROE

Ha : b3 ≠ 0,artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE

Pada penelitian ini thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikansi (α) = 5%

(18)

H0 diterima jika - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 5% Ha diterima jika - ttabel > thitung > ttabel pada α = 5%

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

dengan cara menyebar dan memberikan kete- rangan yang sifatnya meluas tentang ajaran- ajaran agama dan norma- norma hukum yang mana akan mengekang maksud dan

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dari total nilai rata-rata skor untuk variabel pelatihan dengan nilai 3,2 yang termasuk dalam kategori bermanfaat. Manfaat yang di

Candi menjadi obyek wisata budaya yang begitu menarik karena mampu menyajikan gambaran sejarah dan keindahan arsitektur masa lalu yang mampu menarik perhatian wisatawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi Gambar dan Gambar

Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016. Pemerolehan data didapat dari pedoman wawancara, format observasi kinerja guru dan format penilaian aktivitas siswa. Pengolahan data

1. Perancangan bangunan meliputi bentuk massa bangunan, penampilan bangunan,tata ruang dalam dan luar, struktur danbahan bangunan. Perlengkapan bangunan, yang meliputi

Hasil yang dicapai dari strategi pemberdayaan santri putri adalah para santri putri mempunyai keterampilan dalam berwirausaha, sudah ada program pengembangan keterampilan

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan metode Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengenali gambar apabila adanya objek yang terdeteksi , lalu hasil deteksi