• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK TERHADAP TIGA KLON YANG BERBEDA DI DESA TARENGGE KABUPATEN LUWU TIMUR TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK TERHADAP TIGA KLON YANG BERBEDA DI DESA TARENGGE KABUPATEN LUWU TIMUR TUGAS AKHIR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK

DIEBACK TERHADAP TIGA KLON YANG BERBEDA

DI DESA TARENGGE KABUPATEN LUWU TIMUR

TUGAS AKHIR

Oleh: SUSANTI 1522040374

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2018

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya yang diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 07 Mei 2018 Yang menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Tingkat Serangan Penyakit Vascular Streak Dieback terhadap tiga klon yang berbeda”. Selama mengikuti pendidikan Diploma III sampai dengan proses penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan fasilitas, membantu, membina, dan membimbing terutama kepada kedua orang tua dan keluargaku yang telah membesarkan, merawat, mendidik, mendoakan, dan memotivasi selama menempuh pendidikan.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Nildayanti, S. P., M. Si. Selaku dosen pembimbing I 2. Dr. Ir. H. Darmawan, M. P. Selaku dosen pembimbing II 3. Dr. Ir. H. Darmawan, M. P. Selaku direktur Politani Pangkep

4. Dr. Junaedi, S. P., M. Si selaku ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politani Pangkep

5. Sri Muliani, S. P., M. P. dan Dr. Syahruni Thamrin, S. P., M. Si selaku dosen penguji I dan penguji II.

6. Dosen dan Staf Administrasi yang telah memberi bantuannya selama mengikuti pendidikan Diploma III

7. Petani yang bersedia memberikan informasi dan membantu selama pengamatan berlangsung

8. Teman-teman seperjuangan Angkatan XXVIII yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir.

(6)

vi

Penyusunan tugas akhir ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca. Amin.

Pangkep, 10 Mei 2018 Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix ABSTRAK ... x BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1 1.2. Tujuan penelitian ... 3 1.3. Manfaat penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Vascular Streak Dieback ... 5

2.2. Morfologi klon kakao ... 7

2.3. Deskripsi klon kakao ... 10

BAB III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan tempat ... 12

3.2. Alat dan bahan ... 12

3.3. Jenis penelitian ... 12

3.4. Teknik pengambilan dan pengumpulan data ... 12

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Keadaan lokasi ... 15

(8)

viii

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil ... 16

5.2. Pembahasan ... 16

BAB VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 20

6.2. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

DAFTAR LAMPIRAN ... 23 RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No

Tabel Halaman

5.1: Rata-rata intensitas serangan penyakit Vascular Streak Dieback

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1: Morfologi klon 45 (Mcc 02) ... 8

2.2: Morfologi klon M01 (Mcc 01) ... 9

2.3: Morfologi klon Sulawesi 2 ... 10

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman 1: Tabel pengamatan masing-masing klon di Desa Tarengge

Kabupaten Luwu Timur ... 24 2: Hasil dokumentasi kegiatan pengambilan data di kebun petani ... 25

(12)

xii

ABSTRAK

Susanti. 1522040374, Tingkat Serangan Penyakit Vascular Streak Dieback terhadap tiga klon yang berbeda di Desa Tarengge Kabupaten Luwu Timur dibawah bimbingan Nildayanti dan Darmawan.

Pengamatan Tingkat Serangan Penyakit Vascular Streak Dieback terhadap tiga klon yang berbeda bertujuan untuk mengetahui jenis klon yang tahan dan rentan terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback. Manfaat dari pengamatan ini sebagai bahan informasi mengenai ketahanan klon 45, klon MO1, dan klon Sulawesi 2 terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback. Pengamatan dilaksanakan pada bulan April 2018 di Desa Tarengge Kabupaten Luwu Timur. Pengamatan menggunakan metode Purposive Sampling (mengambil sampel secara sengaja) yaitu memilih kakao klon 45, M01 dan klon Sulawesi 2 dalam satu kebun. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa klon 45 paling tahan terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback dengan intensitas serangan 37,08%, kategori serangan sedang, selanjutnya MO1 dengan intensitas serangan 53,75% kategori serangan sedang, dan klon Sulawesi 2 dengan intensitas serangan 80%, merupakan klon yang paling rentan.

