• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Transportasi

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengubah tempat dari barang dan penumpang ke tempat lain (Salim,2000). Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana, dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa (Hadihardaja dkk, 1997).

Didalam buku Perencanaan, Pemodelan & Rekayasa Transportasi, Z Tamin (1997) berpendapat bahwa sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya termasuk pada sistem transportasi. Perubahan pada komponen kegiatan (aktivitas tata guna lahan) dan sistem transportasi (jaringan jalan) akan menyebabkan perubahan pada komponen sistem pergerakan. Sehingga dapat dikatakatan bahwa sistem pergerakan merupakan fungsi dari keberadaan sistem kegiatan dan sistem transportasi.

Menurut (Ofyar Z Tamin, 1997) transportasi diselenggarakan dengan tujuan : 1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur.

2. Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem transportasi nasional.

3. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan sosial.

Tingkat kebutuhan manusia dalam memperoleh suatu barang tidak lepas dari perpindahan suatu tempat yang tidak mampu terjangkau dengan jalan kaki atau jarak dekat yang dapat berjalan kaki. Oleh karena itu, terdapat dua pilihan dalam

(2)

24

menunjang pergerakan perpindahan tersebut yaitu berbgerak dengan moda transportasi atau tidak dengan moda trasportasi (berjalan kaki).

Menurut Purnomo Sugeng (2015), transportasi adalah kegiatan perpindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kegiatan transportasi terdapat dua unsur yang penting yaitu perpindahan dan secara fisik mengubah tempat dari barang dan penumpang ke tempat lain.

Suatu transportasi dikatakan dengan baik apabila waktu perjalanan cukup cepat dan tidak mengalami kecelakaan, frekuensi pelayanan cukup, serta aman (bebas dari kemungkinan kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang nyaman (Miro, 1997). Faktor yang menjadi komponen transportasi untuk mencapai kondisi yang ideal yaitu kondisi prasaranan jalan serta sistem jaringan kondisi sarana dan kondisi pelayanan transportasi yang nyaman sehingga mobilitas transportasi lancar. Menurut Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Alat pendukung apa yang dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini bisa bervariasi tergantung pada:

• Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut. • Jarak antara suatu tempat ke tempat lain. • Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005, sistem transportasi adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.

(3)

Sistem Transportasi adalah gabungan dari beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi, perubahan pada satu komponen akan memberikan perubahan pada komponen lainya (Tamin, 2008). Sistem Transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masng saling berkaitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar pada gambar 2.1 berikut ini

Sumber: Tamin, 2008

GAMBAR 2. 1 SISTEM TRANSPORTASI MAKRO

Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Manusia perlu bergerak karena kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi di tempat berada. Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan (sistem mikro yang pertama) mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan. Pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain - lain. Interaksi yang terjadi antara sistem kegiatan dengan sistem jaringan menghasilkan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik (Tamin, 2008).

(4)

26

Usaha untuk menjamin terwujudnya sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat sistem mikro tambahan lainnya yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi individu, kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro tersebut (Tamin 2008).

2.2 Transportasi Darat

Moda transportasi darat adalah sebuah kegiatan perpindahan barang atau perjalanan bagi orang dari asal menuju ke tempat tujuan dengan beberapa moda yang bermacam jenis dan sarana untuk mendukung kegiatan tersebut. Moda transportasi darat sering dianggap identik dengan moda transportasi jalan raya (Warpani, 1990). Moda transportasi darat terdiri dari berbagai varian jenis alat transportasi dengan ciri khusus. Menurut Miro (2012), Transportasi darat dapat di klasifikasikan menjadi:

1. Geografis Fisik, terdiri dari moda transportasi jalan rel, moda transportasi perairan daratan, moda transportasi khusus dari pipa dan kabel serta moda transportasi jalan raya.

2. Geografis Administratif, terbagi atas transportasi dalam kota, ransportasi desa, transportasi kota dalam provinsi (AKDP), transportasi antar-kota antara-provinsi (AKAP) dan transportasi lintas batas antar-negara (internasional).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan /atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Berdasarkan komponen prasarana transportasi terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1. Jalan yang berupa jalur gerak seperti jalan raya, jalan baja, jalan air, jalan

(5)

2. Terminal yang berupa suatu tempat pemberhentian alat transportasi guna menurunkan atau menaikkan penumpang dan barang seperti:

 Terminal jalan raya (stasiun bus, halte bus, dll.)

 Terminal jalan rel yaitu stasiun kereta api

 terminal jalan khusus seperti gudang dll.

TABEL II. 1 BENTUK MODA TRANSPORTASI UMUM DARAT MENURUT JANGKAUAN WILAYAH PELAYANAN

No.

Jangkauan (Wilayah Pelayanan)

Moda Transportasi Bentuk Transportasi Secara Fisik Hirarki Kewilayahan Batas Administrasi

1. LOKAL Desa dan

Kora

Moda Transportasi lokal atau moda transportasi desa dan kota

Minibus,sepeda,sepeda motor,gerobak,bus kota, bajaj, bemo, kereta api, becak, truk dan lain-lain.

2. REGIONAL Dalam Provinsi Moda transportasi regional atau moda transportasi antar kota dalam provinsi(AKDP)

Bus

kecil/sedang,Minibus,truk sedang/besar,kereta api, dan lain lain.

3. NASIONAL Antar Provinsi Moda transportasi nasional atau moda transportasi antar-kota antar provinsi(AKAP) Bus sedang/besar,truk sedang/besar,kereta api, dan lain lain.

4. INTERNASIONAL Antar Negara Moda transportasi internasional atau moda transportasi lintas negara

Bus besar, truk besar, kereta api, dan lain lain.

Sumber :Pandensolang, 2015

Dari Tabel II.1 kereta api merupakan salah satu moda transportasi umum yang jangkauan pelayanannya paling luas, mulai dari desa menuju kota hingga antar negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 5, peran jalan dibagi menjadi 3 yaitu:

(6)

28

1. Sebagai prasarana transportasi : mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, politik, hankam, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Sebagai prasarana distribusi barang dan jasa : merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan : menghubungkan dan mengikat seluruh Wilayah Republik Indonesia.

2.3 Stasiun Kereta Api 2.3.1 Definisi dan Fungsi

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi darat yang vital bagi masyarakat baik sebagai penghubung antar-kota maupun dalam kota. Dalam hal ini, stasiun kereta api memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api itu sendiri. Fungsi stasiun kereta api tidak hanya sebagai halte pemberhentian belaka melainkan sebagai fasilitas transitatau tempat kegiatan datang dan pergi para penumpang, sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap kota yang dilalui perjalanan kereta api.

Stasiun merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi yang berfungsi sebagai pelayanan umum yaitu tempat untuk naik turun penumpang atau bongkar muat barang untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat pemberhentian intra atau antar moda transportasi. Sesuai dengan fungsi tersebut,maka dengan adanya stasiun berperan menunjang tersedianya jasa transportasi sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan aman,cepat, tepat, dan teratur.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, Stasiun adalah tempat dimana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Stasiun merupakan fasilitas sarana transportasi sebagai tempat pemberhentian dan keberangkatan kereta api yang melayani rute dalam kota atau luar kota. Stasiun dulu sering disebut sebagai halte kereta api karena sebagai tempat naik – turunnya penumpang.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 tahun 2011 tentang standar pelayanan minimum untuk angkutan orang dengan kereta api, Stasiun

(7)

Kereta Api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Dan juga Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 tahun 2011 tentang Persyaratan teknis bangunan stasiun kereta api, Stasiun Kereta Api merupakan prasarana kereta api sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Stasiun kereta api bukan hanya menjadi tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api maupun tempat naik – turun penumpang melainkan sebagai tempat pergantian moda transportasi di perkotaan. Menurut (Soebianto, 1979) stasiun dapat dibagi menurut apa saja yang harus diangkut, terdapat dua jenis yakni :

1. ) Stasiun penumpang terdiri atas gedung –gedung stasiun dengan peron – peron dan kelengkapan – kelengkapan lain – lainnya, digunakan untuk mengangkut orang,bagasi, pos, dan barang hantaran.

2. ) Stasiun barang terdiri atas gudang –gudang barang, tempat muat dan bongkar dan kelengkapan –kelengkapan lainnya yang diperlukan untuk mengangkut barang.

