• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Metode Kangguru (PMK) Untuk Menurunkan Demam Pada Bayi (0-1 tahun) di Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perawatan Metode Kangguru (PMK) Untuk Menurunkan Demam Pada Bayi (0-1 tahun) di Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

24

Kangaroo Mother Care Method (KMC) to Reduce Fever in Infants (0-1 years) in The Public Health Centers in The Health Department Banda Aceh

Asniah Syamsuddin*, Nurhayati*, Desiana* *

Prodi D 3 Keperawatan Banda Aceh Poltekkes Kemenkes Aceh Jl. Tgk Daoed Beureueh No 110 Lampriet. Banda Aceh

Email: [email protected]

Abstrak: Proses perpindahan panas (konduksi) bisa di dapati pada Perawatan

Metode Kangguru (PMK). Keuntungan dari PMK antara lain adalah keefektifan termoregulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PMK terhadap penurunan suhu tubuh bayi (0-1 tahun) yang mengalami demam. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain quasi experiment melalui pendekatan pre-post test controle group design yang dianalisa dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired sampel t test. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara suhu tuhuh bayi sebelum dan setelah dilakukan PMK. Rata-rata suhu tubuh bayi sebelum pemberian PMK adalah 38,29℃ dan setelah dilakukan PMK adalah 37,6℃. maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara suhu bayi sebelum dan setelah dilakukan PMK. Perbedaan selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol adalah 0,34℃ dan kelompok intervensi 0,69℃. Diharapkan pihak puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditingkat dasar mulai menerapkan filosofi keperawatan anak dalam hal ini terkait dengan intervensi perawatan bayi demam tanpa menimbulkan rasa sakit atau trauma dengan prosedur PMK. dapat direkomendasikan PMK oleh perawat atau dokter sebagai cara untuk menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami demam, terutama pada usia di bawah 12 bulan.

Kata kunci: Bayi (0-1 tahun); Metode Kangguru; demam; termoregulasi

Abstract: Conduction process can find the Kangaroo Mother Care Method (KMC). Advantages of KMC include the effectiveness of thermoregulation. The purpose of this study was to determine the effect of KMC on the baby's body temperature (0-1tahun) fever. This research is quantitative with quasi experimental design through pre-post test approach controle group desig were analyzed using parametric statistical sample paired t test. The average baby's body temperature before administration of KMC is 38.29 ℃ and the average temperature of the baby's body after the KMC is 37.6 ℃. There are differences in margin decreased body temperature in the control group was 0.34 ℃ and 0.69 ℃ intervention group. It is hoped the clinic as a basic level of health care should begin to apply the philosophy of nursing the child in this case related to infant care interventions fever without causing pain or trauma to the KMC procedure. KMC can be recommended by a nurse or doctor as a way to lower the body temperature of a baby who has a fever, especially at the age below 12 months.

(2)

25 Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

PENDAHULUAN

Demam adalah suatu respon penurunan suhu tubuh yang adaptif terhadap rangsangan pada sistem imun (biologi dan kimia). Selama fase akut, respon terhadap demam melibatkan sistem otonom, prilaku dan proses neuroendokrin1. Demam merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat dan orang tua, baik dirumah sakit maupun masyarakat. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya bagi kesehatan bayi karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak2.

Demam tidak bisa dipisahkan dari proses tumbuh kembang. Terlebih di usia 0-12 bulan karena daya tahan tubuh bayi masih rendah sehingga mudah terinfeksi. Bayi baru lahir sampai usia 2-3 bulan belum memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang sempurna. Tingginya suhu tubuh tak dapat dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita semakin parah, saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi sehingga demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1-2 hari dan tak selalu butuh pengobatan3.

Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya

29-52%, sedangkan 11-20% berhubungan dengan keganasan, 4 % berhubungan dengan penyakit metabolik, dan 11-12% berhubungan dengan penyakit lainnya4. Sekitar 30% dari seluruh total kunjungan ke dokter anak alasan tersering adalah demam. Demam merupakan reaksi normal tubuh yang bermanfaat melawan kuman. Walaupun banyak orangtua memberikan obat penurun panas, perlu ditekankan bahwa tujuan utama obat tersebut adalah membuat anak merasa nyaman, bukan mempertahankan suhu yang normal5

Upaya penanganan ketidaknya manan yang berkaitan dengan demam sebaiknya didasari oleh mekanisme proses terjadinya kehilangan panas6. Mekanisme kehilangan panas tubuh dapat terjadi secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perpindahan panas sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua objek. Kehilangan panas terjadi ketika adanya kontak langsung antara kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin7. Proses konduksi bisa di dapati pada perawatan metode kangguru. Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah suatu metode perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua

(3)

payudara ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi8

Penelitian-penelitian PMK telah banyak dikembangkan untuk melihat efeknya dengan jelas. Dari hasil penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa PMK efektif untuk mengontrol suhu tubuh, pemberian asi, kedekatan ibu dengan bayi, peningkatan berat badan dan perbaikan klinis bayi9. PMK dipertimbangkan sebagai metode dimana menggendong bayi secara langsung pada dada orangtua bayi baik ibu maupun ayah bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Yanuarso di RSCM menunjukkan bahwa dengan menggunakan PMK bayi akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibandingkan bayi tanpa PMK10.

Keuntungan dari PMK antara lain adalah keefektifan termoregulasi, frekuensi denyut jantung yang stabil, nafas teratur, saturasi oksigen meningkat16. Asumsi yang mendasar bahwa PMK dapat menurunkan suhu tubuh bayi yang sedang demam adalah berdasarkan mekanisme perpindahan panas yang terjadi dari tubuh ibu ke tubuh bayi yang sedang hipotermi dan sebaliknya bayi yang sedang hipertermi juga dapat memindahkan suhu

tubuhnya ke ibu melalui proses konduksi.

Perolehan data dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, bayi yang berkunjung ke puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan kota Banda Aceh tahun 2014 sebanyak 2601 orang. Dan pada 3 bulan terakhir dari bulan Januari sampai dengan Maret 2015, yaitu 697 bayi dengan keluhan demam, beberapa diantaranya adalah demam tanpa penyebab yang jelas.

Sebagian perawat sudah mengetahui tentang perawatan metode kangguru namun tidak menerapkannya bagi pasien. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauhmana PMK berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh bayi yang sedang mengalami demam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didesain dalam bentuk quasi experiment melalui pendekatan pre-post test controle group design. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PMK terhadap suhu tubuh bayi (0-1 tahun) yang mengalami demam. Populasi yang diteliti adalah anak bayi (0-1 tahun) yang mengalami demam yang dibawa berobat ke puskesmas yang ada di

(4)

27 Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-12 bulan yang mengalami demam dan orang tuanya yang berobat di puskesmas berjumlah 20 orang untuk kelompok intervensi dan 20 orang untuk kelompok kontrol yaitu yang berobat di puskesmas Ulee kareng, Bathoh, Meuraxa, dan Banda Raya. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 – 24 Oktober 2015.

Variabel dalam penelitian ini adalah metode PMK dan suhu tubuh bayi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data untuk kelompok kontrol terlebih dahulu dengan mengukur suhu tubuh bayi yang mengalami demam, kemudian mengukur suhu sebelum dilakukan tindakan PMK pada kelompok intervensi. Selanjutnya melakukan metode PMK pada bayi yang

mengalami demam dengan

menggunakan gendongan dan pakaian yang telah dipersiapkan sekaligus melakukan kompres hangat selama 60 menit. Setelah 60 menit diukur kembali suhu tubuh ibu dan bayi. Selanjutnya mencatat perubahan suhu tubuh ibu dan

bayi dalam lembar observasi. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh ibu.

