• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dunia merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut. Saat ini masyarakat Indonesia hampir di tiap wilayah sudah mengalami kemudahan fasilitas sarana prasarana sosial maupun ekonomi yang bisa membuat masyarakat semakin mudah dalam melakukan keperluan masing-masing, ini dikarenakan semakin menyebarnya sifat-sifat modern yang ada di dalam masyarakat.

Modernisasi merupakan perubahan sosial yang berasal dari revolusi industri di Inggris (1760-1830) dan revolusi politik di Perancis (1789-1794). Menurut Bendix dalam Belling & Totten (1980: 4) modernisasi ditinjau dari sudut sejarah, sebagai “satu jenis perubahan sosial sejak abad ke-18, berupa kemajuan ekonomi dan politik, dalam beberapa masyarakat perintis, disusul oleh perubahan-perubahan dalam masyarakat-masyarakat pengikut”. Modernisasi tidak sekedar menyangkut aspek yang material saja, melainkan juga aspek-aspek yang non-material, seperti pola pikir, tingkah laku, dan lain sebagainya. Dengan demikian modernisasi merupakan proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Modernisasi secara umum menyangkut perubahandari cara-cara tradisional menuju masyarakat yang maju mengikuti perkembangan

(2)

Kompleksitas dan dinamika perkembangan lingkungan, pada tataran nasional ditandai oleh permasalahan dan tantangan yang multi dimensional, di bidang sosial, ekonomi, politik, kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. Pada tataran internasional, terdapat perkiraan bahwa perkembangan lingkungan global ditandai situasi, kondisi, tantangan dan tuntutan, yang makin kompleks, selalu berubah, penuh ketidakpastian, dan bahkan sering tidak ramah.Perkembangan lingkungan tersebut menuntut pemimpin dan kepemimpinan yang solid, mampu mengantisipasi perkembangan ke depan, membangun visi, misi, dan strategi serta mengembangkan langkah-langkah kebijakan, sistem kelembagaan dan manajemen pemerintahan yang relevan dengan kompleksitas perkembangan, permasalahan, dantantangan yang dihadapi, baik pada tataran nasional maupun internasional(Mustopadidjaja AR: 28).

Zaman modern – setidaknya memiliki dua ciri mendasar, yakni: pertama, semakin hilangnya pengaruh institusi agama dan kedua, semakin tingginya supremasi rasionalitas sains. Dari kedua ciri mendasar tersebut, zaman modern lebih banyak berorientasi kepada komunalitas (orang banyak) ketimbang kelompok tertentu. Negara berhasil menggeser peran institusi agama sebagai otoritas yang mengatur perjalanan budaya. Kekuasaan negara dan fungsi-fungsinya mengalami pertumbuhan pesat dan kepemimpinan pada zaman ini lebih menekankan pada corak kepemimpinan yang bercorak rasional(Edi Susanto, 2007).Sama halnya denganAti Dahniar (2014), yang mengatakan bahwa bergesernya dasar legitimasi kepemimpinan dari “atas” ke “bawah” dengan sendirinya mengubah hubungan antara negara dan masyarakat. Dalam sistem pemerintahan tradisional rakyat mengabdi kepada penguasa sedangkan dalam sistem demokrasi pemerintah yang mengabdi pada kepentingan rakyat dan harus mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada

(3)

rakyat yang memilih. Idealnya, seorang pemimpin nasional merupakan kombinasi dari “leader” dan “manager”.

Masyarakat Batak Toba memiliki berbagai kebudayaan unik, diantaranya; terlihat dalam sistem sosial mereka yang disebut dengan harajaon. Harajaondapat didefinisikan pola kepemimpinan dan sistem kemasyarakatan dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Sistem Harajaon berlaku pada dua level organisasi sosial masyarakat Batak Toba, yaitu suku dan kampung atau huta. Selain berkaitan dengan pengorganisiran para anggota suku maupun huta, harajaon juga mengatur luas teritori dan pola serta otorisasi kepemimpinan dalam suatu suku dan huta. Dalam sistem Harajaon, kepemimpinan dalam satu suku dinamakan Raja Maropat. Posisi Raja Maropat ini erat kaitannya dengan kelompok kekerabatan yang disebut marga. Raja Maropat terdiri dari empat orang (raja na opat), yaitu Raja Parmalim (religi), Raja Adat (hukum adat), Raja Parbaringin (sosial, politik dan keamanan), Raja Bondar (ekonomi)(Vergouwen, 1986).

Mengenai hakekat otoritas kepala sebagai pemimpin, sikap orang Batak (Toba) mengikuti suatu penalaran yang khas. Seorang pemimpin dipercayai sebagai orang yang mempunyai kualitas istimewa (sahala) yang meliputi: (1) kualitas dalam kekuasaan yang istimewa (sahala harajaon), dan (2) kualitas untuk dihormati (sahala hasangapon) karena wibawa atau kharismanya. Seorang raja (pemimpin) yang dilimpahi sahala raja (sahala ni raja) akan kelihatan pada ciri khusus perwatakannya dalam wujud: (1) memiliki kebesaran (habolonan), yaitu jumlah besar anggota keturunan yang membuatnya diterima sebagai kepala, (2) kekayaan (hamoraon) dalam arti makmur dan sanggup menjamu banyak orang, (3) kebijakan (habisuhon), yaitu seorang pembicara yang arif, terutama dengan manggunakan

(4)

(5) keterampilan di dalam ilmu “datu” (hadatuon) yang berarti antara lain dapat mengobati berbagai penyakit (Vergouwen, 1986).

Perkembangan ilmu pengetahuan yang sering juga disebut modernisasi, telah mempengaruhi kehidupan di pedesaan. Dilihat dari hubungan antara unsur tradisional dan unsur modern, masyarakat Batak Toba telah dan sedang mengalami perubahan dari cara hidup dan berpikir yang bercorak tradisional kepada yang lebih modern. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan sikap dan perbuatan orang Batak dalam kehidupan. Perubahan cara berpikir tradisional yang berorientasi ke belakang dan statis, beralih pada pikiran yang berorientasi ke depan. Cara berpikir magis-religius berubah ke cara berpikir rasional dan kreatif (Simanjuntak, 2009). Wewenang dan tipe pemimpin dalam masyarakat Batak Toba sebelumnya cenderung pada pemimpin informal, yaitu: kharismatik dan tradisional. Hadirnya modernisasi telah membawa perubahan dalam pemimpin pada masyarakat Batak Toba, khususnya di Kecamatan Silaen, yaitu munculnya pemimpin formal yang bersifat rasional (legal) dalam mengatur dan memanajemen wilayah teritorialnya. Sehingga terdapat pemimpin formal dan informal dalam memahami persoalan yang terdapat dalam masyarakat (J.P.R. Siregar: 2003).

Di Kecamatan Silaen keberadaan pemimpin informal seperti Raja Parmalim (religi), Raja Adat (hukum adat), Raja Parbaringin (sosial, politik dan keamanan), Raja Bondar (ekonomi) sudah sulit ditemukan bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada lagi. Karena keberadaan pemimpin formal seperti kepala desa sudah menggantikan seluruh tugas dari Raja Maropat tersebut. Terlebih lagi karena adanya modernisasi yang telah mengubah cara berpikir masyarakat ke arah yang lebih rasional. Cara berpikir masyarakat yang sudah semakin rasional lebih memilih menyelesaikan

(5)

masalah-masalah yang dihadapinya dengan cara-cara rasional, yaitu dengan mempercayakan masalah yang dihadapinya kepada pihak-pihak resmi.

