BAB II
LANDASAN TEORI
A. Struktur Modal
1. Definisi Struktur Modal
Menurut Bambang (2008:22), “Struktur modal adalah
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dengan modal sendiri”. Struktur permodalan atau sumber
permodalan dalam setiap perusahaan yang pokok dibedakan menjadi: a. Modal asing terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang.
b. Modal sendiri terdiri dari modal saham, tambahan modal disetor, laba ditahan dan depresiasi.
Perusahaan mengutamakan pemenuhan kebutuhan akan modal yang bersumber dari dalam perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungan dari pihak luar. Oleh karena itu, dibutuhkan struktur modal yang optimum. Struktur modal yang optimum adalah bauran sumber dana permanen yang dibentuk sedemikian rupa agar mampu menghasilkan harga saham dan tujuan dari manajemen keuangan tercapai.
Struktur modal suatu perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari:
a. Hutang Jangka Pendek
Hutang dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi perusahaan, umumnya digunakan untuk membelanjai operasional perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka pendek yaitu hutang bank, hutang usaha, hutang pajak, hutang hubungan istimewa, pendapatan diterima dimuka, biaya yang masih harus dibayar dan lain-lain.
b. Hutang Jangka Panjang
Hutang dengan jangka waktu relatif panjang yang lebih dari 1 tahun, umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau mendominasi perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka panjang yaitu:
1) Obligasi
Obligasi adalah surat untuk membayar sejumlah uang yang telah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo dan bunga periodik pada tingkat tertentu yang dikeluarkan oleh peminjam kepada pemegang surat obligasi tersebut.
2) Pinjaman Hipotik
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana permberi uang diberi hak hipotik suatu barang tidak bergerak agar bila debitur tidak memenuhi kewajibannya maka barang
tersebut dapat dijual dan hasil atas penjualan digunakan untuk memenuhi tagihannya.
3) Kredit Investasi
Kredit investasi adalah jenis pendanaan yang disediakan oleh perusahaan untuk membiayai investasinya.
c. Modal Sendiri
Merupakan modal yang berasal dari pemilik, bisa berasal dari dalam perusahaan berupa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Modal sendiri dibagi menjadi:
1) Modal Saham
Saham adalah sertifikat kepemilikan suatu perusahaan. Jenis saham terdiri dari:
a) Saham biasa (Common Stock)
Penerbitan satu kelas saham dimana saham tersebut memiliki hak-hak yang sama. Pemegang saham akan mendapatkan dividen pada akhir tahun jika perusahaan mendapatkan keuntungan.
b) Saham Preferen (Preferred Stock)
Penerbitan lebih dari satu kelas saham yang memiliki hak-hak istimewa dalam hal pembagian dividen dan pembagian kekayaan untuk mendapat lebih banyak investor.
2) Tambahan Modal Disetor
Tambahan modal disetor adalah jumlah yang disetorkan ke modal saham. Jumlah tersebut diberikan oleh pemegang saham perusahaan. Tambahan modal disetor meliputi pos-pos seperti nilai pari dari semua saham yang beredar, agio, disagio atas penerbitan saham dari saham treasuri.
3) Laba Ditahan (Retained Earning)
Laba ditahan adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan akan menjadi tambahan ekuitas bagi pemegang saham. 2. Teori Struktur Modal
1) Pecking Order Theory
Pecking order theory dikembangkan oleh Menurut Myer (dalam
Hasa, 2008) menyatakan bahwa:
a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan yang berwujud laba ditahan)
b. Apabila dana dari luar (external financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru kemudian apabila masih belum mencukupi akan menerbitkan saham baru.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal. Perusahaan lebih menyukai penggunaan dana dari modal internal yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada
pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt
(hutang) dan equity (modal sendiri). 2) Trade Off Theory
Model trade off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.
Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu.
Kesimpulannya adalah pengguanan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik
tersebut, penggunaaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan (Hartono dalam Laksmi, 2010).
Walaupun model trade off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu (Hartono dalam Laksmi, 2010): 1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya
menggunakan sedikit hutang.
2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan menurut Agus Sartono (2010:248) adalah:
a. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif satbil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
b. Struktur Aset
Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari sakal perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Kemudian, besarnya aset tetap dapat dijadikan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan.
c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan masa mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
d. Profitabilitas
Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang.
e. Pajak
Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang.
f. Skala Perusahaan
Perusahaan yang besar akan lebih mudah memperoleh modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
g. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Sebagai contoh, perusahaan membyar dividen sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang prospek perusahaan dan kemudian
menjual obligasi. Strategi itu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Dengan kata lain, agar menarik minat investor dalam hal pendanaan.
B. Size Perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya alam dengan tujuan untuk memproduksi barang dan jasa yang akan dijual (Salvatore, 2005). Size atau ukuran perusahaan menggambarkan besal kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva.
Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam. Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang. Semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal masyarakat.
Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya (size) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataana bahwa semakin besar suatu perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan
untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Suwito, 2005).
C. Growth of Profit
Menurut Sofyan (2008:304), mengemukakan bahwa:
“Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mandapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.”
SFAC No. 1 (FSAB) menyatakan bahwa user khususnya investor dan kreditur ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba untuk menilai earning power dan menilai risiko apabila berinvestasi atau memberikan pinjaman. Pernyataan SFAC No.1 memberikan pengertian bahwa pengguna laporan keuangan sangat berkepentingan terhadap informasi laba. Informasi laba akan berguna dalam memberikan prediksi dan estimasi khususnya dalam prediksi dan estimasi pertumbuhan laba, dimana prediksi dan estimasi dibuat dengan mengolah informasi-informasi yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Prediksi dan estimasi pertumbuhan laba sangat berguna bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, serta bagi para manajemen untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah mereka terapkan.