(13)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kakao (Theobroma cocoa L.) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi. Luas areal kakao Indonesia hingga tahun 2014 mencapai sekitar 1.643.338 ha, yang terbagi ke dalam beberapa daerah sentra produksi, di antaranya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Jawa, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur (Suryo W, 2016).

Pulau Sulawesi merupakan sentra produksi kakao di Indonesia dan menyumbang 57,24% produksi nasional, wilayah tersebut terbagi menjadi 6 provinsi. Sulawesi Selatan merupakan penghasil kakao terbesar dengan luas areal, yaitu sebesar 269.628 ha dan menghasilkan 146.840 ton. Kemudian diikuti Sulawesi Tengah (144.358 ton), Sulawesi Tenggara (122.960 ton), Sulawesi Barat (76.158 ton), Sulawesi Utara (4.231 ton), dan Gorontalo (3.705 ton). Rata-rata produktifitas tanaman kakao di wilayah Sulawesi 886 kg/ha/tahun. Dari seluruh wilayah tersebut yang mempunyai produktifitas tertinggi adalah provinsi Sulawesi Selatan dengan produktifitas 944/ha/tahun dan produktifitas tanaman kakao di Sulawesi lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional 850 kg/ha/tahun (Dewi L. et al, 2014).

Salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman kakao dan menurunkan produksi kakao adalah Penyakit Vascular Streak Dieback. Penyakit ini pertama kali di temukan di Kolaka pada tahun 1989, kemudian pada tahun 2002 ditemukan di Polmas-Pinrang dan sekarang tahun 2005 telah menyebar ke

(14)

2

Luwu Utara, Luwu, Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Maros, dan Pangkep dengan total areal terserang sekitar 34.000 ha (Data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, 2012).

Penyakit Vascular Streak Dieback di sebabkan oleh cendawan Oncobasidium theobromae, merupakan salah satu kendala penting pada tanaman kakao di dunia termasuk Indonesia. Luas areal serangan penyakit Vascular Streak Dieback tahun 2014 di sentra produksi utama kakao Indonesia salah satu-nya adalah Sulawesi Selatan mencapai 951.823 ha. Diperkirakan penyakit Vascular Streak Dieback akan meningkat karena belum tuntas penanganan-nya. Kehilangan hasil oleh penyakit Vascular Streak Dieback di daerah Sulawesi belum banyak dianalisis, namun pengamatan dilapangan banyak tanaman menjadi gundul dan berakibat pada sedikit-nya buah yang diproduksi, karena serangan penyakit Vascular Streak Dieback akan memperlemah tanaman yang berakibat tidak hanya pada penurunan produksi tanaman, tetapi juga secara perlahan dapat membunuh tanaman secara keseluruhan (Suryo W, 2016).

Serangan penyakit Vascular Streak Dieback dapat menyebabkan kematian tanaman yang rentan hingga mencapai lebih dari 50%. Serangan penyakit Vascular Streak Dieback dianggap lebih berbahaya dibandingkan serangan jasad pengganggu kakao lainnya, seperti hama penggerek Buah Kakao dan penyakit Busuk buah (Phytopthora palmivora), sebab serangan penyakit Vascular Streak Dieback dapat mematikan tanaman, sedangkan serangan hama Penggerek Buah Kakao dan penyakit busuk buah hanya menyebabkan kerusakan pada buah. Pada kasus penyakit Vascular Streak Dieback dengan intensitas serangan tinggi. Kultivar dan klon unggul kakao tahan penyakit Vascular Streak Dieback dapat

(15)

3

dihasilkan dari program pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk meningkatkan sifat ketahanan terhadap penyakit Vascular Streak Dieback, meningkatkan produktivitas maupun adaptabilitas yang lebih baik dari induknya (Poppy A, 2014).

Kerusakan tanaman kakao akibat penyakit Vascular Streak Dieback sangat di pengaruhi oleh ketahanan tanaman. Pada tanaman yang rentan penyakit Vascular Streak Dieback dapat menimbulkan kerusakan yang cukup berat. Jamur hidup dalam jaringan xylem dan berdampak mengganggu dan mengurangi pengangkutan air dan unsur hara ke daun. Gangguan ini menyebabkan gugur daun dan mati ranting, hal ini akan mempengaruhi produksi tanaman kakao.

