Edisi #3, 2013 Marine Protected areas Governance
Marine Protected Areas Governance (MPAG) merupakan program hibah dari United States Agency for International Development (USAID) dalam mendukung komitmen Pemerintah Indonesia membangun 20 juta ha Kawasan Konservasi Perairan dan mengelolanya secara efektif.
Capaian
Oktober - Desember 2012
MPAG News terbit tiga bulan sekali berdasarkan kegiatan-kegiatan yang diimplementasikan melalui konsorsium lima LSM yaitu Conservation International, Coral Triangle Center, The Nature Conservancy, Wildlife Conservation Society, dan WWF Indonesia baik di tingkat nasional maupun di tingkat lapangan. MPAG News edisi #3 ini memaparkan beberapa capaian pada periode Oktober – Desember 2012.
Konservasi harus dipahami
sebagai sebuah upaya untuk
menjamin pemanafaatan
sumberdaya secara
berkelanjutan, bukan hanya
pelarangan & perlindungan saja.
KKP memberikan manfaat yang
signifikan dari aspek ekologi,
biologi, species rirchness, dan
juga pendapatan masyarakat
sekitar (Riset dari Universitas
California Santa Barbara, AS)
Desain KKP harus
memperhatikam konektivias
ekologis, sehingga perlu
dibangun jejaring KKP yang
dapat meindungi seluruh siklus
hidup sebuah spesies penting
dalam KKP tersebut
©
Asril
Djunaidi/CI
Capaian Umum MPAG
B
eberapa kegiatan pentingyang telah dilakukan MPAG bersama mitra kerja dalam kurun waktu Oktober – Desember 2012 dapat disarikan sebagai berikut: Beberapa kajian telah
dilaksanakan dibawah
dukungan pendanaan MPAG, diantaranya adalah kajian harmonisasi pengelolaan tujuh Taman Nasional Laut yang saat ini dikelola oleh Kementerian Kehutanan. Ketujuh Taman Nasional tersebut adalah Taman Nasional (TN) Kepulauan
Seribu, TN Karimun Jawa, TN Wakatobi, TN Bunaken, TN Togean, TN Cenderawasih, dan TN Takabonerate.
Kajian ini dilakukan selama 3 bulan (15 September – 15 Desember 2012) yaitu dengan mengidentifikasi semua sistem pengelolaan yang dimiliki oleh ketujuh UPT Taman Nasional Laut tersebut untuk kemudian dikomparasikan dengan sistem pengelolaan 10 KKPN di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang difokuskan pada enam aspek yaitu: 1. Regulasi 2. Kelembagaan 3. Sumberdaya Manusia 4. Sarana-prasarana 5. Pembiayaan 6. Operasional pengelolaan. Laporan lebih rinci tentang hasil kajian ini dapat diperoleh di kantor MPAG.
Selain itu, MPAG-WCS pada periode ini juga tengah
menyelesaikan kajian strategis yang mencakup 20 juta ha KKP melalui analisis spasial menggunakan sistem informasi geografis. Analisis ini dilakukan berdasarkan data, informasi, dan kajian terkait kawasan-kawasan prioritas konservasi yang sebelumnya telah dilakukan.
Hasil kajian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat potensi penambahan luasan KKP hingga 8,4 juta ha yang berasal dari:
1. Daerah-daerah perlindungan laut yang dikembangkan COREMAP (2,1 juta ha) 2. Kawasan prioritas dari buku
atlas konservasi yang belum menjadi kawasan konservasi (4,3 juta ha)
3. Perluasan kawasan
konservasi daratan ke arah perairan 91,9 juta ha). Detail laporan hasil kajian ini dapat dilihat di kantor MPAG.
© Handoko AS/MP AG © Handoko AS/MP AG
Pameran di Konas 8 Mataram
MPAG
News 3
Edisi #3, 2013©
Handoko
AS/MP
AG
Pembudidaya rumput laut di KKP nusa Penida
MPAG mendukung Dit KKJI melaksanakan lunch talkshow disela-sela acara Konas 8 di Mataram. Talkshow ini dibuka oleh Dirjen KP3K KKP dan menghadirkan pembicara utama Dir. KKJI Dr. Toni Ruchimat dan pakar kelautan Prof. Rokhmin Dahuri. Berikut ini adalah butir-butir yang dihasilkan talkshow tersebut:
1. Indonesia saat ini sudah mempunyai 15,7 juta ha KKP
dan akan terus diupayakan agar luas ini bertambah
seiring dengan komitmen pemerintah menuju 20 juta ha
pada tahun 2020. Yang menjadi tantangan terbesar bagi
upaya ini adalah bagaimana mencapai pengelolaan yang
efektif dari KKP-KKP tersebut.