Data yang diperoleh melalui instrumen pengumpulan data dilakukan pengolahan dengan langkah editing, coding, transfering, dan tabulating. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisa dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired sampel t test dan Independen t test dengan  = 0,05. Interpretasi hasil dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t table. Apabila nilai t hitung ≥ t table atau pValue  0,05, maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara PMK terhadap suhu tubuh bayi yang mengalami demam Jika nilai t hitung  t table atau pValue ≥ 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat pengaruh antara metode PMK terhadap suhu tubuh bayi yang mengalami demam.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin bayi, pendidikan ibu, dan penyebab demam dapat dilihat secara jelas pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin bayi, pendidikan ibu, dan penyebab bayi demam yang dibawa berobat ke puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=40).

Variabel Kontrol (N=20) Intervensi (N=20) Jumlah

F % F % N % Jenis Kelamin 1 Laki-laki 9 45 10 50 19 47,5 2 Perempuan 11 55 10 50 21 52,5 Pendidikan ibu 1 Dasar 5 25 1 5 6 15 2 Menengah 9 45 12 60 21 52,5 3 Tinggi 6 30 7 35 13 32,5 Penyebab demam 1 Ispa 8 40 12 60 20 50 2 Commond Cough (CC) 9 45 5 25 14 35 3 Febris 2 10 3 15 5 12,5 4. Lainnya 1 5 0 0 1 2,5

Table 1 dapat dijelaskan bahwa distribusi responden dengan jenis kelamin bayi perempuan pada kelompok kontrol sebanyak 11 bayi (55%). Sedangkan pada kelompok intervensi sama banyak laki-laki dan perempuan yaitu 10 bayi (50%). Pada penelitian ini juga didapatkan data pendidikan ibu bayi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi adalah tingkat menengah yaitu 9 orang (45%) pada kelompok kontrol dan 12 orang (60%) pada kelompok intervensi. Pada tabel ini juga dijelaskan bahwa penyebab demam terbanyak untuk kelompok kontrol adalah CC sebanyak 9 bayi (45%) dan penyebab demam terbanyak pada kelompok intervensi adalah Ispa sebanyak 12 bayi (60%).

Suhu Tubuh Bayi sebelum, dan sesudah 60 mnt dilakukan PMK. Disertai Pemberian Tindakan Kompres Hangat pada kelompok Intervensi

Tabel 2: Gambaran Suhu Tubuh Bayi Sebelum, dan Sesudah 60 mnt Dilakukan PMK Disertai Pemberian Tindakan Kompres Hangat pada Kelompok Intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=20)

Suhu Mean SD Min-Maks 95%CI

Sebelum PMK 38,30 0,335 37,7-38,8 38,15-38,44

(6)

29 Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

Table 2 menunjukkan gambaran suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi sebelum PMK dan pemberian kompres hangat rata-rata suhumya 38,30℃ dengan suhu terendah 37,7℃. Dan suhu tertinggi 38,8 ℃. Rerata suhu tubuh bayi demam sesudah dilakukan prosedur PMK dengan pemberian kompres hangat selama 60 menit adalah 37,61 ℃ dengan suhu terendah 37,0 ℃ dan tertinggi 38,1 ℃

Suhu Tubuh Ibu sebelum, dan sesudah 60 mnt dilakukan PMK. Disertai Pemberian Tindakan Kompres Hangat pada kelompok Intervensi

Tabel 3: Gambaran Suhu Tubuh Ibu Sebelum, dan Sesudah 60 mnt Dilakukan PMK Disertai Pemberian Tindakan Kompres Hangat pada Kelompok Intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=20)