2.3.2 Jenis Stasiun

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Pengoperasian Kereta Api Jenis-Jenis stasiun yang dibedakan berdasarkan perjalanan suatu rangkaian kereta api, adalah :

1. Stasiun Awal perjalanan kereta api merupakan stasiun asal perjalanan kereta api sebagai tempat untuk menyiapkan rangkaian kereta api dan memberangkatkan kereta api

2. Stasiun Antara perjalanan kereta api merupakan stasiun tujuan terdekat dalam setiap perjalanan kereta api yang menerima kedatangan dan memberangkatkan kembali kereta api atau dilewati kereta api yang berjalan langsung.

3. Stasiun Akhir perjalanan kereta api merupakan stasiun tujuan akhir perjalanan kereta api yang menerima kedatangan kereta api

4. Stasiun Pemeriksa Perjalanan Kereta Api merupakan stasiun awal perjalanan kereta api dan stasiun antara tertentu yang ditetapkan sebagai stasiun pemeriksa dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA).

(8)

30

5. Stasiun batas merupakan stasiun sebagai pembatas perjalanan kereta api karena adanya stasiun yang ditutup.

A. Fungsi stasiun terhadap pemakainya

1. Stasiun penumpang, berfungsi untuk menaikan penumpang ataupun menurunkan penumpang dari kereta api.

2. Stasiun barang, berfungsi untuk menaikan barang atau menurunkan barang dari kereta api khusus barang. Biasanya stasiun barang ini terpisah dari stasiun penumpang.

3. Stasiun langsiran, berfungsi hanya sebagai langsiran kereta api. Atau bisa juga digunakan sebagai tempat menyimpan gerbong-gerbong kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.

b. Posisi Stasiun terhadap jaringan jalur kereta.

1. Stasiun terminal, adalah sebuah stasiun yang berfungsi sebagai tempat dimana awal mula kereta api memulai perjalananya, dan menjadi akhir kereta api tersebut mengakhiri perjalananya.

2. Stasiun persilangan, adalah sebuah stasiun yang berfungsi sebagai tempat untuk naik turunnya penumpang ditengah-tengah perjalanan kereta api tersebut.

3. Stasiun lintasan adalah sebuah stasiun yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara kereta api dikarenakan menunggu kereta api lain untuk lewat agar tidak terjadi tabarakan pada lintasan kereta api. c. Ukuran Stasiun

1. Stasiun kecil, biasanya berada di kota kecil atau daerah terpencil yang masih dilalui oleh jalur lintasan kereta api. Stasiun kecil mampu menampung hingga ± 3.000 penumpang/hari.

2. Stasiun sedang biasanya ada yang berada pada kota kecil, namun ada juga yang berada pada kota besar. Stasiun sedang ini mampu menampung hingga ± 8.000 penumpang/hari.

3. Stasiun besar adalah stasiun kereta api yang biasanya hanya terdapat di kota besar saja. Stasiun besar merupakan stasiun utama pada suatu kota. Karena stasiun besar biasanya padat oleh lalu lalang kereta api serta ramai

(9)

pengunjung yang datang. Stasiun besar dapat menampung hingga ± 20.000 penumpang/hari.

2.3.3 Peran Stasiun Sebagai Simpul

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 49 tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) di jelaskan bahwa simpul transportasi adalah suatu tempat yang berfungsi untuk kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang, mengatur perjalanan serta tempat perpindahan intramoda dan antarmoda. Keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda/multimoda yang efektif dan efisien diwujudkan dalam bentuk interkoneksi pada simpul transportasi yang berfungsi sebagai titik temu yang memfasilitasi alih moda yang dapat disebut sebagai terminal antarmoda (intermodal terminal). Sebagai simpul (node) jaringan transportasi, stasiun merupakan peralihan model transportasi kereta api dengan kendaraan penumpang umum, yang menghubungkan pusat-pusat aktifitas dan terminal kendaraan jenis lainnya. Selain itu, secara lebih luas stasiun kereta api sebagai titik awal pergerakan penumpang dan barang dapat menjadi katalis bagi aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya kawasan. Katalis ini berkembang lebih luas dan berkelanjutan menjadi generator pergerakan bagi kawasan sekitarnya.

menurut Wunas, (2009) yaitu Transit Corridor dan Transit Nodes. Transit corridor adalah mixed-use yang mengutamakan transit karena terletak pada koridor jalan utama, sedangkan transit nodes adalah mixed-use yang mengutamakan simpul kegiatan untuk kebutuhan sosial, ekonomi, rekreasi dan parkir. Park and Ride, secara umum didefenisikan sebagai perilaku parkir pada fasilitas parkir tertentu dan berpindah ke transportasi publik untuk melakukan perjalanan ke satu tujuan. Sistem parkir ini banyak diterapkan sebagai bagian dari manajemen transportasi. (O’Flaherly, 1997).

(10)

32

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan PM. 33 Tahun 2011 stasiun penumpang dikelompokkan dalam kategori kelas stasiun yaitu:

f. Kelas besar 1. Kelas A 2. Kelas B 3. Kelas C b. Kelas Sedang 1. Kelas 1 c. Kelas Kecil 1. Kelas 2 2. Kelas 3

Pengelompokan kelas stasiun sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan kriteria : a. Fasilitas operasi 1. Peralatan persinyalan 2. Peralatan telekomunikasi 3. Instalasi listrik b. Jumlah jalur

1. Lebih dari 10 jalur 2. 6 sampai 10 jalur 3. Kurang dari 6 jalur c. Fasilitas Penumpang

1. Penunjang

2. Penunjang khusus

d. Frekuensi lalu lintas, yaitu pergerakan kereta api per hari yang terdiri dari 1. Kereta api berhenti

2. Kereta api langsung e. Jumlah penumpang

1. Lebih dari 50.000 2. 10.000 sampai 50.000 3. Kurang dari 10.000 f. Jumlah barang

(11)

1. Lebih dari 150 ton

2. 100 sampai dengan 150 ton 3. Kurang dari 100 ton

2.3.4 Fasilitas Penunjang Stasiun

Menurut peraturan menteri perhubungan no 63 tahun 2019 stasiun kereta api wajib memiliki fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Tanpa adanya fasilitas-fasilitas tersebut maka stasiun tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Fasilitas-fasiliatas tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Fasilitas Penunjang Bagi Kereta Api

1) Menara Pengawas Sebuah bangunan yang bertujuan untuk mengawasi kereta api yang akan datang ke stasiun dan mengabarkanya pada pihak stasiun

2) Jembatan Pemutar (Turntable) Lokomotif Jembatan yang berguna untuk memutar lokomotif kereta api 180 derajat. 37

3) Fasilitas Angkutan Barang Sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang yang biasanya berupa petikemas yang kemudian diangkut oleh kereta api untuk dikirimkan ke kotakota lain.

b. Fasilitas Penunjang Bagi penumpang 1. Keselamatan 2. Keamanan 3. Kehandalan 4. Kenyamanan 5. Kemudahan, dan 6. Kesetaraan

Adapun jenis pelayanan dan uraian fasilitas penunjang bagi penumpang uraiannya dapat dilihat dalam tabel II.2.

(12)

34

TABEL II. 2 STANDAR PELAYANAN MINIMUM PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API

No Jenis Pelayanan

Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

Stasiun Kecil Stasiun Sedang Stasiun Besar

1 Keselamatan a. Informasi dan fasilitas keselamatan Ketersediaan informasi dan peralatan penyelamatan darurat dalam bahaya (kebakaran,kecelakaan, atau bencana alam)

 Ketersediaan  Jumlah  Kondisi Informasi dan peralatan keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain :

Alat Pemadam kebakaran (APAR) ukuran kecil dan ukuran besar, yang dilengkapi informasi masa kadaluwarsa, dan tersedia di : -Ruang tidak bertiket dalam Informasi dan peralatan keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain : Alat Pemadam kebakaran (APAR) ukuran kecil dan ukuran besar, yang dilengkapi informasi masa kadaluwarsa, dan tersedia di : -Ruang tidak Informasi dan peralatan keselamatan mudah terlihat dan terjangkau, antara lain : Alat pemadam kebakaran (APAR) ukuran kecil (APAR) dan ukuran besar, yang dilengkapi informasi masa kadaluwarsa, dan tersedia di: • APAR belum kadaluwarsa dan dilengkapi indikator petunjuk jarum tekanan berwarna hijau. • Penempatan APAR, disesuaikan dengan kondisi ruang pada stasiun. • Perlengkapan

smoke detector, springkler, hydrant, fire alarm dan

sejenisnya hanya untuk bangunan stasiun baru yang

(13)

stasiun minimal 1(satu) unit APAR 3kg -Area Bertiket minimal dua (2) unit Alat Pemadam api ukuran 10kg Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi; Emergancy call bertiket dalam stasiun minimal 2(dua ) unit APAR 3kg. -Area Bertiket minimal tiga (3) unit Alat Pemadam api ukuran 10kg. Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi; Emergancy call dan Tombol Alarm untuk kondisi darurat -Ruang tidak bertiket dalam stasiun minimal 3(tiga ) unit APAR 3kg.