2. Perlu ditegaskan kembali bahwa konservasi bukan
berarti melulu hanya pelarangan dan perlindungan
saja. Konservasi harus dipahami sebagai sebuah upaya
untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya secara
berkelanjutan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas California
Santa Barbara terhadap kinerja 200 KKP di dunia, 80
KKP di daerah tropis dan 120 KKP di daerah non-tropis
menunjukkan bahwa KKP memberikan manfaat yang
signifikan dari aspek ekologi, biologi, kekayaan spesies,
dan juga pendapatan masyarakat sekitar.
4. Pengelolaan KKP dengan sistem zonasi merupakan
strategi yang sangat tepat terutama untuk Indonesia
yang notabene masih dikategorikan sebagai negara
bekembang. Dengan sistem zonasi, maka masyarakat
dapat memanfaatkan KKP secara optimal dan sekaligus
berperan aktif dalam mengelola KKP tersebut.
5. Desain KKP harus memperhatikan konektivitas ekologis,
sehingga perlu dibangun jejaring KKP yang dapat
melindungi seluruh siklus hidup sebuah spesies penting
dalam KKP tersebut.
Komponen 1:
Pembangunan Sistem Nasional KKP
Penguatan
Kelembagaan
• MPAG mendukung penyusunan pedoman teknis evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil (EKKP3K). Saat ini panduan sudah disahkan melalui SK Dirjen, buku panduan sudah dicetak dan disebarkan kepada stakeholders terkait baik di tingkat nasional maupun di daerah. KKJI dan MPAG sudah melakukan sebuah lokakarya di Yogyakarta dalam rangka sosialisasi panduan teknis tersebut. Panduan ini selanjutnya akan dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan dibuatkan software-nya untuk memudahkan pengguna dalam
mengimplementasikannya. Panduan teknis ini
merupakan panduan pertama yang menjadi standar
nasional yang disusun berdasarkan regulasi yang ada dan mengkombinasikan berbagai referensi-referensi terkait, baik yang dikeluarkan oleh IUCN, TNC, Bank Dunia, LIPI, dan WCS. Sebelum dilegalisasi panduan ini telah diujicobakan di lapangan diantaranya di lokasi MPAG dan juga KKP lain seperti
Batang, Sukabumi, Pieh, Pesisir Selatan, dan Raja Ampat.
• Tim penyusun Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Pembentukan Jejaring KKP telah selesai menyusun draf Permen KP untuk jejaring KKP melalui beberapa pertemuan dan diskusi dengan beberapa ahli kelautan. Tim penyusun ini terdiri dari staf lingkup KP3K termasuk bagian hukum, perguruan tinggi, dan LSM. Permen ini merupakan
mandat dari PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Saat ini draf final sudah disampaikan kepada Biro Hukum KKP dan akan ditindaklanjuti dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan
mengundang inisiator permen yaitu KP3K dan juga dirjen lainnya di lingkup KKP. • PP No. 60 Tahun 2007
juga memandatkan untuk menyusun Peraturan Menteri terkait pengembangan
kemitraan dalam pengelolaan KKP di Indonesia. Permen ini menyatakan bahwa pengelolaan KKP dapat melibatkan masyarakat melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat dan/atau masyarakat
adat, lembaga swadaya masyarakat, korporasi, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi. Pertemuan awal sudah dilakukan dua kali antara KKJI, MPAG, dan mitra di Yogyakarta dan Batam. Pertemuan ini ditindaklanjuti dengan
focus group discussion
pada tanggal 21 januari dan juga mini workshop tentang penyusunan kerangka kerja kemitraan kerjasama KKJI, PKSPL IPB, dan MPAG pada awal Februari. Pertemuan ini melibatkan pihak pemerintah dan pemerintah daerah, para ahli kelautan, perguruan tinggi, dan praktisi konservasi.