Suhu Mean SD Min-Maks 95%CI

Sebelum PMK 36,63 0,706 35 – 37,5 36,31-36,92

Setelah 60 mnt PMK 36,925 0,701 35,3 – 37,7 36,61-37,23

Pada tabel 3 didapatkan gambaran suhu tubuh ibu pada kelompok intervensi sebelum PMK dan pemberian kompres hangat rata-rata suhumya 36,63 ℃ dengan suhu terendah 35,0℃ dan suhu tertinggi 37,5 ℃. Dan rata-rata suhu tubuh ibu sesudah dilakukan prosedur PMK dengan pemberian kompres hangat selama 60 menit adalah 36,925 ℃ dengan suhu terendah 35,3℃ dan tertinggi 37,7 ℃

Suhu Tubuh Bayi sebelum, dan sesudah 60 mnt dilakukan Tindakan Kompres Hangat pada kelompok Kontrol

Tabel 4: Gambaran Suhu Tubuh Bayi Sebelum, dan Sesudah 60 mnt Dilakukan Tindakan Kompres Hangat pada Kelompok Kontrol di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=20)

Suhu Mean SD Min-Maks 95%CI

Sebelum 38,03 0,253 37,8 – 38,6 37,93-38,14

Setelah 60 mnt 37,69 0,267 37,4 – 38,3 37,58-37,82

Tabel 4 menunjukkan rerata suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol sebelum kompres hangat 38,03℃ dengan suhu terendah 37,8℃ dan suhu tertinggi 38,6℃. Dan rerata suhu tubuh bayi sesudah dilakukan kompres hangat selama 60 menit adalah 37,69℃ dengan suhu terendah 37,4℃ dan tertinggi 38,3 ℃

(7)

Perbedaan Suhu Tubuh Ibu dan Bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK disertai pemberian kompres hangat pada Kelompok Intervensi

Tabel 5: Analisis perbedaan rata-rata Suhu Ibu dan Suhu Bayi sebelum dan sesudah PMK pada kelompok intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=40)

Variabel N Mean SD Min-maks 95% CI P

value Suhu Ibu Sebelum

PMK 20 36,630 0,706 35 – 37,5 36,34-36,92 0,000 Setelah PMK 20 36,925 0,701 35,3 – 37,7 36,63-37,20 Suhu Bayi Sebelum PMK 20 38,295 0,335 37,7-38,8 38,15-38,44 0,004 Setelah PMK 20 37,605 0,278 35,3 – 37,7 37,5-37,7

Pada tabel 5 didapatkan rata-rata suhu tubuh ibu sebelum pemberian PMK 36,63℃ dan rata-rata suhu tubuh ibu setelah dilakukan PMK adalah 36,93℃. Hasil uji didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara suhu ibu sebelum dan setelah dilakukan PMK.

Rata-rata suhu tubuh bayi sebelum pemberian PMK adalah 38,295℃ dan rata-rata suhu tubuh bayi setelah dilakukan PMK adalah 37,6℃. Hasil uji didapatkan nilai p = 0,004 (p<0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang dignifikan antara suhu bayi sebelum dan setelah dilakukan PMK

Perbedaan suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah di berikan kompres hangat pada kelompok control

Tabel 6: Analisa perbedaan Rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=20)

Variabel N Mean SD Min-maks 95% CI P value

Suhu bayi Sebelum

Kompres Hangat 20 38,025 0,253 37,8 – 38,6 37,92-38,13 0,001 Setelah Kompres Hangat 20 37,69 0,267 37,4 – 38,3 37,59-37,80

Tabel 6 didapatkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum pemberian kompres hangat adalah 38,025℃ dan rata-rata suhu tubuh bayi setelah tindakan kompres hangat adalah 37,69℃ Hasil uji statistic didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05) maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol.