-Area Bertiket minimal 4 (4) unit Alat Pemadam api ukuran 10kg. Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi; Emergancy call Tombol Alarm untuk kondisi darurat dan Sistem pemadam kebakaran untuk Bangunan fasilitas umu (smoke detector,springkler, hydrant, fire alarm)

dibangun di atas tahun 2019. Stasiun yang dibangun sebelum tahun 2019 dapat dilakukan penyesuain bertahap sesuai dengan situasi dan kondisi b. Informasi dan fasilitas kesehatan Informasi ketersediaan dan fasilitas Ketersediaan Jumlah Informasi dan fasilitas kesehatan Informasi dan fasilitas kesehatan yang mudah terlihat

Informasi dan fasilitas kesehatan yang mudah terlihat

(14)

36 kesehatan untuk penanganan keadaan darurat yang mudah terlihat dan terjangkau antara lain ; Fasilitas obat-obatan Minimal satu (1) kursi roda layak pakai. Minimal satu (1) unit Tandu layak pakai. Minimal 1 (satu) Tabung oksigen berat minimal 0,5 m3 dan terjangkau, antara lain: Pos kesehatan (Poskes) beserta fasilitas obat obatan,petugas paramedic dan fasilitas kerja(stetoskop,Ten si Meter, Tempat tidur pasien). Minimal dua (2) unit kursi roda layak pakai. Minimal dua(2) unit tandu layak pakai. Minimal 2 (dua) Tabung oksigen berat minimal 0,5 m3 dan terjangkau, antara lain: Pos kesehatan (Poskes) beserta fasilitas obat obatan,petugas paramedic dan fasilitas kerja(stetoskop,Ten si Meter, Tempat tidur pasien). Minimal tiga (3) unit kursi roda layak pakai. Minimal dua(2) unit tandu layak pakai. Minimal 3 (tiga) Tabung oksigen berat minimal 0,5 m3 c. Lampu Penerangan

Berfungsi sebagai sumber cahaya di wesel untuk mencegah potensi tindakan kriminal Intensitas cahaya Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux Tersedia lampu penerangan dengan intenstitas cahaya minimal 200 lux Tersedia lampu penerangan dengan intenstitas cahaya minimal 200 lux Dikecualikan pada stasiun yang sudah steril/ ruang tertutup

(15)

d. Peron Merupakan lantai stasiun yang sejajar dengan lantai kereta, berfungsi sebagai tempat tunggu dan aksesibilitas penumpang naik/turun

Ketersediaan. Kondisi

Celah (gap) antar tepi peron dengan badan kereta tidak membahayakan anak dibawah umur serta penumpang yang menggunakan kursi roda serta; Selisih ketinggian lantai peron stasiun 20cm dengan lantai kereta; Lantai Peron stasiun bebas dari kegiatan

komersial,tidak licin dan tidak tergenang air, serta dilengkapi dengan : Marka petunjuk/pembatas antrean naik / turun penumpang. Marka /guiding block untuk

Celah (gap) antar tepi peron dengan badan kereta tidak membahayakan anak dibawah umur serta penumpang yang menggunakan kursi roda serta; Selisih ketinggian lantai peron stasiun 20cm dengan lantai kereta;

Lantai Peron stasiun bebas dari kegiatan

komersial,tidak licin dan tidak tergenang air, serta dilengkapi dengan : Marka

petunjuk/pembatas antrean naik / turun penumpang. Marka /guiding

block untuk

penunjuk jalan bagi penumpang tuna

Celah (gap) antar tepi peron dengan badan kereta tidak membahayakan anak dibawah umur serta penumpang yang menggunakan kursi roda serta; Selisih ketinggian lantai peron stasiun 20cm dengan lantai kereta;

Lantai Peron stasiun bebas dari kegiatan

komersial,tidak licin dan tidak tergenang air, serta dilengkapi dengan : Marka

petunjuk/pembatas antrean naik / turun penumpang. Marka /guiding

block untuk

penunjuk jalan bagi penumpang tuna Celah/gap peron – pintu kereta maksimal : 20cm. Untuk selisih ketinggian > 20cm, sementara dapat disediakan bancik atau ramp.Khusus stasiun baru yang mulai dibangun tahun 2019 level harus sejajar antara peron dan lantai kereta.

Safety line tidak

licin.

Safety line minimal

(16)

38 penunjuk jalan bagi penumpang tuna netra. Tersedia Safety line atau PSD (platform screen door). netra.

Tersedia Safety line atau PSD (platform

screen door).

netra.

Tersedia Safety line atau PSD (platform

screen door).

e. Kanopi peron stasiun

Merupakan atap stasiun yang melindungi penumpang dari hujan dan panas Ketersediaan Kondisi Tersedia kanopi peron dengan panjang menyesuaikan panjang peron stasiun, yang bisa melindungi penumpang dari panas dan hujan,dengan kondisi terang pada siang dan malam hari Tersedia kanopi peron dengan panjang menyesuaikan panjang peron stasiun, yang bisa melindungi penumpang dari panas dan hujan,dengan kondisi terang pada siang dan malam hari

Untuk peron stasiun ruang tertutup pada siang hari tetap menjamin intesitas cahaya minimal 200 lux sesuai Standar SNI 2017. Dapat dipenuhi secara bertahap f.Assembly point (titik berkumpul)

Area untuk penumpang dan lain-lain berkumpul apabila terjadi keadaan darurat

Ketersediaan Kondisi

Tersedia minimal 1 (satu) assembly

point area di tiap

stasiun yang ditujukan dengan penanda / signage

Tersedia minimal 1 (satu) assembly

point area di tiap

stasiun yang ditujukan dengan penanda / signage

Tersedia minimal 1 (satu) assembly

point area di tiap

stasiun yang ditujukan dengan penanda / signage Luas titik berkumpul menyesuaikan dengan proporsi jumlah peakhour (jam tersibuk) penumpang di

(17)

stasiun dan khusus stasiun atas ( elevated ) menyesuaikan area 2. KEAMANAN a.Fasilitas keamanan Fasilitas keamanan merupakan peralatan untuk mencegah tindakan criminal Ketersediaan. Jumlah. Tersedianya CCTV yang merekam: Proses naik/turun penumpang di peron. Proses penumpang masuk/keluar stasiun. Pergerakan orang di Area tidak bertiket. Pergerakan orang di area bertiket. Tersedianya CCTV yang merekam: Proses naik/turun penumpang di peron. Proses penumpang masuk/keluar stasiun. Pergerakan orang di Area tidak bertiket. Pergerakan orang di area bertiket. Tersedianya CCTV yang merekam: Proses naik/turun penumpang di peron. Proses penumpang masuk/keluar stasiun. Pergerakan orang di Area tidak bertiket. Pergerakan orang di area bertiket. Rekaman CCTV tersimpan minimal 1 minggu dengan resolusi berkualitas bagus dan jelas.

b. Petugas keamanan

Orang yang bertugas menjaga kemanan,ketertiban,dan kelancaran sirkulasi pengguna jasa di stasiun,serta membantu  Ketersediaan.  Jumlah. Tersedia petugas berseragam dan mudah dilihat. Minimal 1 (satu) orang dengan Tersedia petugas berseragam dan mudah dilihat. Minimal 6 (enam) orang dengan Tersedia petugas berseragam dan mudah dilihat. Minimal 9 (sembilan) orang Petugas pengamanan menguasai dasar-dasar bela diri dan penggunaan