D. Likuiditas
Setiawan (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung tidak melakukan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.
Menurut Benny Alexandri dan Linna Ismawati (2007:16), likuiditas dapat diukur dengan menggunakan:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini lebih tajam daripada rasio lancar karena hanya membandingkan aset likuid (mudah diuangkan) dengan hutang lancar. Persediaan tidak ikut dihitung karena persediaaan diasumsikan memerlukan waktu lebih lama untuk direalisasika menjadi kas.
E. Risiko Bisnis
Menurut Gitman (2009) risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Risiko bisnis (business risk) adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan dana dari hutang dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah.
Perusahaan akan menilai jika dalam posisi risiko bisnis yang tinggi terutama dalam financial leverage risk, penggunaan ini akan kurang menguntungkan karena berasumsi bahwa jika mengambil hutang dari luar didalam posisi kurang baik maka memperbesar kemungkinan ketidakmampuan perusahaan dalam membiayai operasional perusahaan. Sehingga pihak manajemen harus dapat menentukan kebijakan pengambilan hutang perusahaan.
F. Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Size perusahaan memperlihatkan besarnya ukuran perusahaan selama
periode tertentu, yang diukur dengan menggunakan total aktiva. Jadi semakin besar total aktiva, semakin besar pula ukuran perusahaan. Perusahaan besar berpeluang lebih mudah memperoleh pinjaman karena memiliki akses yang lebih luas ke pasar modal. Menurut Christianti (2006) perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan kompleks tidak mempunyai kendala untuk
mendapatkan dana eksternal (hutang). Sedangkan untuk perusahaan kecil, dianggap memiliki penggunaan hutang yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pecking order theory, yang menyebutkan penggunaan dana internal lebih dulu dibandingkan dana eksternal.
Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dulu, dan berhutang dalam jumlah yang lebih kecil. Karena perusahaan kecil memiliki tingkat resiko yang tinggi apabila terjadi financial
distress dibandingkan dengan perusahaan besar. Penelitian yang dilakukan
oleh Bangun dan Surianty (2008), Nanok (2008), Prabansari dan Kusuma (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
G. Pengaruh Growth of Profit Terhadap Struktur Modal
Teori Pecking order yang lebih lanjut dikembangkan oleh Myers, menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal ketika perusahaan membutuhkan dana untuk keperluan investasi. Semakin profitable suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan investasi dari sumber internal seperti laba ditahan (retained earning). Prioritas penggunaan dana internal dalam Pecking Order Theory disebabkan penggunaan sumber dana internal terbebas dari adanya asimetri informasi. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Winahyuningsih (2010) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ali Kesuma (2009) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
H. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi, berarti perusahaan tersebut akan mendapat kepercayaan yang tinggi juga dari pemilik modal atau kreditur sehingga memperoleh sumber pendanaan dari luar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori struktur modal yaitu trade off theory. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Hardianti (2010) menunjukkan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal.
I. Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal
Semakin tinggi risiko bisnis, maka probabilitas terjadinya financial
distress juga semakin tinggi apalagi ketika perusahaan menggunakan banyak
hutang Myers dalam Indrajaya et.al, 2011). Ini dikarenakan earning yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang tidak menentu pula. Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila
pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.
Setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat dari dilakukannya kegiatan operasi perusahaan, baik itu risiko bisnis maupun risiko hutang yang harus digunakan oleh perusahaan. Risiko bisnis yang dimaksudkan di sini adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Ketidakpastian tersebut membuat risiko bisnis (business risk) yang ada pada perusahaan berubah-ubah, begitu juga dengan struktur modal yang dihasilkan juga bervariasi.
Rachmawardani (2007) menemukan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif terhadap struktur modal. Temuan yang berbeda dilakukan oleh Mutaminah (2003) yang menyatakan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
J. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Saidi
(2004) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahan manufaktur yang go public di BEJ
- Ukuran perusahaan, pertumbuhan
asset, kemampulabaan, dan struktur
kepemilikan terbukti berpengaruh terhadap struktur modal.
- Risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
2. Suprantiningrum
(2013) Pengaruh Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Perbankan
- Pertumbuhan aktiva tidak
berpengaruh terhadap struktur modal
- Ukuran perusahaan berpengaruh
positif secara parsial terhadap struktur modal
3. Eka Amelia
(2006) Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI
- Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal
- Pertumbuhan Asset
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
-Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal 4. Kartini dan Tulus Arianto (2008) Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur
- Struktur kepemilikan,
pertumbuhan aktiva, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal
- Profitabilitas tidak berpengaruh
secara negatif terhadap struktur modal
5. Ratri Dian Hestiningrum (2012) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada BEI
- Profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal
- Ukuran perusahaan (size) dan pertumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh secara positif terhadap struktur modal.
- Price earning ratio tidak
menunjukkan hasil yang signifikan
6 Nuril Hidayati
(2010) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Aktiva, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
yang masuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic Indeks Masa tahun 2005-2007
-Struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran
perusahaan, dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
- Risiko bisnis yang berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal
K. Kerangka Pemikiran
Dari penjelasan teoritis dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka yang menjadi variabel-variabel didalam penelitian ini adalah size perusahaan, growth of profit, likuiditas dan risiko bisnis sebagai variabel independen (bebas) dan struktur modal sebagai variabel dependen (variabel terikat). Sehingga kerangka pikir yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Size Perusahaan (X1) Growth of Profit (X2) Likuiditas (X3) Struktur Modal (Y) Risiko Bisnis (X4)