Terdapat tiga tipe pemimpin dan wewenang menurut Weber, yaitu pemimpin kharismatik, tradisional dan rasional legal. Apabila ketiga bentuk wewewang tersebut diterapkan dalam masyarakat, maka biasanya ketiga-tiganya akan dapat dijumpai, walaupun mungkin hanya salah satu bentuk saja yang tampak menonjol; dengan semakin populernya sistem demokrasi pada zaman sekarang ini, maka wewenang tradisionil yang diwujudkan dengan pola kekuasaan yang turun temurun dari orang tua kepada anak, kelihatannya semakin berkurang.; di dalam suatu masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan secara cepat, mendalam dan meluas, wewenang kharismatis mendapat kesempatan tampil ke muka; dalam keadaan yang demikian tradisi kurang mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Lagipula, kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial tidak lagi dapat dipergunakan sebagai pedoman yang tegas bagi para warga masyarakat . Oleh karena itu golongan-golongan di dalam masyarakat, dengan rela hati mengikuti orang yang mempunyai kecakapan pribadi untuk memancarkan pengaruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu (Syarif Moeis, 2008:19).

Hadirnya modernisasi membawa perubahan sikap dan cara berpikir masyarakat yang semakin rasional. Begitu juga dengan kepemimpinan dan pemimpin yang semakin bersifat dan mengarah ke rasional (legal). Oleh sebab itu, peneliti ingin melihat pengaruh modernisasi masyarakat di Kecamatan Silaen terhadap tipe kepemimpinan masyarakat di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, baik itu pemimpin formal maupun informal. Dimana dalam mengukur modernisasi dilihat melalui tingkat karakteristik manusia modern oleh Alex Inkeles, sedangkan untuk

(6)

menurut bentuk/tipe oleh Max Weber. Untuk itu peneliti ingin melihat apakah modernisasi atau cara berpikir rasional masyarakat yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap tipe pemimpin (kharismatik, tradisional, atau rasional legal) yang terdapat dan yang diharapkan oleh masyarakat sebagai pemimpin dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakahmodernisasi berpengaruh terhadap tipe kepemimpinan masyarakat di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahuibagaimana modernisasi yang terjadi di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir.

2. Mengetahui tipekepemimpinan masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.

3. Mengetahui pengaruh modernisasi terhadap tipekepemimpinan masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.

4. Membuktikan kebenaran teoritis terkait pengaruh modernisasi terhadap tipekepemimpinan masyarakat.

(7)

5. Memperkaya pengetahuan dan literatur yang membahas modernisasi dan tipekepemimpinan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen Sosiologi, menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah serta menambah wawasan penulis khususnya yang berkaitan dengan pengaruh modernisasi terhadap tipekepemimpinan masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat dan dijadikan sebagai bahan masukan, informasi ataupun referensi bagi masyarakat luas dan masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir itu sendiri mengenai pengaruh modernisasi terhadap tipekepemimpinan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII TERHADAP BENCANA ERUPSI GUNUNG BERAPI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni cara pencegahan penyakit, memperpanjang usia hidup dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh tingkat Nilai Tukar Mata Uang, Inflasi, dan Suku bunga Terhadap Harga Saham

Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa tingkat penurunan kinerja karyawan semakin meningkat dari tahun ke tahun, di tahun 2012 jumlah karyawan yang kinerjanya menurun ada

filsafat bisa menjadi sentral atau poros, karena kegiatan berfilsafat selalu berkaitan dengan kegiatan berpikir, dimana kegiatan berpikir sendiri ibarat sebuah roda

Setelah desain bentuk beauty case dipilih 2 desain, kemudian perancang fokus untuk menentukan ukuran pada desain yang telah dipilih pada tahap sebelumnya. Ukuran pada

Jika tempat riset bukan berupa instansi, maka dapat meminta surat keterangan ke Fakultas Teknologi Informasi dengan diketahui oleh Dosen Pembimbing dan Ketua Program

Hasil dari produk susu bubuk tipe A dan B dapat menunjukkan bahwa penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C memiliki nilai rasa yang cenderung sama dengan nilai rasa