(18)

40 penumpang dengan kebutuhan khusus. penempatan disesuaikan dengan kondisi stasiun penempatan disesuaikan dengan kondisi stasiun dengan penempatan disesuaikan dengan kondisi stasiun antara lain borgol,P3K APAR, tongkat pemukul, HT dan lain lain. c. Informasi gangguan keamanan Informasi yang disampaikan kepada penumpang apabila mendapat gangguan keamanan  Ketersediaan.  Bersifat Informatif Tersedia stiker yang mudah terlihat dan jelas terbaca dengan penyebaran menyesuaikan luas stasiun, yang berisi informasi tentang No Telp/HP: Polsek/Polres setempat dan /atau

Call center

Tersedia stiker yang mudah terlihat dan jelas terbaca dengan penyebaran menyesuaikan luas stasiun, yang berisi informasi tentang No Telp/HP: Polsek/Polres setempat dan /atau

Call center

Tersedia stiker yang mudah terlihat dan jelas terbaca dengan penyebaran menyesuaikan luas stasiun, yang berisi informasi tentang No Telp/HP: Polsek/Polres setempat dan /atau

Call center

d. Lampu penerangan

Berfungsi sebagai sumber cahaya di stasiun untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jasa

Intensitas. Luas ruangan. Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux untuk area public

Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux untuk area public

Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux untuk area public

Perhitungan standar pengcahayaan menggunakan SNI 2017 3. KEHANDALAN / KETERATURAN a.Layanan penjualan

Penjualan dan penukaran tiket kereta api

 Ketersedian  Jumlah  Kecepatan -Tersedia loket tiket manual dan/atau vending -Tersedia loket tiket manual dan/atau vending -Tersedia loket tiket manual dan/atau vending

Untuk kereta api perkotaan, tidak perlu informasi ada/

(19)

tiket Pelayan machine serta papan informasi tata cara pembelian dan top-up -Layanan penjualan tiket manual 180 detik per transaksi -Tersedia informasi ada / tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA machine serta papan informasi tata cara pembelian dan top-up

-Layanan penjualan tiket manual 180 detik per transaksi -Tersedia informasi ada / tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA

machine serta

papan informasi tata cara pembelian dan top-up

-Layanan penjualan tiket manual 180 detik per transaksi -Tersedia informasi ada / tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA

tidak adanya tempat duduk b. Informasi Jadwal Operasi dan Peta Jaringan Pelayanan Kereta Api

Papan Jadwal Operasi dan Peta jaringan Pelayanan Kereta Api  Ketersediaan  Kondisi  Akurasi Informasi -Teredia Peta Jadwal Operasi dan Peta Jaringan Pelayanan Kereta Api, yang mudah terbaca

-Peta terpasang diarea tidak bertiket dan area bertiket

-Teredia Peta Jadwal Operasi dan Peta Jaringan Pelayanan Kereta Api, yang mudah terbaca

-Peta terpasang diarea tidak bertiket dan area bertiket

-Teredia Peta Jadwal Operasi dan Peta Jaringan Pelayanan Kereta Api, yang mudah terbaca

-Peta terpasang diarea tidak bertiket dan area bertiket

Papan informasi minimal terpasang di hall utama stasiun

c. Informasi Kedatangan  Informasi tentang waktu kedatangan  Ketersediaan  Terbaca -Tersedia informasi dengan -Tersedia informasi dengan pengeras -Tersedia informasi dengan display dan

(20)

42 Kereta dan Gangguan Perjalanan kereta api berikutnya  Informasi tentang gangguan perjalanan yang terjadi (visual) dan terdengan jelas (audio)  Akurasi Informasi pengeras suara di peron stasiun untuk informasi informasi kedatangan kereta api berikutinya serta gangguan perjalanan yang terjadi,dengan intesitas suara yang bisa didengar oleh penumpang di stasiun suara di peron stasiun untuk informasi informasi kedatangan kereta api berikutinya serta gangguan perjalanan yang terjadi,dengan intesitas suara yang bisa didengar oleh penumpang di stasiun

/ atau running text, yang berisi informasi kedatangan kereta apu berikutnya serta gangguan perjalanan yang terjadi. - Tersedia informasi dengan pengeras suara di peron stasiun untuk infromasi informasi kedatangan kereta api berikutnya serta gangguan

perjalanan yang terjadi,dengan intesitas suara yang bisa didengar oleh penumpang stasiun.

4. KENYAMANAN

a.Area/Ruan g Tunggu

Adalah yang disediakan untuk penumpang

sebelum melakukan check

in (ruangan terbuka/tertutup)  Ketersediaan  Kepadatan Penumpang -Tersedianya area Tunggu pada area bertiket yang dilengkapi dengan tempat duduk prioritas.

-Tersedianya area Tunggu pada area bertiket yang dilengkapi dengan tempat duduk prioritas.

-Tersedianya area Tunggu pada area bertiket yang dilengkapi dengan tempat duduk prioritas.

Area tunggu ini khusus untuk KA antarkota

(21)

-Kepadatan penumpang di area Tunggu maksimal 0,6 untuk per orang -Kepadatan penumpang di area Tunggu maksimal 0,6 untuk per orang -Kepadatan penumpang di area Tunggu maksimal 0,6 untuk per orang b. Area Boarding

Ruang / tempat yang disediakan untuk orang melakukan verifikasi sesuai dengan indentitas diri  Luas  Kondisi -Untuk 1 (satu) orang minimal 0,6 dan dilengkapi tempat duduk. -Area bersih 100% terawat, dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun. -Untuk 1 (satu) orang minimal 0,6 dan dilengkapi tempat duduk. -Area bersih 100% terawat, dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun. -Untuk 1 (satu) orang minimal 0,6 dan dilengkapi tempat duduk. -Area bersih 100% terawat, dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun.

Pada area boarding khusus api antarkota disediakan petugas

boarding / check in

kereta api antarkota

c.Toilet Tersedianya toilet  Jumlah

 Kondisi

Tersedianya toilet masing-masing untuk pria dan wanita dengan persyaratan; -Pria (1WC,1wastafel) -Wanita (1WC,1wastafel) -Tersedia 1(satu) toilet untuk Tersedianya toilet masing-masing untuk pria dan wanita dengan persyaratan; -Pria (2 urinoir,2WC,1wast afel) -Wanita (4WC,1wastafel) -Tersedia 1(satu) Tersedianya toilet masing-masing untuk pria dan wanita dengan persyaratan; -Pria (4 urinoir,3WC,1wast afel) -Wanita (6WC,1wastafel) -Tersedia 1(satu)

-Luas minimal tiap WC :100cm x 125cm

-Disediakan WC duduk dan /atau jongkok -Dimensi toilet untuk penumpang dengan berkebutuhan khusus mengikuti peraturan yang

(22)

44 penumpang difable -Terdapat penandaan toilet untuk pria,wanita dan penumpang dengan kebutuhan khusus -Area bersih,terawatt,lant ai tidak licin dan tidak tergenang air,serta sirkulasi udara berfungsi dengan baik dan tidak berbau; -Terdapat lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 150 lux yang berfungsi dengan baik toilet untuk penumpang difable -Terdapat penandaan toilet untuk pria,wanita dan penumpang dengan kebutuhan khusus -Area bersih,terawatt,lant ai tidak licin dan tidak tergenang air,serta sirkulasi udara berfungsi dengan baik dan tidak berbau; -Terdapat lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 150 lux yang berfungsi dengan baik toilet untuk penumpang difable -Terdapat penandaan toilet untuk pria,wanita dan penumpang dengan kebutuhan khusus -Area bersih,terawatt,lant ai tidak licin dan tidak tergenang air,serta sirkulasi udara berfungsi dengan baik dan tidak berbau; -Terdapat lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 150 lux yang berfungsi dengan baik berlaku

d. Musholla Fasilitas untuk melakukan ibadah yang terpadu dengan tempat wudhu

 Luas

 Kondisi

-6orang (pria atau wanita)

-Area bersih 100% terawat, dan tidak berbau yang

-Pria 7 orang -Wanita 5 orang -Area bersih 100% terawat, dan tidak

-Pria (11 normal dan 2 penyandang disabilitas) -Wanita (9 normal dan 2 penyandang -Disediakan tempat duduk penyandang disabilitas untuk melakukan ibadah -Ketersediaan