MPAG
merupakan
bagian dari
Kelompok Kerja
Pengembangan
Sumberdaya
Manusia (Pokja
SDM) yang telah
mengidentifikasi
kompetensi
minimum bagi
pengelola KKP
MPAG
News 5
Edisi #3, 2013• Indikator implementasi
Ecosystem Approach for Fisheries Management
(EAFM) sudah disempurnakan berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan di beberapa WPP. Melalui kerjasama dengan BPSDM, MPAG juga mendukung pengembangan modul pelatihan kajian implementasi EAFM menuju proses sertifikasi. Selain itu, situs web EAFM Indonesia yang sudah dibuat akan diintegrasikan ke dalam situs web Dit. SDI untuk menjamin keberlanjutan pengelolaannya di masa yang akan datang. • Dalam bidang
pengembangan sumberdaya manusia, MPAG mendukung BPSDM KP dalam menyusun Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Standar Kompetensi Khusus (SKK) bagi pengelola
konservasi perairan di
Indonesia. SKK ini terdiri dari kurikulum dan modul-modul pelatihan. Draft SKK tentang dasar-dasar pengelolaan KKP dan perencanaan pengelolaan KKP sudah selesai dibuat dan akan disampaikan kepada menteri melalui komite SKK.
Pengembangan
Kapasitas sdM
MPAG mengembangkan modul-modul pelatihan dengan menggunakan referensi utama dari modul pelatihan NOAA yaitu dasar-dasar pengelolaan KKP, perencanaan pengelolaan KKP, dan pengelolaan perikanan berkelanjutan dalam KKP. Selain itu, MPAG merupakan bagian dari Kelompok Kerja Pengembangan Sumberdaya Manusia (Pokja SDM) yang telah mengidentifikasi kompetensi minimum bagi
pengelola KKP yaitu Sikap Kerja dan Kepribadian, Kebijakan, Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi,
Pembangunan Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Pengelolaan Kawasan dan Jenis Ikan, Penilaian Kondisi Biofisik Kawasan Konservasi Perairan, dan Penilaian Kondisi Sosial-Ekonomi Kawasan Konservasi Perairan. Urutan daftar kompetensi tersebut sudah disepakati berdasarkan lokakarya teknis yang melibatkan para ahli dan praktisi konservasi.
Sehubungan dengan
kewenangan pemerintah sebagai pengelola KKP, maka kemudian penyusunan jabatan fungsional khusus untuk para pengelola KKP pun diperlukan. Jabatan fungsional ini merupakan acuan bagi staf pemerintah pengelola KKP dalam meniti karir dan kompetensi minimum yang harus dimiliki dalam mengelola KKP. MPAG menginisiasi kajian pengembangan jabatan fungsional untuk mengelola KKP. Kajian ini menyimpulkan enam jabatan fungsional yaitu 1) perencanaan pengelolaan KKP, tingkat terampil; 2) perencana pengelolaan KKP, tingkat ahli; 3) pengendalian dan evaluasi, tingkat terampil; 4) pengendalian dan evaluasi, tingkat ahli;
5) insentif pengembangan masyarakat, tingkat terampil; dan 6) insentif pengembangan masyarakat, tingkat ahli. Selanjutnya Pokja SDM akan melibatkan Bagian Kepegawaian untuk menindaklanjuti kajian ini. SeIain itu, MPAG masih terus melanjutkan kegiatan-kegiatan pelatihan konservasi baik di level nasional maupun di level lokasi lapangan bekerja sama dengan BPSDM dan NOAA. Semua informasi kegiatan pelatihan ini selanjutnya akan diintegrasikan kedalam sistem informasi pelatihan yang saat ini penyusunannya dalam tahap finalisasi.
Penerimaan
hibah melalui
Trust Fund harus
memenuhi 3
kriteria:
• Ada komitmen
pemberi hibah
• Ada kebutuhan
untuk
mendukung
pencapaian
sasaran tematik
• Perjanjian
yang disepakati
pemberi dan
penerima hibah
©Pendanaan
Berkelanjutan
Kelompok kerja Pendanaan Berkelanjutan (Pokja SF) telah menyelesaikan dua Prosedur Operasi Standar (SOP) yaitu SOP untuk desain kelembagaan Trust
Fund (Dana Perwalian) dan SOP
untuk mekanisme kerja Trust Fund, serta background paper terkait pentingnya pembentukan Trust Fund untuk pengelolaan KKP di Indonesia. Pokja SF beranggotakan perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Keuangan, Bappenas, dan LSM. Pertemuan Pokja pada
yaitu 1) adanya komitmen dari pemberi hibah; 2) ada kebutuhan untuk mendukung pencapaian sasaran tematik; dan 3) adanya perjanjian yang disepakati antara pemberi hibah dan penerima hibah. Untuk tujuan pembentukan dana perwalian tersebut, MPAG mendukung pembuatan materi komunikasi yang dapat digunakan untuk penggalangan dana.