Intensitas serangan penyakit Vascular Streak Dieback di pengaruhi oleh keadaan iklim dan varietas atau klon tanaman. Umumnya di Indonesia di tanam jenis-jenis kakao yang toleran atau tahan terhadap penyakit Vascular Streak Dieback sehingga jarang menimbulkan kerusakan berat. Penyakit Vascular Streak Dieback hanya menimbulkan kerusakan berat pada tanaman rentan di daerah basah (Manfred Borer, 2012).

Ketahanan masing-masing klon berbeda terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback. oleh karena itu dilakukanlah pengamatan mengenai intensitas serangan penyakit Vascular Streak Dieback terhadap tanaman kakao klon 45, klon M01dan klon Sulawesi 2.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pengamatan ini, yaitu untuk mengetahui jenis klon yang tahan dan rentan terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback.

(16)

4

1.3. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari pengamatan ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai ketahanan klon 45, klon MO1, dan klon Sulawesi 2 terhadap serangan penyakit Vascular Streak Dieback.

(17)

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Vascular Streak Dieback

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional setelah karet dan kelapa sawit. Salah satu provinsi yang mengembangkan tanaman kakao adalah pulau Sulawesi. Pada tahun 2013, luas areal kakao mencapai 284.125 ha dengan produksi mencapai 149.071 ton. (Direktorat jendral Perkebunan, 2014).

Salah satu faktor atau kendala yang dapat menurunkan produktifitas tanaman kakao yaitu adanya serangan hama dan penyakit, seperti penyakit Vascular Streak Dieback yang merupakan penyakit penting yang dapat menurunkan produktifitas kakao. (Joko P. et al, 2017).

Penyakit Vascular Streak Dieback pertama kali di temukan di Papua New Guinea pada tahun 1930-an. Kemudian menyebar ke negara-negara Asia lainnya seperti India Selatan, China, Pulau Hainan, Burma, Thailand, Malaysia, Filiphina, dan Indonesia. Di Indonesia penyakit Vascular Streak Dieback pertama kali ditemukan pada tahun 1982 di Pulau Sebatik (Kalimantan Timur) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2013).

Penyakit ini dinamakan Vascular Streak Dieback karena gejala yang khas dari penyakit ini adalah garis-garis berwarna coklat pada berkas pembuluh (Vascular Streak) yang terlihat pada penampang membujur cabang dan ranting-ranting mati dari ujungnya (Dieback) (Nugraha P.et al, 2013).

(18)

6

Penyakit Vascular Streak Dieback menujukkan gejala: daun menguning sampai keujung ranting, pada bekas dudukan daun terlihat tiga noktah berwarna coklat. Gejala lanjut menunjukkan daun gugur, ranting gundul, dan pucuk mati. Tanaman yang terserrang akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan. Pada beberapa lokasi insiden penyakit mencapai 100% dengan keparahan 24.29-44.71% (Jumsuet al. 2016).

Gejala serangan penyakit Vascular Streak Dieback di mulai dengan menguningnya daun kedua atau ketiga dari ujung ranting pada permukaan daun terdapat bercak-bercak hijau. Kemudian gejala berkembang sehingga seluruh permukaan daun berwarna kuning kecoklatan dan akhirnya gugur sehingga menyebabkan ranting terlihat seperti ompong. (Jumsu et al, 2016).

Penyebaran penyakit Vascular Streak Dieback menular dari tanaman satu ke tanaman lainnya melalui spora yang diterbangkan oleh angin pada malam hari. Pada saat itu angin biasanya bertiup perlahan-lahan sehingga spora yang diterbangkan juga tidak jauh, kira-kira hanya 10 meter dari sumbernya. Tetapi jika ada angin yang kencang, spora biasanya terbawa sampai 182 meter. Spora-spora ini sangat peka terhadap cahaya dan menjadi tidak efektif setelah terkena cahaya sinar matahari selama 30 menit. Spora yang jatuh pada daun muda akan segera berkecambah apabila tersedia air dan akan masuk berkembang kedalam jaringan xylem. Didalam xylem, jamur tumbuh ke batang pokok walaupun kadang-kadang dijumpai pula tumbuh ke arah sebaliknya. Setelah 3-5 bulan muncul gejala daun menguning dengan bercak hijau. Daun-daun tersebut mudah rontok, sehingga menyebabkan ranting mati. Dalam kondisi ini jamur masih tetap tumbuh dalam jaringan tanaman dan menimbulkan kerusakan yang besar. (Febrilia N,2014).