(23)

berasal dari dalam area stasiun

berbau yang berasal dari dalam area stasiun

disabilitas)

-Area bersih 100% terawatt,dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun musholla disesuaikan sepanjang lahan memungkinkan -Suhu dalam ruangan maksimal 27 e. Lampu penerangan

Berfungsi sebagai sumber cahaya di stasiun untuk memberikan rasa nyaman bagi pengguna jasa

 Ketersediaan  Intensitas cahaya Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux Tersedia lampu penerangan dengan intensitas cahaya minimal 200 lux Perhitungan standar pencahayaan menggunakan SNI 2017 f.Fasilitas pengatur sirkulasi udara di ruang tunggu tertutup

Fasilitas untuk sirkulasi udara dapat menggunakan AC (air

conditioner),kipas angin,

dan /atau ventilasi udara

 Suhu Suhu dalam

ruangan maksimal 27 Suhu dalam ruangan maksimal 27 Suhu dalam ruangan maksimal 27 g..Kebersiha n stasiun

Tersedianya stasiun yang selalu bersih

 Kondisi Kondisi stasiun selalu bersih dan terkontrol selama jam operasi kereta api.

Kondisi stasiun selalu bersih dan terkontrol selama jam operasi kereta api.

Kondisi stasiun selalu bersih dan terkontrol selama jam operasi kereta api.

h.Tempat sampah

Tempat pembuangan sampah yang disediakan di area stasiun untuk memberi kemudahan  Ketersediaan Tersedianya tempat sampah dengan 2 pembagian Tersedianya tempat sampah dengan 2 pembagian (organic Tersedianya tempat sampah dengan 2 pembagian (organic

(24)

46

penumpang saat buang sampah

(organic dan anorganik)

dan anorganik) dan anorganik)

i.Himbauan Larangan merokok

Adanya himbauan larangan merokok di ruang public stasiun

 Ketersediaan Penenda informasi dilarang merokok di seluruh ruang public stasiun Penenda informasi dilarang merokok di seluruh ruang public stasiun Penenda informasi dilarang merokok di seluruh ruang public stasiun 5. KEMUDAHAN a.Informasi pelayanan Informasi disampaikan di stasiun kepada calon pengguna jasa,yang bisa terbaca dengan baik yang sekurang-kurangnya memuat :

 Denah/layout stasiun kereta api

 Nama stasiun

 Jadwal Operasi Kereta api

 Tarif kereta api

 Arah/Jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat  Tempat  Jenis Media  Kondisi -Mempunyai system pemberitahuan public (Public Addres System(PA)atau Passanger information System-PIS) -Informasi dalam bentuk visual diletakkan di tempat strategis antara lain di dekat loket,pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca -Mempunyai system pemberitahuan public (Public Addres System(PA)atau Passanger information System-PIS) -Informasi dalam bentuk visual diletakkan di tempat strategis antara lain di dekat loket,pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca -Informasi dalam -Mempunyai system pemberitahuan public (Public Addres System(PA)atau Passanger information System-PIS) -Informasi dalam bentuk visual diletakkan di tempat strategis antara lain di dekat loket,pintu masuk dan di ruang tunggu umum yang mudah terlihat dan jelas terbaca

(25)

-Informasi dalam bentuk audio/suara harus jelas terdengar dengan intesitas sara 20 dB lebih tinggi dari kebisingan yang ada bentuk audio/suara harus jelas terdengar dengan intesitas sara 20 dB lebih tinggi dari kebisingan yang ada bentuk audio/suara harus jelas terdengar dengan intesitas sara 20 dB lebih tinggi dari kebisingan yang ada b. Informasi gangguan perjalanan kereta api

Pemberian informasi jika terjadi gangguan

perjalanan kereta api

 Waktu Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan Informasi diumumkan maksimal 30 menit setelah terjadi gangguan c. Informasi angkutan lanjutan/inte grasi transportasi lain Informasi yang disampaikan di dalam stasiun,kepada pengguna jasa, yang bisa terbaca dengan mudah.Sekurang kurangnya memuat :  Alternatif moda,lokasi dan penunjuk arah angkutan lanjutan  Jenis angkutan lanjutan  Tempat  Ketersediaan  Kondisi d. Fasilitas Layanan

Fasilitas yang disediakan untuk memberikan informasi perjalanan

 Ketersediaan -Mempunyai tempat dan 1 (satu)

-Mempunyai tempat dan 1 (satu)

-Mempunyai tempat dan 1 (satu)

Petugas yang memiliki kecakapan Bahasa Inggris di

(26)

48

penumpang kereta api dan layanan pengaduan meja kerja -Tersedia 1 (satu) orang petugas yang cakap berkomunikasi meja kerja -Tersedia 1(satu) orang petugas yang cakap

berkomunikasi

meja kerja -Tersedia 1 (satu) orang petugas yang cakap

berkomunikasi

stasiun kelas besar

e. Tempat parker

Tempat untuk parker kendaraan baik roda 4 (empat) dan roda 2 (dua)

 Luas

 Sirkulasi

-Luas tempat parker disesuaikan dengan lahan yang tersedia -Sirkulasi kendaraan masuk,keluar,dan parker lancer -Luas tempat parker disesuaikan dengan lahan yang tersedia -Sirkulasi kendaraan masuk,keluar,dan parker lancer -Luas tempat parker disesuaikan dengan lahan yang tersedia -Sirkulasi kendaraan masuk,keluar,dan parker lancer Prioritas parker untuk stasiun antarkota dan stasiun asal KA Perkotaan f.Akses khusus pejalan kaki/penump ang dengan kebutuhan khusus

Ruang jalan khusus (pedestrian/ramp/selasar) di lingkungan stasiun yang terpisah dengan kendaraan bermotor

 Ketersediaan - Tersedianya

aksesibilitas (pedestrian/ramp/se lasar) yang cukup menampung pejalan kaki/penumpang dengan kebutuhan khusus di stasiun. Tersedianya aksesibilitas (pedestrian/ramp/se lasar) yang cukup menampung pejalan kaki/penumpang dengan kebutuhan khusus di stasiun. Mengikuti Ketentuan pedestrian yang berlaku dan dilengkapi atap. g.Penanda penunjuk arah

Fasilitas papan informasi dalam komunikasi visual yang proporsional

 Ketersediaan Untuk informasi arah atau tujuannya

penumpang,propor si ukuran

Untuk informasi arah atau tujuannya penumpang,propors i ukuran huruf/teks penanda lebih besar

Untuk informasi arah atau tujuannya penumpang,propors i ukuran huruf/teks penanda lebih besar

(27)

huruf/teks penanda lebih besar dari informasi lain.

dari informasi lain. dari informasi lain.

6. KESETARAAN a.Fasilitas bagi penumpang dengan kebutuhan khusus

Fasilitas khusus yang disediakan untuk penumpang kebutuhan khusus  Aksesibilitas  Ketersediaan -Tersedia tempat duduk untuk penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedia ramp dengan kemiringan maksimal , ketinggian hand rail 65-80 cm, bertekstur kasar / tidak licin -Tersedia jalur pedestrian dengan Guilding Block untuk penumpang penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedianya Lift atau jalur khusus untuk penumpang yang -Tersedia tempat duduk untuk penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedia ramp dengan kemiringan maksimal , ketinggian hand rail 65-80 cm, bertekstur kasar / tidak licin -Tersedia jalur pedestrian dengan Guilding Block untuk penumpang penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedianya Lift atau jalur khusus untuk penumpang yang menggunakan kursi roda -Tersedia tempat duduk untuk penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedia ramp dengan kemiringan maksimal , ketinggian hand rail 65-80 cm, bertekstur kasar / tidak licin -Tersedia jalur pedestrian dengan Guilding Block untuk penumpang penumpang dengan kebutuhan khusus; -Tersedianya Lift atau jalur khusus untuk penumpang yang menggunakan kursi roda - Lift dan/atau escalator harus disedikan untuk stasiun yang jumlah lantainya lebih dari 1 lantai;

-Tersedia tombol lift yang dapat

dijangkau pengguna kursi roda

(28)