Pengelolaan dss
MPAG melanjutkan dukungannya kepada Dit. KKJI dalam
pengembangan webdata konservasi sebagai portal basis data konservasi perairan Indonesia. Situs web konservasi sudah mengalami banyak kemajuan, diperbarui secara berkala, dan tersedia dalam dua bahasa. Untuk menjaga kualitas isi dan keamanan data web tersebut, saat ini telah dibuat 10 SOP terkait pengelolaannya. SOP-SOP tersebut meliputi (i) SOP tentang pengelolaan situs web dan administrasi
pengguna yaitu instalasi data, registrasi pengguna, pemulihan karena kesalahan operasional; (ii) SOP tentang pengelolaan data dan operasionalisasi situs web yaitu administrasi pengguna, pengelolaan data, operasionalisasi situs web,
penambahan data ke dalam basis data dan situs web, penyuntingan data kawasan konservasi dalam basis data dan situs web, penambahan/penyuntingan konservasi jenis ikan ke dalam basis data dan situs web, penambahan/penyuntingan dokumen dan galeri, mekanisme
data sharing, dan pengelolaan
forum diskusi.
Sampai saat ini portal situs web konservasi ini berisi lebih dari 320 artikel terkait kegiatan konservasi, kebijakan dan peraturan
perundangan, data tentang 105 konservasi kawasan, 41 spesies konservasi jenis ikan, dan foto-foto. Hingga 23 Desember 2012 situs web yang beralamt di http:// www.kp3k.kkp.go.id/kkji ini telah dikunjungi 240.540 kali.
MPAG
mendukung
Dit. KKJI
mengembangkan
webdata
konservasi
sebagai portal
basis data
konservasi
perairan
Indonesia
9 November 2012 telahmendiskusikan detail rancangan untuk pembentukan Trust Fund dan mekanisme penyaluran dana ke LSM dan Pemerintah Daerah. Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian menyatakan bahwa penerimaan hibah melalui dana perwalian harus memenuhi tiga kriteria
Komponen 1: Pembangunan Sistem Nasional KKP
© MP
AG
MPAG
News 7
Edisi #3, 2013Blue print (cetak
biru) Jejaring
MPA Bali
disusun dengan
memperhatikan
kearifan lokal
masyarakat Bali
dan peraturan
perundangan
yang berlaku
Jejaring Pengelolaan
KKP Provinsi Bali
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dari 8 (delapan) kabupaten/kota membangun kesepakatan tentang Jejaring MPA pada tanggal 19 Desember 2012. Pertemuan yang
diselenggarakan di Sanur tersebut menghasilkan 3 butir kesepakatan, yaitu (1) Membangun Jejaring MPP Bali untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir, (2) Membangun dan menyepakati cetak biru Jejaring
Jejaring ekologi KKP
raja ampat
MPAG mendukung pengembangan rencana bisnis konservasi, rencana pengelolaan dan zonasi, dan strategi pengembangan kapasitas SDM Jejaring MPA Raja Ampat. Pada periode ini telah dilakukan pelatihan tentang pariwisata berkelanjutan dalam kawasan konservasi di BPPP Bitung, Sulawesi Utara.
Proses pengembangan
Jejaring MPA Raja Ampat telah didokumentasikan dalam sebuah dokumen pembelajaran. Dokumen pembelajaran ini dikomunikasikan dengan stakeholder terkait
Komponen 2:
Peningkatan Efektivitas Pengelolaan KKP
di Lokasi Terpilih
MPA Bali , dan (3) Memastikan penyusunan blue print (cetak biru) dengan memperhatikan kearifan lokal masyarakat Bali dan peraturan perundangan yang berlaku.
Kelompok Kerja Jejaring MPA Bali telah menyusun draf cetak biru untuk dibahas lebih lanjut dengan para Kepala Dinas dan berisi arahan strategis tentang bagaimana membangun Jejaring MPA. Salah satu referensi penting dalam pengembangan cetak biru tersebut adalah hasil Marine Rapid Assessment Program (MRAP) tahun 2011 yang laporannya telah didistribusikan ke stakeholder terkait.
.