(19)

7

Sporofor berupa benang-benang berwarna putih muncul pada malam hari dari bekas dudukan daun sakit yang telah gugur. Pada kondisi yang sesuai akan terbentuk basidiospora. Sporofor akan muncul pada ranting yang basah sepanjang malam, kelembaban yang tinggi, sporulasi juga memerlukan suhu yang rendah. Oleh karena itu, penyakit Vascular Streak Dieback lebih mudah tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dibandingkan dengan yang beriklim kering (Manfred Borer, 2012).

2.2. Morfologi klon kakao

Adapun jenis klon yang digunakan: Klon 45 (Mcc 02)

Bentuk daun early memiliki kemiripan dengan klon sulawesi 1. Daun berbentuk ramping dan panjang permukaan daun kasar. Adapun jenis daun klon 45 early, medium, late. Jenis daun (Early) lebar rata-rata 63,76 cm dan panjang daun (Early) mencapai rata-rata 8,06 cm, (Medium) mencapai rata-rata 6,7 dan panjang mempunyai rata-rata 20,52, Kemudian daun (Late) lebarnya 12,62 cm, dan panjangnya 22,12 cm.

Bentuk buah bulat, bagian atasnya berbentuk leher botol dan tidak terlalu panjang, buah berwarna merah, permukaan kulit tidak terlalu kasar, bentuk biji lebar pipih, dengan rata-rata jumlah biji/100 gr 47. Klon 45 mempunyai potensi produksi sekitar 2,42 ton/ha/thn. Dengan kadar lemak 51,30%. Tahan terhadap hama Penggerek Buah Kakao dan penyakit Vascular Streak Dieback. Kekurangan dari klon 45 ini rentan terserang penyakit Busuk Buah Kakao (Black pod), penyakit Antraknosa serta cepat berkecambah. (Dapat dilihat pada gambar 2.1)

(20)

8

Gambar 2.1. klon 45 (Mcc 02) Klon M01 (Mcc 01)

Daun berbentuk lebar, panjang dan runcing. Adapun jenis daun klon M01 Early, Medium, Late. Jenis daun (Early) lebar rata-rata 7,26 cm dan panjang daun (Early) mencapai rata-rata 7,14, cm (Medium) mencapai rata-rata 7,26 cm dan panjang mempunyai rata-rata 16,48 cm Kemudian daun (Late) lebarnya 7,26 cm dan panjangnya 33,58 cm. Bentuk buah bulat pendek berwarna hijau, permukaan kulit agak kasar dan tipis, pangkal buah runcing tanpa leher botol, panjang buah rata-rata 14,2 cm, dan diameter rata-rata 8,35 cm dan alur buahnya dangkal berwarna hijau.

Rata-rata jumlah biji/100 gr 47. Bentuk biji oval bulat dengan rata-rata jumlah biji/100 gram 42. Klon ini dapat melakukan penyerbukan sendiri dan laju pembungaanya yang cepat. Potensi produksi klon M01 mencapai 2,66 ton/ha/thn. Klon ini mempunyai kadar lemak 48,90 % dan rentan terhadap hama Penggerek Buah Kakao dan penyakit Vascular Streak Dieback tetapi toleran terhadap penyakit Busuk Buah Kakao (Black pod). (Dapat dilihat pada gambar 2.2.)

(21)

9

Gambar 2.2. klon M01 (Mcc 01)

Klon Sulawesi 2

Daun klon Sulawesi 2 berbentuk bulat dan ujung meruncing dan ukuran kecil hingga sedang. Tekstur daun kakao klon Sulawesi 2 bertekstur bergelombang dan tulang-tulang daun jelas. Pada klon Sulawesi 2 memiliki jenis daun Earley, medium dan late. panjang rata-rata daun (Earley) yaitu 8,5 cm dan lebar rata-rata daun (Earley) mencapai 3,5 cm, panjang daun (Medium) 15,6 cm dan lebar daun (Medium) mencapai rata-rata 7 cm, panajng daun (Late) yaitu mencapai rata-rata 23,6 cm dan lebar daun (Late) mencapai rata-rata 11,5 cm. Buah klon Sulawesi 2 memiliki alur yang dangkal. Buah muda berwarna merah tua yang kelihatan kusam dan buah masak berwarna orange. Buah berbentuk elips, ukuran sedang dan kulit buah klon Sulawesi 2 memiliki kulit yang relatif agak tipis. Pada klon Sulawesi 2, klon ini memiliki keunggulan yang dapat berbuah sepanjang tahun atau tidak kenal musim dan memiliki buah yang banyak.

Dengan jumlah rata-rata 29 biji/ 100 gram. Klon Sulawesi 2 dapat berbunga dan penyerbukan yang cepat. Klon Sulawesi 2 juga dapat berproduksi sepanjang tahun. Klon Sulawesi 2 tahan terhadap serangan penyakit Busuk Buah (Dapat dilihat pada gambar 2.3.)

(22)

10

Gambar 2.3. klon Sulawesi 2 2.3. Deskripsi klon kakao

Adapun jenis klon yang digunakan yaitu: Klon 45 (Mcc 02)

Klon Mcc 02 pada awalnya dikembangkan oleh petani kakao di Kabupaten Luwu tepatnya di Masamba dengan nama awal 45 sebagai varietas unggul lokal. Setelah diresmikan oleh Pemerintah sebagai varietas baru maka 45 diubah menjadi klon Mcc 02 melengkapi klon yang telah dulu ada, daya tahan klon Mcc 02 terhadap serangan hama dan penyakit. Klon Mcc 02 telah mendapatkan sertifikat Kementrian Pertanian RI dan dianggap layak digunakan secara luas oleh masyarakat. Mcc 02 memiliki kenggulan biji berbentuk elips memanjang, permukaan pipih, berat perbiji 1,61 gram, kadar kulit biji 12 persen, dan kadar lemak 49,2 persen. Mcc 02 juga memiliki ketahanan terhadap hama Penggerek Buah Kakao, penyakit Vascular Streak Dieback dan penyakit Busuk Buah atau Phytophtora Palmivora. Mcc 02 dapat menghasilkan jumlah buah tiap pohon rata-rata 86 dan dapat mencapai produksi tiga ton per hektar.

(23)

11

Klon M01 (Mcc 01)

Klon M01 merupakan nama jenis kakao asal Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dikenal di masyarakat dengan nama Mcc 01. Klon ini dikenal sebagai tanaman kakao penghasil buah berbiji besar. Mcc 01 memiliki produksi mencapai 3,69 ton/ha/tahun, sedangkan kadar lemak-nya bisa mencapai 50%. Berat biji dari klon Mcc 01 yaitu 1,75gram. Terkait ketahanan hama-Nya, klon ini relatif rentan terhadap penyakit Vascular Streak Dieback tetapi lebih tahan terhadap hama Penggerek Buah Kakao.

Klon Sulawesi 2

Klon Sulawesi 2 merupakan klon kakao yang berasal dari kakao Sulawesi, bukan hanya dikembangkan di Sulawesi tetapi klon tersebut telah digunakan hampir seluruh petani di Indonesia yang mengembangkan klon ini. Klon Sulawesi 2 telah mendapatkan sertifikat dari pemerintah di Indonesia. Klon ini mampu menghasilkan produksi tinggi karena setiap pohon yang tumbuh dari klon ini mampu menghasilkan buah kakao hingga 300 buah per pohon. Kadar lemak mencapai 45-47%. Untuk ketahanan hama klon Sulawesi 2 yang meresahkan petani kakao di Indonesia karena klon Sulawesi 2 lebih rentan terhadap penyakit Vascular Streak Dieback.

(24)

12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan April 2018 yang bertempat dikebun petani yang bekerja sama dengan Mars Cocoa Research Station, yang berlokasi di Desa Tarengge Kabupaten Luwu Timur.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat melakukan pengamatan antara lain alat tulis menulis, kamera, kalkulator, dan plastik label. Pohon kakao sebanyak lima belas pohon yang terdiri dari lima pohon klon 45, lima pohon klon MO1,dan lima pohon klon Sulawesi 2.

3.3. Jenis Penelitian

Pengamatan ini menggunakan metode observasi, yaitu suatu metode percobaan yang dilakukan melalui kegiatan pengamatan langsung terhadap daun, ranting, dan cabang dari tanaman kakao, dimana kakao yang dipilih adalah kakao dengan klon yang berbeda.