50 menggunakan kursi roda b.Loket penyandang disabilitas

Loket pembelian tiket bagi penumpang berkebutuhan khusus

 Ketersediaan

 Keterjangkaua n

- -Tersedia loket dan/

atau vending machine khusus bagi penumpang kebutuhan khusus -Desain loket disesuaikan dengan tingginya kursi roda

-Tersedia loket dan /atau vending machine khusus bagi penumpang kebutuhan khusus -Desain loket disesuaikan dengan tingginya kursi roda Disesuaikan dengan kondisi yang ada/ dibantu dengan petugas c. Ruang Ibu menyusui (Nursery Room)

Ruang/ tempat yang disediakan khusus bagi ibu menyusui dan bayi

 Ketersediaan Tersedia ruang khusus ibu menyusui, yang dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai standar Kementrian Kesehatan RI Tersedia ruang khusus ibu menyusui, yang dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai standar Kementrian Kesehatan RI Tersedia ruang khusus ibu menyusui, yang dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai standar Kementrian Kesehatan RI

(29)

51 2.4 Kualitas Pelayanan

2.4.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono, 2002:51) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Menurut Wyckop (dalam Tjiptono, 2000:52), Kualitas pelayanan adalah tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 2000:52) ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service)

.

2.4.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Ada lima jenis dimensi dalam kualitas pelayanan atau servis menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2011:182), yakni sebagai berikut:

1. Bukti Fisik (Tangible)

Suatu bentuk kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya terhadap pelanggan atau pihak eksternal. Bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa adalah penampilan dan kemampuan sarana ataupun prasarana yang dimiliki oleh perusahaan serta keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini perusahaan harus mampu secara nyata menunjukkan kelebihan mereka seperti fasilitas gedung perkantoran, layout ruangan, penampilan pegawainya dan penunjang lainnya.

2. Keandalan (Reliability)

Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan secara akurat dan terpercaya sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini dapat meliputi ketepatan melayani, tidak ceroboh, dan akurat. Kinerja yang diberikan oleh pemberi jasa

(30)

52

harus sesuai dengan harapan pelanggan yang telah disepakati bersama, misalnya dalam memenuhi janji konsumen.

3. Daya Tanggap (Responsiveness)

Kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan. Misalnya menyampaikan informasi yang jelas kepada konsumen dan tidak membiarkannya menunggu sesuatu tanpa memberikan alasan yang jelas karena hal tersebut akan menimbulkan persepsi yang negatif terhadap kualitas pelayanan yang mereka terima.

4. Jaminan (Assurance)

Pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan dalam menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi dan tidak ragu-ragu terhadap perusahaan tersebut.

5. Empati (Empathy)

Kemampuan perusahaan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi kepada para pelanggan dengan harapan dapat mengetahui segala keinginan dan kebutuhan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan secara spesifik serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

2.5 Transit Oriented Development

2.5.1 Definisi Transit Oriented Development

TOD merupakan sebagai salah satu konsep pengembangan kawasan transit yang ditujukkan untuk di perkotaan. Konsep ini sudah banyak diterapkan di berbagai negara untuk mengatas permasalahan transportasi. Menurut Peter Calthorpe (1993) Transit Oriented Development adalah sebuah kawasan yang memiliki penggunaan lahan campuran yang berada di sekitar lokasi transit dan pusat perdagangan. Penggunaan lahan tersebut berupa perumahan, perdagangan,

(31)

pasar, ruang terbuka, dan fasilitas publik. Secara umum TOD merupakan sebagai kawasan mix used untuk mendorong masyarakat menetap dan beraktivitas di sekitar kawasan transit untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan berlalih ke kendaraan umum. TOD dapat dikatakan berhasil saat kawasan tersebut dapat menyediakan keberagamaan penggunaan lahan dan kepadatan yang menciptakan kenyamanan bagi masyarakat setempat dan pengunjung di kawasan transit (Calgary, 2005).

Menurut ITDP Transit Oriented Development (TOD) atau pembangunan berorientasi transit berarti mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, dan ruang publik melalui konektifitas yang mudah dengan berjalan kaki dan bersepeda serta dekat dengan pelayanan transportasi umum umum yang sangat baik ke seluruh kota. Hal tersebut berarti memberi akses untuk peluang dan sumber daya lokal dan kota menggunakan moda mobilitas yang paling efisien dan sehat dengan biaya dan dampak lingkungan paling minimal dan berketahanan tinggi terhadap kejadian yang mengganggu. TOD yang inklusif merupakan dasar yang dibutuhkan untuk keberlanjutan jangka panjang, keadilan, kesejahteraan yang merata, dan keamanan di kota.

Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit atau Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep pengembangan kawasan di dalam dan di sekitar simpul transit agar bernilai tambah yang menitikberatkan pada integrasi antarjaringan transportasi umum massal, dengan jaringan moda transportasi tidak bermotor, serta pengurangan penggunaan kendaraan bermotor yang disertai pengembangan kawasan campuran dan padat dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi.

Menurut Calthorpe (1993) Transit Oriented Development adalah sebuah kawasan yang memiliki penggunaan lahan campuran yang berada di sekitar lokasi transit dan pusat perdagangan. Penggunaan lahan tersebut berupa perumahan, perdagangan, pasar, ruang terbuka, dan fasilitas publik. Secara umum, TOD merupakan komunitas mix-used yang mendorong masyarakat untuk menetap dan beraktivitas di sekitar kawasan transit untuk mengurangi ketergantungan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum. TOD adalah kawasan mix-used dalam jarak berjalan kaki

(32)

rata-54

rata 2.000 kaki dari halte transit dan area komersial inti, TOD mencampur perumahan, komersial, kantor, ruang terbuka, dan publik menggunakan lingkungan yang bisa dilalui dengan berjalan kaki, sehingga nyaman bagi penghuni dan karyawan untuk bepergian dengan transit, sepeda, berjalan kaki, atau mobil.

Sumber: Persinggahan, 2009

GAMBAR 2. 2 KONSEP TOD

Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternatif menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living, leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendah sampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat - pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).

(33)

2.6 Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD)

Suatu kawasan dapat dikatakan TOD apabila memenuhi syarat-syarat variabel yang sudah ada. Variabel didapatkan dari teori ataupun lembaga terpercaya yang dapat mengeluarkan syarat-syarat kawasan TOD.

2.6.1 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasioanal

Kementerian ATR/ BPN saat ini sudah mengeluarkan pedoman untuk pengembangan kawasan TOD yaitu dalam Peraturan Menteri Agararia dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. Peraturan ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah/kota, dalam penentuan dan penetapan lokasi TOD serta pengembangan kawasan TOD. Peraturan ini juga bertujuan untuk mewujudkan lingkungan transit sebagai kawasan TOD yang memiliki nilai tambah dan menciptakan iklim usaha yang sehat serta kondusif, memperbaiki struktur ruang wilayah dan meningkatkan kapasitas pembangunan daerah. Dalam peraturan ini penentuan lokasi kawasan TOD memenuhi kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, yaitu:

a. Berada pada simpul transit jaringan transportasi umum umum massal yang berkapasitas tinggi berbasis rel.

b. Memenuhi persyaratan intermoda dan antarmoda transit.

c. Dilayani paling kurang satu moda transit jarak dekat dan satu moda transit jarak jauh.

d. Sesuai dengan arah pengembangan pusat pelayanan dan kegiatan.

e. Berada pada kawasan dengan kerentanan bencana rendah dengan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana.

f. Berada pada kawasan yang tidak mengganggu instalasi penting negara.

2.7 Preseden Stasiun Transit Oriented Development (TOD)

Pengembangan kawasan berbasis TOD pada negara berkembang sudah mulai diterapkan sebagai solusi masalah perkotaan seperti kemacetan, selain itu

(34)

56

pengembangan dengan konsep TOD dapat menciptakan ruang publik yang lebih berkualitas. TOD saat ini bukan hanya sekedar konsep melainkan jawaban untuk kualitas hidup perkotaan yang jauh lebih baik.Berikut merupakan sebagai preseden stasiun – stasiun yang telah memiliki konsep TOD yaitu :

2.7.1 Stasiun Kowloon Barat Hongkong

Stasiun Kowloon Barat yang ada di Hongkong merupakan stasiun yang terletak di kawasan perkotaan Hongkong. Stasiun ini dibangun dengan mengintegrasikan antara subway dengan bus yang melayani penduduk kota. Stasiun ini terletak pada zona kawasan campuran (mix used).Stasiun ini juga menghubungkan stasiun MRT West Rail Line Austin Stasiun dan Airport Express (Kereta Bandara). Perencaan stasiun Kowloon berfungsi sebagai titik transit saja, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan dari penggunannya.