© Rony Megawanto/MP
dan dijadikan dasar dalam pengembangan kelembagaan menuju sistem pendanaan berkelanjutan di tingkat lokasi lapangan. Selain itu, MPAG juga mendukung pelembagaan program pelatihan yaitu dengan membangun nota kesepahaman antara CI, BPSDM, BPPP
Ambon, dan Badan Diklat Daerah Kabupaten Raja Ampat.
Komponen 2: Peningkatan Efektivitas Pengelolaan KKP di Lokasi Terpilih
anambas national
Marine recreational
Park
MPAG memfasilitasi Kelompok Kerja (Pokja) penyusunan rencana pengelolaan untuk Perairan Kepulauan Anambas, termasuk kegiatan outreach (penjangkauan) ke komunitas,
pertemuan dengan sektor swasta, dan melaksanan pelatihan terkait MPA. Pokja sendiri terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Anambas, Loka KKPN Pekanbaru, dan stakeholder terkait.
Salah satu referensi utama dalam penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi adalah hasil Marine Rapid Assessment Program (MRAP) yang dilaksanakan pada pertengahan tahun 2012. Hasil MRAP telah dipresentasikan ke
stakeholder terkait, termasuk
Direktorat KKJI, dan saat ini laporan MRAP dalam proses finalisasi. Hasil MRAP ini juga mendukung terjadinya kesepakatan masyarakat dalam menentukan ukuran juvenile ikan napoleon yang bisa ditangkap dari alam. © Handoko AS/MP AG ©
MPAG
News 9
Edisi #3, 2013taman taman Wisata
Perairan Gili ayer,
Gili Meno, dan Gili
trawangan
Kelompok Kerja (Pokja)
penyusunan rencana pengelolaan Taman Wisata Perairan Gili Matra yang anggotanya terdiri dari BKKPN Kupang, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara,
dan stakeholder terkait telah disahkan melalui SK No.21.3.8/ BKKPN/XI/2012 pada November 2012. Saat ini Pokja sedang memfasilitasi proses konsultasi draf publik rencana zonasi, sementara draf kedua dokumen rencana pengelolaan telah diselesaikan. Secara paralel, telah dilakukan pelatihan dasar-dasar MPA bagi stakeholder terkait untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya konservasi.
Dalam rangka mengembangkan konsep co-management
(pengelolaan bersama), MPAG mendukung pelaksanaan analisis dan pemetaan stakeholder yang bekerja di Gili Matra yang secara garis besar terdiri dari 5 kelompok utama, yaitu masyarakat desa, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi, swasta, dan pemerintah pusat sebagai otoritas pengelola kawasan.
taman nasional
Perairan Laut sawu
Bersama BKKPN Kupang dan tim P4KKP, MPAG menyelenggarakan lokakarya tentang pembentukan Dewan Konservasi Perairan. Workshop yang dihadiri 30 peserta dari berbagai kalangan tersebut menyepakati pembentukan Dewan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur
melalui Surat Keputusan Gubernur. Dewan ini akan berperan sebagai wadah kolaborasi antar stakeholder dalam mendukung pengelolaan Taman Nasional Laut Sawu. MPAG mendukung BKKPN Kupang melakukan konsultasi publik terhadap draf rencana pengelolaan dan zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Selama periode Oktober-Desember 2012, telah dilakukan 5 kali konsultasi publik yang mencakup 7 desa, 2 kecamatan dari 2 Kabupaten, yaitu Manggarai dan Manggarai
Barat. Dengan demikian, total konsultasi publik yang telah dilakukan adalah sebanyak 71 kali dan dihadiri oleh 850
stakeholder. Untuk mendukung
finalisasi rencana pengelolaan dan zonasi, Kepala BKKPN Kupang telah membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk melanjutkan konsultasi publik dan penyelesaian rencana pengelolaan dan zonasi tersebut. Secara paralel, MPAG mendukung penyusunan SOP tentang pelaksanaan
ground-truthing, resource use monitoring, survey manta tow,
dan community mapping.