Pengumpulan data pendukung dilakukan dengan cara:

Data primer diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan dengan melihat atau memperhatikan tanda-tanda adanya gejala penyakit Vascular Streak Dieback.

3.4. Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan dengan metode Purpossive Sampling (mengambil sampel secara sengaja) yaitu memilih kakao klon 45, M01 dan klon Sulawesi 2 dalam satu kebun, dengan pertimbangan karena ketiga klon ini termasuk klon

(25)

13

yang unggul di Desa Tarengge Kabupaten Luwu Timur, dengan melakukan pengamatan mengenai ketahanan dan kerentanan dari ketiga klon ini. Dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel kakao klon 45, klon M01 dan klon Sulawesi 2 menggunakan satu petani dan satu kebun yang bekerja sama dengan Mars Cocoa Research Station sebagai bahan pengamatan penyakit Vascular Streak Dieback

b. Menentukan lima belas pohon kakao (klon 45, klon MO1, dan klon Sulawesi 2) untuk dijadikan sebagai sampel, dalam satu klon terdapat lima pohon yang akan diamati. Dimana penentuan sampel dan klon dimaksud untuk mengenali serta mengetahui jumlah serangan penyakit Vascular Streak Dieback.

c. Membagi empat dari berbagai sisi pohon kakao berdasarkan arah mata angin, yaitu Utara, Timur, Barat, dan Selatan masing-masing di kategorikan 25% sehingga dalam satu pohon menjadi 100%.

d. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat apakah ada batang, cabang, ranting dan daun kakao (klon 45, klon MO1, dan klon Sulawesi 2) yang terserang penyakit Vascular Streak Dieback berdasarkan arah mata angin.

e. Menghitung jumlah pohon kakao (batang, cabang, ranting, dan daun) berdasarkan arah mata angin yaitu Utara, Timur, Barat, dan Selatan.

f. Adapun rumus yang digunakan yaitu: I= PTJK × 25%

Keterangan

I : Intensitas serangan PT: Pohon terserang

(26)

14

JK: Jumlah keseluruhan

Sumber: PT Mars Tarengge, Kabupaten Luwu Timur.

g. Pengamatan dilakukan selama tiga minggu dengan interval waktu satu minggu. h. Menghitung masing-masing jumlah persentase pohon yang terserang penyakit

Vascular Streak Dieback berdasarkan pengamatan pada minggu pertama sampai pengamatan pada minggu ketiga

i. Menentukan rata-rata jumlah serangan

j. Kategori serangan penyakit Vascular Streak Dieback yang digunakan pada saat melakukan pengamatan di lapangan yaitu:

1. Tidak ada serangan : 0% Serangan 2. Serangan ringan : ≤ 10% Serangan 3. Serangan sedang : 25-50% Serangan 4. Serangan berat : ≥ 50% Serangan

Gambar

Gambar 2.1. klon 45 (Mcc 02)  Klon M01 (Mcc 01)
Gambar 2.2. klon M01 (Mcc 01)
Gambar 2.3. klon Sulawesi 2  2.3. Deskripsi klon kakao

Referensi

Dokumen terkait

Persekutuan bagi Remaja-Pemuda (13-25th) Mengundang segenap Remaja-Pemuda (13-25th) untuk bergabung dalam Persekutuan SNG yang diadakan secara online (SNG Online

Perseroan optimis dana tersebut dapat terserap seluruhnya hingga akhir tahun ini dikarenakan kerja sama dengan produsen semen yang pasar utamanya berada di Kawasan

Cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru, harus dilakukan dengan cara membangun sebuah masyarakat sipil yang demokratis, dengan penegakkan hukum untuk

perbuatan baik yang dilakukan oleh hamba Allah SWT yang beriman dan beramal saleh. Kenikmatan yang tak terbayangkan, sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Salah satu senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2

Berdasarkan pada jumlah bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan kemudian dilakukan survey penilaian secara objektif yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan

a. Seni Rupa Tradisional, adalah seni rupa yang dibuat dengan pola, aturan, atau pakem tertentu sebagai pedoman dalam berkarya seni dan dibuat berulang-ulang

Saat nilai yang dikembalikan adalah FALSE maka baris program selanjutnya akan memanggil method copyDatabase yang akan berusaha menyalin file database yang ada di dalam folder