Stasiun Kowloon Barat merupakan stasiun angkutan kereta api cepat yang terletak di Hongkong. Stasiun Kowloon Barat menghubungkan beberapa stasiun yang ada di China seperti stasiun Guangzhou dan stasiun Shenzhen Barat. Selain itu, dengan dijadikan stasiun Kowloon Barat sebagai stasiun angkutan kereta api cepat, fasilitas yang ada di stasiun Kowloon Barat dapat memberikan waktu yang efektif bagi penumpang dalam melakukan perjalanan. Didalam Stasiun Kowloon memiliki beberapa fasilitas dalam memberikan untuk memudahkan aktivitas yang dilakukan didalam stasiun seperti pelayanan untuk penumpang seperti ruang menyusui, ruang area merokok, area tunggu, kantor keamanan, vending machine tiket, titik berkumpul dan pedestrian pejalan kaki. pelayanan yang diberikan oleh pengelola stasiun Kowloon Barat antara lain, pelayanan tiket yang sudah otomatis, Ketersediaan ruang tunggu yang sesuai dengan jadwal keberangkatan kereta api, tersedianya jadwal keberangkatan kereta api yang sudah menerapkan teknologi masa kini, pelayanan petugas yang diberikan kepada penumpang mudah di pahami serta dengan berbagai fasilitas untuk kesetaraan penumpang.

(35)

GAMBAR 2.7

ROOF PLAN STASIUN KOWLOON

Sumber : Altoon and James 2011

GAMBAR 2.8

SITE PLAN STASIUN KOWLOON Sumber : Altoon And James 2011

(36)

58

2.7.2 Stasiun Union

Stasiun Union yang berada di Toronto, Kanada, merupakan pusat transportasi antar moda.Letak posisinya yang strategis di area layanan kereta antar kota tersibuk di Kanada, "The Corridor", serta menjadi pusat layanan kereta komuter GO Transit, menjadikan Union Station sebagai fasilitas transportasi tersibuk di Kanada dan stasiun kereta api tersibuk kedua di Amerika Utara, Stasiun union terintegrasi dengan stasiun bus utama dan dapat mengakomodasi untuk menghubungkan ke kerata bandara Toronto internasional. Stasiun ini juga terletak di zona campuran (mix used ) serta menghubungkan pusat bisnis dan pusat budaya.

Stasiun ini juga memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung kenyamanan dalam pelayanan kepada pelanggan seperti kantor keamanan, toilet, jalur sepeda dan tempat parkir sepeda, pedestrian, ramp khusus akesibiltas.

GAMBAR 2.9

SITE PLAN STASIUN UNION Sumber : Altoon and James 2011

(37)

GAMBAR 2.10

SITE PLAN STASIUN UNION Sumber : Altoon and James 2011

2.7.3 Stasiun Tampines

Stasiun Tampines merupakan stasiun yang berada di kota Tampines, Singapura. Stasiun ini merupakan simpul transportasi bagi penduduk di kota Tampines,yang melayani beberapa pusat kegiatan seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, sekolah dan perumahan serta berada di dekat bandara internasional Singapura. Stasiun Tampines juga menghubungkan stasiun yang ada seperti stasiun MRT timur Tampines serta stasiun MRT barat Tampines.

Tidak hanya sebagai penghubung antar stasiun, stasiun Tampines merupakan stasiun compact yang merupakan menghubungkan kebutuhan pelayanan yang pendek dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dengan terintegrasinya moda transportasi publik seperti angkutan umum dan

sistem

bike share public. Aksesibilitas yang ada di stasiun Tampines sangat ramah untuk pejalan kaki dengan terintegrasinya infrastruktur pejalan kaki yang memiliki fasilitas seperti penerangan, pepohonan pelindung dan peneduh, arah jalan, dan untuk menuju ke tempat lainnya.

Fasilitas yang ada di Stasiun Tampines meliputi, faregates, tiket mesin otomatis, pusat layanan penumpang, guilding block di dalam stasiun maupun didekat peron.

(38)

60

GAMBAR 2. 11

LAND USE STASIUN MRT TAMPINES Sumber : Shaeofei Niu and Ang Hu 2019

GAMBAR 2. 12

LAND USE STASIUN TAMPINES Sumber : Google Earth 2021

2.7.4 Sintesa Kriteria Pemilihan Stasiun TOD

Dalam penerapan konsep perencaaan TOD, terdapat berbagai kriteria yang ditetapkan dari berbagai sumber dan jurnal.Penetapan stasiun tersebut dijadikan stasiun TOD disesuakain dengan karakteristik dari stasiun tersebut. Berikut

(39)

kriteria stasiun TOD yang baik dapat dilihat dari berbagai sumber tersebut antara lain.

Tabel II. 3 Kriteria Pemilihan Stasiun TOD

No Sumber Kriteria

1 Insitut Of Town Planner India (2016) density diversity (contoh :kegiatan

campuran, kelompok usia, dan pendapatan) dan design (skala pejalan kaki dan orientasi)

2. ITDP (2017) Berjalan kaki, Bersepeda,

Menghubungkan, Transit, Campuran, Memadatkan, Merapatkan, Beralih

3. Treausure Regional Planning Council

(2012)

karakter pejalan kaki di area stasiun TOD, akses berjalan dari dan/ke stasiun merupakan faktor utama. Fasilitas yang ada di stasiun TOD antara lain , fasilitas untuk pejalan kaki, jalur sepeda dan tempat parker khusus peseda.

Sumber : Penulis 2021

2.8 Sintesa Penelitian

Dalam sintesa penelitian ini akan dijabarkan mengenai ketersediaan fasilitas stasiun dan kinerja pelayanan yang di berikan oleh stasiun serta akan dipilih menjadi variabel dalam penelitian. Variabel ini didapat dari hasil kajian teori dan literatur yang telah dilakukan, banyak variabel–variabel yang dikemukakan para peneliti sebelumnya dan terdapat perbedaan pandangan.

2.8.1 Identifikasi variabel ketersediaan fasilitas pelayanan

Pada tahap identifikasi variabel akan dipilih berdasarkan referensi dari kajian teori dan literatur yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan variabel ketersediaan fasilitas pelayanan yang terpilih.

Tabel II. 4 Variabel Ketersediaan Fasilitas

No. Sumber Variabel ` Sub Variabel

1 Peraturan Menteri nomor 63 tahun 2019

Keselamatan Informasi dan

fasilitas keselamatan

Informasi dan

fasilitas kesehatan

Assembly point (titik

berkumpul)

Altoon and James 2011 Keamanan Fasilitas Keamanan

(40)

62

No. Sumber Variabel ` Sub Variabel

Informasi gangguan keamanan

(Shaeofei Niu and Ang Hu ,2019) Kehandalan/ Keteraturan

Layanan Penjualan Tiket

Kenyamanan Area Ruang Tunggu

Toilet Musholla

(Altoon and James ,2011) Kemudahan Tempat parkir

Akses khusus

Pejalan Kaki

(Shaeofei Niu and Ang Hu ,2019) Kesetaraan Akses untuk

penumpang berkebutuhun khusus

Ruang ibu menyusui

Sumber : Penulis, 2020

. Berdasarkan variabel ketersediaan fasilitas pelayanan stasiun , terdapat sub variabel yang memiliki kesamaan antar variabel yang ada di dalam stasiun TOD. Selanjutnya akan dilakukan verifikasi variabel yang dipilih yang sesuai dengan kondisi stasiun Tanjung Karang.