©
Handoko
AS/MP
AG
© WIra Sanjaya/CTC
daerah Perlindungan Laut di desa Kuanheun, tnP Laut sawu Pertemuan kelompok kerja KKP nusa Penida di Klungkung
taman nasional
Wakatobi
MPAG memfasilitasi seri
diskusi antara masyarakat adat, kelompok nelayan, Pemerintah Kabupaten Wakatobi, dan Taman Nasional Wakatobi dalam rangka pengelolaan sumberdaya laut yang lebih baik. Diskusi tersebut menghasilkan komitmen bersama untuk mengelola sumberdaya laut dengan mengedepankan upaya perlindungan kawasan dari pengrusakan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membangun kemitraan, dan pengakuan terhadap hak-hal adat. MPAG melaksanakan pelatihan
Participatory Rural Appraisal
(PRA) kepada kelompok masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menganalisa dan menyusun prioritas program dengan
Komponen 2: Peningkatan Efektivitas Pengelolaan KKP di Lokasi Terpilih
pendekatan yang lebih terstruktur. Disamping itu, MPAG berbagi pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata dengan pemerintah kabupaten, masyarakat lokal, dan relawan dari luar negeri.
KKP nusa Penida
MPAG bekerjasama dengan Kelompok Kerja (Pokja) MPA Nusa Penida dalam pengumpulan data biofisik dan sosial-ekonomi sebagai masukan dalam finalisasi rencana pengelolaan dan zonasi. Proses pengumpulan data
tersebut menggunakan protokol (SOP) yang telah disepakati bersama, yaitu protokol monitoring kesehatan karang dan monitoring pemanfaatan sumberdaya.
MPAG bersama Pokja juga memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam penyusunan konsep
entrance fee (biaya masuk) bagi
wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida. Konsep tersebut telah dikonsultasikan dengan
stakeholder terkait.
Foto Wakatobi
(belum ada)
© © caption ... caption ...MPAG
News 11
Edisi #3, 2013KKP Berau
MPAG melanjutkan dukungan kepada masyarakat Tanjung Batu dan Labuan Cermin dalam melaksanakan Conservation
Action Planning (CAP),
sekaligus menggalang input terkait draf Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K). MPAG juga mendukung pengembagan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Biduk Biduk melalui pembentukan kelompok kerja. Selain itu, telah dilaksanakan pelatihan pengenalan ekosistem pesisir yang diikuti oleh kelompok masyarakat, perangkat desa, kelompok perempuan, dan jurnalis dari majalah lokal.
KKP Maluku
tenggara
MPAG mendukung Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dalam penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi melalui kegiatan pemetaan partisipatif, kajian kearifan lokal terkait konservasi, survei
Spawning Agregation Sites
(SPAGS), monitoring penyu, dan penyusunan naskah akademik bekerjasama dengan Universitas Pattimura.
Setelah sebelumnya diikuti aparat pemerintah dan raja lokal, pada periode ini MPAG memfasilitasi pelatihan tentang dasar-dasar konservasi (MPA 101) bagi masyarakat lokal. Pelatihan ini diikuti oleh 132 peserta (48 perempuan dan 64 laki-laki) dari 25 kampung.
©
© R.
Ardiwijaya /TNC
caption ...
Komponen 3:
Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan
Pemerintah
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Marine Protected Areas Governance (MPAG) One Wolter Place, Lt. Mezzanine
Jl. Wolter Monginsidi 63, Jakarta Selatan 12180 Tel : (021) 739 4457
Faks : (021) 739 4531
Email : arief.firdaus@usctsp.org
Informasi
Dokumen ini terwujud berkat dukungan dari rakyat Amerika melalui the United States Agency for International Development (USAID). Isi dokumen ini merupakan tanggung jawab MPAG dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan USAID maupun Pemerintah Amerika Serikat.
Kajian Host country system
Kajian terhadap Host Country System (HCS) atau sistem
pengelolaan dana hibah luar negeri telah selesai dilakukan yang mencakup siklus perencanaan, penganggaran, pembayaran, implementasi program, laporan keuangan, dan audit. Kajian ini mengidentifikasi beberapa aturan baru yang memungkinkan sistem pemerintah mengelola dana hibah asing secara lebih optimal. Berdasarkan kajian tersebut, telah didesain mekanisme penyaluran dana hibah asing ke pemerintah daerah dan LSM melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan atau lembaga Wali Amanah (Trust Fund). Untuk mensosialisasikan mekanisme tersebut, MPAG memfasilitasi lokakarya tentang pengelolaan hibah asing pada Desember lalu yang dihadiri oleh staf dari Setditjen KP3K, KKJI, Inspektorat Jenderal, dan Badan Litbang KemenKP. Narasumber dalam lokakarya tersebut adalah konsultan MPAG dan staf dari Kementerian Keuangan.