(8)

31 Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

Perbedaan suhu tubuh bayi sesudah dilaksanakan PMK disertai pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol dan intervensi

Tabel 7: Perbedaan Suhu Tubuh bayi Sesudah Dilakukan PMK dan pemberian kompres

hangat pada kelompok Kontrol dan intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (N=40)

Variabel N Mean Df P value

Suhu bayi kelompok control

20 37,69 19 0,432

Suhu bayi kelompok intervensi

20 37,61

Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa rata-rata suhu tubuh bayi demam pada kelompok kontrol adalah 37,69℃. Sedangkan rata-rata suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi adalah 37,61℃. Hasil uji statistic didapatkan nilai p=0,432 (p>0,05) maka disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh sesudah interverensi pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Rata-rata perbedaan penurunan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol dan intervensi

Setelah mengetahui perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan PMK dan pemberian kompres hangat baik pada kelompok kontrol maupun intervensi, perlu kiranya diketahui rata-rata perbedaan penurunan suhu tubuh baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Tabel 8 berikut memperlihatkan secara jelas rata-rata perbedaan penurunan suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol dan intervensi Tabel 8: Rata-rata perbedaan penurunan Suhu tubuh bayi pada kelompok Kontrol dan intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

Variabel N Mean suhu

sebelum Mean suhu setelah Penurunan suhu tubuh P value

Suhu tubuh bayi kelompok control

20 38,025 37,69 0,34 0,000

Suhu tubuh bayi kelompok Intervensi

20 38,29 37,60 0,69

Pada tabel 8. diketahui terdapat perbedaan selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol adalah 0,34℃ dan kelompok intervensi 0,69℃. Hasil uji statistic didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh sebelum dan sesudah pemberian PMK pada kelompok kontrol dan intervensi.z

(9)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia bayi yang menjadi responden pada kelompok kontrol rata-rata 37,4 minggu dengan usia termuda 22 minggu dan tertua 47 minggu. Sedangkan usia bayi pada kelompok intervasi rata-rata berusia 33,85 minggu dengan usia termuda 14 minggu dan tertua 47 minggu. Disini terlihat bahwa responden pada kelompok intervensi memiliki usia yang lebih muda dibandingkan dengan kelompok intervensi sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius untuk menurunkan suhu tubuh. Salah satu periode kehidupan anak yang perlu diperhatikan adalah mulainya ketika bayi itu dilahirkan kedunia. Pada masa bayi sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi karena daya imunnya belum berbentuk dan berfungsi secara optimal.

Kondisi tersebut di atas dapat mengancam jiwa bayi sehingga membutuhkan pertolongan segera. Fokus penanganan dan pengobatan demam yang paling penting pada bayi yang tidak beresiko mengalami kerusakan otak sekunder adalah pada ketidaknyamanan dan nyeri yang dirasakan bayi akibat demam1.

Penelitian yang dilakukan Jeffrey tahun 2002 menunjukkan bahwa bayi berumur kurang dari 2 bulan lebih sering menunjukkan demam minimal atau tidak demam sama sekali pada saat menderita infeksi. Bayi sebagian besar mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Penelitian yang di lakukan oleh jalil, dan Al-baghli tahun 2007 mengatakan bahwa sebagian besar bayi usia 3 bulan sampai dengan 36 bulan mengalami demam rata-rata 6 kali pertahun17,18.

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa penyebab demam terbanyak pada bayi adalah ispa yaitu 12 orang (60 % ) pada kelompok intervensi dan CC pada kelompok kontrol yaitu 9 orang (45%). Keduanya merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan. Penelitian mengenai penyebab demam dilakukan oleh Jeffrey tahun 2002, mengatakan kejadian demam disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan sekitar 10% pada bayi yang mengalami demam berusia 1-2 bulan. Hasil ini disebabkan karena rata-rata responden berusia lebih muda pada kelompok intervensi (33,85 minggu)

(10)

33Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

sehingga penyebab demam yang terjadi karena penyakit infeksi lebih banyak17.

Pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah bayi yang di rawat di Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Berdasarkan hasil analisis suhu tubuh bayi demam pada kelompok intervensi atau yang dilakukan PMK dalam penelitian ini diketahui terdapat perbedaan selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol adalah 0,34℃ dan kelompok intervensi 0,69℃. Dari analisis didapatkan perbedaan yang signifikasi anatara suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Berdasarkan nilai rata-rata selisih suhu dalam kelompok tersebut, maka kelompok intervensi memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol. Mengacu pada suhu tersebut, menunjukkan bahwa pemberian kompres hangat disertai PMK lebih efektif menurunkan demam dibandingkan dengan pemberian kompres hangat saja.

Analisis suhu tubuh bayi didapatkan perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Endyarni, et al tahun 2010,

menunjukkan bahwa PMK merupakan alternative pengganti incubator, adapun kelebihannya antara lain merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi kekulit ibu atau pengganti ibu, sehingga tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya10.

Penelitian ini memperoleh hasil ada perbedaan yang signifikan suhu tubuh bayi dan suhu tubuh ibu setelah diberikan tindakan PMK, yaitu suhu tubuh bayi mengalami penurunan dan suhu tubuh ibu cenderung terjadi peningkatan seperti terlihat pada tabel 5.6 yaitu rata-rata suhu tubuh ibu sebelum pemberian PMK 36,63℃ dan rata-rata suhu tubuh ibu setelah dilakukan PMK adalah 36,93℃. Hasil uji didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05), jadi ada perbedaan yang signifikan antara suhu ibu sebelum dan setelah dilakukan PMK sedangkan rata-rata suhu tubuh bayi sebelum pemberian PMK adalah 38,295℃ dan rata-rata suhu tubuh bayi setelah dilakukan PMK adalah 37,6℃. Hasil uji didapatkan nilai p = 0,004 (p<0,05), maka ada perbedaan yang dignifikan antara suhu bayi sebelum dan setelah dilakukan PMK

(11)

Hasil penelitian lain mengenai pengaruh PMK menunjukkan, terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suhu tubuh bayi premature sebelum dan sesudah PMK. Responden 13 bayi premature dilakukan PMK dan diobservasi suhunya setiap 4 jam setelah prosedur PMK. Hasil penelitian menunjukkan semua suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK mengalami kenaikan yang bermakna dibandingkan bayi yang tidak dilakukan PMK, prosedur PMK ternyata dapat meningkatkan suhu tubuh bayi premature dan dapat menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami demam19.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian lain, bahwa ibu mampu mengontrol suhu tubuh bayi lebih baik dari pada incubator. Menurut Bergman, PMK dapat menyebabkan suhu tubuh bisa meningkat 2℃ jika bayi kedinginan dan dapat menurunkan 1℃ jika bayi kepanasan. Perawatan dengan metode kanguru efektif dalam meningkatkan suhu tubuh bayi, khususnya ketika peralatan dalam keadaan terbatas dan suhu lingkungan dalam keadaan dingin20,21.

Implikasi hasil penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan adalah memberikan pengetahuan, pengalaman

atau masukan kepada para praktisi keperawatan. Hal ini bisa dijadikan salah satu metode perawatan dalam menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami demam tanpa menimbulkan rasa sakit atau trauma, bahkan bayi akan nyaman dalam dekapan orang tua. Hal ini sesuai dengan konsep dasar perawatan pada bayi dan anak yaitu family center care yaitu perawatan anak yang terpusat pada keluarga dan juga konsep atraumatik care atau tidak menimbulkan trauma pada anak atau bayi sehingga perkembangan anak akan terjadi secara maksimal tanpa hambatan akibat sakit yang diderita anak.

KESIMPULAN

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah rata-rata usia bayi pada kelompok kontrol 37,4 minggu dengan usia termuda 22 minggu dan tertua 47 minggu. Pada kelompok intervasi rata-rata berusia 33,85 minggu dengan usia termuda 14 minggu dan tertua 47 minggu. responden dengan jenis kelamin bayi perempuan pada kelompok kontrol sebanyak 11 bayi (55%). Sedangkan pada kelompok intervensi sama banyak laki-laki dan perempuan yaitu 10 bayi (50%). Data pendidikan ibu bayi adalah tingkat

(12)

35Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

menengah yaitu 9 orang (45%) pada kelompok kontrol dan 12 orang (60%) pada kelompok intervensi. Dan penyebab demam terbanyak untuk kelompok kontrol adalah CC sebanyak 8 bayi (45%) dan penyebab demam terbanyak pada kelompok intervensi adalah Ispa sebanyak 12 bayi (60%).

Didapatkan gambaran suhu tubuh bayi pada kelompok intervensi sebelum, dan suhu tubuh bayi demam sesudah dilakukan prosedur PMK dengan pemberian kompres hangat selama 60 menit dan didapatkan gambaran perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh bayi dan suhu ibu sebelum dan sesudah dilakukan PMK disertai pemberian kompres hangat pada kelompok intervensi

Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan sesudah prosedur PMK disertai pemberian kompres hangat pada kelompok intervensi Didapatkan gambaran perbedaan yang siqnifikan antara suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat pada kelompok kontrol.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh sebelum intervensi pada kelompok kontrol dengan kelompok interverensi Terdapat

perbedaan yang bernakna antara suhu tubuh bayi demam sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada kelompok kontrol setelah 60 menit berikutnya.

Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh pada bayi demam setelah PMK pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

SARAN

Pihak puskesmas sebagai pelayanan kesehatan ditingkat dasar hendaknya mulai menerapkan filosofi keperawatan anak dalam hal ini terkait dengan intervensi perawatan bayi demam tanpa menimbulkan rasa sakit atau trauma dengan prosedur PMK.

PMK sebagai penyerta dalam pemberian kompres hangat dapat direkomendasikan oleh perawat atau dokter sebagai cara untuk menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami demam, terutama pada usia di bawah 12 bulan, sehingga prosedur PMK efektif terhadap penurunan suhu tubuh bayi dengan demam

Kepada keluarga hendaknya dapat melaksanakan PMK dirumah untuk menangani anak demam sebagai pertolongan pertama.

(13)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada direktur Poltekkes Kemenkes Aceh yang telah mensupport dana penelitian ini, juga kepada pihak dinas kesehatan kota Banda Aceh yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan pengumpulan data penelitian yang dilakukan di beberapa puskesmas. Ucapan terima kasih tidak lupa pula kami berikan kepada kepala puskesmas dan staf yang ada di sana yang telah bekerja sama membantu terlaksananya penelitian ini, juga kepada mahasiswa yang telah bersedia menjadi enumerator dalam pengumpulan data dan yang telah bersedia juga untuk melakukan pengolahan data penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Thompson, H,J, Kirkness, & Mitchell, P,H, (2007), Intensive care unit managemen offever following traumatic brain Injury, intensive Critical Care Nursing. 2. Afner, J.R, (2009), Acut fever,

pediatric in review, diunduh pada Januari 2014

3. Rahayu , S. U, (2010), Pertolongan pertama bila bayi demam, diunduh pada Maret 2015

4. Valita.A, (2010), Perbedaan penurunan suhu klien febris antara kompres hangat dengan

tanpa kompres hangat pada reseptor suhu. Studi kasus di ruang bayi RSU dr.Saiful Anwar Malang

5. Karyanti, M,R, (2014), Penanganan demam pada anak diunduh pada Maret 2015

6. Barraf L.J. (2008), Management of infant and young children fever without source, Pediatrics Annals 7. Yunanto.A, (2010), Buku ajar neonatologi, dalam Kosim, M,S., Dewi, R.,& Usman,A., Jakarta: Ikatan Dokter Bayi Indonesia 8. Arora, S. (2008). Kangoro mother

care, Nursing Journal of India. Diunduh pada Januari 2013 9. WHO, (2003), Kangoro Mother

care: A Practical guide. Diunduh dari http://whqlibdoe.who.int

pada tanggal 24 Februari 2013 10. Endayani, B. (2010). Perawatan

Metode kangguru meningkatkan pemberian ASI, dalam Suradi, R, Hegar,B., Pratiwi, Ananta,Y. Indonesia menyusui, Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

11. Dimenna, L, (2006), Consideration for implementation of a neonatal kangaroo care protocol. Nursing Journal, 25(6), 405-4012

12. Hartini.S, (2011), pengaruh metode kangguru terhadap suhu tubuh anak di RS Telogorejo Semarang, 13. Schnedler, M, (2008), Ask these questions for children with fever. Retrieved from ed nursing article

(14)

37Nasuwakes: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 12 No. 1, April 2019, 24-37

14. Arifianto, & Itqiyah, N,H. (2009). Bayi kita demam. Diunduh pada 12 Februari 2015 di

www.sehatgroup.web.id

15. Depkes, (2008). Paket pelatihan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) asuhan neonatal esensial. Jakarta: penerbit Salemba

16. Priya, J,J (2004), Kangaroo care for low birth weight babies. Nursing Journal of India, diunduh di

http://www.proquest.umi.com.

Pada 18 Februari 2014

17. Jeffrey,R., & Baker, M,D. (2002). Management of fever in infant and children. American Academy

of Pediatrics, .

http://www.proquest.umi.com

diunduh tanggal 8 Mei 2013 18. Jalil, H.K.A.A, Jumah,NA &

Al-Baghli,A.A (2007). Mother’s knowledge, feras and self-management of fever: Cross-sectional study from the capital governorate in Kuwait.Kuwait Medical Journal,

19. Ibe,Oe., Austin, T., Sulliva, at all (2004), a comparison of kangaroo mother care and conventional incubator care for thermal regulation of infants 2000 gram in Nigeria using continuous ambulatory temperature monitoring, Annals of Tropical Paediatrics, diunduh tanggal 14

juni 2012 di

http://www.proquest.umi.com

20. Shetty,A.P (2007), Kangaroo Mather care., Nursing Journal of India, diunduh tanggal 14 Juni

2012 di

http://www.proquest.umi.com

21. Mori, R., Khanna, R., Pledge, D, & Nakayama, T. (2010). Meta-analysia of phisiological effects of skin-to-skin contact for newborns and mothers, UK Pediatrics International.

Gambar

Tabel  1   Distribusi  Responden  berdasarkan  Jenis  Kelamin  bayi,  pendidikan  ibu,  dan  penyebab  bayi  demam  yang  dibawa  berobat  ke  puskesmas  di  wilayah  kerja  Dinas  Kesehatan Kota Banda Aceh (N=40)
Tabel 5: Analisis perbedaan rata-rata Suhu Ibu dan Suhu Bayi sebelum dan sesudah  PMK pada kelompok intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota  Banda Aceh (N=40)
Tabel  7:  Perbedaan  Suhu  Tubuh  bayi  Sesudah  Dilakukan  PMK  dan  pemberian  kompres  hangat pada kelompok Kontrol dan intervensi di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan  Kota Banda Aceh (N=40)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa Solusi dalam menghadapi kendala adalah membuat hal yang menarik dengan cara mengajak

Pada penelitian ini dibuat sistem model simulasi reaksi prekursor flavor sintetis S-propil-L-sistein sulfoksida (SPCS) dan S- metil-L-sistein sulfoksida (SMCS) dengan

Saya menyatakan bersedian untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi D- III Kebidanan Fakultas

Abstraksi. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah

bahwa untuk lebih memberikan kesempatan kepada provinsi atau kabupaten/kota untuk mengembangkan kegiatan terpadu dalam pembangunan perikanan berbasis kawasan dengan

Selain itu Calcium Hydroxide juga dapat diperoleh dari karbit yang diperoleh dari bahan baku lime stone dengan reaksi sebagai berikut :.. CaC0 3 -&gt; CaO

Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya Kota Surabaya, sesuai dengan

Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini.. Namun