Tabel II. 5 Verifikasi Variabel

Sasaran Variabel Sub Variabel Verifikasi Justifikasi

Ketersediaan Fasilitas Pelayanan

Keselamatan Informasi dan fasilitas keselamatan

Dipilih Sesuai dengan kriteria lokasi stasiun(SPM nomor 63 tahun 2019, Preseden TOD

Informasi dan fasilitas kesehatan

Dipilih

Assembly point (titik

berkumpul)

Dipilih

Keamanan Fasilitas Keamanan Dipilih

Petugas Keamanan Dipilih Informasi gangguan

keamanan

Dipilih Kehandalan/

Keteraturan

Layanan Penjualan Tiket Dipilih Kenyamanan Area Ruang Tunggu Dipilih

Toilet Dipilih

Musholla Dipilih

Kemudahan Tempat parkir Dipilih

Akses khusus Pejalan Kaki

Dipilih Kesetaraan Akses untuk penumpang

berkebutuhun khusus

Dipilih Ruang ibu menyusui Dipilih

(41)

Setelah melakukan tahapan verifikasi sintesa variabel, maka akan diketeahui variabel yang sesuai dengan stasiun Tanjung Karang dan ketersediaan fasiltias pelayanan di stasiun tersebut. Berikut merupakan variabel dan subvariabel yang dipilih dalam penelitian.

Tabel II. 6 Variabel Terpilih

Sasaran Variabel Sub Variabel

Ketersediaan Fasilitas Pelayanan

Keselamatan Informasi dan fasilitas

keselamatan

Informasi dan fasilitas kesehatan

Assembly point (titik

berkumpul)

Keamanan Fasilitas Keamanan

Petugas Keamanan

Informasi gangguan

keamanan

Kehandalan/ Keteraturan Layanan Penjualan Tiket

Kenyamanan Area Ruang Tunggu

Toilet Musholla

Kemudahan Tempat parkir

Akses khusus Pejalan Kaki

Kesetaraan Akses untuk penumpang

berkebutuhun khusus Ruang ibu menyusui

Sumber : Penulis, 2020

Tabel diatas diatas menunjukkan variabel-variabel yang akan digunakan untuk mengidentifikasi kinerja pelayanan stasiun. Variabel diatas didapatkan dari berbagai sumber dan literatur yang dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi ketersediaan fasilitas.

2.8.2 Identifikasi variable kinerja pelayanan

Pada tahap identifikasi variabel akan diuraikan beberapa referensi dari kajian teori dan literatur yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini merupakan variabel kinerja pelayanan.

(42)

64

Tabel II. 7 Variabel Kinerja Pelayanan

No Sumber Variabel Sub Variabel

1 (Moch Rizki Fauzi, 2016)

Bukti Fisik Kebersihan Toilet Stasiun

Kelengkapan fasilitas ruang tunggu Penataan Interior

Kelengkapan informasi ruang tunggu dan loket tiket

Keandalan Kemudahan memperoleh informasi yang

jelas

Pelayanan loket tiket stasiun cepat, tepat dan ramah

Kecepatan pemrosesan loket tiket

Tanggap Kemampuan kecepatan petugas untuk

merspon keluhan dari penumpang Kecepatan dan ketepatan petugas stasiun dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah

Petugas menunjukkan sikap siap dan percaya diri dalam memabantu atau melayani penumpang

Empati Harga yang ditawarkan tiket

Jaminan Kemampuan petugas memberikan

informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah dimengerti Kemampuan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya 2 (Arischa

Ovtaviana,2016)

Bukti fisik Kebersihan stasiun (secara fisik) Kebersihan toilet stasiun Kebersihan di dalam kereta Kelengkapan fasilitas penyandang disabiltias

Keandalan Kemudahan dalam memperoleh

informasi yang jelas

Ketepatan jadwal perjalanan KA Kemudahan dalam menjangkau lokasi stasiun

Tanggap Petugas menunjukkan sikap siap dan

percaya diri dalam memabantu atau melayani penumpang

Kecepatan dalam merespon kondisi darurat dalam stasiun maupun kereta

Empati Kejujuran dan kesabaran petugas dalam

memberikan pelayanan Ketersediaan layanan 24 jam

Jaminan Keramahan dan kesopanan petugas

(43)

No Sumber Variabel Sub Variabel

Kenyamanan pada saat naik turun kereta

Sumber : Penulis, 2020

Berdasarkan variabel kinerja pelayanan stasiun , terdapat sub variabel yang memiliki kesamaan antar variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Selanjutnya akan dilakukan verifikasi variabel yang dipilih yang sesuai dengan kondisi stasiun Tanjung Karang.

Tabel II. 8 Verifikasi Variabel

Sasaran Variabel Sub Variabel Verifikasi Justifikasi

Kinerja pelayanan

stasiun Tanjung

Karang

Bukti fisik Tingkat kebersihan

stasiun

Dipilih Sesuatu yang

bersih dapat menarik daya tari lokasi dan menambah kenyamanan bagi pengguna

(Arischa Ovtaviana,2016) Kebersihan toilet Dipilih

Kelengkapan fasilitas bagi penyandang disabilitas

Dipilih Dengan adanya fasilitas ini dapat membantu dan mempermudah pelanggan (Arischa Ovtaviana,2016) Kelengkapan Fasilitas di ruang tunggu Dipilih Kelengkapan informasi pada ruang tunggu dan

loket tiket Dipilih Kehandalan Kemudahan memperoleh informasi yang jelas

Dipilih Sesuatu yang

dapat mempermudah dan memperlancar (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kemampuan petugas memberikan dalam memberikan pelayanan yang terbaik Dipilih Petugas menunjukkan sikap siap dan percaya diri dalam memabantu atau melayani penumpang Dipilih

(44)

66

Sasaran Variabel Sub Variabel Verifikasi Justifikasi

Tanggap Kemampuan kecepatan petugas untuk merspon keluhan dari penumpang Dipilih Keamanan adalah tingkat aman dalam melakukan sesuatu perjalanan (Moch Rizki Fauzi, 2016) Kecepatan dan ketepatan petugas stasiun dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah

Dipilih

Petugas menunjukkan sikap siap dan percaya diri dalam memabantu atau melayani penumpang Dipilih

Empati Kejujuran dan

kesabaran petugas dalam

memberikan pelayanan

Dipilih Menjadi baik

atau buruknya suatu kinerja pelaynan yang diberikan (Arischa Ovtaviana,2016) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan penumpang Dipilih

Jaminan Kesopanan dan keramahan petugas kepada

penumpang

Dipilih

Sumber : Penulis, 2020

Setelah melakukan tahapan verifikasi sintesa variabel, maka akan diketeahui variabel yang sesuai dengan stasiun Tanjung Karang dan kinerja pelayanan di stasiun tersebut. Berikut merupakan variabel dan subvariabel yang dipilih dalam penelitian.

Tabel II. 9 Variabel Terpilih

Sasaran Variabel Sub Variabel

Kinerja pelayanan stasiun Tanjung Karang

Bukti fisik Tingkat kebersihan stasiun Kebersihan toilet Kelengkapan fasilitas bagi

penyandang disabilitas Kelengkapan Fasilitas di

Gambar

GAMBAR 2. 1 SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
TABEL II. 1 BENTUK MODA TRANSPORTASI UMUM DARAT MENURUT  JANGKAUAN WILAYAH PELAYANAN
TABEL II. 2 STANDAR PELAYANAN MINIMUM PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API
GAMBAR 2. 2 KONSEP TOD
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Sistem transportasi kereta api di stasiun kota Bandung.  Efisiensi penggunaan kereta api sebagai alat transportasi. Tinjauan terhadap efisiensi KA Argo Parahyangan sebagai

Pada saat pemilihan bahan yang akan digunakan untuk bantalan rel kereta api, harus menggunakan bahan pilihan, baik dari kayu, beton maupun bahan – bahan bantalan rel

3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan 4. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan. Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress

Kereta api sebagai transportasi darat memiliki potensi dan peluang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pengangkutan barang. Kelebihan kereta api jika

Kereta api adalah salah satu angkutan atau alat transportasi darat yang banyak menjadi pilihan masyarakat, khususnya para pengguna jasa transportasi yang membawa atau

Kereta api sebagai salah satu moda transportasi publik, merupakan sarana transportasi yang belakangan ini menjadi alternatif pemilihan moda yang sangat efektif dalam

Memberi kemudahan, kenyamanan dan keselamatan dalam melayani naik turun penumpang di stasiun merupakan fasilitas yang penting dalam penyelenggaraan angkutan kereta api agar

Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital